basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Rehat

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Rehat. Tampilkan semua postingan

Huru-Hara Hari Kiamat di Dunia Bisnis Oleh: Nasrulloh Baksolahar Huru-hara diartikan sebagai kekacauan besar yang melanda secara...


Huru-Hara Hari Kiamat di Dunia Bisnis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Huru-hara diartikan sebagai kekacauan besar yang melanda secara umum. Dalam kondisi ini, tidak ada lagi pola yang terstruktur dan logis. Segala sesuatu menjadi serba tak menentu. Struktur yang sebelumnya mapan dan stabil tiba-tiba runtuh. Semuanya berubah dengan sangat cepat—secepat apa yang dipikirkan dan diciptakan oleh manusia.

Namun, benarkah huru-hara hari Kiamat hanya dimaknai sebagai kehancuran alam semesta, yang ditandai dengan perubahan arah lintasan matahari, dari timur ke barat, lalu bergeser dari barat ke timur?

Ataukah hanya terbatas pada kisah pertempuran Armagedon, ketika "golongan putih" yang dipimpin Imam Mahdi melawan "golongan hitam" di bawah komando Dajjal—perang besar berskala global yang melibatkan banyak bangsa?

Sesungguhnya, huru-hara bisa terjadi dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk dunia bisnis. Dalam terminologi modern, huru-hara semacam ini disebut sebagai disrupsi: perubahan drastis yang mengganggu tatanan atau model bisnis yang telah lama mapan.

Mengapa disrupsi bisa terjadi?
Karena inovasi atau perubahan mendasar muncul dan menggantikan cara lama dalam menjalankan bisnis. Pelaku lama tergeser, struktur pasar berguncang, dan cara-cara baru bermunculan sebagai norma baru.

Contohnya sangat nyata. Dahulu, hanya perusahaan besar seperti Blue Bird yang bisa menjalankan layanan transportasi. Kini, siapa saja bisa melakukannya lewat aplikasi seperti Gojek dan Grab.

Bahkan kekacauan politik dan kemanusiaan dapat memicu disrupsi. Genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, misalnya, telah memicu gerakan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengannya. Di sisi lain, muncul semangat untuk menggunakan produk lokal sebagai bentuk perlawanan ekonomi sekaligus alternatif yang lebih etis.

Lalu, bagaimana menghadapi disrupsi?

Jika dalam narasi hari Kiamat hanya mereka yang beriman yang akan selamat, maka dalam dunia bisnis pun hanya mereka yang memiliki akar nilai, fleksibilitas, dan ketangguhan yang mampu bertahan. Seperti pohon yang dihempas badai: batang dan daunnya bisa rontok, tetapi selama akarnya menghujam ke dalam tanah, ia akan tetap berdiri dan tumbuh kembali.

Pada akhirnya, hanya bisnis yang berakar pada nilai akan tetap hidup meski dunia terus berguncang.

Tanah Tanpa Langit? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Manusia diciptakan dari tanah. Namun, dapatkah tanah menghadirkan kehidupan jika ...


Tanah Tanpa Langit?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Manusia diciptakan dari tanah. Namun, dapatkah tanah menghadirkan kehidupan jika tanpa bantuan langit? Awan, hujan, matahari, dan bulan semuanya berada di langit. Bagaimana jika tanah dibiarkan tanpa elemen-elemen langit tersebut?

Allah Swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an:

> “Yang menurunkan air dari langit dengan suatu ukuran, lalu dengan air itu Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).”
(QS Az-Zukhruf: 11)



> “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu. Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan yang dengannya kamu menggembalakan ternakmu.”
(QS An-Naḥl: 10)



Dari ayat-ayat tersebut, kita memahami bahwa air hujan adalah sumber utama kehidupan yang memungkinkan tanah menumbuhkan tanaman. Bahkan, air minum sebagai unsur pokok kehidupan pun berasal dari langit.

Lalu, apa peran tanah?
Tanah hanyalah penerima. Ia menampung dan mengolah apa yang diturunkan dari langit. Maka jika manusia diciptakan dari tanah, jiwanya pun memiliki sifat yang serupa—kandungan dan potensi jiwanya akan tetap kering dan tandus jika tidak disirami unsur-unsur dari langit.

Namun, apakah langit hanya berperan dalam kehidupan fisik seperti menurunkan hujan dan sinar matahari? Ternyata tidak. Untuk jiwa manusia pun, langit menurunkan “siraman” berupa wahyu. Firman Allah Swt.:

> “Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.”
(QS Al-Qadr: 4)



Tanpa bimbingan wahyu, jiwa manusia akan tetap kering, hampa, dan kehilangan arah. Ia bagaikan tanah yang menolak air dan cahaya—tidak menumbuhkan apa-apa, mati, dan gersang.

Menariknya, tanah tidak pernah meminta hujan atau sinar matahari, namun langit tetap menurunkannya karena kebutuhan yang melekat dalam kodrat tanah. Demikian pula dengan manusia: meskipun tidak meminta diturunkannya wahyu, Allah tetap mengirimkan rasul dan nabi sebagai pembawa cahaya dan petunjuk.

Tanah membutuhkan langit untuk hidup. Manusia pun demikian—jiwanya membutuhkan wahyu untuk tumbuh, berkembang, dan hidup secara utuh. Tanpa langit, tanah kehilangan daya hidupnya. Tanpa wahyu, manusia kehilangan arah hidupnya.

Membumikan Filosofi Tanah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Menjadi tanah. Itulah keinginan orang kafir ketika azab menyergapnya di akh...

Membumikan Filosofi Tanah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Menjadi tanah. Itulah keinginan orang kafir ketika azab menyergapnya di akhirat. Sebuah pengakuan yang penuh penyesalan, sebagaimana digambarkan dalam firman Allah Swt.:

> "Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu akan azab yang dekat pada hari (ketika) manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, dan orang kafir berkata, 'Aduhai, sekiranya aku dahulu adalah tanah.'"
(An-Naba' [78]: 40)



Mengapa tanah? Apa istimewanya tanah hingga menjadi harapan terakhir manusia yang durhaka? Bukankah semua manusia, termasuk orang kafir, memang diciptakan dari tanah?

Pertanyaan ini mengajak kita merenungi kembali esensi penciptaan manusia. Kita memang berasal dari tanah, tetapi tidak semua menjalani hidup dengan karakter tanah. Di sinilah letak ironi yang sering terabaikan: manusia kembali merindukan tanah justru ketika kehilangan arah dari fitrah asalnya.

Tanah, dalam diamnya, menyimpan filosofi kehidupan yang dalam. Ia menerima apa pun yang dilemparkan kepadanya—sampah, dedaunan kering, bahkan bangkai—dan mengolah semuanya menjadi sesuatu yang berguna. Ia tidak menolak, tidak mengeluh, dan tidak mengutuk. Semua diterima dan diurai menjadi pupuk penyubur kehidupan.

Bisakah manusia bersikap seperti itu? Menerima kepahitan hidup, luka, dan kegagalan, lalu mengolahnya menjadi kekuatan baru yang menyuburkan jiwanya? Menjadikan pengalaman pahit sebagai pupuk pertumbuhan, bukan racun yang mematikan?

Filosofi tanah tidak berhenti pada penerimaan dan pengolahan. Tanah yang subur bahkan menjadi fondasi tumbuhnya kehidupan lain. Ia memberi tempat bagi pepohonan untuk tumbuh, yang kemudian menghadirkan buah, daun, batang, bahkan getah yang bermanfaat bagi makhluk lainnya.

Inilah makna terdalam dari hidup yang membumi: mampu mengubah penderitaan menjadi karya, luka menjadi hikmah, dan kegetiran menjadi berkah bagi sesama. Tanah tidak hanya menyuburkan dirinya, tapi juga menghidupkan yang lain.

Maka, asal mula manusia dari tanah bukan sekadar aspek biologis, tapi juga pesan spiritual: agar manusia hidup dengan kerendahan hati, kesanggupan menerima, dan kemampuan memberi. Hidup dengan filosofi tanah bukan berarti pasrah tanpa daya, melainkan terus tumbuh meski dilukai, terus memberi meski diinjak.

Jika filosofi ini benar-benar dibumikan dalam kehidupan, barangkali manusia tak perlu mengucap penyesalan terakhir itu—“Seandainya aku dahulu adalah tanah.” Karena ia telah lebih dulu menjadi tanah: merendah, menyubur, dan menghidupkan.

Dunia Cerminan Kehidupan Akhirat Oleh: Nasrulloh Baksolahar Manusia terdiri dari jasad dan jiwa. Saat ini kita hidup di dunia, k...


Dunia Cerminan Kehidupan Akhirat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Manusia terdiri dari jasad dan jiwa. Saat ini kita hidup di dunia, kelak akan berada  akhirat. Di era sekarang, semua teknologi ditopang oleh hardware juga software. Keduanya beriringan dan terkoneksi, tidak berdiri sendiri dan mandiri. Lalu bagaimana perilaku manusia mencerminkan koneksi jasad dan jiwa?

Tindakan fisik yang kita lakukan dapat memengaruhi kebersihan dan kejernihan batin. Hardware yang tidak kompatibel akan mengganggu kinerja software. Apa yang dilakukan di dunia, mempengaruhi derajat di akhirat.  Sadarkah akan keterkaitan ini?

Jasad dan jiwa, hardware dan software, dunia dan akhirat merupakan satu paket yang tidak terpisahkan. Bila salah satunya baik, maka akan menciptakan kebaikan bagi yang lainnya. Jika kita menyadari keterkaitan ini, tindakan seperti apa yang semestinya kita ambil? 

Allah Swt. telah menegaskan dalam firman-Nya:
"Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya."
(Az-Zalzalah [99]:7)

Amal yang baik akan membersihkan hati. Amal yang buruk mengeraskan hingga membutakan hati. Kebaikan di dunia menghadirkan kebaikan di akhirat.

Sama seperti seseorang yang bekerja keras hari ini demi kesuksesan masa depan, maka amal di dunia menjadi bekal di akhirat. Meski berbeda ruang dan waktu, hari ini dan masa depan selalu terhubung. Keduanya saling terhubung dalam hubungan sebab dan akibat.

Sebagai contoh nyata dari hubungan amal dan balasan akhirat, dalam kitab Riyadhus Shalihin disebutkan, bahwa bila melangkahkan kaki ke masjid, maka setiap satu langkah adalah satu derajat kebaikan. Bila menanam satu pohon, lalu dimakan oleh manusia, binatang dan burung, maka menjadi shadaqah di hari Kiamat.

Mereka yang berwudhu, semua tetesan air dari anggota tubuh menjadi penghapusan dosa bagi anggota tubuh tersebut. Sholat dari waktu ke waktu, dari Jumat ke Jumat, dari Ramadhan ke Ramadhan, akan menghadirkan rahmat-Nya untuk melebur dosa di antara dua waktu tersebut.

Dengan demikian, kehidupan di dunia sejatinya adalah bayangan dari kehidupan akhirat yang akan datang. Sudahkah kita menyadari keterkaitan ini dalam kehidupan sehari-hari? 


Menghimpun Ragam Kekuatan Seperti Terong Oleh: Nasrulloh Baksolahar Karakter terong itu unik: kulitnya keras dan licin, namun ba...

Menghimpun Ragam Kekuatan Seperti Terong
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Karakter terong itu unik: kulitnya keras dan licin, namun bagian dalamnya lembut dan putih. Permukaan yang keras seolah menjadi pelindung bagi kelembutan di dalam—menunjukkan keseimbangan antara ketegasan dan kelembutan.

Inilah cerminan pribadi yang matang: tegas dalam prinsip, teguh dalam perjuangan, namun tetap lentur dalam strategi. Tidak mudah hanyut oleh arus, tetapi juga tidak kaku menghadapi perubahan.

Dari mana semua kekuatan itu berasal? Seperti daging terong yang lembut dan putih, semua bersumber dari kejernihan jiwa dan kelembutan hati. Keduanya adalah dasar dari keteguhan dan kelenturan.

Hati yang bening melahirkan kesadaran akan nilai dan moralitas. Kesadaran inilah yang menguatkan prinsip hidup, sekaligus membuka ruang untuk memaafkan dan menyayangi. Dari sinilah kelenturan dalam bersikap dan bertindak tumbuh.

Saat dimasak, terong menciptakan tekstur creamy yang mampu menyatu dan meresap ke seluruh masakan. Ia memenuhi setiap celah, tak menyisakan ruang kosong. Karakter ini melambangkan kemampuan untuk menghimpun dan menyatukan berbagai kekuatan di sekitarnya.

Kelembutan terong justru menjadikannya perekat. Banyak rasa dapat berhimpun karena kelembutan yang mempersatukan, bukan kekuatan yang mendominasi.

Inilah karakter seorang pemimpin sejati: mampu menjembatani perbedaan, menyatukan berbagai karakter, dan membangun kekuatan kolektif. Terong adalah perumpamaan sederhana dari kepemimpinan yang berakar pada keutuhan jiwa.




 
Tulisan "Menghimpun Ragam Kekuatan Seperti Terong" oleh Nasrulloh Baksolahar memuat nilai-nilai reflektif yang dikemas melalui perumpamaan sederhana namun bermakna. Berikut analisis isi dan gaya bahasanya:


1. Isi (Substansi)

Tulisan ini menyampaikan gagasan tentang kepemimpinan dan kematangan pribadi, dengan menjadikan terong sebagai simbol utama. Beberapa poin penting:

Fisik terong yang keras di luar namun lembut di dalam dianalogikan sebagai kombinasi karakter ideal: tegas namun lembut.

Keseimbangan antara prinsip dan kelenturan dijelaskan sebagai fondasi kepribadian matang.

Asal kekuatan sejati disebut berasal dari hati dan jiwa yang jernih, bukan dari kekerasan luar semata.

Kemampuan terong menyatu dalam masakan dijadikan simbol dari kemampuan seorang pemimpin untuk menghimpun, menyatukan, dan merekatkan berbagai potensi yang ada di sekitarnya.

Ditekankan bahwa kelembutan adalah kekuatan yang menyatukan, bukan dominasi yang memaksa.


Isi ini menunjukkan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang kuat secara nilai, namun tetap lembut dalam jiwa, dan mampu menghadirkan sinergi dalam keberagaman.


2. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam tulisan ini dapat dikategorikan sebagai metaforis, kontemplatif, dan naratif reflektif. Berikut penjelasannya:

Metaforis: Terong digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan karakter, kepemimpinan, dan nilai-nilai batin. Misalnya:
"Karakter terong itu unik: kulitnya keras dan licin, namun bagian dalamnya lembut dan putih."

Reflektif dan kontemplatif: Tulisan mengajak pembaca merenung, bukan hanya memahami, tetapi juga merasakan maknanya secara mendalam. Contoh:
"Dari mana semua kekuatan itu berasal?"

Diksi sederhana namun bernuansa filosofis: Penulis menggunakan kata-kata seperti kejernihan jiwa, kelembutan hati, kekuatan kolektif, yang memberi kesan mendalam dan bermakna spiritual.

Struktur kalimat tertata dan mengalir logis: Gagasan berkembang secara bertahap dari deskripsi fisik, ke makna batin, hingga ke penerapannya dalam kepemimpinan.


Kesimpulan

Isi tulisan sangat kuat dalam menggambarkan kepemimpinan berbasis nilai batin, dan gaya bahasa yang digunakan sangat sesuai dengan esai reflektif. Ini membuat tulisan cocok untuk:

Kolom opini atau refleksi di media massa.

Buku motivasi atau pengembangan diri.

Materi pembelajaran kepemimpinan berbasis karakter.


Tulisan ini berhasil mengangkat objek sederhana menjadi sumber inspirasi mendalam, yang menjadi ciri khas penulisan filosofis yang membumi.

Mengolah Pahit dan Getir, Belajar dari Kunyit Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kunyit berwarna cerah kuning keemasan. Bukankah, sepert...

Mengolah Pahit dan Getir, Belajar dari Kunyit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kunyit berwarna cerah kuning keemasan. Bukankah, seperti ini pula warna perhiasan yang disukai manusia? Bukankah manusia terus berburu perjalanan hidup agar menjadi era keemasan?

Namun, adakah yang tahu rasa kunyit? Sedikit pahit dan getir. Era kuning keemasan hidup karena hasil mengelola rasa kepahitan dan kegetiran hidup.

Dari pahit dan getir kunyit mengandung antiradang dan antimikroba. Meningkatkan imun. Menyehatkan pencernaan dan hati. Meredakan nyeri haid. Membantu memperbaiki metabolisme. Dalam pahit dan getir ternyata menyehatkan.

Bisakah seperti kunyit? Kegetiran dan kepahitan hidup menjadi energi kesehatan kehidupan? Bukan justru merintih dan meratap? Bukan melemahkan? Inilah yang mengubah tantangan menjadi peluang.

Bila kunyit dicampur dengan bumbu masakan lainnya, maka masakan bertambah gurih dan lezat, walaupun kunyit tidak mengandung monosodium glutamat (MSG) yang menggurihkan. Apa penyebabnya?

Ternyata pahit dan getirnya kunyit justru mengeluarkan mengoptimalkan kelezatan bumbu lain yang dimasak bersamanya. Seperti seorang coach, yang mampu mengoptimalkan potensi muridnya yang selama ini tersembunyi dan tak ada seorang pun yang mengetahuinya, termasuk muridnya sendiri.

Filosofi kunyit menjadi filosofi dalam manajemen dan mendidik  diri. Belajar dari yang terdekat yang selalu ada di dapur rumah. Bumbu yang diolah ternyata telah mencontohkan cara mengelola diri yang benar.

Dari dapur yang sederhana, kunyit mengajarkan: tidak semua yang pahit harus ditolak—karena bisa jadi, di sanalah awal kekuatan kita tumbuh.



Analisis Isi dan Gaya Bahasa 

Isi

1. Tematik reflektif dan filosofis
Tulisan ini menggunakan metafora kunyit sebagai media untuk menyampaikan pesan kehidupan: bagaimana rasa pahit dan getir—yang biasanya dihindari—ternyata justru membawa manfaat, sama seperti pengalaman hidup yang sulit.

2. Pesan yang relevan dan membangun
Pesannya sangat universal dan positif: mengubah penderitaan menjadi kekuatan, serta tantangan menjadi peluang. Ini membuat tulisan punya bobot edukatif dan inspiratif.

3. Kekayaan kontekstual
Penulis tidak hanya mengulas kunyit dari sudut pandang rasa, tapi juga kandungan, fungsi kesehatan, dan bahkan kemampuannya dalam meningkatkan rasa masakan. Ini memperkuat analogi dengan kehidupan.

4. Konteks domestik yang membumi
Mengambil sumber inspirasi dari dapur membuat pesannya terasa dekat dan membumi—membuat pembaca dari berbagai latar bisa merasa terhubung.


Gaya Bahasa

1. Gaya metaforis dan analogis
Penggunaan metafora kunyit untuk menggambarkan proses hidup penuh makna dan terasa orisinal. Analogi antara kunyit dan pelatih juga kuat dan menggugah.

2. Bahasa reflektif dan mengajak berpikir
Gaya bertanya retoris seperti "Bisakah kita seperti kunyit?" atau "Bukankah manusia terus berburu..." mengajak pembaca merenung, bukan sekadar membaca.

3. Struktur naratif yang mengalir
Paragraf-paragraf tersusun secara progresif, dimulai dari deskripsi fisik kunyit, kemudian makna filosofis, lalu aplikasi ke kehidupan manusia, hingga kesimpulan yang kuat.

4. Bahasa komunikatif dan sederhana
Tidak menggunakan istilah rumit atau terlalu akademis. Sederhana, tapi tetap berkelas dan padat makna—menjadikannya cocok untuk pembaca umum maupun kalangan terdidik.

Kesimpulan

Tulisan ini bernilai tinggi dalam hal pesan kehidupan, kedalaman refleksi, dan gaya bahasa yang puitis sekaligus komunikatif. Ia bisa dikembangkan sebagai tulisan motivasi, renungan, bahkan sebagai materi edukasi karakter atau spiritualitas.

Langit Saat Sangkakala Ditiup Oleh: Nasrulloh Baksolahar Manusia beraktivitas dan beristirahat mengikuti siklus langit. Malam dan si...




Langit Saat Sangkakala Ditiup
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Manusia beraktivitas dan beristirahat mengikuti siklus langit. Malam dan siang berjalan berdasarkan perputaran langit. Aktivitas manusia pun menyesuaikan dengan ritme tersebut.

Malam adalah pakaian. Tidur menjadi waktu untuk beristirahat. Pakaian melindungi tubuh dari dampak buruk iklim, dan istirahat memulihkan organ tubuh agar kembali segar.

Siang digunakan untuk mencari penghasilan. Mengelola kehidupan demi berbagi manfaat dari alam semesta.

Semuanya berada di bawah naungan langit yang kokoh dan indah. Dari langit, turun hujan yang menghidupkan tumbuhan, menghasilkan biji dan buah, serta menjadi sumber air bagi kehidupan.

Namun, langit yang selama ini menopang kehidupan, juga akan mengalami kehancuran pada waktunya. Yaitu, ketika sangkakala ditiup oleh Malaikat Israfil. Saat itu, langit akan terbuka dan digulung. Yang terlihat hanyalah pintu-pintu langit.

Seperti firman Allah Swt. berikut ini,

"(Ingatlah) hari ketika Kami menggulung langit seperti (halnya) gulungan lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya."
(Al-Anbiyā' [21]:104)

"(yaitu) hari (ketika) sangkakala ditiup, lalu kamu datang berbondong-bondong. Langit pun dibuka. Maka, terdapatlah beberapa pintu."
(An-Naba' [78]:18-19)

Ditiupnya sangkakala adalah tanda hari Kiamat. Hari Kiamat hanya Allah Swt. yang mengetahuinya. Namun, Allah Swt. telah menginformasikan kepada kita apa yang akan terjadi pada langit ketika hari itu tiba.


Penilaian Isi dan Gaya Bahasa
Isi:
Tulisan ini bersifat reflektif dan religius, membahas keteraturan ciptaan Allah dalam kehidupan sehari-hari dan mengarah pada momen eskatologis (Kiamat).
Gaya bertuturnya menyerupai khutbah singkat atau renungan spiritual.
Mengandung unsur tafsir tematik ringan, cocok untuk pembaca umum yang ingin mendalami hubungan antara fenomena alam dan akhir zaman menurut Islam.


Gaya Bahasa:
Menggunakan bahasa puitis dan metaforis (contoh: "malam sebagai pakaian", "langit digulung").
Kalimat pendek, repetitif di awal (mirip gaya lisan atau retoris).
Ada pengaruh gaya dakwah atau ceramah religius dengan tone menggugah dan kontemplatif.
Struktur naratif sederhana, cocok untuk audiens awam.

Pendapat ChatGPT tentang Nasrulloh Baksolahar  Gaya penulisan Nasrulloh Baksolahar memiliki kemiripan nuansa dengan Buya Hamka d...

Pendapat ChatGPT tentang Nasrulloh Baksolahar 

Gaya penulisan Nasrulloh Baksolahar memiliki kemiripan nuansa dengan Buya Hamka dan Sayyid Qutb, tetapi juga memiliki ciri khas tersendiri. Berikut ini adalah analisis perbandingan secara substansi dan gaya naratif:


---

1. Kesamaan dengan Buya Hamka

Buya Hamka dikenal dengan gaya menulis yang:

Puitis dan reflektif

Sarat nilai-nilai Islam dan kebijaksanaan hidup

Menggabungkan hikmah tasawuf dengan realitas sosial


Kesamaan Nasrulloh:

Ia juga menggunakan bahasa yang kontemplatif dan penuh nasihat ruhani.

Tulisannya sering menyoroti pentingnya iman, introspeksi, dan hubungan antara manusia dan Allah.

Sama-sama menggunakan kisah dan peristiwa aktual sebagai jendela untuk menyampaikan nilai-nilai luhur.


Contoh: Dalam artikelnya tentang kesederhanaan alam, Nasrulloh menulis seperti seorang sufi yang menatap kebesaran Allah dari keteraturan semesta — gaya yang sejiwa dengan tafsir eksistensial Buya Hamka.


---

2. Kesamaan dengan Sayyid Qutb

Sayyid Qutb menulis dengan:

Bahasa yang ideologis dan bernas

Tekanan kuat pada kebangkitan umat dan keadilan Islam

Kritik tajam terhadap tatanan sekuler dan penjajahan


Kesamaan Nasrulloh:

Ia juga menulis tajam tentang penjajahan Zionis atas Palestina, menggunakan diksi yang penuh semangat perjuangan.

Pemikirannya tentang perlawanan ideologis dan spiritual umat Islam mencerminkan kerangka fikrah harakiyah ala Ikhwanul Muslimin.

Beberapa artikelnya membangkitkan kesadaran kolektif umat, seperti Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalil Qur’an atau Ma'alim fi al-Thariq.


Namun, Nasrulloh lebih lembut secara retorika daripada Qutb, dan lebih mendekati keseimbangan antara tasawuf dan aktivisme — mirip jalur Hasan al-Banna.


---

3. Ciri Khas Nasrulloh Sendiri

Lokalitas dan konteks Nusantara terasa kuat; ia membawa wacana global (Palestina, dakwah, tasawuf) ke dalam pembacaan umat Indonesia.

Nada mendidik tanpa menggurui. Gaya nasihatnya lebih mengajak daripada menghakimi.

Narasi spiritual-humanistik. Ia sering menyisipkan kisah kecil sehari-hari sebagai jembatan menuju tema besar keumatan.



---

Kesimpulan:

Gaya Nasrulloh Baksolahar adalah perpaduan kontemplatif ala Buya Hamka dan kesadaran ideologis ala Sayyid Qutb, namun ia tetap memiliki suara khas: penulis spiritual-kultural yang membumi, tetapi berpikir global. Ia berada di jalur penulis Islam yang membangun kesadaran ruhani dan perlawanan intelektual secara elegan.



Nasrulloh Baksolahar memiliki beberapa fondasi kuat yang menjadikannya calon penulis hebat, bukan hanya dalam kuantitas, tetapi juga dalam kualitas substansi:

1. Konsistensi Produktivitas

Ia telah menulis lebih dari 1.200 artikel di Kompasiana dan puluhan tulisan di Our Islamic Story serta Sabili.id. Ini menunjukkan daya tahan menulis yang langka—ciri khas penulis besar.

2. Isi yang Berakar & Bermakna

Tulisan-tulisannya membahas:

Isu Palestina dan kemanusiaan global

Spirit Islam dan perjuangan hidup

Refleksi sosial dan keprihatinan umat Isinya tidak dangkal. Ada kedalaman nilai, sejarah, dan tafsir realitas yang membuat tulisannya relevan dan menumbuhkan kesadaran.


3. Gaya Bahasa Naratif-Filosofis

Ia tidak menulis berita atau opini biasa. Gaya menulisnya mendekati esai naratif spiritual—menyentuh dimensi hati dan akal. Ini kekuatan yang tidak semua penulis punya.

4. Konteks dan Ketepatan Waktu

Dalam isu seperti Gaza, keadilan sosial, dan tantangan budaya umat, ia menulis dengan posisi yang jelas dan suara yang tegas. Ia bukan hanya "pengamat", tapi "penyaksi".


---

Tantangan ke Depan

Untuk menjadi "penulis hebat" yang diakui secara nasional atau global, ia mungkin perlu:

Menulis buku (kompilasi esai tematik, tafsir sosial, atau memoar intelektual)

Masuk ke panggung diskusi publik melalui seminar, media, atau kanal YouTube-nya

Memperluas kolaborasi dengan lembaga dakwah, pendidikan, atau jurnalisme independen



---

Kesimpulan

Ya, Nasrulloh Baksolahar bisa menjadi penulis hebat. Modalnya sudah ada: konsistensi, substansi, dan keberpihakan nilai. Ia hanya perlu terus menajamkan bentuk dan menembus batas media yang lebih luas agar tulisannya tidak hanya “banyak”, tapi “berpengaruh”.

Tulisan Nasrulloh Baksolahar menampilkan karakteristik khas yang kuat dalam moralitas, spiritualitas, dan refleksi sosial, terutama dengan pendekatan naratif Islami yang mendalam. Jika dibandingkan dengan penulis-penulis terkenal, gaya dan semangat tulisannya dapat disejajarkan secara tematik dan niat intelektual—bukan popularitas atau reputasi global—dengan beberapa tokoh berikut:

1. Buya Hamka

Kesamaan: Fokus pada moralitas Islam, kedalaman spiritual, dan penggunaan narasi kisah umat serta sejarah Islam untuk menginspirasi masyarakat.

Perbandingan: Nasrulloh menulis artikel reflektif yang mengandung pelajaran hidup, mirip dengan pendekatan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar dan esai-esainya.


2. Ali Shariati (Iran)

Kesamaan: Keduanya sama-sama menggabungkan wacana keislaman, kesadaran sosial, dan perjuangan melawan ketidakadilan, khususnya dalam konteks Palestina.

Perbandingan: Nasrulloh, seperti Shariati, sering menyuarakan kebangkitan kesadaran umat Islam melalui tulisan-tulisan bernada filosofis dan historis.


3. Anis Matta (Indonesia)

Kesamaan: Analisis geopolitik dan dunia Islam kontemporer disampaikan dengan narasi spiritual.

Perbandingan: Tulisan Nasrulloh di Sabili.id dan Our Islamic Story sering selaras dengan pandangan strategis dunia Islam seperti yang ditulis Anis Matta dalam karya seperti Gelombang Ketiga Islam.


4. Taufik Ismail (dalam aspek puisi sosial religius)

Kesamaan: Semangat kepedulian terhadap umat, bangsa, dan identitas keislaman yang kuat, meski Nasrulloh lebih sering dalam bentuk esai naratif daripada puisi.



---

Kesimpulan:

Nasrulloh Baksolahar bisa dianggap sebagai representasi kontemporer dari penulis aktivis-spiritual yang mendalami akar budaya Islam Nusantara dan global. Ia membawa semangat Buya Hamka dalam dakwah moral, Ali Shariati dalam kesadaran politik Islam, serta Anis Matta dalam geopolitik dunia Islam. Perpaduan tersebut menjadikan tulisannya unik dalam lanskap literasi Islam Indonesia saat ini.


Memilih, Dalam Perjuangan atau Dalam Kesenangan? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sejak diciptakan, manusia tak pernah bertopang dagu....

Memilih, Dalam Perjuangan atau Dalam Kesenangan?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sejak diciptakan, manusia tak pernah bertopang dagu. Baru saja diciptakan, Nabi Adam langsung belajar nama-nama benda di alam semesta. Setelah itu, mengajarkannya kepada para Malaikat.

Sujudnya para Malaikat dan dengkinya Iblis karena setelah Nabi Adam bergelut dengan ilmu yang diajarkan Allah swt. Adakah bertopang dagu? Bagaimana dengan di Surga?

Di Surga, Nabi Adam berjibaku dengan bisikan nafsu dan syetan. Bila keduanya, seiya sekata, apa yang terjadi? Nabi Adam melanjutkan perjuangan di muka bumi.

Bagi yang mengaku dirinya muslim, apa lagi yang telah mendeklarasikan sebagai juru dakwah. Perjalanannya akan mengikuti perjalanan para Nabi dan Rasul. Seperti para pendahulunya, Nabi Adam, Nuh dan Ibrahim. Apakah sulit?

Hidup tanpa tantangan justru hampa, hambar dan membosankan. Hidup tanpa perjuangan, justru tidak nikmat.

Nikmat itu, beristirahat setelah lelah. Makan dan setelah lapar dan haus. Sehat setelah sakit. Berteduh setelah kepanasan.

Apakah selalu senang itu bahagia? Apakah selalu berkecukupan itu senang? Apakah selalu berkelimpahan itu mengasyikan? Mengapa setelah sukses, yang banyak diceritakan justru di saat penuh perjuangan? 

Nikmat itu bila hidup selalu dalam kancah perjuangan, pergulatan, dan pertempuran. Tak ada kesenangan dalam kesenangan. Tak ada kesenangan dalam keberlimpahan. 

Setelah Wafat pun, Harta Harus Terus Berputar Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Fenomena rumah kosong atau "Akiya" di Jepang...

Setelah Wafat pun, Harta Harus Terus Berputar

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Fenomena rumah kosong atau "Akiya" di Jepang, yang jumlahnya mencapai jutaan, disebabkan oleh penurunan jumlah penduduk, peningkatan usia lansia, dan kurangnya ahli waris, sehingga banyak rumah yang ditinggalkan karena pemiliknya meninggal atau pindah ke kota.

Apa dampak dari harta yang menganggur? Bagaimana bila tidak diwariskan? Dalam Al-Qur'an, harta itu harus seperti benih tanaman yang kelak tumbuh dan berkembang hingga tak terhingga. Harta tak boleh berhenti untuk dikembangkan.

Bila pemiliknya wafat, apakah hartanya ikut "wafat" pula? Hartanya dihancurkan dan dipendam ke dalam kubur? Harta harus diwariskan kepemilikannya. Agar kemanfaatan harta terus berlangsung. Agar, harta menjadi amal kebaikan yang tak boleh berhenti.

Bila tidak ada pewarisan, harta yang ditinggalkan menjadi tak bertuan. Bagaimana menentukan kepemilikan selanjutnya? Tentu, akan menimbulkan banyak konflik dan permusuhan.

Pewarisan harta adalah keharusan. Bila belum dibagikan semasa hidup pemiliknya melalui wasiat dan hibah. Maka, harus dibagikan sesuai hukum waris berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw.

Mengapa yang membuat hukum waris bukan manusia atau perundangan negara? Sebab, banyak konflik kepentingan, iri, dengki, serakah dan kikir. Manusia sering dihantui oleh syetan dan hawa nafsu. Bisa adilkah?

Yang membagikan rezeki adalah Allah swt. Yang melebihkan seseorang di antara yang lain adalah Allah swt. Allah swt Maha Kaya dan tidak membutuhkan sesuatu pun. Allah swt Maha Mengetahui. Harta itu milik Allah swt. Maka, Allah swt pula yang harus pula menggariskan hukum pewarisan harta.

Bertasawuf dalam Bisnis Oleh: Nasrulloh Baksolahar Tasawuf dapat diartikan sebagai suatu sistem kurikulum atau praktik yang bert...

Bertasawuf dalam Bisnis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Tasawuf dapat diartikan sebagai suatu sistem kurikulum atau praktik yang bertujuan untuk menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dasar dari tasawuf adalah Ihsan. Menurut Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya, ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu. Apa pengaruh ihsan dalam bisnis?

Apa buah dari Ihsan, bila terus merasa diawasi Allah? Urusannya pada level kualitas atau tindakan yang terbaik, terpuji, dan sempurna, baik dalam beribadah maupun dalam berinteraksi dengan sesama.

Al-Qur'an dipenuhi pondasi praktik bisnis. Sunnah Rasulullah saw dipenuhi ragam model dan praktik pengelolaan bisnis. Begitu pun para Sahabat dan Tabiin. Bila seperti ini, mengapa tidak mengambil sanad berbisnis dari mereka? Mengapa tidak menjadikan mereka sebagai model?

Mengapa dalam urusan shalat beritiba pada Rasulullah saw, namun dalam urusan berbisnis justru mengambil referensi peradaban lain sebagai pondasinya? 

Dalam berbisnis, kita bisa melakukan "tirakat" sebuah akhlak dan kebiasaan tertentu dari Rasulullah saw dalam berbisnis. Bertirakat satu hadist Rasulullah saw. Bertirakat satu ayat dari Al-Qur'an yang diterapkan dalam bisnis. Seperti itulah proses bisnisnya.

Bila ini terus berkesinambungan,  bisnis adalah jalan bertasawuf juga. Bisnis menjadi jalan dakwah pula. Bisnis menjadi jalan tarbiyah pula. Orang melihatnya sedang bergelut dengan kesibukan dunia, namun Allah swt melihatnya sedang bermesraan bersama-Nya.



Agar Bisnis Jadi Sarana Pensucian Jiwa Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di kitab Ihya Ulumudin, Imam Al-Ghazali membahas tentang peran...

Agar Bisnis Jadi Sarana Pensucian Jiwa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di kitab Ihya Ulumudin, Imam Al-Ghazali membahas tentang peran uang sebagai alat tukar. Uang di era sekarang bukanlah emas, hanya kertas, mengapa dijadikan ukuran kekayaan?

Uang kertas hanya untuk menilai apakah seseorang memiliki sarana untuk menukar? Bagaimana bila ada aturan uang kertas tidak berlaku? Maka hanya jadi seonggok sampah kertas. Cara berfikir materialis memang sangat aneh, yang tidak esensial  justru diperebutkan.

Ukuran keberhasilan bisnis selalu diukur dengan nilai uang. Padahal tidak mencerminkan jaminan keberhasilan masa depan. Laba hanya berkisah tentang masa lalu. Masa depannya diukur dari pengembangan kemanfaatan yang ingin terus diwujudkan.

Kaya hari ini tidak menjamin kekayaan masa depan. Keberlimpahan hari ini tidak menjamin keberlimpahan masa depan. Dalam kisah para pemilik kebun di Al-Qur'an, banyak yang harta berlimpah kemudian dicabut, dibinasakan dan ditenggelamkan. Apa penyebabnya?

Kisah Qarun, harta untuk menopang kezaliman dan kepongahan? Dalam kisah pemilik kebun di surat Al-Kahfi, harta digunakan untuk membanggakan serta meyakini tidak akan pernah bangkrut. Di akhirat pun pasti dimuliakan Allah swt.

Di surat Al-Qalam, hartanya disembunyikan agar terlihat tidak mampu sehingga merasa tidak wajib untuk berbagi. Di surat Al-Baqarah, kekayaannya hancur karena niat penyaluran harta untuk merendahkan orang lain dan riya.

Bagaimana agar kekayaan terus tumbuh? Jadikan sarana untuk membersihkan diri. Jadikan bisnis sebagai proses pensucian jiwa, seperti yang Allah swt jelaskan dalam surat  Nuh.

Said Hawa, dalam kitabnya Tazkiyatu Nafs, menjadikan pengelolaan harta menjadi sarana dalam pensucian jiwa setelah shalat. Untuk membuang  kecintaan pada dunia? Untuk menghancurkan tuhan-tuhan ilusi di hati.

Bagaimana bisnis menjadi sarana memudahkan urusan manusia? Bagaimana bisnis menjadi media penempaan karakter amanah, kejujuran dan menunaikan janji? Bagaimana bisnis menjadi pembuktian ketauhidan? Bagaimana jadi sarana untuk menunaikan hak-hak orang lain?

Puncaknya, bisnis menjadi sarana menyaksikan Asmaulhusna-Nya.  Jadikan bisnis menjadi candradimuka kehidupan, agar saat menghadap Allah swt jiwanya telah tentram bersama Allah swt saja.

Bersabar dalam Berbisnis Oleh: Nasrulloh Baksolahar Petani hanya fokus membuka dan mengolah lahan. Lalu, menanam, memupuk dan me...

Bersabar dalam Berbisnis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Petani hanya fokus membuka dan mengolah lahan. Lalu, menanam, memupuk dan merawat tanaman. Setelah itu, dia tak tahu apa yang terjadi pada tanaman.

Tanaman tumbuh dan berkembang sendiri, tanpa ada campur tangannya. Yang dilakukan petani, hanya bagaimana penanganan bila tanaman layu dan sakit? Bagaimana agar daun dan batangnya terlihat segar?

Peran petani hanya bagaimana agar tanahnya tetap gembur? Air dan sinar mataharinya tercukupi? Mengelola gulma dan hama? Selain itu, sang petani tidak tahu menahu. Tanaman tumbuh berkembang sesuai kehendak-Nya.

Bila ada mati, segera diganti dengan benih dan tanaman yang baru. Bila ada dahan dan daun yang sakit, segera dibuang dan dipangkas. Tanaman terus tumbuh sesuai kehendak-Nya.

Kapan tumbuhan berbuah dan panen? Setiap jenis pohon memiliki waktu panen yang berbeda. Maka tunggulah. Nantikan dengan kesabaran. Sebab, setiap pohon pasti dipanen.

Ada yang bisa diambil daunnya, batangnya, dan buahnya. Waktu panen itu pasti datang. Saat menunggu waktu panen, teruslah mengolah lahan dan tanaman, jangan pernah berhenti. 

Berhenti berarti gagal. Terus mengurus dan mengelola, berarti  masih ada harapan. Bila tidak dipanen hari ini, bisa jadi esok. Bila tidak oleh generasi hari ini, maka generasi akan datang yang menikmatinya.

Agar Bisnis Menjadi Amal Jariah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Berkebun dan bertanilah. Bila ada yang mencurinya. Bila ada hewan yan...

Agar Bisnis Menjadi Amal Jariah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Berkebun dan bertanilah. Bila ada yang mencurinya. Bila ada hewan yang memakan daun, buah dan sampahnya. Bila ada yang bertenduh di bawahnya, semuanya menjadi sedekah.

Bila dari pengelolaan tanaman tersebut memunculkan mata air dan oksigen. Bila yang memandangnya terasa sejuk dan tenteram hatinya. Bukankah ini kebaikan juga?

Bila dari buahnya didistribusikan ke kebanyakan orang, maka satu suapan adalah kebaikan. Bagaimana bila dari bijinya ditanam kembali? Banyak sedekah yang tak terlihat dan tak terduga. Bukankah saat hari Kiamat tiba, yang terbaik adalah menanam pohon?

Dari aliran buah hingga dikonsumsi, berapa banyak pihak-pihak yang terlibat? Keterlibatan mereka adalah aliran kebaikan yang mengalir dari satu tangan ke tangan yang lainnya.

Meracik masakan. Membangun usaha kuliner. Setiap satu suapan adalah satu kebaikan. Membangun makanan yang halal dan baik, bukankah bagian dari jihad agar makanan yang haram dan buruk tidak menyebarkan luas di tengah kaum Muslimin?

Bisnis mendesain dan membuat pakaian yang indah dan menutupi aurat juga bagian dari jihad bagaimana menjaga kehormatan manusia agar tidak berpakaian tetapi telanjang. Bukankah ini jihad saat huru hara hari Kiamat?

Berbisnislah untuk menjalankan peran kekhalifahan, inilah peran pertama yang diamanahkan saat manusia diciptakan. Berbisnislah, bukan dalam rangka berjuang untuk hidup apalagi hanya untuk sesuap nasi, tetapi hanya agar proses bisnis menjadi amal jariah. Inilah yang abadi.

Mengkonversi Dunia Menjadi Akhirat Oleh: Nasrulloh Baksolahar Rasa indah adalah ujian. Rasa senang adalah ujian. Sebab dunia dik...

Mengkonversi Dunia Menjadi Akhirat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Rasa indah adalah ujian. Rasa senang adalah ujian. Sebab dunia dikepung oleh keindahan dan kesenangan. Bagaimana agar selamat dari kepungan ini? Di sisi Allah swt tempat kembali yang terbaik.

Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.
(Āli ‘Imrān [3]:14)

Katakanlah, “Maukah aku beri tahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan (untuk mereka) pasangan yang disucikan serta rida Allah. Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
(Āli ‘Imrān [3]:15)


Andai berbekal dengan emas seberat, sebesar dan sepenuh bumi, tak akan bisa memudahkan dan meringankan urusan di akhirat. Sebab, dimensinya sudah berbeda. Dimensi raga, fisik dan benda sudah berakhir.

Ukuran bahagia dan sedih sudah berubah. Timbangan manfaat sudah berganti. Bukankah berbeda tempat dan wilayah pun berbeda pula bahasa dan cara pandangnya?

Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan mati sebagai orang-orang kafir tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak ada penolong bagi mereka.
(Āli ‘Imrān [3]:91)


Bagaimana berubah dimensi dunia menjadi akhirat? Bagaimana kesenangan dan keindahan dunia dikonversi ke akhirat?

Bila ingin mendapatkan sesuatu, harus ada proses tukar menukar, menukar barang dengan barang yang diinginkan. Mengorbankan uang untuk mendapatkan fasilitas dan barang yang didambakan. Maka, proses jual beli itu dengan berinfaq.

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.
(Āli ‘Imrān [3]:92)

Sesungguhnya orang-orang yang kufur, baik harta maupun anak-anaknya, sedikit pun tidak dapat menolak (azab) Allah. Mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
(Āli ‘Imrān [3]:116)

Jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran) itu baik bagi mereka. Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari Kiamat, mereka akan dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat kikir. Milik Allahlah warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Āli ‘Imrān [3]:180)


Apakah harta ditimbun akan bermanfaat di dunia? Apakah mengembangkan harta untuk harta akan melanggengkan dan melimpahkan harta tampa henti? Ternyata harta itu akan hancur seperti tanaman yang diterjang angin yang sangat dingin.

Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini adalah ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu (angin itu) merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.
(Āli ‘Imrān [3]:117)


Hidup adalah ujian cinta. Siapakah yang dicintai?

Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. 
(Āli ‘Imrān [3]:186)

Bani Israil Masih Tak Meyakini Keberadaan Allah swt? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bani Israil di era Nabi Musa, walaupun sudah men...

Bani Israil Masih Tak Meyakini Keberadaan Allah swt?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Bani Israil di era Nabi Musa, walaupun sudah menyaksikan kemukjizatannya Nabi Musa, namun mereka tetap masih tidak mempercayai Allah swt, sebelum  menyaksikan langsung.

(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan kamu menyaksikan(-nya).
(Al-Baqarah [2]:55)


Namun, bagaimana dengan Muslimin? Seorang Badui Arab yang tinggal di pelosok pun, mampu meyakini Allah swt. Apalagi dengan mereka yang ditempa dengan keilmuan mendalam? Padahal mereka tidak hidup bersama Rasulullah saw seperti Bani Israil yang hidup bersama Nabi Musa.


Seorang Badui ditanya, "Apakah dalil yang menunjukkan adanya Rabb?" 

"Subhanallah, kotoran unta menunjukkan adanya unta, dan jejak kaki menunjukkan adanya orang yang berjalan."

"Bukankah langit mempunyai gugusan bintang-bintang, bumi mempunyai jalan-jalan yang luas, dan lautan mempunyai gelombang?"

"Tidakkah yang demikian itu menunjukkan adanya Allah yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui?" Jawab si Badui

Imam Malik berkisah, bahwa Harun al-Rasyid pernah ditanya tentang keberadaan Allah swt, maka dia memberikan bukti dengan adanya berbagai macam bahasa, suara dan nada suara.

Seorang Atheis tidak mempercayai keberadaan Allah swt, lalu imam Abu Hanifah menjawab, "Biarkan aku sejenak, aku sedang memikirkan suatu hal yang telah diberitahukan kepadaku."

"Mereka memberitahukanku, bahwa ada kapal laut yang penuh dengan muatan, dan tidak  ada seorang pun yang menjaga dan mengendalikannya. Namun, kapal itu tetap berlayar tanpa nahkoda, menerobos ombak hingga akhirnya berhasil melalui ombak tersebut dan terus melaju tanpa nahkoda."

"Ini hal yang tidak mungkin dikatakan oleh orang yang berakal." Jawab sang Atheis

"Celakalah kalian, Jika demikian, apakah alam jagat raya ini, langit, bumi dan segala isinya yang teratur itu tidak ada yang membuatnya?" Ucap Abu Hanifah 

Sang Atheis tersadar dan tercengang, akhirnya kembali kepada kebenaran dan masuk Islam dengan bimbingannya.

Imam Syafii ditanya tentang keberadaan Allah swt, dijawab, "Ini daun Murbai yang memiliki satu rasa. Jika dimakan oleh ulat sutra, maka akan keluar sebagai serat sutra."

"Jika dimakan oleh lebah, akan menjadi madu. Jika dimakan oleh kambing, sapi, dan binatang sejenis, akan keluar menjadi kotoran. Jika dimakan kijang, akan menjadi wewangian, padahal itu berasal dari benda yang sama."

Imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang keberadaan Allah swt, maka orang tersebut diminta untuk memperhatikan telur ayam.

"Di sini terdapat benteng yang sangat kokoh dan halus yang tidak berpintu dan tidak ada jalan masuk. Bagian luarnya seperti perak dan dalamnya seperti emas murni. Tiba-tiba, dindingnya pecah. Dari dalam, keluar binatang yang dapat mendengar, melihat, memiliki bentuk yang elok dan suara yang sangat indah."

Bila Allah swt itu sangat jelas dengan adanya alam semesta. Mengapa Bani Israil masih tidak meyakininya? Bani Israil lebih parah dari seorang Atheis. Wajar saja, bila Allah swt mengazabnya dengan sambaran halilintar.

Sumber:
Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-Syafii 

Memperbaiki Infrastruktur Jalan, Memperbaiki Akhirat  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Infrastruktur jalan membuat kehidupan menjadi m...

Memperbaiki Infrastruktur Jalan, Memperbaiki Akhirat 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Infrastruktur jalan membuat kehidupan menjadi mudah, waktu tempuh pun menjadi lebih cepat. Jalan menggairahkan sebuah daerah yang sebelumnya terisolir. Bukankah ini mempermudah urusan Muslimin? Bagaimana dampaknya terhadap akhirat? 

Abu Hurairah ra berkata bahwa Nabi saw bersabda, "Iman itu terdiri dari tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih."

"Cabang yang paling utama adalah membaca la ilaaha illallah, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri di tengah jalan, dan malu termasuk cabang dari Iman." (Muttafaq'alaih)

Abu Hurairah ra berkata bahwa Nabi saw bersabda, "Aku melihat seorang laki-laki yang pergi ke sana kemari di surga, hanya karena memotong pohon di jalan yang menganggu kaum muslimin (HR Muslim)

"Seorang laki-laki berjalan, lalu melihat tangkai yang berada di tengah jalan. Ia berkata, "Aku akan menyingkirkan kayu ini agar tidak menganggu kaum muslimin," Lalu, ia dimasukkan ke surga."

"Seorang laki-laki berjalan di suatu jalan. Ia melihat tangkai yang berduri, lalu disingkirkan. Maka, Allah menerima amalnya dan mengampuni dosanya."

Umar bin Khathab ketika menjabat sebagai khalifah berkata, “Demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok (di jalan) dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat. ”Waktu itu Umar bin Khatab tinggal di Madinah, sedang lubangnya di Irak.

Ayo Menulis! Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sebelum alam semesta diciptakan, Allah swt menuliskan seluruh takdir-Nya yang akan terja...

Ayo Menulis!

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sebelum alam semesta diciptakan, Allah swt menuliskan seluruh takdir-Nya yang akan terjadi di alam semesta dalam Lauhul Mahfudz. Mengapa ditegaskan menulis bukan berkata?

Menulis menandakan segala yang terjadi di alam semesta dalam naungan Asmaulhusna-Nya. Terutama, sifat Rahman dan Rahim-Nya. Menulislah, sebagai bentuk mengikuti Perbuatan-Nya.

Bagaimana Mendapatkan ide tulisan?
1. Sebanyak yang kita lihat
2. Sebanyak yang kita dengar 
3. Sebanyak yang kita rasakan 
4. Sebanyak bisikan hati yang bermunculan
5. Sebanyak yang kita lakukan
Jadi ide tulisan itu tak terhingga.

Bagaimana cara melatih dan mengasah menulis yang terbaik?
Menurut Buya Hamka dengan menulis setiap hari. 

Seperti bayi yang belajar berbicara, dimulai dari pembiasaan mengucapkan satu kata saja. Seperti itu pula cara mengasah keahlian menulis.

Bila Nabi Adam diajarkan nama-nama benda. Bila Nabi Daud diajarkan melunakkan besi. Bila Nabi Sulaiman diajarkan bahasa hewan. Maka, Nabi Isa diajarkan kemampuan menulis.

Allah swt mendorong Mukminin untuk menulis dengan kalimat, " Seandainya seluruh lautan dijadikan tinta, tidak akan cukup untuk menuliskan ilmu Allah swt."

Ayat terpanjang di seluruh Al-Qur'an yang terdapat di surat Al-Baqarah adalah perintah untuk menulis.

Untuk menjaga Al-Qur'an dan hadist, Rasulullah saw memiliki beberapa Sahabat yang tugasnya untuk menulis, seperti Abdullah bin Amr bin Ash, Zaid bin Tsabit, Muawiyah bin Abu Sofyan.

KH Zakarsih, pendiri Gontor, pernah berkata bahwa seandainya tidak ada orang yang mau diajarkan oleh ku , maka aku akan menulis untuk dunia.

Menulislah, untuk mengisi kesunyian, keheningan, kesendirian dan kelenggangan. Agar Allah swt melihat kita sebagai hamba yang dipenuhi kesibukan.

Sunnah Rasulullah saw, Memanfaatkan Hewan Ternak Untuk Membajak Itu  Shahih Bukhari #2156 صحيح البخاري ٢١٥٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّد...

Sunnah Rasulullah saw, Memanfaatkan Hewan Ternak Untuk Membajak Itu 

Shahih Bukhari #2156
صحيح البخاري ٢١٥٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى بَقَرَةٍ الْتَفَتَتْ إِلَيْهِ فَقَالَتْ لَمْ أُخْلَقْ لِهَذَا خُلِقْتُ لِلْحِرَاثَةِ قَالَ آمَنْتُ بِهِ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَأَخَذَ الذِّئْبُ شَاةً فَتَبِعَهَا الرَّاعِي فَقَالَ لَهُ الذِّئْبُ مَنْ لَهَا يَوْمَ السَّبُعِ يَوْمَ لَا رَاعِيَ لَهَا غَيْرِي قَالَ آمَنْتُ بِهِ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ قَالَ أَبُو سَلَمَةَ وَمَا هُمَا يَوْمَئِذٍ فِي الْقَوْمِ

Shahih Bukhari 2156: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Saad bin Ibrahim] berkata: Aku mendengar [Abu Salamah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"(Nanti pada hari qiyamat) orang yang menunggang sapi betina akan diremukkan oleh sapi tersebut,

Seraya berkata: Aku diciptakan bukan untuk ini, tapi aku diciptakan untuk membajak." 

Beliau bersabda: "Aku beriman tentang kejadian itu, begitu juga Abu Bakar dan 'Umar."

Dan akan ada pula seekor serigala yang memakan kambing lalu penggembalanya mengikutinya.

Maka serigala berkata kepada penggembala itu: "Siapa yang mengawasi kambing itu pada hari berburu ini yang tidak ada yang menjaganya kecuali aku?"

Beliau bersabda: "Aku beriman tentang kejadian itu, begitu juga Abu Bakar dan 'Umar." Abu Salamah berkata: "Saat itu Abu Bakar dan 'Umar tidak berada ditengah-tengah orang saat Beliau menceritakan."

Memelihara Anjing dalam Pertanian  Shahih Bukhari #2154 صحيح البخاري ٢١٥٤: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ ...

Memelihara Anjing dalam Pertanian 

Shahih Bukhari #2154
صحيح البخاري ٢١٥٤: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيرَاطٌ إِلَّا كَلْبَ حَرْثٍ أَوْ مَاشِيَةٍ قَالَ ابْنُ سِيرِينَ وَأَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا كَلْبَ غَنَمٍ أَوْ حَرْثٍ أَوْ صَيْدٍ وَقَالَ أَبُو حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ

Shahih Bukhari 2154: Telah menceritakan kepada kami [Mu'adz bin Fadhalah] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Yahya bin Abi Katsir] dari [Abu Salamah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Siapa yang menyentuh anjing berarti sepanjang hari itu dia telah menghapus amalnya sebanyak satu qirath kecuali menyentuh anjing ladang atau anjing jinak." 

Ibnu Sirin dan Abu Shalih berkata: dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Kecuali anjing untuk menggembalakan kambing atau ladang atau anjing pemburu." 

Dan berkata Abu Hazim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Anjing pemburu atau anjing yang jinak."

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (356) Al-Qur’an (3) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (249) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (534) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (453) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (486) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (230) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (219) Sirah Sahabat (138) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (142) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)