Bosaso, Emas Darfur, Tentara Bayaran Kolombia dan Ambisi UEA di Sudan
Pendahuluan: Suara Pesawat di Bosaso
Di pelabuhan udara Bosaso, pinggir laut Teluk Aden, suara gemuruh pesawat angkut berat menggema menjelang senja: sebuah Ilyushin-76 putih mendarat perlahan, bergerak ke hangar yang tampak memperlihatkan bayangan operasi besar.
Penduduk setempat, yang dua tahun lalu jarang melihat kegiatan seperti ini, kini menyaksikan pendaratan rutin, bongkar muat kontainer bertanda “berbahaya”, dan pengamanan ketat yang membuat mereka mengernyit — apa yang tengah terjadi di Bosaso?
Menurut komandan senior Pasukan Polisi Maritim Puntland (PMPF) yang berbicara dengan kondisi anonim, “logistik segera dipindahkan ke pesawat lain yang siap terbang menuju Sudan dan RSF.”Sumber ini memberi tahu bahwa asal pesawat dan muatannya jelas: UEA.
Operasi ini bukan hanya pengiriman barang—melainkan sebuah urat nadi logistik militer yang menghubungkan tiga wilayah: Horn of Africa, Sudan, dan Teluk Arab.
Jejak Pengiriman Rahasia: Logistik, Radar, Kontainer
Investigasi berbasis pelacakan penerbangan, citra satelit, dan sumber diplomatik regional mengungkap pola yang sistematis. Beberapa fakta kunci:
Data lalu lintas udara menunjukkan peningkatan signifikan pendaratan pesawat kargo besar di Bosaso sejak awal 2024, sebagian besar menggunakan rute UEA → Puntland → Sudan.
Citra satelit (5 Maret 2025) memperlihatkan radar buatan Israel—sistem ELM-2084 3D AESA—terpasang dekat landasan utama Bosaso Airport. Radar ini dikenal sebagai elemen pertahanan udara canggih.
Kontainer yang dibongkar ditandai “berbahaya”, tanpa rincian resmi, dan segera dilewati ke transportasi udara menuju Sudan. Seorang manajer senior pelabuhan menyebutkan “lebih dari 500.000 kontainer” dilintaskan melalui Bosaso dalam dua tahun terakhir.
Sumber Somali menyebut setidak-nya satu kamp militer para tentara bayaran Kolombia berdiri di dekat Bosaso, digunakan sebagai transit sebelum dikirim ke Sudan.
Dengan demikian, Bosaso tampak bukan hanya sebagai pelabuhan pelindung anti-pembajakan atau pintu masuk bantuan kemanusiaan seperti yang dinyatakan secara publik. Ia telah berubah menjadi hub logistik militer tak resmi, memperkuat RSF di Sudan.
Tentara Bayaran Kolombia: Dari Bogotá ke Darfur
Skenario ini menjadi lebih nyata ketika laporan dari Sudan, Kolombia, dan Somalia menemukan bahwa ratusan mantan tentara Kolombia—dengan kontrak yang menjanjikan “keamanan dan perlindungan” di kawasan Teluk—malah dikirim ke Sudan untuk berperang bersama RSF.
Seorang mantan prajurit Kolombia yang diwawancarai secara anonim mengatakan:
“Saya pikir saya akan menjaga ladang atau proyek di Teluk. Tidak pernah diberitahu bahwa saya akan mendarat di Bosaso, kemudian Nyala di Darfur, berhadapan dengan rudal dan pembantaian.”
Laporan resmi Sudan kepada PBB menyebut UEA mendukung perekrutan “Desert Wolves” Kolombia untuk RSF.
Bongkar muat logistik, pesawat IL-76, kontainer “berbahaya”, dan prajurit bayaran—tapak-tapak ini membentuk mosaik yang menegaskan bahwa Bosaso menjadi transit penting. Apalagi ketika radar dan fasilitas bawah-radar lainnya menunjukkan bahwa UEA bukan hanya memfasilitasi muatan, tapi juga membangun infrastruktur pertahanan di sana.
Politik Regional: Puntland, Mogadishu, dan Kedaulatan yang Dikecilkan
Wilayah Puntland secara resmi adalah bagian dari Somalia, namun hubungan langsungnya dengan UEA memunculkan masalah kedaulatan. Sumber resmi Puntland dan nasional mengaku tidak terlibat dalam persetujuan formal aktivitas militer UEA di Bosaso. Seorang mantan Menteri Luar Negeri Somalia, Abdisalan Muse Ali, berkata:
“Kalau bandara kami digunakan untuk penerbangan senjata menuju Sudan tanpa persetujuan Mogadishu, maka kami bisa menjadi bagian dari pelanggaran hukum internasional.”
Presiden Puntland, Said Abdullahi Deni, dianggap sebagai sekutu dekat UEA, meski banyak aktivitas berlangsung tanpa persetujuan parlemen regional maupun pemerintah federal Somalia.
Hal ini menimbulkan dilema: sementara Somalia membutuhkan dukungan luar untuk keamanan dan melawan al-Shabaab, kerja sama semacam ini justru meruntuhkan prinsip kedaulatan dan membuat Somalia sebagai arena proxy konflik regional.
Kepentingan Emas Darfur dan Jalur Laut Merah
Mengapa UEA melakukan semua ini? Di balik operasi logistik ada campuran motif ekonomi dan geopolitik. Darfur dan wilayah Sudan bagian barat kaya akan emas dan logam langka. RSF—yang awalnya bagian dari Janjaweed—mengendalikan sebagian besar tambang emas ilegal selama konflik Sudan.
UEA melalui Dubai dianggap sebagai salah satu destinasi ekspor emas dari Sudan—sering kali tanpa transparansi. Dengan memastikan RSF tetap kuat, UEA menjaga aliran emas, sambil memperkuat posisinya di sepanjang jalur strategis Teluk Aden dan Laut Merah.
Bosaso sebagai hub sangat ideal: dekat dengan Semenanjung Arab, relatif jauh dari kontrol reguler Mogadishu, dan sudah memiliki kehadiran militer UEA sejak lama (untuk pelatihan anti-pembajakan). Dengan tambahan radar dan fasilitas logistik, transport senjata dan personel melalui Bosaso menjadi lebih mudah dan tertutup.
Dampak Humaniter: Darfur, RSF, dan Runtuhnya Nurani
Sementara logistik dan strategi berjalan, di Darfur, korban berguguran. RSF yang diperkuat armada, bayaran, drone, dan logistik (sebagian dari rute Bosaso) telah dituduh melakukan eksekusi massal, pembantaian warga sipil, dan memblokir bantuan kemanusiaan. Laporan PBB dan kelompok HAM menyebut ada “alasan yang masuk akal untuk meyakini” kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terjadi.
Operasi logistik melalui Bosaso bukan hanya soal senjata—ia adalah jaringan yang memungkinkan kekerasan terstruktur. Ketika kontainer tanpa penjelasan dibongkar dan pesawat angkut tak diberi waktu untuk pendaratan pengintaian, angka korban meningkat—rumah sakit di el-Fasher dipenuhi korban, banyak di antaranya terekam dieksekusi oleh RSF.
Mekanisme Kelangsungan Perang: Mengapa “Bumi Hangus” Tak Pernah Berhenti
Konsep kita di sini mirip dengan strategi “bumi hangus” yang digunakan dalam sejarah: menghancurkan agar lawan tidak pernah bangkit. Namun adaptasi modern berbeda: bukan kota yang dibakar, melainkan fasilitas logistik, jaringan finansial, dan hukum internasional yang dipinggirkan.
Dengan hub seperti Bosaso, UEA dan RSF menciptakan mekanisme perang berkelanjutan:
Personel dibawa dari Kolombia,
Senjata diterbangkan melalui Somalia ke Sudan,
Kemenangan RSF di Darfur memperkuat posisi mereka,
Teluk Aden dan Laut Merah menjadi koridor senjata dan emas.
Dengan demikian, konflik bukan sekadar pertempuran di lapangan — ia menjadi ekonomi tertutup yang bergantung pada keberlanjutan mesin perang.
Kontradiksi Kekuatan: Ketahanan yang Melelahkan
Namun seperti strategi bumi hangus yang akhirnya gagal karena tidak meninggalkan fondasi peradaban, aliansi ini juga punya retakan. UEA bisa memasok senjata, tapi membiayai keberlanjutan konflik berarti beban diplomatik dan moral.
Somalia menghadapi risiko kedaulatan; Sudan mengalami penderitaan berkepanjangan; dunia Islam melihat bagaimana wilayah Afrika menjadi papan catur kekuatan besar.
Seperti yang ditulis sejarawan Arnold Toynbee:
“Peradaban tidak mati karena dibunuh; ia mati karena bunuh diri moral.”
Aliansi yang bergantung pada ekstaksi emas, senjata, dan bayaran tentara bayaran akhirnya membayar sendiri. UEA bisa tinggal jauh dari medan perang, tetapi nama-baiknya terancam—sedangkan RSF bisa menang tempur, tetapi kehilangan legitimasi.
Refleksi Akhir: Urusan Nurani dan Uranus Global
Operasi Bosaso adalah sebuah pentas kecil dari geopolitik besar: ketika sebuah bandara di Somalia digunakan sebagai pangkalan senjata ke Sudan, maka dunia melihat benang penghubung antara kekuasaan, sumber daya, dan kerusakan kemanusiaan.
Penutup ini mengajak kita bertanya: siapa yang menanggung biaya perang? Jawabannya: bukan hanya korban di Darfur, tetapi masyarakat global yang kehilangan norma, kedaulatan lokal yang dikorbankan, dan generasi yang mati tanpa kesempatan.
Kita diundang untuk menyaksikan bukan hanya statistik, tetapi hati nurani yang dipertaruhkan. Karena ketika operasi rahasia berhasil dalam gelap, ia tetap membiarkan cahaya nurani manusia bertanya—dan sejarah mendengarkan.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif