basmalah Pictures, Images and Photos
09/04/21 - Our Islamic Story

Choose your Language

MEMPERLAKUKAN KONSUMEN GAYA URWAH BIN AZ-ZUBAIR Oleh : Nasruloh *) Khalifah Abdul Malik bin Marwan di era Bani Ummayah pernah be...

MEMPERLAKUKAN KONSUMEN GAYA URWAH BIN AZ-ZUBAIR

Oleh : Nasruloh *)

Khalifah Abdul Malik bin Marwan di era Bani Ummayah pernah bercerita tentang sahabatnya yaitu Urwah bin  Az Zubair, "Barangsiapa ingin melihat seseorang dari ahli surga hendaklah dia melihat Urwah bin Az  Zubair."

Urwah merupakan anak dari Zubair bin Awwam seorang pengawal pribadi Rasulullah saw. Ibunya Asma binti Abu Bakar, wanita yang dijuluki Dzatun Nithaqain (Pemilik dua ikat pinggang) oleh Rasulullah saw. Ibunyalah yang menyuplai logistik makanan disaat Rasulullah saw hijrah.

Saat beberapa pemuda berkumpul dan mengutarakan cita-citanya. Urwah bin Zubair berkata, "Menjadi berilmu dan mengamalkan ilmu. Mendapatkan keberuntungan di Akhirat dengan ridha Allah dan mendapatkan surgaNya."

Ditengah kesibukan belajar, mengajar dan mengamalkan ilmu. Ternyata Urwah bin Az Zubair adalah seorang pebisnis hasil pertanian. Dia memiliki kebun yang paling luas di seantero Madinah.

Airnya nikmat, pohon-pohonnya rindang, dan kurma-kurmanya tinggi. Lalu apa kebiasaan beliau dari bisnisnya?

Urwah Bin Az Zubair, sangat dermawan, pemaaf dan pemurah. Kebun buahnya dipagari selama setahun untuk menjaga agar pohon-pohonnya terhindar dari gangguan binatang dan keusilan anak-anak.

Jika sudah datang waktu panen, buah-buahnya siap dipetik dan siap dimakan, dia menghancurkan kembali pagar kebunnya tersebut di banyak arah supaya orang-orang mudah untuk memasukinya.

Para penduduk Madinah pun datang dan kembali untuk memakan buah-buahnya dan membawanya pulang dengan sesuka hati. Setiap kali memasuki kebun dia berkata, "Masya Allah, la quwwata illa billah (Sungguh atas kehendak Allah, semua ini terwujud, tiada kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah)

Mengenai pelayanan terhadap manusia, dia berkata, "Hendaklah engkau berkata-kata baik dan berwajah ramah, niscaya engkau akan lebih dicintai ketimbang cinta mereka kepada orang yang selalu memberikan mereka hadiah."

Seandainya kita memperlakukan pelanggan kita seperti Urwah bin Az Zubair, membuka pintu kebunnya, berkata baik dan tersenyum. Bagaimana perasaannya ?

Kewaraan Ibnu Sirin, Menciptakan Kepuasan Pelanggan Oleh : Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ibnu Sirin seoran...

Kewaraan Ibnu Sirin, Menciptakan Kepuasan Pelanggan

Oleh : Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ibnu Sirin seorang ulama yang selalu makan dari hasil kerjanya sendiri seperti Nabi Dawud. Dia hidup dari hasil usaha dan keuntungannya. Dia pedagang yang jujur dan ahli ilmu yang bijaksana.

Dia berniaga siang hari dan melaksanakan hak perniagaan dengan baik. Dia pergi di pagi hari sambil membawa barang dagangannya dengan keuntungan sesuai syariat. Malam harinya, shalat malam, berharap ampunan, serta ahli ibadah yang zuhud.

Ibnu Sirin ketika datang ke pasar Bashrah pada tengah hari sambil bertakbir, bertasbih dan berzikir kepada Allah. Seseorang berkata, " Wahai Ibnu Sirin, pada saat ini ?" Maksudnya, sampai di pasar sekalipun! Ibnu Sirin berkata, "Sungguh, ia adalah waktu yang lengah."

Ibnu Sirin jika melakukan perniagaan, lalu merasa ragu terhadap sesuatu maka dia meninggalkannya.

Jika dia menerima uang palsu atau uang kuno yang tidak berlaku lagi dari pembeli, maka uang tersebut tidak digunakan lagi untuk berbelanja. Khawatir merugikan orang yang menerimanya kembali. Saat Ibnu Sirin wafat, ada sekitar 500 dirham uang palsu dan kuno.

Maimun bin Mihran bercerita kejujuran dan terpercayanya Ibnu Sirin dalam berbisnis, " Aku datang ke Kuffah untuk membeli perabot rumah di toko Ibnu Sirin dengan tawar menawar."

"Setiap kali dia menjual satu macam barang kepada ku, dia bertanya, "Apakah engkau ridha?" Aku jawab, "Iya." Dia mengulanginya sebanyak 3 kali dengan menghadirkan dua saksi. Sejak melihat kewaraannya, aku tidak pernah meninggalkan kebutuhan yang paling kecil sekali pun kecuali membelinya di Ibnu Sirin."

Referensi :
1. Kisah Para Tabiin, Syaikh Abdul Munim Al Hasyimi, Penerbit Ummul Qura, Agustus 2016
2. 60 Biograf Ulama Salaf, Syaikh Ahmad Farid, Pustaka Kautsar, Februari 2008

Pemimpin yang Adil, yang Lahir dari Rahim Pebisnis yang Jujur Oleh : Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Jujur d...

Pemimpin yang Adil, yang Lahir dari Rahim Pebisnis yang Jujur

Oleh : Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Jujur dan amanahlah dalam berbisnis. Karena kebaikan manusia tergantung dari kejujuran dan keamanahan para pebisnis.

Kejujuran para pebisnis akan melahirkan keberkahan. Baik untuk dirinya atau pun bagi keturunannya.  Mari kita telusuri salah satu bukti sejarah ini.

Sejarah selalu mencatat keadilan Umar Bin Abdul Aziz. Beliau memang keturunan Umar Bin Khatab, sang Khalifah yang adil. Namun bagaimana bisa melahirkan dua Umar yang memiliki keadilan yang sama ?

Bagaimana Umar Bin Khatab memilihkan jodoh  bagi putranya yang bernama Ashim ?

Umar tidak menikahkan dengam seorang ustadzah atau wanita yang alim. Tetapi menikahkannya dengan wanita biasa saja. Yang tinggal di rumah yang sederhana. Dia hanya tinggal dengan ibunya saja.

Bagaimana bisa wanita biasa saja dari rahim-rahim keturunannya lahir seorang pemimpin yang disejajarkan dengan Khalifatur Rasyidin ?

Wanita ini seorang pebisnis. Pebisnis seperti apa yang melahirkan pemimpin luar biasa ? 

Malam terasa dingin hingga menusuk tulang. Semua penduduk Madinah lebih memilih tidur pulas sambil berselimut tebal. Ditengah kegelapan malam, terlihat dua orang yang terus berjalan diantara rumah penduduk. Dialah Umar Bin Khatab dan pengawal pribadinya Aslam.

Sudah menjadi kebiasaan Umar Bin Khatab melihat kondisi rakyatnya di saat malam. Setelah kelelahan mengontrol penduduk. Umar dan Aslam beristirahat duduk di sebuah rumah yang sederhana. Tiba-tiba sayup-sayup terdengar ucapan dua orang wanita dari dalam rumah tersebut.

Seorang ibu berkata pada putrinya, "Anakku, susu yang akan dijual itu, campurlah dengan tambahan air." Sang putrinya menjawab, "Ibu, apakah engkau tidak mengetahui larangan Amirul Mukminin tentang hal itu ?" Sang ibu bertanya, "Apa larangannya?"

Putrinya menjawab, "Dia memerintahkan aparatnya untuk mengumumkan agar tidak mencampurkan susu dengan air."  Sang Ibu menimpali, "Anakku, campurlah susu dengan air, engkau tidak mungkin diketahui Umar dan aparatnya."

Sang Anak tertegun sebentar. Ada pertentangan bathin di dalam jiwanya. Lalu berkata, "Ibu, tidak mungkin saya taat kepadanya di depan orang banyak tetapi melanggar perintahnya saat tidak dilihat orang."

Umar Bin Khatab tersentak mendengarkan semua pembicaraan itu. Lalu memerintahkan Aslam untuk menandai pintu rumah dan mengingat lokasi rumah tersebut.

Setelah itu Umar Bin Khatab berjalan melanjutkan aktivitasnya. Apa yang akan dilakukan Oleh Umar Bin Khatab terhadap penghuni rumah tersebut ?

Setelah Aslam menandai rumah tersebut. Di pagi hari, Umar berkata, "Aslam, pergilah ke tempat perempuan itu. Cari tahu siapa yang mengucapkan perkataan itu dan siapa yang diajak berbicara? Juga pelajari apakah mereka mempunyai kepala rumah tangga yang memenuhi kebutuhan hidup mereka?"

Aslam menyelidiki rumah tersebut. Lalu melaporkan, "Perempuan yang berbicara adalah seorang gadis yang tidak mempunyai istri." Umar memanggil anak-anaknya. Yang belum menikah adalah Ashim. Maka Ashim berkata, "Ayah, nikah kan saya dengannya."

Maka Umar mengirim utusan untuk meminang perempuan tersebut. Dan mengawinkannya dengan Ashim. Dari perkawinannya dengan Ashim terlahirlah seorang perempuan. Dari perempuan ini terlahirlah Umar Bin Abdul Aziz.

Ingin melihat ketakwaan kita sendiri? Lihatlah cara kita berbisnis. Jujur atau khianat?


Referensi:
500 Kisah Orang Soleh Penuh Hikmah, Imam Ibnu Fauzi, Pustaka Kautsar, Juni 2017

Hari-hari Manusia Oleh: Nasruloh Baksolahar (ChannelYoutube Dengerin Hati) Hari-hari manusia. Seperti apa? Hari-Hari pergelutan ...

Hari-hari Manusia

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(ChannelYoutube Dengerin Hati)

Hari-hari manusia. Seperti apa? Hari-Hari pergelutan dengan dirinya, Tuhannya dan kehidupannya.

Hari-hari pergelutan dengan masa lalu, masa kini dan masa depannya. Menyadari hari dan waktu, berarti menyadari kehidupannya. Menyadari hari dan waktu, berarti menyadari kemaslahatan diri dan kehidupannya. Tidak sadar waktu. Tidak cerdas waktu, penyebab kehancuran manusia.

Adakah waktu untuk dirimu sendiri? Berbicara pada diri sendiri. Bertanya pada diri sendiri. Menjawabnya sendiri. Dirimu adalah ruh tiupan Allah yang maha dahsyat potensi dan kekuatannya. Mengapa tidak didayagunakan? Mengapa disia-siakan?

Adakah waktu untuk dirimu sendiri? Bercengkrama dan berdialog, mewawancarai dan menggali mutiara yang terpendam pada ruh tiupan Allah. Menemani dirimu, jangan terasa asing pada diri sendiri. Perbanyak bicara pada dirimu dibandingkan pada orang lain.

Berbicaralah Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar pada dirimu. Subhanallah, Maha Suci Allah dari semua keburukan yang akan menimpamu. Maha Suci Allah atas prasangka burukmu terhadap takdir kehidupan ini.

Alhamdulillah, Semua kejadian akan berakhir pada segala puji bagi Allah, atas semua takdir-Nya. Segala puji bagi Allah atas semua fragmen kehidupan yang sudah terjadi. Bila masih belum menemukan hakikat ini, telisiklah ada yang salah dengan jiwamu.

Puncak dari semua kesadaran hidup adalah Allahuakbar. Melihat kebesaran-Nya, melihat keagungan-Nya, kekuasaan-Nya, kasih sayang-Nya,  kelembutan-Nya, kedemawanan-Nya. Bila masih belum menemukan, telisiklah hijab hatimu dengan Allah.

Itulah waktu-waktu dirimu dengan dirimu sendiri. Itulah waktu-waktumu saat berdialog, bercengkrama, dan bertanya pada dirimu sendiri. Diri itu dididik dengan memasukan Allah ke dalam jiwa mu. Agar dia paham dan sadar, akhir dari tujuan hidup ini.

Bila berimajinasi terhadap dunia, lakukanlah... bukan untuk mengeruknya. Tetapi hanya menjalankan peran khalifah kepemimpinan di bumi. Khalifah adalah wakil Allah di muka bumi. Maka kelolalah isi bumi dengan prinsip, aturan, tujuan bagi kemanusiaan dan kemaslahatan. Karena inilah prinsip Islam. Namun mengapa banyak yang takut dan ditakuti-takuti dengan prinsip ini?

Waktumu bersama Tuhanmu. Adakah waktu ini? Apakah engkau sisakan? Apakah dikhususkan? Padahal Allah sudah merancang waktu khusus untuk berjumpa denganmu? Bila tidak ada, tandanya Allah tak ingin berjumpa dengan mu? Engkau tak layak untuk berjumpa dengan-Nya? Nafsu menguasaimu?

Rendahkan jiwa dihadapan Penguasa Alam. Rendahkan hati dihadapan Singgasana-Nya. Bersujud dihadapan Dzat-Nya. Apakah engkau rasakan? Apakah engkau melihat-Nya? Apakah merasakan kenikmatan?

Mintalah pertolongan-Nya. Siapa yang paling sering dimintai pertolongan? Makhluk atau Allah? Mengapa mengabaikan Yang Maha Memberi dan berlari menuju yang tak berdaya? Mengapa merasa yakin kepada makhluk dan tak yakin kepada Dzat yang mahakaya?

Setelah itu, waktu-waktu pergolakan terhadap kehidupan.  Waktu-waktu pergulatan terhadap kehidupan. Tentraman atas semua persitiwa. Yang dikhawatirkan bagaimana sikapmu terhadap kehidupan ini? Yang dikhawatirkan, apa isi hati, jiwa, akal dan pemikiran terhadap kehidupan ini? Maka mohonlah jalan yang lurus. Jalan orang yang telah dianugerahkan nikmat, bukan yang jalan kebodohan dan kesesatan. Mohon bimbingan Allah, bukan bimbingan dan kekuatan akalmu, bukan pikiranmu, bukan kepintaranmu, bukan juga kehebatanmu.

Itulah hari-hari manusia. Itulah waktu-waktu manusia. Waktu bersama diri, Tuhan dan kehidupan. Itulah waktu-waktu terhadap masa lampau, kini dan depan.

Hujan Petir, Fenomena Jiwa "Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kila...

Hujan Petir, Fenomena Jiwa


"Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinganya dengan jarinya karena (mendengar suara petir), sebab takut akan mati. Dan, Allah meliputi orang kafir." (2: 19)

Tafsir Fi Zhilalil Qur'an:
Ini pemandangan yang mengagumkan, penuh gerakan, bercampur kegoncangan. Ada kebingungan dan kesesatan, ada kengerian dan ketakutan, ada kekagetan dan kekacauan, dan ada cahaya dan gema suara.

Situasi yang memenuhi pemandangan itu semua yang berupa hujan lebat, kegelapan, guruh, kilat, orang yang kebingungan dan ketakutan, langkah kaki yang penuh ketakutan, yang berhenti ketika kegelapan sedang menimpa.

Situasi in sungguh menggambarkan kebingungan, kegoncangan, ketidakstabilan, dan kegoyangan yang dijalani dalam kehidupan orang munafik itu, ketika mereka bertemu orang mukmin dan kembali kepada setan-setan mereka.

Antara yang dikatakan sesaat, lalu meralat dengan serta merta. Antara pencarian terhadap petunjuk dan cahaya dengan kembalinya kepada kesesatan dan kegelapan. Ini sebuah pemandangan indrawi yang melukiskan kondisi jiwa dan perasaan mereka.

Ini merupakan salah satu cara Al-Qur'an yang mengagumkan dalam melukiskan kondisi jiwa, seakan-akan sebuah pemandangan yang dapat dilihat oleh pancaindra.

Hari Mempertanggungjawabkan Diri "Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatla...

Hari Mempertanggungjawabkan Diri


"Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwa Aku telah melebihkan kamu atas segala umat (pada waktu itu). Dan, jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikit pun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan dirinya, dan tidaklah mereka akan ditolong." (2: 47-48)

Tafsir Fi Zhilalil Qur'an:

Pemberian kelebihan terhadap Bani Israel atas segala umat itu terbatas pada waktu mereka menjadi khalifah dan dipilih oleh Allah saat itu saja. Adapun setelah menentang perintah Tuhan dan melanggar Nabi, mengkufuri nikmat Allah dan melepaskan komitmennya kepada janji Allah, maka Allah menghukum mereka berupa laknat, kemarahan, kehinaan, kemiskinan dan ditetapkanlah pengusiran serta ancaman.

Dan, mengingatkan kembali terhadap nikmat dilebihkannya mereka atas umat lain pada waktu itu untuk menyemangatkan supaya menggunakan kesempatan ini untuk menerima dakwah Islam dan kembali kepada rombongan iman dan memenuhi janjinya pada Allah, sebagai rasa syukur atas dilebihkannya nenek moyangnya dan agar kembali memperoleh kedudukan terhormat sebagaimana diperoleh kaum mukminin.

Disamping peringatan akan karunia dan nikmat Allah, juga diingatkan kepada hari yang situasinya seperti diterangkan, "Seseorang tidak dapat membela orang lain." Maka pertanggungjawaban saat itu bersifat individual, perhitungannya bersifat perseorangan, setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawaban sendiri-sendiri, dan tidak ada seorangpun yang dapat membela orang lain sedikitpun.

Inilah prinsip Islam yang agung, prinsip pertanggungjawaban pribadi yang didasarkan atas kehendak dan pilihannya sendiri, yang didasarkan pada keadilan mutlak dari Allah. Ini merupakan prinsip paling lurus yang memberikan penghormatan kepada manusia, yang menimbulkan kesadaran abadi dalam jiwa. Ini unsur pendidikan, bahwa ia memiliki nilai kemanusiaan yang harus dipelihara sebagaimana Islam telah memuliakan mereka dengannya.

Pada hari itu tidak ada manfaatnya syafaat yang diajukan tanpa dasar iman dan amal shaleh; dan tidak diterima pula tebusan untuk menebus kekafiran dan kemaksiatan. Tidak ada seorang pun yang dapat melindungi dan menyelamatkan mereka dari azab Allah.

Pernyataan ini bersifat umum, berlaku untuk seluruh manusia, untuk semua orang yang tidak seorang pun dapat membela orang lain, yang tidak akan diterima syafaat (pemberian pertolongan) dan tebusannya.

Pemilik hari pembalasan (1:4) Hari Pembalasan, hari waktu manusia menerima pembalasan amalnya, baik atau buruk. Tafsir Fi Zhilal...

Pemilik hari pembalasan (1:4)

Hari Pembalasan, hari waktu manusia menerima pembalasan amalnya, baik atau buruk.

Tafsir Fi Zhilalil Qur'an:
Ayat ini menggambarkan keseluruhan besar yang mendalam pengaruhnya bagi kehidupan seluruh manusia, yaitu kepercayaan global terhadap akhirat. "Malik" adalah puncak tingkat kekuasaan. dan "Yaumiddin" adalah hari pembalasan di akhirat.

Banyak manusia yang mengakui Uluhiyah 'ketuhanan' Allah dan penciptaan-Nya terhadap alam, tetapi mereka tidak percaya pada hari pembalasan. Percaya pada hari kiamat merupakan salah satu dari keseluruhan akidah Islam yang bernilai di dalam menghubungkan pandangan dan hati manusia dengan alam lain di luar alam dunia.

Karena itulah mereka tidak dikekang oleh kepentingan duniawi, dan pada waktu itu mereka mereka memiliki kedudukan tinggi di atas kepentingan itu. Mereka juga tidak dikekang oleh keguncangan hati untuk mendapatkan pembalasan atas usahanya pada masa hidupnya yang pendek dan terbatas ini belahan bumi yang terbatas pula.

Pada waktu itu, ia menguasai amal untuk mencari ridha Allah dan menantikan pembalasan yang ditentukan Allah dengan hati yang tentram kepada Allah, percaya kepada kebaikan, dan terus berpegang pada kebenaran, dalam kelapangan, toleransi dan keyakinan.

Karena itu, akidah menyeluruh ini dianggap sebagai persimpangan jalan antara ubudiyah kepada kepentingan dan keinginan dengan dengan kebebasan yang layak bagi anak manusia, antara ketundukan terhadap ide-ide duniawi dan nilai-nilainya serta timbangannya dengan kebergantungan kepada nilai Rabbaniyah yang jauh mengungguli logika jahiliyah.

Persimpangan jalan antara kemanusiaan dengan hakikatnya yang tinggi yang dikehendaki Allah bagi hamba-hamba-Nya, dan pemikiran kotor, menyimpang yang tidak akan mencapai kesempurnaan.

Dan, kehidupan manusia tidak akan konsisten di atas manhaj Allah yang tinggi kalau aqidah kulliyah 'yang menyeluruh' ini tidak terwujud di dalam pikiran manusia, dan kalau hati mereka tidak mantap bahwa pembalasan mereka di muka bumi bukan bagian akhir bagi mereka, dan selama manusia yang terbatas umurnya ini tidak percaya bahwa ia akan hidup di alam lain yang layak ia berjuang untuknya dan berkorban membela kebenaran dan kebajikan karena ingin mendapatkan imbalannya di alam akhirat nanti.

Dan, tidaklah sama orang-orang yang beriman kepada akhirat dengan orang-orang yang mengingkarinya, baik perasaan, akhlak, perilaku maupun amal tindakannya. Mereka adalah dua golongan yang berbeda akhlaknya dan dua tabiat yang berbeda dan tak akan bertemu di muka bumi dalam satu amalan, dan tidak akan bertemu di akhirat dalam pembalasannya. Inilah persimpangan jalannya.

Meluaskan Wadah Ilmu Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)ii Apakah mengobati ketidaktahuan hanya dengan be...

Meluaskan Wadah Ilmu

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)ii


Apakah mengobati ketidaktahuan hanya dengan belajar ? Padahal sesungguhnya ilmu itu berasal dari Allah ? 

Belajar dan bereksperimen hanyalah salah satu cara mengobati ketidaktahuan, namun yang lebih ampuh adalah bagaimana hati manusia layak menjadi wadah ilmu ?

Andai hati tak layak dijadikan wadah ilmu maka dengan cara apapun, jiwa manusia tak bisa menampung ilmu. Jadi cara utama mengobati ketidaktahuan adalah memperbaiki hati terlebih dahulu.

Ilmu itu cahaya, jadi bagaimana agar hati itu bercahaya?  Cahaya bertemu cahaya akan memancarkan sinar kemilau. Namun ilmu yang ditaruh di wadah atau hati yang gelap akan menghilangkan cahaya ilmu itu sendiri.

Ide, pemikiran dan solusi pun ilham dari Allah, bukan hasil rekayasa intelektual semata. Memeras otak dengan mengandal kecerdasan sendiri akan mampu dilampaui oleh mereka yang mendapat ilham dari Allah. Apalagi bila keduanya berpadu, masya Allah sangat luar biasa.

Mereka yang mendapat ilham, mampu melihat dan merasakan yang tak terlihat. Mampu membuka tabir masa depan seperti isyarat nubuwah yang ada pada diri Rasulullah saw.

Lihatlah strategi perang Rasulullah saw dan para Sahabatnya, bagaimana bisa Persia dan Romawi ditaklukkan dengan minimnya persenjataan dan pasukan kecuali melalui strategi yang diilhamkan Allah ?

Bagaimana Persia dan Romawi terheran-heran dengan kecerdikan gerak pasukan kaum Muslimin ?

Mari lihat apa yang dilakukan pasukan muslim sebelum perang ? Membersihkan hati mereka terlebih dahulu, maka inilah wadah cahaya yang siap dipenuhi ilham, hidayah dan ilmu untuk menghadapi semua yang terjadi di medan pertempuran.

Bila ingin memulai sesuatu, termasuk Bisnis, lihat dulu relung hati mu !

Kelemahan, Awal Tumbuh atau Hancur? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Hukum permulaan adalah kelemahan....

Kelemahan, Awal Tumbuh atau Hancur?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Hukum permulaan adalah kelemahan. Kelemahan Itu bisa jadi tanda kehancuran atau awal pertumbuhan ? Kelemahan seorang bayi itu awal pertumbuhan. Kelemahan sepuh adalah kehancuran.

Kelemahan bayi dibarengi dengan munculnya jaringan sel baru. Mulai beroperasinya beragam panca indra yang sebelumnya tak berfungsi.

Kelemahan  sepuh dibarengi dengan kematian sel yang sudah ada. Mulai tak berfungsinya beragam panca indra.

Kelemahan Itu titik penyimpanan yang paling sulit. Diantara kondisi kematian atau pertumbuhan baru.

Kelemahan bisa jadi kekuatan. Karena bisa bergerak tanpa beban masa lalu. Langkah lebih ringan. Karena dia tengah menciptakan langkah baru. Maka disaat lemah, buatlah langkah baru. Lupakan masa lalu.

Kelemahan adalah waktu dimana orang tak memperdulikan. Saat semua mata tak tertuju pada kita. Tak ada mata-mata yang mencurigai. Tak ada publikasi yang membongkar rahasia. Disitulah peluang untuk membangun pondasi kekuatan baru.

Kelemahan adalah saat semua tertuju pada kondisi internal. Menyempurnakan langkah dan strategi ditengah keheningan. Di saat ini, hanya tangan dingin yang mampu mengambil peran.

Kelemahan membuat waktu lebih banyak berfikir tentang kita bukan mereka. Bergerak dalam sunyi dan sepi. Seperti pohon yang bergerak menancapkan akarnya ke tanah. Hingga kelak mampu menopang batang, dahan, ranting dan daun yang tinggi dan rindang.

Serbuan Eropa ke Yerusalem saat perang salib, tak menungga munculnya Shalahuddin. Serbuan Tartar ke Baghdad tak menduga muncul al Qhutuz dan lahirnya Turki Utsmani.

Dalam kelemahan bangunan sel-sel baru. Gerakan akar-akar ke tanah. Dan nyalakan sekam api disetiap titik. Itulah merubah kelemahan menjadi awal pertumbuhan baru.

Copas VETERAN...  Nabi Shallallahu alaihi wasallam memulai perang di usia 54 tahun. Terjadi 27 perang hingga beliau wafat. Peran...


Copas
VETERAN... 

Nabi Shallallahu alaihi wasallam memulai perang di usia 54 tahun. Terjadi 27 perang hingga beliau wafat. Perang Tabuk yang merupakan perang terberat,  berlangsung di usia beliau ke 60 tahun. 

Ammar bin Yasir radhiyallahu anhu masih berperang di usia 90 tahun. Abu Sufyan radhiyallahu anhu lalu lalang membakar semangat pasukan di usia 70 tahun. Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu anhu wafat dalam ekspedisi penaklukan Konstantinopel di usia hampir 100 tahun. 

Generasi tua dahulu tidak mengenal istilah veteran. Setelah generasi sahabat, orang-orang tua dijaman  tabi'in pun juga sama. Musa bin Nushair rahimahullah yang dijuluki "penakluk Andalusia" menjelajahi Eropa di usia 70-an tahun. Tidak ada habisnya cerita jihad orang-orang tua dijaman dulu. 

Hari ini generasi muda menjadi sasaran kecemasan. Identitas,  akhlak,  dan adab sebagai muslim makin memudar. Disaat yang sama kita juga melihat generasi tua yang lemah. Padahal banyak dari generasi tua itu dulunya adalah aktivis dakwah bahkan singa podium. Status mereka saat ini: veteran dakwah. 

Mereka berapologi dengan tubuh yang ringkih, tulang yang keropos,  dan suara yang makin lemah. Jangankan menggertak musuh di medan perang, menegur anak perempuan mereka saja lidah mereka kelu. 

"Jaman memang sudah berubah", kata mereka dengan lirih.

Tulisan Yeni Syafrina S

https://www.facebook.com/groups/1016398002204881/permalink/1170166240161389/



Kekuatan Terlihat Ketika Lemah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Semua bangsa yang kuat berasal dari ba...

Kekuatan Terlihat Ketika Lemah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Semua bangsa yang kuat berasal dari bangsa yang lemah. Semua kekuatan berasal dari kelemahan. Awal yang lemah adalah keniscayaan, jadi mulailah melangkah walau dalam kondisi yang sangat lemah.

Nabi Ibrahim dalam kondisi lemah saat terikat di tiang, lalu siap dibakar. Nabi Yusuf, dalam kondisi lemah ketikan gerombolan saudaranya menceburkannya ke sumur. Musa dalam kondisi lemah ketika dikejar Firaun.

Apakah mereka diam dalam kelemahan ?

Nabi Adam harus memulai hidup baru di bumi setelah menikmati surga yang indah dan mudah. Rasulullah saw harus kembali ke Mekkah setelah ditindas di Mekkah dan setelah di Musuhi di Thaif.

Apakah mereka diam dalam kelemahan ?  Padahal semut pun menggigit walau menghadapi gajah raksasa ?

Kelemahan bukan alasan untuk diam dan pasrah. Kelemahan adalah ujian, apakah punya nyali besar untuk berubah,  bangkit dan bergerak ? 

Kelemahan bukan alasan untuk menikmati keterpurukan, tetapi untuk menggali potensi pikiran dan semangat yang kadang tertutupi oleh kekuatan. Dalam kelemahan akan terlihat kekuatan terpendam dalam jiwa manusia. Kekuatan itu baru disadari ketika manusia lemah.

Setiap manusia pada dasar tetap kuat selama jiwanya kuat. Manusia itu tetap kuat walau tekanan luar datang bertubi untuk  melemahkannya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (285) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (48) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)