basmalah Pictures, Images and Photos
CyberWell Israel Resah dengan Tagar Saya Penyintas Holocaust Gaza - Our Islamic Story

Choose your Language

CyberWell Israel Resah dengan  Tagar "Saya Penyintas Holocaust Gaza” "Sejarah tidak pernah mati. Ia hanya mengganti wa...

CyberWell Israel Resah dengan Tagar Saya Penyintas Holocaust Gaza




CyberWell Israel Resah dengan 
Tagar "Saya Penyintas Holocaust Gaza”

"Sejarah tidak pernah mati. Ia hanya mengganti wajahnya, mengganti medianya, mengganti siapa yang menjadi korban dan siapa yang menulisnya."


---

Lidah Luka yang Menciptakan Kata Baru

Di zaman ini, manusia tidak lagi menulis sejarah dengan pena, tetapi dengan tagar. Dan di antara jutaan kata yang melintas di dunia digital pasca-pengeboman Gaza, lahirlah sebuah frasa yang mengguncang kesadaran moral dunia:
“Saya selamat dari Holocaust Gaza.”

Kata itu menyebar bukan dari ruang akademik, bukan dari dokumen sejarah, tetapi dari reruntuhan rumah, dari jari-jari anak muda Gaza yang masih berdebu, dari wajah perempuan yang kehilangan seluruh keluarganya.
Mereka bukan sejarawan. Mereka saksi hidup.
Dan dunia mulai mendengar.

Organisasi CyberWell, sebuah lembaga pemantau antisemitisme daring di Israel, menyebut tren ini sebagai “eksploitasi sinis terhadap memori Holocaust.” Mereka memperingatkan bahwa istilah seperti “Gaza Holocaust survivor” atau “I am the real Holocaust survivor” adalah bentuk distorsi sejarah yang berbahaya — karena, kata mereka, menyamakan penderitaan warga Gaza dengan Holocaust berarti merendahkan tragedi Yahudi di Eropa.

Namun dunia lain membaca berbeda.
Mereka melihat bukan penyangkalan, tetapi pembalikan cermin moral: bahwa kejahatan yang dulu menimpa kaum Yahudi kini sedang diulang oleh negara yang didirikan atas nama penderitaan itu sendiri.


---

Ketika Ingatan Bertabrakan

Sejak gencatan senjata diumumkan, CyberWell melaporkan lonjakan 42 persen unggahan di X (Twitter) yang menggunakan istilah “Gaza Holocaust.”
Lebih dari 525.000 unggahan, menjangkau lebih dari 500 juta pengguna di seluruh dunia.
Ada video remaja yang menatap kamera dengan mata merah dan berkata pelan,

“Saya penyintas Holocaust Gaza.”

Ada juga yang menulis di bawah foto reruntuhan:

“Kalian dulu berkata: ‘Never again.’ Tapi lihatlah — it happens again.”

Dan tiba-tiba, ruang digital berubah menjadi gelanggang perang memori:

Israel menuduh dunia menyamakan korban dengan pelaku.

Dunia menuduh Israel mengkhianati makna kemanusiaan yang pernah menebus mereka dari sejarah.

Media Israel seperti Ynet dan Times of Israel menulis bahwa istilah “Holocaust Gaza” adalah bentuk antisemitisme baru.
Namun di sisi lain, media seperti Al Jazeera, Middle East Eye, The Guardian, Le Monde, bahkan Haaretz sendiri — memuat opini yang lebih gelap:

“Ketika Israel mengebom kamp pengungsi, menutup air dan listrik, memblokir bantuan kemanusiaan — bukankah dunia sedang menyaksikan bentuk lain dari dehumanisasi yang dulu disebut Holocaust?”


---

Dua Dunia yang Tidak Lagi Bicara dengan Bahasa yang Sama

Israel berbicara dengan bahasa trauma masa lalu.
Gaza berbicara dengan bahasa luka masa kini.

Yang satu berkata, “Kami korban sejarah.”
Yang lain menjawab, “Kami korban dari korban sejarah.”

Dunia pun terbelah antara dua moralitas:
Moralitas yang mengingat masa lalu — dan moralitas yang menolak menutup mata hari ini.

Bagi Israel, menyamakan penderitaan Gaza dengan Holocaust adalah dosa historis.
Bagi dunia, membungkam penderitaan Gaza dengan alasan Holocaust adalah dosa moral.

Di sinilah keanehan zaman digital bekerja.
Sejarah tak lagi tinggal di buku-buku, tapi di feed media sosial.
Di sana, algoritma menjadi juru tafsir.
Ia memilih mana kisah yang harus naik ke puncak trending, dan mana yang harus tenggelam di antara berita hiburan.
Dan untuk pertama kalinya, Gaza menang dalam perang naratif — karena kebenaran kini punya kamera sendiri.


---

Dunia yang Menyaksikan Dua Jenis Holocaust

Ketika kata Holocaust dulu disebut, manusia terdiam.
Itu kata suci. Kata yang tak boleh disamakan dengan apapun.
Namun generasi baru tumbuh dengan citra yang berbeda.
Mereka melihat anak-anak Gaza yang terbakar, bukan di museum, tapi di timeline mereka sendiri.
Mereka melihat ibu-ibu memeluk tubuh anak yang hancur di bawah puing, bukan di film dokumenter, tapi di live stream.

Seorang pengguna X dari Jakarta menulis:

 “Kami tidak menyangkal Holocaust. Kami hanya mengatakan: manusia tidak belajar apa-apa darinya.”

Di TikTok, video bertagar #GazaHolocaust melampaui 300 juta penayangan.
Di Instagram, story dengan tulisan “Never again — for anyone” menjadi simbol solidaritas lintas bangsa.
Dan di antara itu semua, muncul ribuan komentar dari Eropa, Amerika Latin, hingga Afrika:

 “Holocaust tidak mati. Ia berpindah alamat.”


---

Perlawanan dari Bahasa

Setiap kekuasaan takut pada satu hal: bahasa.
Karena ketika rakyat memberi nama pada penderitaan mereka, maka kekuasaan kehilangan kendali atas makna.

Israel berabad-abad melindungi istilah Holocaust sebagai simbol moral tertinggi: penderitaan yang tak boleh dibandingkan.
Namun kini, Gaza merebutnya — bukan untuk menandingi, tetapi untuk menuntut ruang moral yang sama.
Bahwa air mata anak-anak Palestina tidak kurang kudus daripada air mata anak-anak Eropa tahun 1945.

Inilah perang simbol yang sebenarnya:
Ketika kata-kata menjadi medan pertempuran baru, dan dunia bertarung untuk menentukan siapa yang berhak menyebut diri korban.


---

Narasi yang Retak: Ketika Korban Menjadi Penindas

Hannah Arendt, filsuf Yahudi yang melarikan diri dari Nazi, pernah menulis tentang “banalitas kejahatan” — bahwa kejahatan terbesar sering dilakukan bukan oleh monster, tetapi oleh manusia biasa yang berhenti berpikir.
Kata-kata itu kini menggema dari Gaza:
tentara yang menekan tombol drone, politisi yang memerintahkan blokade, juru bicara yang menyebut 30.000 kematian sebagai “collateral damage”.

Sementara itu, Elie Wiesel — penyintas Auschwitz — dulu berkata,

“Yang berlawanan dengan cinta bukan kebencian, tetapi ketidakpedulian.”

Kini ketidakpedulian itulah yang menjadi wajah baru dunia.
Ketika foto anak Gaza muncul di feed, sebagian pengguna men-scroll dengan cepat, lalu menonton video kucing setelahnya.
Begitulah cara nurani perlahan padam — bukan karena kebencian, tapi karena kebiasaan.


---

Tafsir dari Langit

Al-Qur’an mengingatkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 85:

“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi yang demikian di antara kamu melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia...”

Ayat ini seolah berbicara pada zaman kita — pada bangsa yang dulu menuntut keadilan bagi dirinya, namun menolak memberikannya kepada bangsa lain.
Mereka yang menolak Holocaust terjadi pada dirinya, kini menolak melihat Holocaust yang sedang mereka lakukan.

Dan di titik inilah, sejarah tidak hanya berulang — ia menuntut balasan moral.
Karena Tuhan tidak pernah diam pada kezaliman, sekalipun ia dilakukan oleh mereka yang dahulu dizalimi.


---

 Dunia yang Mulai Berbicara

Negara-negara di Afrika Selatan, Turki, Bolivia, dan Malaysia mulai menuduh Israel melakukan genosida.
Ratusan seniman, akademisi, dan penyintas Holocaust sendiri menulis surat terbuka:

 “Sebagai penyintas sejarah, kami menolak digunakan untuk membenarkan kejahatan baru.”

Di ruang-ruang digital, muncul barisan panjang tagar sebagai bentuk doa kolektif:

#GazaHolocaust

#IAmGazaSurvivor

#CeasefireNow

#NeverAgainForAnyone

#StopGenocideInGaza

#FreePalestine


Hashtag bukan hanya slogan; ia adalah doa modern — doa yang mengetuk nurani manusia melalui layar.


---

Dunia yang Menolak Diam

Mungkin bagi sebagian, kata “Holocaust Gaza” terdengar berlebihan.
Tapi bagi yang kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan, itu bukan metafora — itu kenyataan.
Dan bagi dunia, istilah itu menjadi peringatan:
bahwa penderitaan manusia tidak boleh dipatenkan oleh satu bangsa saja.

Seorang remaja di Rafah menulis di dinding reruntuhan dengan arang:

“Aku bukan teroris. Aku manusia yang tidak punya tempat untuk lari.”

Dan dunia menjawab dengan bahasa baru:

 “Kami mendengarmu.”


---

Akhirnya, tentang Kemanusiaan yang Tersisa

Di antara semua retakan sejarah, masih ada satu kalimat yang menyatukan:
Never again — for anyone.
Bukan hanya bagi Yahudi, bukan hanya bagi Palestina, tapi bagi seluruh manusia yang pernah kehilangan hak untuk hidup.

Kini, ketika Israel berteriak bahwa dunia sedang menodai memori Holocaust, dunia menjawab dengan sunyi:

“Kami tidak menodai sejarahmu. Kami hanya menolak mengulanginya.”

“Holocaust Gaza” bukanlah fitnah — ia adalah cermin.
Cermin yang memantulkan wajah bangsa yang dulu menolak tunduk pada penindasan, namun kini berdiri di sisi penindas.
Dan di balik semua debat, satu hal tetap pasti:
bahasa penderitaan selalu menemukan jalannya,
sekalipun dunia berusaha membungkamnya.


---

Penutup

Mungkin dunia akan melupakan tagar, melupakan statistik, melupakan pernyataan resmi.
Namun manusia tidak akan pernah lupa kepada satu hal:
kepada siapa sejarah berpihak ketika nurani diuji.

Dan di antara reruntuhan Gaza, kalimat itu akan terus hidup — bukan sebagai lelucon, bukan sebagai propaganda, tapi sebagai perlawanan yang lahir dari nurani yang menolak mati:

“Saya selamat dari Holocaust Gaza.”

0 komentar:

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (360) Al-Qur’an (4) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) cerpen Nabi (8) cerpen Nabi Musa (2) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) kecerdasan (1) Kecerdasan (263) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (577) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (29) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (15) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) nusantara (2) Nusantara (245) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (551) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (493) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (257) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (242) Sirah Sahabat (156) Sirah Tabiin (43) Sirah ulama (1) Sirah Ulama (157) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)