basmalah Pictures, Images and Photos
07/20/25 - Our Islamic Story

Choose your Language

Yusuf: Di Atas Punggung Waktu yang Berderap Menuju Mesir Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Malam itu, angin gurun membawa bau perbekal...

Yusuf: Di Atas Punggung Waktu yang Berderap Menuju Mesir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Malam itu, angin gurun membawa bau perbekalan yang basi dan debu dari ribuan tapak kaki unta yang berjalan lamban tapi pasti. Di antara buntalan kain kasar, kuli angkut, dan jerigen air, tersembunyi seorang anak lelaki. Matanya sembab, pipinya basah, tubuhnya terbaring meringkuk seperti barang dagangan, diperlakukan bukan sebagai manusia, tapi komoditas.

Ia adalah Yusuf. Tidak ada yang tahu siapa anak ini, kecuali langit.

Tubuh kecilnya terombang-ambing di atas punggung unta, diapit karung-karung gandum dan botol minyak. Ia tidak tahu di mana ia berada, tidak tahu akan ke mana. Sejak ditarik dari sumur dengan teriakan gembira—bukan karena menyelamatkan, tetapi karena melihat peluang dagang—Yusuf seperti dilempar ke dunia yang asing dan dingin. Tak ada satu pun wajah yang mengisyaratkan belas kasih, hanya mata-mata licik pedagang yang menghitung, menimbang, lalu saling berbisik: “Kita harus sembunyikan anak ini, jangan sampai ada yang tahu dia bukan budak.”

Ia dijaga ketat. Tapi bukan karena dihargai. Melainkan karena takut kehilangan untung.

Lalu pagi tiba. Kabut pelan-pelan tersingkap. Suara pasar mulai terdengar seperti dengung lebah dari kejauhan. Mesir sudah dekat.


---

Pasar budak Mesir adalah tempat di mana harga manusia dihitung dengan logika dagang, bukan harkat. Hiruk-pikuk para pembeli, teriakan para penjaja, dan cambuk yang memecah udara—semua bersatu dalam satu simfoni suram yang biasa mereka sebut transaksi.

Yusuf diturunkan dari unta. Tubuhnya dibersihkan seadanya, rambutnya disisir, dan wajahnya dipoles agar tampak “menarik” di mata pembeli. Tetapi para pedagang itu gelisah. Wajah tampan Yusuf justru membuat mereka takut. Anak ini terlalu bersih, terlalu anggun, terlalu... berkelas.

“Cepat kita jual saja,” bisik salah satu dari mereka. “Kalau ada yang tahu dia bukan budak, kita bisa celaka.”

Tak ada lelang. Tak ada penawaran tinggi. Tak ada pujian atas rupa. Yusuf dijual secara sembunyi-sembunyi.

“Mereka menjualnya dengan harga murah—beberapa dirham saja.”

Bahkan uangnya tak perlu ditimbang, cukup dihitung dengan jari. Itu pertanda nilainya kurang dari 40 dirham, harga yang memalukan untuk seorang anak seindah Yusuf, apalagi di Mesir, negeri budak yang menjadikan harga tinggi sebagai lambang prestise.

Ketika tangan pembeli menyentuh Yusuf, bukan rasa dimiliki yang terasa, tetapi pesan langit mulai bergerak.

Pembelinya bukan orang sembarangan. Ia adalah al-‘Azīz, seorang pejabat tinggi, seorang menteri yang kekuasaannya menggetarkan pasar dan istana.

Senyap Yusuf menatap langit. Tak ada air mata. Tak ada tanya. Ia tahu, yang menjualnya bukan manusia, tetapi takdir. Dan yang membelinya bukan sembarang manusia, tetapi perantara jalan yang telah ditulis oleh Tuhan sejak ia bermimpi bertemu bintang, matahari, dan bulan.

Langkah Yusuf kini menuju istana.

Tapi sebelumnya, ia melewati harga dirinya yang ditukar dengan beberapa dirham saja.

Dan itulah permulaan perjalanan seorang nabi.

Dari Gelap, Sebuah Cahaya Diturunkan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Gelap adalah teman paling setia Yusuf sejak tubuh mungilnya dija...

Dari Gelap, Sebuah Cahaya Diturunkan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Gelap adalah teman paling setia Yusuf sejak tubuh mungilnya dijatuhkan ke dasar sumur oleh saudara-saudaranya. Dingin merayap pelan ke tulangnya, menyalip kehangatan terakhir dari pelukan ayahnya. Tak ada suara, selain tetesan air dari dinding sumur dan desah napasnya sendiri yang menipis oleh lapar dan takut.

Dalam sunyi itu, ia memejamkan mata.
"Ya Rabbi, Engkaulah pelindungku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku percaya, Engkau melihat."

Waktu berjalan lambat. Hari telah berganti. Tak ada tanda-tanda pertolongan.

Hingga tiba-tiba, dari kejauhan—derap kaki unta, debur pasir diinjak langkah-langkah lesu. Kafilah dari Madyan. Wajah-wajah letih, bibir pecah-pecah oleh dahaga. Persediaan air telah habis.

"Itu... sumur! Lihat, di sana!"
Salah seorang berseru dengan mata berbinar, seperti melihat kehidupan itu sendiri.

Para musafir pun bergegas. Langkah mereka berat, tapi harapan membuatnya ringan. Setiba di sumur, salah satu dari mereka segera mengambil tali dan timba. "Semoga sumur ini masih menyimpan sisa rahmat Tuhan," gumamnya.

Ia menjatuhkan timba.

Suara gemericik tali menggulung memecah sunyi. Di bawah sana, Yusuf yang duduk lemah membuka matanya. Cahaya kecil tampak menembus gelap. Sebuah ember? Harapan?

"Ini... ini kesempatan itu," bisik Yusuf dengan detak jantung tak menentu.
Dengan sisa tenaga, ia raih tali itu dan menggenggam erat. Sangat erat. Tangannya kecil, tapi tekadnya besar.

Di atas, penimba terkejut.
"Apa ini? Berat sekali..."
"Tarik! Bersama-sama!"
Mereka menarik timba itu perlahan, penuh curiga. Embusan napas makin cepat, tangan berpeluh. Lalu... muncullah kepala seorang anak lelaki dari mulut sumur.

"Oh!"
"Ya busyrā! Hādzā ghulām!"
“Oh senangnya! Ini ada seorang anak muda!”

Yusuf terangkat dari gelap menuju cahaya.

Orang-orang kafilah terpana. Anak itu elok, wajahnya bersinar, meski tubuhnya kotor dan lelah. Pemimpin kafilah menatapnya, dan tak lama kemudian terlintas niat di benaknya:
"Ini bisa jadi keuntungan besar di Mesir. Anak seperti ini... pasti laku mahal."

Tak ingin kehilangan kesempatan, ia berbisik, "Sembunyikan dia. Jangan sampai warga sekitar melihatnya. Nanti mereka mengklaim bahwa ini anak kampung mereka."

Mereka bungkus Yusuf dalam diam. Tak ada yang bertanya siapa dia. Tak ada yang bertanya kenapa ia berada di sumur. Ia dibungkam, dijadikan barang dagangan.

Yusuf tak melawan. Ia pasrah.
Namun di dalam hatinya, ada suara yang menenangkan:
"Jangan takut. Ini bukan akhir, tapi awal. Aku bersamamu."

Dan Allah...
"Wallāhu ‘alīmun bimā ya‘malūn."
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Yusuf diam. Tapi Allah berbicara padanya lewat peristiwa.
Manusia menilai dari rupa. Allah menilai dari rahasia hati.
Mereka ingin menjual Yusuf untuk untung dunia. Tapi Allah sedang membelinya untuk jalan kenabian.

Petang di Lembah Air Mata Palsu Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Senja mulai menyelimuti padang Kanaan. Langit berganti warna, dari b...

Petang di Lembah Air Mata Palsu

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Senja mulai menyelimuti padang Kanaan. Langit berganti warna, dari biru kejinggaan, lalu menggelap perlahan. Angin petang membawa debu dan kesepian. Di dasar sebuah sumur tua, dingin batu dan kesunyian malam menyambut seorang bocah yang baru saja dilempar oleh darah dagingnya sendiri.

Yusuf.

Tubuh kecil itu menggigil, namun bukan hanya karena dingin. Ia baru saja kehilangan kepercayaan pada manusia.


---

Di kejauhan, sekelompok pemuda berjalan cepat menuruni bukit menuju kemah Nabi Ya’qub. Langkah mereka tergesa, pakaian mereka berdebu, suara tangis mereka menggema... tapi tidak sampai ke hati.

“Wahai Ayah kami...” seru mereka sambil menyeka air mata yang tak tulus. “Kami pergi berlomba, seperti biasa... berlarian di padang, tertawa, bergembira.”

Nada suara mereka menggambarkan riang masa lalu, bukan duka hari ini. Mereka menyusun narasi: Yusuf ditinggal hanya sejenak, di dekat barang-barang kami. Aman. Kami tidak lalai.

Mereka memilih waktu petang. Waktu di mana kabut keraguan mudah diselipkan. Agar Ya’qub tak sempat menyelidiki. Agar tidak ada pencarian. Agar malam menjadi selimut bagi dusta mereka.

Dan kemudian, mereka mengeluarkan sesuatu: baju Yusuf. Baju yang dicelup darah, tapi tidak terkoyak.

“Ini, Ayah...,” kata mereka. “Lihat, serigala itu kejam. Tapi kami tak bisa menyelamatkannya... kami lengah.”

Nabi Ya’qub memandang baju itu. Lama. Mata tuanya jeli dan jujur.

“Darah ini palsu,” batinnya. “Kalaupun Yusuf diserang serigala, mengapa bajunya masih utuh? Tak ada bekas robekan. Tak ada gigitan. Tak ada jeritan yang kalian ceritakan.”

Ia menarik napas dalam-dalam. Ada luka, tapi lebih dalam dari kehilangan adalah kebohongan anak-anaknya sendiri.

“Tidak,” ucapnya pelan, tapi pasti. “Bukan serigala yang memangsanya. Tapi serigala dalam hatimu... yang telah menggodamu, dan membuatmu menzalimi saudaramu sendiri.”

Mereka tertunduk. Tapi hati mereka belum menyesal. Sementara Ya’qub, ayah yang patah hati itu, menunduk, bukan karena kalah—melainkan karena menyerahkan segalanya kepada Sang Mahakuasa.

“Maka, bersabarlah... karena hanya sabar yang terbaik bagiku,” ucapnya lirih.

Sabar yang tidak berarti diam. Tapi sabar yang menggantungkan harapan pada langit, bukan pada manusia.

Dalam malam yang semakin pekat, tangis Ya’qub tak disertai teriakan. Ia tidak memaki, tidak mengutuk. Ia hanya menatap langit, dan memohon: “Wahai Tuhan, jagalah anakku. Jika masih hidup, tuntunlah dia. Jika telah tiada, temukan aku dengannya kelak.”

Air matanya mengalir. Tapi bukan karena ia percaya pada dusta itu. Ia menangis karena hatinya telah mencium aroma pengkhianatan, namun tak dapat membalas kecuali dengan kesabaran dan tawakal.

Dan malam pun terus berjalan... membawa Yusuf ke takdirnya, dan Ya’qub ke luka panjang yang hanya bisa diobati oleh janji Tuhan.

Ketika Yusuf Diajak Bermain: Sebuah Luka yang Disembunyikan di Balik Senyuman Oleh: Nasrulloh Baksolahar  "Maka ketika mere...

Ketika Yusuf Diajak Bermain: Sebuah Luka yang Disembunyikan di Balik Senyuman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

"Maka ketika mereka membawanya..."
(QS. Yusuf: 15)

Pagi itu cerah. Angin semilir menggoyangkan dedaunan, seakan tidak ada duka yang mengendap di langit keluarga Ya'qub. Yusuf, si anak lembut yang wajahnya menyimpan keteduhan langit, diajak oleh saudara-saudaranya bermain. Ia menatap wajah-wajah mereka dengan penuh harap, meski hatinya menyimpan rasa janggal.

“Saudara-saudaraku, sungguh lama aku menanti hari ini… saat kalian mengajakku bermain,” ujar Yusuf dengan polos dan bahagia.

Namun, di balik senyum mereka, tersembunyi niat kelam yang disusun dengan penuh dengki dan kecemburuan. Hati mereka yang selama ini dirundung bayang-bayang kasih sayang ayah, merasa Yusuf-lah penyebab semua itu. Yusuf adalah cahaya di mata sang ayah, dan cahaya itu — menurut mereka — harus dipadamkan.

Langkah demi langkah menuju padang yang sunyi, hati Yusuf mulai dihantui tanya.
“Ke mana kita akan bermain?” tanyanya.
“Tunggulah, Yusuf. Di sana ada tempat yang menyenangkan,” jawab salah satu dari mereka, dengan suara yang memaksakan kehangatan.


---

Ketika Yusuf Dimasukkan ke Dalam Sumur: Runtuhnya Dunia Seorang Anak

"Maka mereka sepakat untuk memasukkannya ke dasar sumur..."
(QS. Yusuf: 15)

Dan tibalah saat yang telah mereka rencanakan. Di dekat sumur tua yang sepi, mereka melemparkan Yusuf ke dasar kegelapan. Tak ada air mata di wajah mereka. Justru sebaliknya—ada kepuasan yang ganjil.
"Sudah selesai. Kini Ayah akan mencintai kita," ujar salah satu dari mereka.
Yang lain mengangguk, lega. “Yusuf, penghalang itu, telah hilang.”

Di dasar sumur itu, Yusuf menggigil. Bukan hanya karena dingin, tetapi karena luka yang tak tertampung oleh kata-kata. Ia bukan hanya dijatuhkan oleh tubuhnya, tapi juga oleh kepercayaannya kepada orang-orang yang ia sebut saudara.

"Apakah ini akhir dari hidupku, ya Allah?" bisiknya lirih.


---

Ketika Allah Menghibur Seorang Anak yang Dikhianati

"Kami wahyukan kepadanya..."
(QS. Yusuf: 15)

Namun pada saat itulah, justru langit membuka pintunya. Allah membisikkan keteguhan ke dalam jiwa Yusuf yang ringkih:
"Tenanglah, Yusuf. Ini belum akhir. Akan tiba saatnya engkau berdiri tegak dan menceritakan semua ini kepada mereka..."

Di dalam sumur yang gelap, Yusuf tidak sendiri. Ia ditemani oleh janji langit. Janji bahwa penderitaan ini bukan kehancuran, melainkan permulaan dari kemuliaan. Bahwa pengkhianatan ini akan menjadi awal dari kisah panjang seorang pemimpin yang akan mengampuni mereka yang pernah mencelakakannya.


---

Ketika Mereka Tidak Sadar: Dunia Berputar, Rencana Ilahi Terus Bergerak

"Sedang mereka tidak menyadari..."
(QS. Yusuf: 15)

Saudara-saudaranya pergi dengan hati ringan, tanpa tahu bahwa langit punya rencana yang jauh lebih besar dari siasat mereka. Mereka tidak menyadari bahwa orang yang mereka celakai adalah orang yang kelak akan memberi mereka makan di masa paceklik, memeluk mereka di saat ketakutan, dan mengampuni mereka saat menangis menyesal.

Yusuf bertahan. Bukan karena kekuatannya, tetapi karena rahmat Allah. Ia tahu kini: bahkan sumur pun bisa menjadi panggung wahyu. Bahkan kegelapan bisa menjadi tempat datangnya cahaya.


---

“Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia…”
(QS. Ali Imran: 191)

Tiada satu pun kisah yang sia-sia dalam kehidupan ini, apalagi yang ditulis langsung oleh pena keagungan Ilahi. Dari mata Yusuf yang basah, dari hati saudara-saudaranya yang gelap, dari sumur yang bisu—semuanya bagian dari kisah yang akan membuktikan: Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya, bahkan ketika semua orang melakukannya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (356) Al-Qur’an (3) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) cerpen Nabi (7) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (253) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (550) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (14) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (241) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (506) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (489) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (250) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (229) Sirah Sahabat (150) Sirah Tabiin (43) Sirah Ulama (144) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)