Saad bin Abi Waqqash, Aktor Interaksi Awal Islam dan Tiongkok
Persia sebagai imperium raksasa yang pernah mengangkangi dunia, terus terjepit oleh panglima perang Saad bin Abi Waqqash pada era Umar bin Khatab. Sang Kisra Persia akhirnya mengirim utusan untuk minta bantuan kepada Kaisar Cina dari Dinasti Tang (618-907 M).
Kaisar Dinasti Tang bertanya pada utusan Persia, “Apa yang terjadi, kalian yang begitu besar bisa dikalahkan oleh kaum yang kecil? Bagaimana sebenarnya kaum itu?”
Utusan Persia balik bertanya, “Silahkan Tuan bertanya, apa yang Tuan ingin ketahui tentang kaum itu?”
“Apa yang mereka katakan kepada kalian sebelum perang?”
Dengan jujur utusan Persia menuturkan, “Mereka menawarkan satu dari tiga hal. Pertama, kami diajak masuk Islam dengan demikian kami sama dengan mereka. Kedua, kalau kami tidak mau masuk Islam maka kami harus membayar jizyah (semacam pajak) dengan demikian maka kami dalam jaminan dan perlindungan mereka. Ketiga, kalau kami menolak, maka perang.”
Kaisar Cina, ” Apakah mereka menepati janji?”
Utusan Persia, “Ya, mereka adalah kaum yang sangat menepati janji.”
“Apakah mereka suka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal?”
“Tidak. Mereka adalah kaum yang sangat memegang teguh ajaran Agama mereka.”
“Selama mereka tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal maka mereka takkan bisa dikalahkan.”
Selanjutnya Kaisar Dinasti Tang bertanya tentang kondisi fisik mereka seperti pakaian yang dikenakan, kendaraan yang ditumpangi, dan perkakas yang dihunakan kaum Muslimin. Utusan Persia menjawab dengan detail, jelas, dan terbuka tanpa menutupi sesuatu apapun yang ditanyakan.
Kasar Dinasti Tang menulis surat jawaban untuk Raja Persia, Kisra Yazdegerd III. Isi suratnya adalah, “Sesungguhnya bukan aku tidak tahu bahwa sesama raja ada hak dan kewajiban untuk saling membantu, dan bukan aku tidak mau membantu. Aku bisa membantu pasukan perang yang paling depan sudah sampai di wilayah Persia dan yang belakang masih di Cina. Tapi itu tak ada gunanya. Karena, kaum yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan oleh utusanmu itu jika mau meruntuhkan gunung niscaya mereka bisa meruntuhkannya, dan jika mereka menyerang kerajaanku karena ikut membantumu, niscaya mereka melenyapkanku dan kerajaanku. Kaum ini, tak bisa dikalahkan sehingga mereka berubah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Maka saranku, berdamailah dengan mereka. Dan terima tawaran mereka.”
------------------------------------
Pada masa pemerintahan pemerintah Tau Tsung (627-650), kaisar ke dua Dinasti Tang, diberitakan datangnya empat orang muslim dari Jazirah Arab di era Khalifah Utsman bin Affan. Mereka menetap di Canton (Guangzhou) di kota Chow, dan bermukim di Coang Chow. Sejarah Islam di Cina mencatat nama Saad bin Abi Waqqash seorang mubaligh dan Sahabat Nabi Rasulullah saw yang mendirikan masjid di Canton atau Masjid Wa Zhin Zi (masjid kenangaan atas Nabi).
Tak heran bila sampai sekarang kaum muslimin Tiongkok membanggakan sejarah Islam di negrinya karena dibawa langsung oleh Sahabat dekat Rasulullah saw sendiri. Sejak abad ke 7 atau 8, semakin banyak Muslim berdatangan ke Tiongkok baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang melakukan penyebaran Islam.
----------------
Kaisar Dinasti Tang telah melihat langsung kehebatan Saad bin Abi Waqqash sebagai panglima perang dari surat Kisra Persia di era Umar bin Khatabdan bertemu langsung saat menjadi utusan khalifah Utsman bin Affan ke Tiongkok
Sumber:
https://www.islampos.com/surat-kaisar-cina-pada-kisra-persia-tentang-umat-islam-202041/
Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara, Moeflich Hasbullah, Kencana
0 komentar: