Huru-Hara Hari Kiamat di Dunia Bisnis
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Huru-hara diartikan sebagai kekacauan besar yang melanda secara umum. Dalam kondisi ini, tidak ada lagi pola yang terstruktur dan logis. Segala sesuatu menjadi serba tak menentu. Struktur yang sebelumnya mapan dan stabil tiba-tiba runtuh. Semuanya berubah dengan sangat cepat—secepat apa yang dipikirkan dan diciptakan oleh manusia.
Namun, benarkah huru-hara hari Kiamat hanya dimaknai sebagai kehancuran alam semesta, yang ditandai dengan perubahan arah lintasan matahari, dari timur ke barat, lalu bergeser dari barat ke timur?
Ataukah hanya terbatas pada kisah pertempuran Armagedon, ketika "golongan putih" yang dipimpin Imam Mahdi melawan "golongan hitam" di bawah komando Dajjal—perang besar berskala global yang melibatkan banyak bangsa?
Sesungguhnya, huru-hara bisa terjadi dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk dunia bisnis. Dalam terminologi modern, huru-hara semacam ini disebut sebagai disrupsi: perubahan drastis yang mengganggu tatanan atau model bisnis yang telah lama mapan.
Mengapa disrupsi bisa terjadi?
Karena inovasi atau perubahan mendasar muncul dan menggantikan cara lama dalam menjalankan bisnis. Pelaku lama tergeser, struktur pasar berguncang, dan cara-cara baru bermunculan sebagai norma baru.
Contohnya sangat nyata. Dahulu, hanya perusahaan besar seperti Blue Bird yang bisa menjalankan layanan transportasi. Kini, siapa saja bisa melakukannya lewat aplikasi seperti Gojek dan Grab.
Bahkan kekacauan politik dan kemanusiaan dapat memicu disrupsi. Genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, misalnya, telah memicu gerakan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengannya. Di sisi lain, muncul semangat untuk menggunakan produk lokal sebagai bentuk perlawanan ekonomi sekaligus alternatif yang lebih etis.
Lalu, bagaimana menghadapi disrupsi?
Jika dalam narasi hari Kiamat hanya mereka yang beriman yang akan selamat, maka dalam dunia bisnis pun hanya mereka yang memiliki akar nilai, fleksibilitas, dan ketangguhan yang mampu bertahan. Seperti pohon yang dihempas badai: batang dan daunnya bisa rontok, tetapi selama akarnya menghujam ke dalam tanah, ia akan tetap berdiri dan tumbuh kembali.
Pada akhirnya, hanya bisnis yang berakar pada nilai akan tetap hidup meski dunia terus berguncang.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif