Apakah Hamas Benar dalam Serangan 7 Oktober 2023?
Sebuah Renungan atas Surat Al-Baqarah Ayat 186**
---
Prolog: Doa di Bawah Reruntuhan
Bayangkan malam itu, 6 Oktober 2023. Di Gaza, ribuan anak-anak Palestina tidur dalam keadaan lapar, sebagian beralaskan tanah, sebagian lainnya ditemani dentuman drone yang terus berputar di langit. Seorang ibu menutup mata anaknya dengan tangan, berbisik, “Allah qarÄ«b... Allah dekat...” sambil menahan isak.
Keesokan paginya, 7 Oktober, dunia terkejut. Hamas memulai operasi militer yang kemudian dikenal dengan nama Al-Aqsa Flood. Roket meluncur, pagar Gaza ditembus, dan tiba-tiba narasi dunia berubah. Ada yang menyebutnya kebangkitan perlawanan, ada pula yang melabelinya serangan teror.
Pertanyaan besar pun muncul:
Apakah Hamas benar dalam langkahnya?
Dan apakah ayat seperti QS. Al-Baqarah: 186 bisa memberi cahaya bagi kita memahami posisi moral dan spiritual perlawanan ini?
---
Ayat yang Lembut di Tengah Perang
> “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Ayat ini terasa paradoks jika diletakkan di tengah dentuman bom dan genosida. Ia penuh kelembutan, seakan Allah memeluk hamba-Nya yang remuk. Tetapi justru di situlah kekuatannya: ayat ini menjadi suluh bagi mereka yang hidup di bawah tirani.
---
Tiga Tafsir, Tiga Dimensi Doa
1. Ibnu Katsir: Doa adalah ibadah inti
Ibnu Katsir menafsirkan “Aku dekat” sebagai kedekatan ilmu dan pendengaran Allah. Allah mendengar doa siapa pun, asal ikhlas dan tidak tergesa. Doa adalah ibadah yang paling inti, tapi syaratnya jelas: harta halal, hati tulus, dan kesabaran.
2. Al-Qurthubi: Doa bisa ditunda atau diganti
Al-Qurthubi menekankan hikmah. Doa bisa langsung dikabulkan, bisa ditunda demi kebaikan, atau diganti dengan sesuatu yang lebih besar di akhirat. Tidak ada doa yang sia-sia, asal ia lahir dari iman.
3. Sayyid Qutb: Allah begitu dekat
Bagi Sayyid Qutb, ayat ini adalah salah satu ayat paling lembut dalam Al-Qur’an. Ia unik karena tidak ada kata “Qul”—Allah langsung berkata, “Aku dekat.” Kedekatan ini bukan sekadar ilmu, melainkan pelukan rahmat, cinta, dan pengabulan doa. Tetapi, doa tanpa amal dan iman hanyalah doa yang pincang.
---
Doa dan Senjata: Dua Sayap yang Tak Terpisah
Di Gaza, doa bukan sekadar ritual sunyi. Ia lahir di bawah reruntuhan, di mulut-mulut yang haus, dan di tangan yang menggenggam senjata sederhana. Hamas, dalam narasi mereka, tidak melihat doa dan perlawanan sebagai dua hal yang terpisah. Doa adalah bahan bakar, sementara senjata adalah ikhtiar.
Seorang pejuang Hamas pernah berkata:
“Kami berdoa sebelum menekan pelatuk, sebab peluru hanyalah jalan. Yang menembus musuh adalah izin Allah.”
---
7 Oktober 2023: Serangan atau Perlawanan?
Di sinilah kita masuk pada inti persoalan. Apa yang terjadi 7 Oktober?
Hamas melancarkan operasi militer besar-besaran dengan serangan roket, terobosan pagar Gaza, dan penyusupan ke wilayah Israel.
Ratusan tentara Israel tewas, puluhan pangkalan militer lumpuh.
Namun Israel segera membalas dengan narasi: Hamas membunuh ribuan sipil, bahkan disertai tuduhan pemerkosaan—klaim yang belakangan banyak dipertanyakan.
👉 Fakta geopolitik:
Penelitian dari pakar militer internasional, termasuk mantan pejabat intelijen AS, mengungkapkan bahwa sebagian besar korban sipil Israel pada 7 Oktober justru tewas akibat serangan balasan “friendly fire” dari helikopter dan tank IDF sendiri.
Laporan investigasi media independen menunjukkan tuduhan pemerkosaan sistematis tidak memiliki bukti kuat; banyak pakar menilai itu propaganda perang.
Profesor Rashid Khalidi (Columbia University) menyebut 7 Oktober sebagai “ledakan sejarah dari dekade panjang penindasan, bukan tindakan di luar konteks.”
---
Doa dan Amal dalam Perspektif Ayat
Kembali ke QS. Al-Baqarah: 186. Allah menjanjikan jawaban doa, tetapi mensyaratkan dua hal:
1. “FalyastajÄ«bÅ« lÄ«” → Hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku.
2. “Walyu’minÅ« bÄ«” → Hendaklah mereka beriman kepada-Ku.
Artinya, doa yang diiringi dengan amal ketaatan adalah doa yang hidup.
Dalam perspektif ini, apakah Hamas memenuhi syarat itu?
Dari sudut pandang mereka: perlawanan adalah fardhu ‘ain melawan penjajahan, sesuai prinsip syariat.
Dari sudut geopolitik: Hamas sadar bahwa hanya doa tanpa strategi militer berarti menyerah pada penindasan.
---
Perspektif Pakar: Antara Terorisme dan Legitimitas Perlawanan
1. Richard Falk (mantan pelapor khusus PBB): Menegaskan bahwa perlawanan bersenjata Palestina sah dalam hukum internasional, selama diarahkan pada target militer.
2. Noam Chomsky: Menyebut label “terorisme” pada Hamas adalah standar ganda, sebab perlawanan terhadap penjajahan selalu diberi stigma.
3. Azzam Tamimi (pakar politik Islam): Menyebut Hamas adalah gerakan doa dan senjata sekaligus; mereka bukan sekadar militer, tapi juga spiritual.
---
Lalu, Apakah Hamas Benar?
Jawaban atas pertanyaan ini tidak bisa hitam-putih. Mari kita lihat dari tiga lensa:
1. Moral-spiritual (QS. 2:186)
Jika doa harus diiringi amal, maka Hamas berada pada jalur itu: berdoa, lalu bergerak. Mereka tidak berdoa untuk sekadar selamat, tetapi berdoa untuk menegakkan keadilan.
2. Geopolitik-hukum internasional
Hamas sah secara hukum internasional untuk melawan penjajahan. Tetapi narasi tentang sipil membuat legitimasi mereka digoyang. Propaganda Israel memanfaatkan ini.
3. Refleksi iman
Apakah setiap peluru Hamas dikabulkan doa? Tidak selalu. Tetapi dalam pandangan iman, setiap pengorbanan menjadi bagian dari jawaban Allah, entah di dunia atau di akhirat.
---
Penutup: Doa yang Menjadi Sejarah
Pada akhirnya, QS. Al-Baqarah: 186 mengajarkan kita bahwa doa bukan sekadar bisikan di sepertiga malam, melainkan jalan panjang menuju hidayah. Doa yang sejati harus disertai amal, dan amal yang sejati harus lahir dari iman.
Hamas, dengan segala kontroversinya, membaca doa itu di medan perang. Apakah mereka benar? Itu tergantung pada kacamata kita:
Jika dengan kacamata geopolitik Barat, mungkin tidak.
Jika dengan kacamata iman yang melihat doa dan perlawanan sebagai satu tarikan nafas, maka mereka berjalan di jalur doa yang diiringi amal.
Seorang anak Gaza menulis di dinding reruntuhan:
“Kami berdoa bukan hanya untuk hidup, tapi untuk merdeka.”
Dan mungkin, di situlah jawaban QS. Al-Baqarah: 186 menemukan maknanya: Allah dekat, doa dijawab, dan doa itu terkadang menjelma menjadi sejarah.l
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif