Memanfaatkan Iklim Yang Ekstrim
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Tak butuh teknologi canggih untuk mengeluarkan air dari dalam tanah. Cukup menanam pohon. Dahulu, mata air keluar sendiri dari dalam tanah tanpa teknologi apa pun. Air yang keluar justru sangat jernih, sejuk, menyegarkan dan langsung dapat di konsumsi. Jadi apakah leluhur kita bodoh?
Di daerah bebatuan dan kering kerontang, ditanami pohon beringin dan bambu. Pohon bambu, penahan air tanah dan penghasil oksigen terbaik. Pohon beringin menarik air dari dalam tanah ke permukaan. Hanya dengan menanam pohon persoalan pengelolaan air tanah terselesaikan. Sangat sederhana sekali.
Iklim menjadi sangat ekstrim karena manusia tidak bisa mengelola keekstriman iklim. Tidak bisa mengelola kelebihan setiap iklim untuk menghadapi iklim selanjutnya. Mengambil manfaat iklim El Nino, kemarau panjang yang kering dan panas, dengan menanam pohon. Mengambil manfaat El Nina, penghujan yang deras, dengan menanam pohon.
Dengan menanam pohon, semua jenis iklim menjadi bersahabat dan bermanfaat. Tak perlu badan penanggulangan bencana. Tak perlu dana tanggap darurat bencana. Tak perlu mengeluarkan Bansos 400 trilyun untuk penanggulangan efek El Nino yang berdekatan dengan pemilihan presiden.
El Nina menjadi sarana persediaan air dan penyuburan tanah ketika El Nino dengan tumbuhan. El Nino membuat dedaunan menyerap energi matahari untuk menghasilkan panen berlimpah. Tanaman menjadi media penyeimbang kedua iklim yang ekstrim.
Lembaga dunia menyerukan pengumpulan dana dari seluruh negara untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Padahal solusinya sangat sederhana, menanam pohon saja dan buang nafsu keserakahan.
Teknologi canggih itu berupa ragam tanaman. Setiap tanaman adalah teknologi canggih yang tak bisa dibuat oleh manusia. Mengapa manusia menghancurkan teknologi canggih alam lalu membuat teknologi hasil rekayasa akalnya yang terbatas? Itulah mengapa manusia disebut bodoh dalam Al-Qur'an. Merasa pintar dalam kebodohannya.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif