Menjaga Naskah Nusantara, Menjaga Islam
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Naskah Nusantara ribuan jumlahnya. Tersebar di Nusantara, juga di sejumlah negara Eropa seperti Belanda, Inggris, Jerman dan lainnya. Di Perpustakaan Nasional saja ada sekitar 1.000 naskah. Siapakah yang akan menggalinya? Tak banyak yang berminat di jurusan sastra dan budaya. Bila ada, siapakah yang peduli dengan naskah Nusantara?
Perhatikan buku-buku sejarah tentang Nusantara, baik sejarah kebangsaan, agama, adat istiadat, kerajaan dan bidang lainnya, siapakah penulisnya? Kebanyakan berbangsa Belanda, Inggris dan Australia. Mereka langsung mengambil dari Naskah Nusantara yang asli. Sedangkan penulis bangsanya sendiri hanya menguntip dari buku-buku mereka. Siapakah yang dianggap valid?
Naskah Nusantara banyak yang berbahasa Arab, Melayu, Jawa dan ragam bahasa daerah. Beraksara Melayu, Arab Melayu, Arab Jawa, Arab Sunda dan aksara daerahnya masing-masing. Bila bangsa ini direkayasa membenci yang beridentitas Arab (Islam) dan tak peduli dengan bahasa dan aksara masing-masing daerah, maka Nusantara akan kehilangan identitasnya.
Allah memerintahkan untuk mengimani kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Rasulullah saw pernah memerintahkan seorang Sahabat untuk mempelajari bahasa Ibrani. Kekhalifahan bani Umayyah dan Abbasiyah mengumpulkan manuskrip Yunani, Romawi, Persia dan berbagai bangsa yang saat itu. Sebab, kaum muslimin adalah pelanjut dan saksi setiap umat yang ada di muka bumi.
Khalifah Umar bin Abdul Azizmemerintahkan para Ulama mengumpulkan Hadist, khususnya Imam Az Zuhri. Lalu dilanjutkan ke generasi sesudahnya hingga melahirkan ulama besar seperti Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan ulama hadist lainnya. Menjaga khazanah masa lalu sudah dicontoh oleh pendahulu kaum muslimin dari masa ke masa.
Para khalifah menjaga peninggalan Rasulullah saw, hingga saat ini tersimpan di Turki. Juga Al-Qur'an generasi pertama. Pemimpin kaum Muslimin sangat peduli dengan peninggalan dan karya pendahulunya baik berupa jejak Arkeologi maupun pernaskahan.
Allah memerintahkan untuk memperhatikan jejak umat terdahulu yang jejaknya masih terlihat dan ada disekitar kehidupan kita. Tujuannya untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah bukan sekedar membuka kembali sejarah masa lalu.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif