basmalah Pictures, Images and Photos
12/11/21 - Our Islamic Story

Choose your Language

Surabaya Menangis, Saat Pahlawan Dipindahkan. Bagaimana Fir'aun? Surabaya di pertengahan 1962, ketika itu musim panas. Hujan...

Surabaya Menangis, Saat Pahlawan Dipindahkan. Bagaimana Fir'aun?


Surabaya di pertengahan 1962, ketika itu musim panas. Hujan sudah lama tidak turun. Pemerintah di waktu itu sedang memindahkan kuburan para pahlawan tanah air yang gugur ketika diserang Inggris, Oktober 1945.

Suatu keajaiban terjadi. Seluruh kota Surabaya sehari itu diliputi mega mendung. Hujan rintik-rintik kecil turun, tetapi tidak ada hujan lebat. Demikian dari pagi hingga petang hari. Sampai selesai memindahkan jenazah.

Dan besoknya, Surabaya meneruskan lagi musim panas yang terik itu, menyambung musim panas yang telah berjalan sebulan dua sebelumnya. Lembabnya udara, mendung yang meliputi langit, dan sekali-kali kedengaran guruh tohir mendayun-dayu memperdalam rasa sedih penduduk Surabaya yang turut mengalami ketika Surabaya diserang.

Itulah tanda "tangis langit dan bumi". Semua bertanda bahwa mereka adalah syuhada sejati. Bagaimana alam menyambut kematian Firaun?

Tenggelamnya Fir'aun yang menganggap dirinya penting, diiringkan oleh beribu-ribu bala tentaranya, tidak sedikit juga ada kesannya kepada alam ini. Malahan dapatlah dibayangkan bahwa setelah laut yang belah itu bertaut kembali dan Fir'aun bersama bala tentaranya telah tenggelam, laut itu tenang, seperti tak pernah ada kejadian apa-apa.

Kehilangan satu Fir'aun bahkan dengan seluruh bala tentaranya yang besar, tidak menyebabkan langit dan bumi menangis. 

Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 8, Buya Hamka,  GIP

Peran Akal, Sekedar Mencari Makan? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Tugas akal hanya untuk mencari rez...

Peran Akal, Sekedar Mencari Makan?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Tugas akal hanya untuk mencari rezeki? Padahal sekelumit semut dengan nalurinya saja bisa melakukannya

Akal hanya untuk mencari makan? Padahal ayam dengan cekernya saja bisa mencari makan. Potensi akal terbuang percuma

Kekuatan akal maha dahsyat, tapi hanya dipergunakan dan disibukan untuk urusan yang remeh dan kecil. Waktu hidup banyak terbuang.

Sekarang, akal manusia yang diberdayakan seperti berkekuatan bom nuklir, namun dipergunakan hanya untuk menembak seekor nyamuk

Mempelajari perjalanan manusia, pergantian siang dan malam, hujan yang membawa rezeki, soal hidup dan matinya bumi. Al-Qur'an membimbing peran akal

Al-Qur'an menunjukan langsung kemana akal harus melangkah dan tertuju. Kemana mata akal harus melihat dan memandang. Kemana akal difungsikan.

Mencari makan, fungsi akal terrendah. Memanfaatkan hukum alam semesta  bagi kemaslahatan manusia, tingkat menengah. Tertinggi, mengenal Allah.

Puncak dari kekuatan akal adalah senantiasa melihat dan merasakan tanda-tanda kebesaran Allah dari seluruh panca indra, alat deteksi tubuh dan helaan nafas

Bila satu helaan nafas belum dirasakan tanda kebesaran Allah. Bila satu detakan jantung belum dihayati nikmat Allah. Bertanda akal masih level bawah

Penjarahan Brutal Inggris di Keraton Yogyakarta Berhasil mengalahkan Belanda di Jawa yang diakhiri dengan Kapitulasi Tuntang, In...

Penjarahan Brutal Inggris di Keraton Yogyakarta


Berhasil mengalahkan Belanda di Jawa yang diakhiri dengan Kapitulasi Tuntang, Inggris masih punya pekerjaan rumah yakni mengalahkan kerajaan-kerajaan Jawa.

Di antara mereka yang paling ngotot adalah Kasultanan di Yogyakarta di bawah kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono II. Ketika akhirnya Yogyakarta mulai diserbu pada 18 Juni 1812 keraton itu kalah.

Kejatuhan itu berbuntut penjarahan brutal tentara Inggris di Keraton. Sultan HB II harus merelakan semua senjatanya dilucuti tentara Inggris. Ia terpaksa menyerahkan keris, pedang dan cundrik pusakanya.

Bagi orang-orang Jawa, tentu saja itu peristiwa adalah aib terbesar. Hanya sekali dalam sejarah Jawa, istana yang menjadi lambang daulatnya kekuasaan diserbu, dirampok dan dihinakan tentara Eropa.

Disebut sebagai Geger Sepehi, karena dari 1.200 tentara Inggris hampir separonya merupakan tentara Sepoy dari India.

Penyerahan yang diikuti pembuangan Sultan HB II pada awal Juli 1812 itulah yang penanda dimulainya penjarahan besar-besaran pada Keraton Yogyakarta.

Ingris merampas semua pusaka Keraton termasuk Kiai Paningset, Kiai Sangkelat, Kiai Urub, Kiai Jinggo, Kiai Gupito, Kiai Joko Piturun, dan Kiai Mesem. Mereka bahkan merampas kancing baju Sultan HB II yang terbuat dari berlian.

Meski kelak senjata-senjata pusaka itu dikembalikan saat penobatan Sultan HB III, pedang dan cundrik tak pernah kembali dan diberikan Thomas Stanford Raffles kepada Lord Minto di India.  Persembahan itu adalah bukti takluk Keraton Yogyakarta kepada Inggris.

Tak hanya senjata, Inggris juga menjarah gamelan, wayang, ribuan kitab-kitab sejarah Jawa, serta naskah-naskah daftar tanah. Bahkan dalam babad Bedhahing Ngayogyakarta tercatat pedati-pedati selama empat hari berturut-turut mengangkut harta rampasan itu ke kediaman Residen Yogya John Crawfurd.

Tak mau kalah dengan sang residen, sebagai letnan gubernur sekaligus panglima perang Raffles tak kalah maruk dalam menjarah. Diperkirakan ia merampok harta keraton senilai 200.000 hingga 1.200.000 dollar Spanyol.

Sedangkan tangan kanannya, Kolonel Rollo Gillespie, panglima perang Inggris di Jawa mengangkut 800.000 dolar Spanyol dengan 74.000 untuk dirinya sendiri sementara sisanya dibagi kepada perwira-perwira lain. Tak lupa, Gillespie juga menyisihkan 7.000 dollar Spanyol kepada Legiun Mangkunegaran pimpinan Pangeran Prang Wedana yang setia membantunya.

Babad Bedhahing Ngayogyokarta juga menyebut penjarahan tak hanya sebatas harta keraton saja. Serdadu Inggris merangsek ke keputren dan merampas semua perhiasan perempuan keraton termasuk melucuti pakaian dan perhiasan salah seorang istri resmi putra mahkota.

Menurut babad itu, bahkan seorang seorang perwira Inggris mati kena tikam ketika perempuan keraton ketika berniat membawanya harta rampasan perang.

Nasib paling buruk sebenarnya justru menimpa pustaka-pustaka keraton. Hingga saat ini mereka tak pernah kembali ke Jawa. Di antaranya termasuk 55 naskah yang dicuri Raffles yang sebagian diserahkan kepada Royal Asiatic Society pada tahun 1830.

Belum lagi yang ada pada Colin Mackenzie yang memiliki 66 naskah sedangkan John Crafurd yang merampas 45 naskah sebagian besar dijual kepada British Museum di tahun 1842.(TGU)

Review Kajian Filologi Dan Kodikologi: Ketika Aksara Arab Di-Nusantara-kan Sesungguhnya bangsa ini sangat kaya. Tidak hanya kaya...

Review Kajian Filologi Dan Kodikologi: Ketika Aksara Arab Di-Nusantara-kan


Sesungguhnya bangsa ini sangat kaya. Tidak hanya kaya akan sumber daya alam, namun kekayaan lainnya ada pada sumber daya budaya berupa manifestasi budaya berupa keberagaman bahasa daerah di Indonesia. Badan Bahasa menyebutkan bahwa terdapat 652 bahasa daerah di Indonesia. Ini merupakan sebuah keanekaragaman yang harus dijaga sebagai sebuah kekayaan bangsa.

Keragaman terjadi akibat posisi atau letak geografis wilayah Indonesia yang sangat strategis. Diapit oleh dua benua dan dua samudera. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah transit jika hendak menjelajahi belahan bumi ini. Wajar saja jika Bangsa Indonesia mudah sekali menerima kebudayaan asing yang singgah di negeri ini. Sikap masyarakat yang terbuka dan ramah seolah-olah membiarkan budaya asing diterima di Negeri ini. Meskipun pada dasarnya budaya asing tersebut tetap saja difilter dan disesuaikan dengan kearifan lokal setempat.


Ada tiga peradaban besar yang mempengaruhi ragam aksara di Nusantara, yaitu: peradaban India. Pada dasarnya, Bangsa India datang ke Indonesia dengan tujuan ekonomi dan religiusitas. Oleh sebab itu, aksara pallawa melekat erat di Nusantara. Hal ini terlihat pada era prasasti. Selanjutnya peadaban Arab yang masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan 14. Pengaruh budaya Islam sangat kuat. Hal ini terbukti dengan banyaknya manuskrip yang menggunakan aksara arab Melayu juga isi manuskrip yang bertemakan tentang ajaran-ajaran Islam. Selanjutnya masuklah pengaruh Barat (Eropa). Hal ini ditandai dengan keharusan penggunaan aksara latin yang terbukti pada era manuskrip dan era cetak. Kehadiran semua Bangsa asing ke Indonesia sama-sama memiliki tujuan membawa literasi agama.

Vernakularisasi dan Pribumisasi Aksara Arab di Nusantara muncul saat masuknya pengaruh Islamisasi ke Nusantara. Menurut Hermansyah, seorang Filolog Aceh, dalam tulisannya tahun 2014 mengungkapkan bahwa lingua pranca di Nusantara adalah bahasa Melayu. Samudera Pasai dianggap sebagai kerajaan Islam pertama yang melakukan vernakularisasi aksara Arab ke aksara Jawi dengan metode modifikasi.

Vernakularisasi aksara Arab mencapai puncak perkembangan pada abad 17-19 berkat adanya sumbangsih para ulama Nusantara yang belajar ke Haramain. Modifikasi aksara Arab masih dilestarikan di beberapa lembaga pendidikan ke-Islaman. Aksara Jawi meliputi wilayah Melayu, Aceh, dan Minangkabau. Sedangkan aksara Pegon meliputi wilayah Sunda, Jawa, dan Madura. Kemudian aksara Buri-Wulio meliputi wilayah Kerajaan Buton. Adanya aksara-aksara ini para Ashabul Jawiyin mengaplikasikan “Islam dalam wajah lokal”.

Berdasarkan pengamatan para ahli, baru lima belas aksara yang terdeteksi sebagai kekayaan aksara di Indonesia. Masih diharapkan peran penting generasi muda untuk mendeteksi aksara lainnya. Kekayaan budaya berupa bahasa adalah marwah dan identitas bangsa Indonesia. Jika bangsa ini kehilangan bahasa, maka bangsa ini akan kehilangan jati diri. Oleh sebab itu, layak untuk digaungkan kembali bahwa Bangsa Indonesia merupakan Bangsa yang cerdas, maju, dan tidak buta huruf karena telah lama mengenal baca tulis dengan aksara dan bahasa lokal.

https://www.riausastra.com/2020/05/26/review-kajian-filologi-dan-kodikologi-ketika-aksara-arab-di-nusantara-kan/

Pewaris Sultan HB II Minta Kembalikan 57.000 Ton Emas yang Dijarah Tentara Inggris Keturunan Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku...

Pewaris Sultan HB II Minta Kembalikan 57.000 Ton Emas yang Dijarah Tentara Inggris


Keturunan Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono II (HB II) mendesak Pemerintah Indonesia melalui Presiden Joko Widodo untuk membantu pengembalian aset dan harta benda milik Sultan HB II yang dijarah tentara Inggris tahun 1812.

Di tahun 1812 itu terjadi serbuan ke Kraton Yogyakarta oleh tentara Inggris, yang dikenal dengan Perang Sepehi atau Geger Sepehi.

"Kami mengharapkan harta dan benda bersejarah yang dijarah tentara Inggris pada Perang Sepehi tahun 1812 untuk dikembalikan. Barang-barang tersebut merupakan salah satu bagian dari milik Keraton Yogyakarta di masa Raja Sri Sultan Hamengkubuwono II,” ujar Sekretaris Pengusul Pahlawan Nasional Sri Sultan HB II, Fajar Bagoes Poetranto, kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2020.

Bagoes menyebut harta berharga yang dijarah adalah logam emas sebanyak 57.000 ton. Termasuk surat bukti kepemilikan atau kolateral juga dirampas. "Kami meminta agar emas tersebut dikembalikan kepada keturunan dari Sinuwun HB II," tegas Bagoes.

Selain emas, Fajar juga menyebut ada dokumen penting kerajaan yang diangkut. Termasuk berbagai manuskrip karya Sri Sultan HB II tentang sastra dan budaya keraton, serta benda pusaka kraton.


“Bahkan perhiasan yang dipakai Sri Sultan HB II pada saat itu juga ikut dirampas,” tambahnya.

Manuskrip tersebut penting terkait bukti otentik sejarah Ngayogyakarta. Pihak Yayasan Cahaya Nusantara (Yantra) siap merawat serta menerjemahkan manuskrip tersebut. Penerjemahan itu perlu dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Yogyakarta sejarah masa lampau Sri Sultan HB II.

"Kami mendapat dukungan dari pihak Keraton Yogyakarta dan para keturunan Sri Sultan HB II.  Bahkan yayasan Yantra juga siap bantu,” papar Bagoes.


https://galamedia.pikiran-rakyat.com/news/pr-35629739/pewaris-sultan-hb-ii-minta-kembalikan-57000-ton-emas-yang-dijarah-tentara-inggris?

Sejarah Penjarahan 7.000 Manuskrip Keraton Yogyakarta oleh Inggris Sejarah Penjarahan Manuskrip Keraton Yogyakarta oleh Inggris ...

Sejarah Penjarahan 7.000 Manuskrip Keraton Yogyakarta oleh Inggris



Sejarah Penjarahan Manuskrip Keraton Yogyakarta oleh Inggris
Lebih dari 7.000 manuskrip milik Keraton Yogyakarta yang dijarah Inggris pada 1812 masih disimpan di British Library.
   
Kekayaan sejarah berupa ribuan koleksi manuskrip milik Keraton Yogyakarta pernah dijarah oleh orang-orang Inggris di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Hal itu terjadi pada 1811 setelah Inggris berhasil merebut Jawa dari Belanda.

Dikutip dari Anak Bangsawan Bertukar Jalan (2006) karya Budiawan, Belanda—yang saat itu menjadi taklukan Perancis—menyerah kepada Inggris dan harus menyerahkan wilayah kekuasaannya. Lewat Perjanjian Tuntang, Hindia (Indonesia) pun diambilalih Inggris.

Raffles selaku gubernur jenderal di Jawa yang ditunjuk Inggris semula mengajak Raja Yogyakarta, Hamengkubuwana II, untuk bekerjasama. Namun, HB II menolak mentah-mentah. Bagi sultan, Belanda maupun Inggris sama-sama bangsa asing yang ingin menginjak-injak dan menguasai bumi Mataram.


Terlebih lagi, sikap orang-orang Inggris cenderung arogan dan kurang bisa menghargai tradisi keraton saat menemui HB II di Keraton Yogyakarta. Sempat nyaris terjadi insiden lantaran utusan Inggris tidak terima kursi Raffles ditempatkan lebih rendah dari singgasana sultan.

Polemik Inggris dengan HB II semakin memanas ketika Raffles mendesak sang raja agar membubarkan angkatan bersenjata kesultanan. Tentu saja HB II tidak mau. Sebaliknya, sultan justru memperkuat pertahanan istana.

Jatuhnya Istana Yogyakarta
Secara diam-diam, Pakubuwana IV dari Kasunanan Surakarta memberikan dukungan kepada Hamengkubuwana II untuk menghadapi Inggris.


Di sisi lain, Inggris mendapatkan bantuan dari keluarga dinasti Mataram lainnya, yakni Kadipaten Mangkunegaran, yang merupakan pecahan Kasunanan Surakarta.

Selain itu, Inggris juga didukung Pangeran Natakusuma. Orang ini adalah putra HB I atau paman HB II. Pangeran Natakusuma sudah sejak lama sering berselisih dengan keponakannya itu.

Menurut Merle Calvin Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), sebagai “musuh" dari HB II, Pangeran Natakusuma berusaha sekuat tenaga agar memperoleh status merdeka dari istana. Itulah alasan mengapa Natakusuma bersedia membantu Inggris.

Inggris mengerahkan tidak kurang dari 1.200 orang prajurit berkebangsaan Eropa, ditambah serdadu Sepoy dari India. Selain itu, bantuan juga datang dari Kadipaten Mangkunegaran di Surakarta. Adipati Mangkunegara II memerintahkan Pangeran Prangwedana memimpin 800 orang prajurit menuju Yogyakarta.

Pada 18 Juni 1812, Inggris dan pasukan bantuan mengepung Keraton Yogyakarta. Komandan perang Inggris dalam penyerbuan itu, Admiral Gillespie, menyerukan kepada HB II agar meletakkan takhta jika tidak ingin terjadi pertumpahan darah. Namun, sang sultan menepis dengan tegas.

Tanpa ampun, pasukan gabungan Inggris menghujani istana dengan meriam dan peluru. Angkatan perang Kesultanan Yogyakarta sempat mampu menahan serangan itu. Namun, lama-kelamaan, pasukan HB II mulai kehabisan amunisi dan energi.

Bantuan yang diharapkan dari Kasunanan Surakarta tidak kunjung datang. Pakubuwana IV ternyata tidak berbuat apa-apa kecuali hanya menempatkan pasukannya di seberang jalur-jalur komunikasi Inggris.

Pengepungan dan penyerbuan ini berlangsung selama dua hari. Hingga akhirnya, pada 20 Juni 1812, tulis Peter Carey dalam Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855 (2011), Keraton Yogyakarta jatuh.

HB II dipaksa menyepakati perjanjian yang disodorkan Inggris. Salah satu isinya adalah Kesultanan Yogyakarta wajib menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Pangeran Natakusuma. Inilah yang kemudian menjadi Kadipaten Pakualaman.

Tak hanya itu, Sultan HB II dimakzulkan dari takhtanya, lantas diasingkan ke Penang (kini wilayah Malaysia). Inggris kemudian menaikkan putra HB II, Raden Mas Surojo, sebagai raja baru dengan gelar Hamengkubuwana III.

Soedarisman Poerwokoesoemo dalam Kadipaten Pakualaman (1985) menyebutkan, Inggris melantik Pangeran Natakusuma dengan gelar Pakualam I pada 29 Juni 1813. Inggris kemudian mengakui Pakualam I sebagai pangeran merdeka, diberikan tanah, tunjangan, pasukan, hak memungut pajak, serta hak takhta turun-temurun.

Berharap Jarahan Dipulangkan
Setelah menduduki Keraton Yogyakarta pada pertengahan 1812, Inggris dan pasukannya menjarah isi istana. Sejumlah besar uang dan harta diambil. Perpustakaan yang menyimpan berbagai koleksi manuskrip, kitab-kitab lama, foto-foto langka, karya-karya pujangga, serta bermacam arsip dan buku-buku berharga turut dirampas.

“Waktu itu, setiap hari sekitar lima gerobak naskah kuno diambil selama satu minggu berturut-turut dan dibawa ke London," kata Hamengkubuwana X, raja saat ini sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti dilansir Kompas (15/5/2012).

HB X berharap kekayaan sejarah milik keraton yang dibawa Inggris, juga Belanda, bisa dipulangkan, walau bukan dalam bentuk aslinya.

"Kalau bisa, pada aspek perjanjian kebudayaan, apakah boleh Daerah Istimewa Yogyakarta meminta naskah-naskah kuno di Belanda [dan Inggris]. Paling tidak diberikan dalam bentuk mikrocip jika sewaktu-waktu keraton ingin meneliti," harap HB X.

Pada era Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004), pernah dilakukan perjanjian pengembalian manuskrip kuno tersebut. Beberapa di antaranya memang sudah dikembalikan kendati masih ada ribuan naskah yang belum dipulangkan.

Hingga 2010, lebih dari 7.000 judul naskah kuno masih berada di British Library, London, Inggris. Sedangkan pada tahun ini, setidaknya ada 600 naskah kuno yang disimpan di Keraton Yogyakarta, antara lain berupa manuskrip tentang pemerintahan dan kesenian.

Untuk pertamakalinya, koleksi manuskrip milik Keraton Yogyakarta dipamerkan pada 8 Februari 2019 dalam rangka peringatan 30 tahun HB X bertahta. British Library ternyata mendukung pameran langka ini.

“Kita tampilkan [manuskrip] milik keraton, di-support oleh 75 manuskrip dari British Library. Dari keraton ada 30 [manuskrip] dalam bentuk aslinya," jelas G.K.R. Bendoro, putri bungsu HB X, selaku ketua panitia, dalam jumpa pers yang dihadiri Tirto.

Sebanyak 75 manuskrip keraton dari British Library tersebut seluruhnya dalam bentuk digital. Bentuk aslinya belum dapat dibawa ke Indonesia karena masih terbentur masalah kepemilikan dan sudah lebih dari 50 tahun berada di luar negeri.

Selain itu, Inggris dan British Library masih menahan sebagian besar koleksi manuskrip milik Keraton Yogyakarta karena penanganan naskah di Indonesia dinilai belum profesional.

“Kami mengalah dulu karena menyadari belum bisa menangani naskah kuno dengan baik," kata Pengelola Perpustakaan Widya Budaya K.R.T. Purwodiningrat.


Sumber:
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/sejarah-penjarahan-manuskrip-keraton-yogyakarta-oleh-inggris-dgLc

Manuskrip Nusantara Beraksara Arab Melayu di Eropa, Bukti Tingginya Peradaban Islam dan Kemakmuran Oleh: Nasrulloh Baksolahar (C...

Manuskrip Nusantara Beraksara Arab Melayu di Eropa, Bukti Tingginya Peradaban Islam dan Kemakmuran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati) 

Andai kekayaan seluruh negara Eropa disatukan, takkan bisa menyamai kekayaan Nusantara. Begitu bunyi manuskrip nusantara. Sekarang banyak hutangnya?

Negara Penjajah Eropa menjadi paling kaya di benua Eropa setelah menjajah Nusantara. Ini sebuah fakta sejarah

Apakah Nusantara bodoh? Buktinya ada 26.000 manuskrip Nusantara yang ada di Belanda dan Inggris. Panjangnya 12 Km. Belum lagi di negara lain.

Apakah Nusantara bodoh? Buktinya ada 700 manuskrip Nusantara yang ada di Jerman. Ini tanda tingginya peradaban Nusantara.

Bukankah tulisan dan buku adalah simbol tingginya peradaban? Manuskrip Nusantara yang menyebar di Eropa bukti ketinggian tersebut.

Pada 1812 terjadi serbuan ke Kraton Yogyakarta oleh tentara Inggris, yang dikenal  Geger Sepehi di era Sri  Sultan Hamengku Buwono 2. Keraton dirampok

Inggris merampok 57.000 ton emas milik Kesultanan Jogyakarta. Bukankah sangat kaya Nusantara?

1829 Kas Belanda kosong dan hutang menumpuk akibat perang Diponegoro dan Revolusi Belgia. Ternyata bisa surplus setelah merampas kekayaan Nusantara

Bagaimana Nusantara dahulu dapat memiliki peradaban tinggi dan kaya? Perhatikan aksara-aksara yang ada dimanuskrip tersebut.

Samudera Pasai dianggap sebagai kerajaan Islam pertama yang melakukan vernakularisasi aksara Arab ke aksara Jawi dengan metode modifikasi.

Ulama Nusantara yang belajar ke Haramain abad 17-19, ikut memodifikasi aksara Arab menjadi Aksara Jawi, Pegon dan Buri-Wulio pula.

Aksara Arab Jawi dan Pegon, telah memenuhi manuskrip Nusantara. Penjajah merampas kekayaan kesultanan. Siapakah yang telah membangun Nusantara?

Islam telah bangun Nusantara dengan ketinggian peradaban dan kemakmurannya. Mengapa sekarang memilih peradaban Barat yang menjajah Nusantara?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)