Kisah Para Nabi: Persoalan dan Solusi Komprehensif Kehidupan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
---
1. Wahyu Telah Turun, Masalah Telah Dijawab
Segala kalimat telah sempurna. Wahyu terakhir telah diturunkan. Tak ada lagi ayat baru yang akan turun. Tak ada lagi langit yang akan terbuka dengan petunjuk yang belum tersampaikan.
Segala persoalan kehidupan—baik yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi—telah dijelaskan. Segala bentuk ujian, kesalahan, kesesatan, dan kebingungan sudah pernah dialami, sudah pernah ditunjukkan cara menghadapinya.
Dan semua itu telah terhimpun… dalam satu kitab penutup: Al-Qur’an.
Kitab yang bukan sekadar bacaan suci untuk malam Jumat. Tapi pedoman menyeluruh tentang bagaimana manusia seharusnya hidup: berpikir, merasa, berbuat, dan bertahan dalam arus zaman.
Lalu mengapa manusia tetap terperangkap dalam kesulitan?
Mengapa banyak yang mengeluh tak tahu jalan keluar?
Mengapa akar persoalan hidup sering tak teridentifikasi, apalagi solusinya?
Jawabannya ternyata sederhana:
Manusia tertipu oleh dirinya sendiri.
Tertipu oleh apa yang ia sebut “kecerdasan” dan “kemajuan.”
---
2. Nabi-Nabi dan Kecerdasan Wahyu
Para Nabi adalah manusia pilihan. Mereka bukan manusia biasa yang kebetulan menjadi pemimpin. Mereka adalah insan-insan yang dipersiapkan secara spiritual dan moral, dibimbing langsung oleh Allah, dan diperkuat oleh wahyu.
Rasulullah ﷺ adalah puncaknya.
Manusia paling berpengaruh dalam sejarah.
Tapi bagaimana beliau memecahkan masalah?
> Beliau menunggu wahyu.
Menunggu Jibril datang membawa jawaban.
Beliau tidak berspekulasi. Tidak menerka-nerka. Tidak mengandalkan insting duniawi semata.
Maka, ketika wahyu tak lagi turun, ia telah diwariskan dalam bentuk Al-Qur’an. Kini kita tak perlu menunggu Jibril turun. Tak perlu menanti malaikat membawa jawaban.
Karena jawabannya… sudah ada.
Karena semua telah dirangkum.
Kini, tugas manusia bukan menunggu jawaban, tapi membacanya.
Merenungkannya. Mengamalkannya.
Ironisnya, sebagian besar manusia justru menolak memahaminya. Padahal jawabannya sudah ada di tangannya.
---
3. Seluruh Persoalan Telah Diceritakan
Kisah para nabi bukan cerita lama. Ia bukan dongeng masa lalu. Ia adalah cermin yang jernih—yang menampilkan wajah kita hari ini, dengan segala luka dan pertanyaannya.
> Bagaimana manusia pertama—Adam—jatuh ke dalam kesalahan karena bisikan iblis?
Bagaimana anaknya, Qabil, membunuh saudaranya sendiri karena dengki?
Bagaimana Nuh harus menghadapi umat yang keras kepala dan anak yang tak mau ikut bahtera?
Bagaimana Yusuf ditikam saudaranya sendiri dan tetap memaafkan?
Bagaimana Musa menantang tirani dan takut berbicara?
Bagaimana Isa menghadapi konspirasi dan pengkhianatan?
Bagaimana Muhammad ﷺ memikul seluruh beban umat di punggungnya—dengan kasih, bukan kebencian?
Setiap kisah para nabi adalah simbol dari persoalan manusia.
Dan setiap langkah mereka, adalah simbol dari solusi yang Allah ridai.
> Seluruh persoalan manusia sudah diangkat.
Seluruh solusi hidup sudah diberikan.
Langkah demi langkah. Jalan keluar. Hikmah-hikmah.
Dan semuanya telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an:
> "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal."
(QS. Yusuf: 111)
Lalu mengapa kita mencari solusi di luar itu?
---
4. Solusi Tidak Pernah Berubah
Masalah hidup akan selalu berulang. Formatnya mungkin berbeda. Tapi hakikatnya tetap sama.
Hasad, tamak, cinta dunia, pengkhianatan, kezaliman, kebodohan, kesombongan—semuanya adalah penyakit lama. Hanya berganti rupa, tapi tak pernah berubah akar.
Dan solusinya pun tak berubah:
> Iman, sabar, syukur, tawakal, kejujuran, kasih sayang, taubat.
Maka hidup ini sesungguhnya mudah, jika kita benar-benar mau mendengarkan kisah para nabi—bukan sekadar membacanya.
Karena para nabi tidak hanya mewakili masa lalu. Mereka mewakili semua musim dalam hidup manusia. Mereka adalah peta, bukan nostalgia.
---
5. Kehidupan Sudah Dibocorkan
Bayangkan ini:
Allah telah membocorkan masa depan.
Segala jebakan, tipu daya syaitan, fitnah dunia, tipu muslihat hawa nafsu—semuanya telah dijelaskan.
Allah bahkan memberi daftar jebakan hidup yang akan datang. Memberi skenario lengkap: dari fitnah Dajjal, munculnya Ya’juj Ma’juj, hingga kegelapan menjelang hari kiamat.
> Allah tidak ingin kita tersesat. Maka Allah membocorkan segalanya.
Lalu…
Mengapa manusia masih tersesat?
Mengapa manusia masih mencari arah dari suara-suara yang menyesatkan?
Karena mereka menolak peta.
Menolak petunjuk.
Lebih percaya pada bisikan syaitan daripada cahaya wahyu.
---
6. Para Nabi: Guru Kehidupan
Para Nabi bukan hanya utusan. Mereka adalah pelatih kehidupan.
Mereka tidak datang membawa teori, tapi teladan nyata. Mereka hidup, menderita, tertawa, jatuh, bangkit—untuk menjadi pelajaran.
> Mereka mengajari manusia mengenali penyakit hatinya.
Mereka menunjukkan arah keluar dari labirin dunia.
Mereka menemani jiwa manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Nabi Muhammad ﷺ adalah guru paling sempurna. Bukan karena tak pernah salah, tapi karena setiap langkahnya dituntun oleh langit.
Dan kini, setelah wahyu berhenti turun, kita tetap punya warisan:
Al-Qur’an dan Sunnah.
---
7. Manusia Sudah Dibimbing Sejak Awal
Pernahkah kita berpikir…
Hewan pun bisa bertahan hidup. Tumbuhan pun tahu kapan berbunga dan berbuah.
Padahal mereka tak punya akal. Tak ada sekolah untuk mereka. Tapi mereka bertindak sesuai takdirnya.
Lalu bagaimana dengan manusia?
> Manusia telah dibimbing bahkan sejak dalam kandungan.
Diperkuat oleh wahyu, para nabi, ulama, orang tua, guru, dan akal.
Dilengkapi dengan hati nurani, intuisi, fitrah, dan pengalaman sejarah.
Tapi mengapa manusia masih gagal memahami persoalan hidupnya?
Karena ia sering kali menolak bimbingan.
---
8. Yang Kurang Hanya Pengamalan
Maka sesungguhnya yang kurang itu bukan pengetahuan.
Yang kurang adalah pengamalan.
Allah telah membocorkan semuanya. Para nabi telah memberi contoh. Kitab suci sudah ada di rak rumah kita. Tafsir telah tersedia dalam berbagai bahasa. Kajian tersedia gratis di internet.
Lalu apa yang membuat kita tetap gagal?
> Yang kurang hanya satu:
Kita tidak mengamalkan apa yang telah diajarkan.
Padahal Allah sudah berjanji:
> "Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."
(QS. Thaha: 123)
---
9. Penutup: Kembali kepada Jejak Para Nabi
Kisah para nabi bukan hanya sejarah.
Ia adalah panduan bertahan di dunia yang penuh jebakan.
Ia adalah rambu di tengah jalan hidup yang rumit.
Ia adalah obat bagi penyakit hati yang dalam.
Dan semua telah diberikan. Lengkap. Jelas. Terang.
Kita tidak butuh nabi baru. Tidak perlu kitab baru. Tidak perlu teori barat atau filsafat timur.
Kita hanya perlu membuka kembali lembaran yang telah diwariskan oleh langit.
Kembali membaca kisah-kisah yang diturunkan bukan untuk hiburan, tapi untuk keselamatan.
Dan bertanya dengan jujur pada diri sendiri:
> “Sudahkah aku memahami persoalan hidup seperti para nabi memahaminya?”
“Sudahkah aku mencari solusi seperti para nabi mencarinya—melalui wahyu, bukan ego?”
---
Satu kalimat penutup:
> Kehidupan tidak rumit. Yang membuat rumit adalah kita sendiri—karena menolak solusi yang telah diturunkan.
---
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif