Mengapa Tanah Indonesia Dikuasai Asing?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Mengikuti training shalat khusyu di Shalat Center Bandung. Saat acara tadabur alam, jalan kaki ke sebuah air terjun. Jalan menuju ke lokasi masih bebatuan. Rumah pun masih sangat jarang. Kontur tanahnya berbukit dan suasana cukup dingin.
Selama perjalanan terlihat banyak pohon cengkeh yang sangat besar. Ini sebuah tanda, cengkeh pernah menjadi sumber penghasilan utama. Kota Bandung pun terlihat dari perbukitan. Namun ada yang cukup memprihatinkan, apa itu?
Selama berjalan kaki, banyak tanah yang tak diolah dan terlantar. Pohon dan rerumputan dibiarkan tak terurus. Tak terlihat bekas cangkul yang dihentakan ke tanah. Padahal tak jauh dari tempat tersebut ada Kantor Dinas Perkebunan provinsi Jawa Barat. Bukankah fenomena yang paradoks?
Ada tanah yang cukup luas yang dipagari beton. Pagarnya pun banyak yang ambruk. Sepertinya dulu pernah dibangun perumahan, tetapi sepi peminat. Sekarang tanahnya pun tak terurus. Ada papan pengumuman yang menginformasikan bahwa tanah tersebut adalah tanah wakaf pertanian. Tetapi, tak terurus juga.
Dalam perjalanan ada rumah dan mushalla yang cukup memprihatinkan. Mushallanya diberi nama Tawakal. Dindingnya hanya terbuat dari lembaran GRC. Rumahnya pun seperti itu. Seorang ibu keluar dari rumah. Kondidi anak-anak terlihat cukup memprihatinkan. Mengapa pertanian identik dengan kemiskinan?
Tanah yang terlantar di pinggiran kota Bandung, itulah wajah Indonesia juga. Indonesia ditelantarkan oleh penghuninya sendiri. Mengapa tak mensyukuri tanah yang subur dan iklim yang mendukung? Mengapa kolonial Belanda justru sangat serius mengelola tanah Indonesia?
Mengapa tanah Indonesia dikuasai asing? Lihatlah, tanah-tanah yang berada di sisi rumahnya pun ditelantarkan. Bagaimana Allah berkehendak mengamanahkan tanah yang sangat luas? Bagaimana Allah berkehendak menurunkan ilmu dan teknologi untuk mengelola tanah?
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif