Surat Khusus Untuk Rasulullah SAW di Juz 30
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Seluruh surat Al-Qur'an di juz 30 diturunkan di periode Mekah. Sebuah periode yang sangat sulit dan menegangkan. Seolah langit runtuh, bumi terbalik dan terguncang hebat. Apakah Allah Swt. membiarkannya?
Allah Swt. menghiburnya dengan sangat khusus dan personal. Caranya, tidak didatangkan kekayaan, kekuasaan dan dihancurkan musuhnya. Tetapi dengan surat yang khusus hanya untuk Rasulullah Saw. saja.
Menurut Sayid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, ada 3 surat yang khusus mengenai Rasulullah saw. Yaitu, surat Adh-Dhuh, Alam Nasyrah dan Al-Kautsar. Apa tema besarnya? Menghilangkan kesusahan hati dan menjanjikan kebaikan untuknya.
Untuk itulah, ungkapan ketiga surat itu penuh dengan kasih sayang, hembusan rahmat, sepenggal rasa cinta, dan tangan penyayang yang mengusap kepedihan dan penderitaan. Semuanya datang dari Rabb-nya.
Saat orang kafir berkata, "Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya." Karena wahyu telah lama tidak turun. Sebagai bentuk pembelaan dan penghiburan, Allah Swt. menurunkan surat Adh-Dhuha kepada Rasulullah saw, yang mengingatkan Rasulullah Saw pada masa lalunya, saat Allah Swt. melindunginya dan mencukupinya,
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu); mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu); dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan?"
(Aḍ-Ḍuḥā [93]:6-8)
Lalu, turunlah surat Alam Nasrah untuk melengkapinya bahwa Allah Swt. akan selalu melimpahkan kelapangan dada, kemudahan dan dilepaskan kesulitan dan kesusahan,
"Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad), meringankan beban (tugas-tugas kenabian) darimu, yang memberatkan punggungmu, dan meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu?"
(Asy-Syarḥ [94]:1-4)
Di saat Rasulullah saw dicela oleh petinggi Quraisy karena seluruh anak laki-lakinya wafat dengan perkataan, "Biarkan saja Muhammad itu, nanti dia akan mati dengan tidak meninggalkan keturunan dan urusannya akan berakhir." Maka, Allah Swt. menurunkan surat Al-Kautsar,
"Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
(Al-Kauṡar [108]:3)
Secara keseluruhan, ketiga surat tersebut merespons liku-liku pribadi yang dihadapi Rasulullah saw, seolah-olah berkata, "Tidak ada yang boleh menyakiti Rasulullah saw sedikit pun, Allah Swt. selalu membelanya."
Analisis Isi dan Gaya Bahasa
1. Isi (Konten):
Tulisan ini mengangkat tema yang cukup dalam dan spiritual, yakni penghiburan Allah Swt. kepada Rasulullah SAW melalui tiga surat di Juz 30: Adh-Dhuha, Al-Insyirah (Alam Nasyrah), dan Al-Kautsar. Inti pesannya adalah bahwa dalam masa-masa paling sulit di awal dakwah Islam, Rasulullah SAW mendapatkan dukungan spiritual secara langsung dari Allah melalui wahyu. Penulis menyampaikan bahwa:
Ketiga surat itu turun dalam konteks penderitaan dan tekanan pribadi yang dialami Rasulullah SAW.
Masing-masing surat membawa pesan kasih sayang, perlindungan, dan pembelaan ilahiah kepada Nabi.
Tulisan ini memberi nuansa emosional dan spiritual tentang betapa Allah menjaga kehormatan dan keteguhan hati Rasul-Nya.
2. Gaya Bahasa:
Gaya bahasa dalam tulisan ini dapat dikategorikan sebagai naratif-reflektif dan emosional-religius. Berikut cirinya:
Bahasa puitis dan metaforis: Misalnya, “seolah langit runtuh, bumi terbalik dan terguncang hebat”, atau “hembusan rahmat, sepenggal rasa cinta, dan tangan penyayang yang mengusap kepedihan”.
Nada personal dan kontemplatif: Penulis tidak hanya menyampaikan informasi, tapi juga mengajak pembaca merasakan penderitaan dan hiburan yang dialami Rasulullah.
Penggunaan pertanyaan retoris: Misalnya, “Apakah Allah Swt. membiarkannya?”, yang membangun kedekatan emosional dan menggugah rasa ingin tahu.
Bahasa keagamaan yang lembut dan membangun empati: Hal ini tampak dari diksi seperti penghiburan, perlindungan, kecukupan, yang menciptakan suasana teduh dan menenangkan.
Kesimpulan:
Tulisan ini memiliki kekuatan pada kesederhanaan narasi, kedalaman spiritual, dan keterhubungan emosional dengan Rasulullah SAW. Gaya bahasa yang digunakan sangat cocok untuk pembaca muslim yang mencari renungan atau inspirasi keimanan, khususnya dalam konteks tadabbur atau refleksi Qur’ani.
Jika diinginkan untuk publikasi di media umum atau buletin dakwah, gaya ini sudah cukup efektif. Namun, jika ditujukan untuk media massa dengan gaya jurnalistik, gaya naratif ini bisa disesuaikan menjadi lebih informatif dan objektif. Saya bisa bantu ubah juga ke gaya tersebut bila Anda ingin.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif