basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Rehat

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Rehat. Tampilkan semua postingan

Tanaman, Merubah Air Hujan Jadi Sayuran dan Buah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Banyak pohon yang bisa hidup tanpa tanah. Namun tan...

Tanaman, Merubah Air Hujan Jadi Sayuran dan Buah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Banyak pohon yang bisa hidup tanpa tanah. Namun tanaman tidak bisa hidup tanpa air. Dalam Al-Qur'an, pembahasan tanaman selalu disandingkan dengan air hujan dan air mengalir. Sedangkan pembahasan manusia sering kali disandingkan dengan tanah. Jadi apa peran tanah bagi tumbuhan?

Pertumbuhan tanaman yang disiram dengan air tanah, mengapa sangat berbeda dengan yang disiram dengan air hujan? Padahal tanahnya sama. Dengan air hujan, seketika menghijau dan pertumbuhan batangan cukup pesat, begitu pula dengan buahnya. Berarti di tanah yang sama, dengan tumbuhan yang sama, namun disiram dengan air hujan dan bukan, mengapa perbedaannya drastis? Berarti tanah tidak terlalu primer? Yang primer justru air hujannya.

Coba perhatikan unsur hara yang ada di sisa daun dan batang tumbuhan, berapa kandungan unsur haranya? Kebanyakan nol koma nol atau nol koma persen. Sangat jarang yang satuan persen. Berarti peran pemupukan organik menunjukkan peran yang tidak signifikan untuk kebutuhan hara tanaman.  Bagaimana dengan air hujan?

Unsur hara esensial tumbuhan adalah Nitrogen, Kalium dan Fosfor. Di air hujan, seluruh unsur ini melimpah dan sudah berbentuk senyawa sehingga mudah diserap tumbuhan. Sedangkan pada sampah butuh proses panjang untuk diubah menjadi atau terurai menjadi senyawa. Jadi apa peran pemupukan dan tanah?

Peran utama tanah adalah menampung unsur hara, baik yang berasal dari sisa bangkai hewan maupun tumbuhan. Tetapi yang lebih utama adalah unsur hara yang berasal dari air hujan. Air hujan pun cendrung memiliki Ph (tingkat keasaman tanah) yang normal sehingga membentuk tanah menjadi tempat yang kondusif bagi akar untuk mengambil unsur hara dari tanah.


Peran utama pemupukan organik adalah menjaga kelembaban tanah, menjaga erosi tanah karena hantaman air hujan membuat tanah menjadi keras yang membuat air hujan langsung terbuang yang membuat unsur hara tidak meresap ke tanah. Dengan pemupukan unsur hara air hujan tertahan di beragam jenis sampah organik tersebut.

Peran tanah yang lainnya membuat pohon bisa berdiri tegak dengan topangan akarnya yang menghujam ke bumi. Jadi, peran utama tumbuhan adalah mengubah unsur hara yang sebagian besar dari air hujan sehingga mengubahnya menjadi kayu, daun dan buah.

Bersama Gunung Halimun Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dahulu beberapa kali berkemah dan naik gunung Halimun. Naik dari Bogor, turun ...

Bersama Gunung Halimun

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dahulu beberapa kali berkemah dan naik gunung Halimun. Naik dari Bogor, turun di Pelabuhan Ratu Sukabumi. Gunung Halimun membelah kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak. Setiap mendaki gunung Halimun ada perasaan berdebar, banyak cerita yang tidak logis dipenuhi halusinasi.

Wabah Covid-19 membawa saya ke kaki Gunung Halimun. Berinteraksi dengan warga, tanah, air dan hiruk pikuknya. Takdir masa depan memang tak ada yang bisa menduga. Sekarang, saya bagian dari Gunung Halimun. Setiap akhir pekan menikmati keindahan, kesegaran, kesejukan, keteduhan dan segala hiruk-pikuknya.

Mengolah tanah di kaki gunung Halimun merupakan sebuah anugerah Allah. Berinteraksi dengan para petaninya merupakan  pengalaman berharga. Banyak filosofi, hikmah dan mindset dari berinteraksi dengan gunung Halimun. Halimun berdiri kokoh dengan ketenangannya, dalam diamnya mengajarkan yang tak pernah diajarkan oleh manusia.

Saat kecil, bila memandang ke arah Gunung Salak, hanya bertanya, apa yang ada di baliknya? Dibalik tiga gundukan yang berbentuk salak terus menjadi rahasia, hingga Covid-19 menyibak tabirnya. Sebuah pertanyaan, terjawab setelah puluhan tahun. Pertanyaan tak harus dijawab saat itu juga. Bisa jadi menunggu kesiapan bagi yang bertanya.

Akhirnya mendapatkan jati diri dan identitas dari Gunung Halimun. Dia telah menjawab tabir masa depan. Obsesi bersamaannya ada keyakinan dan optimisme tentang perbekalan hidup menghadapi kematian. Karya dan sumbangsih apa di kehidupan ini, terjawab dengan jelas.

Khayalan dan angan-angan selainnya telah ditinggalkan. Membersamai hiruk pikuk dan ketentraman dengannya. Mengolah yang dikeluarkan dari tanah dan airnya. Membangun infrastruktur dan membina kader masa depan bersama suasananya.

Dari keheningan akan kembali kepada keheningan. Dari kesendirian akan kembali kepada kesendirian. Saatnya mentafakuri dan mentadaburi keteguhan dan kekokohan gunung Halimun. Bukankah Allah banyak memerintahkan agar memikirkan penciptaan gunung?

Hutan, Konsep Kesederhanaan  Mengelola Kebun Kritis Oleh: Nasrulloh Baksolahar Berkebun dengan konsep tradisional belajarlah pad...

Hutan, Konsep Kesederhanaan  Mengelola Kebun Kritis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Berkebun dengan konsep tradisional belajarlah pada hutan. Tak ada manusia yang memelihara dan memupuknya, namun tetap subur dan hijau. Mengapa kebun yang dikelola manusia berakhir menjadi lahan keritis? Saat lahan kritis  ditinggalkan manusia, selama masih ada hujan, berubah menjadi lahan yang subur. Jadi darimana kesuburan tersebut?

Saat lahan kritis ditelantarkan, yang pertama kali muncul adalah rerumputan dan ilalang. Fungsinya agar tanah tidak tererosi. Akarnya bisa menahan tanah dari derasnya aliran air hujan. Air hujan adalah pupuk terbaik.  Ini tahap awal perbaikannya. Jadi fokus utama penyuburan tanah adalah bagaimana unsur hara dan humus tidak terbawa oleh air hujan? Ini konsep yang paling mendasar.

Setelah rerumputan dan ilalang tumbuh, bermunculanlah tanaman batang yang tumbuh pendek. Daunnya berjatuhan dan terus berjatuhan hingga saling menumpuk. Diantara tumpukan daun kadang terlihat akar-akar lembut yang menahan dedaunan kering yang menghitam. Semuanya  menutupi lapisan permukaan tanah.  Akumulasi ini menciptakan humus. Lapisan permukaan tanah yang paling subur.

Rumput dan ilalang pun menghilang, tergantikan dengan humus yang berfungsi sama dengan rumput dan ilalang yang menahan tanah dari erosi. Tambahan manfaatnya, humus menjadi tempat makro dan mikroorganisme hidup yang mengurangi humus menjadi serpihan debu yang dibawa ke dalam tanah. Jalur perjalanan makro dan mikroorganisme menciptakan jalur air ke dalam tanah sehingga menjaga kelembaban tanah dan maksimalnya unsur hara ke tanah.

Jalur perjalanan makro dan mikroorganisme juga menciptakan saluran udara. Maka jamur yang menopang akar agar bisa menyerap unsur hara tanah dan menjaga air akan terus berkembang biak. Ini penyebab tumbuhan di hutan lebih memiliki daya tahan hidup di musim kering yang panjang.

Berlimpahnya unsur hara yang tercipta secara alami yang berkesinambungan, membuat tumbuhan hutan tercukupi kebutuhan unsur haranya. Ragam tumbuhan berkembang dengan subur. Bagaimana merekayasa konsep hutan menjadi perkebunan dengan hasil yang produktif? Belajarlah efisiensi pemeliharaan dan pemupukan dari hutan. Adaptasilah agar hasilnya tetap melimpah.

Yang harus dikelola oleh manusia hanya soal distribusi cahaya matahari. Bagaimana tumbuhan yang ditanami mendapatkan sinar matahari yang cukup? Bisa dikelola dengan ragam tumbuhan yang memiliki tingkat intensitas kebutuhan sinar matahari yang berbeda. Atau, Direkayasa dengan pemanfaatan tingkat keteduhan ragam tumbuhan yang berbeda. Atau, membuang ranting pohon yang tinggi agar tumbuhan dibawahnya tetap mendapatkan sinar matahari.

Fenomena Dataran Tinggi Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Dalam Al-Qur'an lebih banyak kisah peradaban di dataran tinggi yang diun...

Fenomena Dataran Tinggi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Dalam Al-Qur'an lebih banyak kisah peradaban di dataran tinggi yang diungkap daripada dataran rendah. Fenomena gunung lebih banyak diungkap. Kaum Aad, tentang rumahnya yang dibangun di setiap tanah yang tinggi. Kaum Tsamud, gunung batu yang dipahat menjadi rumah yang megah. Kaum Saba, dataran tinggi yang dibuat bendungan air sehingga negrinya menjadi makmur. Ada apa dengan dataran tinggi?

Dalam Al-Qur'an, setiap berkisah tentang kebun yang banyak buahnya selalu dibarengi dengan fenomena air yang selalu mengalir. Air yang menggenang akan merusak tumbuhan karena membuat akar menjadi jenuh untuk mengambil unsur hara dari tanah. Di dataran tinggi, air mudah mengalir dan bersirkulasi, ini menjadi sebab pertumbuhan tanaman yang lebih baik.

Dataran tinggi cendrung miring dengan tingkat derajat kemiringan yang berbeda. Dengan tingkat kemiringan yang tinggi dibawah 50 derajat sehingga masih mudah ditanami, luas tanahnya jauh lebih bertambah dibandingkan dengan luas datar di dataran rendah. Ingatlah teori pengukuran bidang miring dalam teori Phytagoras?

Bagaimana pengaruh bidang miring dan datar terhadap sinar matahari pagi? Bidang miring akan lebih mendapatkan sinar matahari pagi yang maksimal. Bila menanam tanaman semusim di antara pohon besar, cara mendapatkan cahaya matahari pagi di bidang miring adalah dengan cara membuang ranting pohon tinggi minimal setinggi tanaman semusimnya.

Pembentuk unsur tanaman terbesar dari udara bukan dari tanah. Udara yang bersih dan berkualitas mempengaruhi pertumbuhan kualitas pohon dan buahnya. Embun dan kabut di dataran tinggi menjadi penyiram alami tumbuhan yang terbaik.

Tanah di dataran tinggi cendrung lebih lembut dan gembur karena suhunya yang lembab atau lebih banyak mengandung air. Akar tanam lebih mudah menyelusup ke tanah sehingga lebih mudah mendapatkan air dan unsur hara tidak terhantam oleh kerasnya tanah.

Kisah peradaban tinggi lebih banyak dikisahkan oleh Al-Qur'an dengan fenomena dataran tinggi. Di dataran tinggi banyak kekayaan alam yang perlu digali dan ungkap. Setelah fenomena dataran tinggi, fenomena apalagi yang sering diungkap oleh Al-Qur'an? Lautan, cobalah ungkap keberkahan Allah di lautan.

Tanpa Hiruk Pikuk Oleh: Nasrulloh Baksolahar Berkaryalah walaupun hanya sebuah goresan lurus sebuah  pena. Kelak satu goresan ak...

Tanpa Hiruk Pikuk

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Berkaryalah walaupun hanya sebuah goresan lurus sebuah  pena. Kelak satu goresan akan berlanjut menjadi karya tak terduga. Satu goresan menumbuhkan ide dan imajinasi berikutnya yang tak terduga.

Bukalah jalan di hutan belantara.  Satu orang menapaki, beberapa lalu jutaan orang yang mengikuti. Kelak di sepanjang jalan akan banyak rumah, bangunan dan aktivitas yang kompleks.

Ambilah cangkul. Hentakan ke tanah, tanamlah satu pohon, rawatlah, kelak dari tanah muncul makro dan mikroorganisme tanah, mata air, oksigen, dan ragam buah. Hanya menunggu sambil merawatnya. Kelak ulat, burung dan jutaan manusia menikmati panennya.

Bendunglah air. Buatlah petakan tanah. Alirkan ke petakan agar menjadi sawah dan kolam. Tanam dan peliharalah sepasang ikan. Kelak panennya akan dinikmatinya.

Karakter pembangun sering kali hanya sendirian. Menikmati kerja keras, keuletan, keteguhan dalam keheningan, kesenyapan  dan kesunyian. Itulah yang disebut oleh Rasulullah saw sebagai Guraba. Sunyi dalam keramaian. Berkarya tanpa tepukan tangan.

Di era akhir zaman, lebih butuh karakter guraba, seperti sabda Rasulullah saw, yang siap memegang bara api. Siap menjadi aneh dengan karya tanpa pujian. Dengan bara api, sampah menjadi pupuk. Yang keras tak bisa dibentuk diubahnya menjadi sesuatu. Seperti  besi yang dilunakan menjadi peralatan.

Terlalu banyak energi dan waktu yang terbuang demi hiruk pikuk dan sanjungan, padahal semuanya kosong. Seperti balon tanpa isi. Semakin besar, semakin tak berisi. Para guraba memilih jalur sunyi yang penuh dengan keringat. Daripada panggung besar yang penuh gelak tawa yang berisi hanya nyanyian dan senda gurau.

Bahagia Dari Kebun Oleh: Nasrulloh Baksolahar Setiap melihat kebun, walaupun hanya berupa kiriman foto, muncul optimisme. Perasa...

Bahagia Dari Kebun

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Setiap melihat kebun, walaupun hanya berupa kiriman foto, muncul optimisme. Perasaan ini tidak pernah ada baik dalam pekerjaan maupun usaha yang pernah digeluti. Mengapa seperti ini ya?

Tumbuh calon pucuk baru pun sudah bahagia. Melihat daun menghijau pun bahagia. Melihat tumbuhan bergoyang ditempa angin. Mengkilapnya dedaunan diterpa sinar matahari. Ulat dan semut yang merayap. Kupu-kupu yang hinggap. Jaring rumah  laba-laba di antara ranting. Semuanya menciptakan bahagia. Jadi, apakah itu bahagia?

Menyendiri di kebun, laksana di surga. Mungkinkah karena dipenuhi warna surga? Mungkinkah karena dikepung makhluk-Nya yang senantiasa bersujud dan bertasbih? Mungkinkah suasananya yang hening dengan hanya gesekan ranting, hembusan angin dan suara burung? Suara alam membahana di tengah keheningan dan kesendirian. Jadi apa arti ketentraman itu?

Saat di kebun, entah mengapa merasa menjadi yang paling bahagia di kolong jagat? Merasa paling tentram dan nyaman. Merasa semua kepenatan dan kegelisahan lepas tuntas. Padahal tak ada yang dilakukan? Hanya duduk menyendiri. Jadi kepenatan itu soal apa? Banyak persoalan?  Atau hanya cara berfikir dan suasana jiwa?

Kontur tanah datar dengan berundak, lebih indah yang berundak. Kontur tanah perbukitan dan pegunungan lebih indah dari yang datar, begitu pun perkebunannya. Naik turun ternyata lebih indah. Terpaan angin lebih terasa.  Seperti ombak, lebih indah bila ada gelombang. Namun mengapa manusia takut dengan gelombang kehidupan?

Keindahan kebun menjadi bertambah bila di bawahnya terhadap mata air, sawah dan selokan jernih. Dasar bebatuannya terlihat jelas. ikan-ikan kecil berenang-renang. Persis seperti gambaran kebun dalam Al-Qur'an. Perbukitan,  kebun, air yang mengalir dan ladang itulah fenomena terindah. Padahal tidak ada campur tangan manusia dalam mendesainnya.

Yang kaya, mengeluarkan uang yang banyak untuk menikmati keindahan. Yang tinggal di desa, setiap hari gratis menikmatinya.  Setiap manusia menikmati hal yang sama walaupun tingkat kekayaannya berbeda-beda dan bertingkat-tingkat. Bahagia tak harus kaya dan berkuasa.

Semua Ada Akhir dan Solusinya  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Apakah Nabi Ayub mengetahui kapan sakit dan kemiskinan berakhir dan b...

Semua Ada Akhir dan Solusinya 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Apakah Nabi Ayub mengetahui kapan sakit dan kemiskinan berakhir dan berkumpul kembali dengan keluarganya? Apakah Nabi Ibrahim dan Zakaria mengetahui kapan diberikan keturunan? Apakah Nabi Musa dan Harun kapan mengetahui kapan kezaliman Firaun berakhir? Seorang Nabi pun tak tahu waktunya.

Apakah Nabi Ayub mengetahui bagaimana solusi dari sakit, kemiskinan dan tercerai berainya keluarganya? Apakah Nabi Ibrahim dan Zakaria mengetahui bagaimana proses mendapatkan keturunannya padahal mereka sudah sangat tua? Apakah Nabi Musa dan Harun mengetahui bagaimana cara berakhirnya kezaliman Firaun sedangkan pengikutnya kaum tertindas dan lemah? Para Nabi dan Rasul pun tak ada yang tahu jalan keluarnya. Apa yang dilakukannya?

Siti Hajar dan Nabi Ibrahim tak tahu bagaimana mendapatkan air di Mekah? Tempat yang tandus, kering, panas dan tak ada sumber air. Tak ada tumbuhan yang hidup. Banyak pengembara kafilah Arab yang melewatinya, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Bagaimana menghadapinya?

Langkah perjalanan para Nabi dan Rasul adalah perjalanan wahyu. Mengikuti Wahyu Allah. Mengikuti bimbingan, pimpinan dan petunjuk Allah. Hidupnya untuk mengemban amanah Allah. Hanya itu yang diperbuat oleh para Nabi dan Rasul.

Para Nabi dan Rasul hanya bila sudah menuntaskan satu urusan lalu melangkah untuk menuntaskan urusan lainnya. Mencoba melakukan karya terbaik dengan bimbingan wahyu Allah. Terus berdoa dan bertawakal. Tetap meyakinkan diri yang bisa menyelesaikan persoalan kehidupan hanya Allah. Yang bisa memindahkan kegelapan menuju cahaya hanya Allah. Yang memasukkan siang ke dalam malam hanya Allah.

Bersabar dan ridha atas ketepatan Allah hingga Allah menetapkan keputusan-Nya. Kapan Allah berkehendak? Sudah tertulis dalam goresan pena di Lauhul Mahfud. Para Nabi dan Rasul menikmati takdir-Nya.

Yang terpenting, menghambakan diri pada Dzat yang bisa memberikan kemanfaatan dan menghilangkan kemudharatan. Yang hanya "Kun Fayakun"Nya merubah seluruh yang ada. Inilah pondasi menikmati perjalanan hidup. Bila pondasi ini lenyap, bagaimana bisa menikmati hidup?

Pola Penyiapan Makanan bagi Tumbuhan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Tumbuhan membutuhkan makanan. Makanan yang paling utama berasal...

Pola Penyiapan Makanan bagi Tumbuhan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Tumbuhan membutuhkan makanan. Makanan yang paling utama berasal dari air hujan. Manusia diberikan kesempatan mencontoh bagaimana tumbuhan membuat makanan untuk dirinya sendiri. Dengan pemahaman ini, tumbuhan dapat hidup dam berbuah lebih baik lagi. Bagaimana mengelola makanan untuk tumbuhan? Belajarlah pada pola makanan manusia.

Bagaimana pola penyiapan makanan manusia? Ada yang siap dimakan yang disajikan  di meja makan. Ada yang siap diolah berupa bahan mentah yang disimpan di kulkas dan tempat penyimpanan lainnya. Ada yang masih disimpan di lumbung padi. Ada yang masih ditanam. Ada 4 jenis penyiapan makanan untuk tumbuhan seperti manusia menyiapkan makanannya.

Humus dan kompos adalah makanan harian yang siap dimakan oleh tumbuhan. Abu bakaran sampah seperti makanan siap saji bagi tumbuhan. Jenis makanan ini harus senantiasa tersedia. Untuk itu petani harus senantiasa menyiapkan kebutuhan harian ini.

Kotoran binatang, sampah dedaunan dan rumahtangga yang ditaruh di sekitar tumbuhan merupakan bahan mentah yang siap diolah menjadi makanan siap saji. Butuh pengolahan alami melalui iklim, udara, hujan, sinar matahari, dan campur tangan makro dan mikroorganisme tanah.

Sampah seperti serasah kayu, sabut kelapa, sekam padi dan sejenisnya merupakan persediaan  makanan seperti di lumbung padi. Yang butuh proses pengolahan  lebih lama dan panjang.

Dibutuhkan pula menanam tumbuhan yang kelak menjadi bagian makanan bagi tumbuhan. Seperti petani yang menanam padi di sawah. Tumbuhan tersebut bisa seperti sejenis kacangan, pisang dan tumbuhan lainnya yang tidak membutuhkan pupuk yang banyak namun mudah diubah menjadi makanan bagi tumbuhan utama.

Keseimbangan dan kesinambungan makanan tumbuhan perlu dijaga secara jangka pendek, menengah dan panjang, jangan terfokus pada satu jenis pupuk saja karena akan menyiksa tanaman dan juga petani yang mengolahnya.

Rahmat Allah di Musim Kering Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Di musim kemarau masih terlihat pucuk daun muda yang baru mekar. Bermun...

Rahmat Allah di Musim Kering

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Di musim kemarau masih terlihat pucuk daun muda yang baru mekar. Bermunculan bunga yang kelak bisa berubah menjadi buah-buahan. Daerah yang cendrung  kering justru keberlimpahan panen buah-buahan.

Di daerah kecamatan Jetis Cilacap, daerah yang sangat kering. Dikelilingi pegunungan kapur dan laut selatan. Namun menjadi penghasil buah semangka. Saat manusia kekurangan air, Allah menyediakan tumbuhan yang bisa hidup dengan kebutuhan air yang minimal dengan buah yang berlimpah airnya. Seperti kisah Nabi Yunus yang terdampar di pantai yang kering.

Di daerah kecamatan Jampang Sukabumi Selatan. Bila dilihat dari peta curah hujan Badan Meteorologi dan Geofisika, terlihat daerah yang kering. Namun sangat terkenal dengan hasil buminya. Beberapa produk pertanian tersentralisas di kecamatan Jampang. Ada apa dengan fenomena kekeringan?

Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan. Kekeringan tidak menjadi persoalan seandainya manusia mampu mengelola air di musim hujan. Setiap rumah semestinya memiliki sumur resapan untuk menampung air hujan yang turun dari atap rumah. Seluruh air hujan dimasukan ke sumur resapan. Seperti itu Nabi Yusuf mengajarkan.

Musim kemarau justru berpotensi memperbaiki pertumbuhan tanaman. Di saat kering, akar tanaman lebih mudah menyerap unsur hara yang bernama Kalium. Bila terlalu banyak air, Kalium tidak bisa diserap secara sempurna. Apa fungsi Kalium bagi tumbuhan?

Kalium memperkuat batang. Kalium dapat merangsang buah. Para petani sering menggunakan pupuk kimia KCL untuk merangsang buah agar lebat. Kalium membuat tumbuhan lebih banyak berbuah dan berumur lebih panjang. Pupuk dari sabut kelapa banyak mengandung unsur Kalium sebesar 10%.

Kebanyakan tanaman tidak terlalu butuh banyak air, hanya butuh kelembaban saja. Menjaga kelembaban di musim kemarau hanya menutupi tanah dengan dedaunan dan tangkai saja. Atau menjaga kehidupan sejumlah mikroorganisme tanah yang membuat akar memiliki daya tahan terhadap kekeringan. Sayangnya semuanya beralih ke kimiawi.

Terbelahnya Tanah di Musim Kemarau Oleh: Nasrulloh Baksolahar Musim kemarau adalah berkah, saatnya mengolah tanah dan pupuk sebe...

Terbelahnya Tanah di Musim Kemarau

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Musim kemarau adalah berkah, saatnya mengolah tanah dan pupuk sebelum memasuki musim hujan. Di kemarau, tanah terbelah. Ini menyebabkan udara mudah masuk ke sela tanah. Apa manfaat tanah yang terbelah?

Udara masuk ke sela tanah. Oleh akar, udara diubah menjadi nitrogen. Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Coba perhatikan, di musim kemarau masih saja terlihat daun muda bermekaran.

Udara masuk ke tanah. Di musim kemarau, malam hari lebih dingin dari musim hujan. Maka udara terkondensasi menjadi embun. Di dalam tanah, udara menjadi air,  inilah yang menyebabkan tanah terjaga kelembabannya.

Di tanah perbukitan yang dibuat terasering, belahan tanah tidak saja terjadi pada permukaan atas tetapi pada tebing atasnya juga. Ini membuat udara semakin banyak masuk. Akibatnya, suplai nitrogen dan embun air semakin banyak.

Dalam Al-Qur'an difirmankan bahwa bumi terbelah, kemudian manusia akan keluar dari lubang kubur dengan cepat. Manusia berkumpul dengan sangat cepat. Dalam Al-Qur'an, ada yang keluar dari bumi dan ada yang masuk ke dalam bumi, hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang dikeluarkan dan dimasukkan.

Terbelahnya tanah di musim kemarau bisa jadi ada sesuatu yang dikeluarkan dari bumi dan ada yang dimasukkan ke dalam bumi. Nyatanya, saat musim kemarau terlihat fenomena buah-buahan yang melimpah. Para ilmuwan mengatakan terbelahnya tanah diperlukan agar bumi tidak meledak seperti bom atom.

Terbelahnya tanah di musim kemarau merupakan persiapan menghadapi musim hujan agar bumi bertambah subur dan tanah bertambah gembur secara alamiah. Dengan tanah terbelah, unsur hara yang berasal dari udara, air hujan, sinar matahari dan pupuk organik akan masuk ke dalam tanah yang tak bisa ditembus hanya dengan cangkul atau pengolahan tanah oleh manusia.

Mendidik Jiwa Belajar dari Bertani Oleh: Nasrulloh Baksolahar Tanah itu subur. Jiwa dan akal manusia itu subur. Bila tidak ditan...

Mendidik Jiwa Belajar dari Bertani

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Tanah itu subur. Jiwa dan akal manusia itu subur. Bila tidak ditanami akan tererosi. Terbawa arus ke lautan. Atau, tumbuhnya beragam gulma. Bermanfaat, namun minimal. Bermanfaat namun tak sesuai yang diharapkan.

Jiwa itu bila tak ada karya yang dibangun. Bila tidak ada amal shaleh yang dibiasakan akan bermunculan beragam penyakit hati, tumbuh kebiasaan yang sia-sia, tumbuh karakter yang melampaui batas, tumbuh jiwa-jiwa perusak. Sibukan dengan amal agar jiwa dan akal semakin subur. Agar tidak seperti tanah yang tak pernah diurus.

Tanah semakin subur bila diolah dan dicangkul. Jiwa-jiwa manusia semakin subur dengan tempaan pelatihan jiwa atau riyadhah. Tanah semakin subur bila disebarkan pupuk oganik, yang berasal dedaunan, ranting, buahnya sendiri. Jiwa semakin subur dengan keilmuan hasil perjalanan hidupnya sendiri. Hasil dari tafakur, tadabur dan dzikirnya. Bukan keilmuan "kimia pabrik" yang disuntikkan ke dalam jiwanya.

Tanaman yang kecil rawan dikepung oleh gulma yang menghambat pertumbuhannya.  Tumbuhan yang besar secara otomatis membunuh menghambat pertumbuhan gulma. Oleh sebab itu Al-Qur'an memerintahkan menanam pohon yang akarnya menghujam ke bumi dan dahannya menjulang ke langit.

Tanaman yang besar secara otomatis membuat gulma tidak tumbuh. Andai pun ada, tidak akan merusak pepohonan. Amal yang berorientasi kepada Allah akan membuat semua gejolak, godaan dan bisikan perusak lemah secara otomatis. Sedangkan terpaan angin yang kencang bisa jadi mematahkan dahan atau menumbuhkan pohon, tetapi akan bisa tumbuh kembali.

Persoalan utama dan pertama menanam pohon adalah tanah, air hujan dan sinar matahari. Mengolah tanah sehebat apapun tidak akan menumbuhkan pepohonan yang subur dan berbuah bila tidak disiram oleh air hujan dan sinar matahari.

Bila manusia mengolah jiwa, hati dan akal berdasarkan kemauan, ilmu dan egonya sendiri. Bila manusia mengolah jiwa, hati dan akal berdasarkan penelitian ilmiah dengan methodelogi yang tepat sekali pun, tidak akan bisa membangun, mendidik dan menempanya, karena yang dominan adalah unsur langit yaitu wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah saw.

Ketundukan dan Kewaspadaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ada dua sifat yang sedang diperjuangkan agar menjadi karakter yang melekat...

Ketundukan dan Kewaspadaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ada dua sifat yang sedang diperjuangkan agar menjadi karakter yang melekat hingga akhir hayat. Yaitu, ridha dan wara. Ridha itu puas dan selalu bahagia dengan segala takdir dan hukum-Nya, juga sunah Rasulullah saw. Ridha terhadap seluruh kaum muslimin, manusia dan makhluk-Nya.

Apa alasan untuk ridha? Apa dasar untuk ridha? Allah memiliki Asmaulhusna. Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Ampunan-Nya mendahului azab-Nya. Tak ada yang sia-sia dalam kehidupan ini.

Bila tidak ridha, apakah manusia bisa memilih planet lain? Pindahan ke alam semesta yang lain?  Memilih kehidupan yang lain? Apakah ada Tuhan selain Allah? Ada sumber kebaikan selain Allah?

Ridha hanya butuh ketundukkan hati. Membuang ego lebih tahu akan kebaikan. Membuang definisi tentang manfaat dan mudharat versi diri. Ketentraman itu ada pada ridha.

Ridha membuat langkah manusia selaras dengan Allah. Mengikuti kemana pun kehendak Allah. Bergandengan membersamai Allah. Seperti dua sejoli yang terus melangkah bersama dengan kemesraan dan kerinduan.

Wara buah atas kekhawatiran akan pertanggungjawaban di hadapan Allah. Menghitung diri sebelum dihitung di hadapan Allah. Bertanya kepada diri sebelum ditanyai Allah. Wara ada sebuah kewaspadaan.

Hasil riset dari kiprah para Sahabat dan Salafus Shaleh di berbagai kitab, semuanya memiliki karakter utama seperti ini. Yang tersulit adalah ridha karena harus menghancurkan ketuhanan diri. Yang tersulit adalah wara karena harus waspada atas kebutuhan yang mendasar dan esensial.

Liku-Liku Fokus Oleh: Nasrulloh Baksolahar Peran hidup bisa meluas dan menyempit. Meluas saat semakin dewasa. Menyempit di saat ...


Liku-Liku Fokus

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Peran hidup bisa meluas dan menyempit. Meluas saat semakin dewasa. Menyempit di saat semakin tua. Semakin berumur, peran hidup semakin terfokus bukan meluas. Semakin melemah, harus semakin paham dimana optimalisasi hidupnya.

Banyak godaan agar tidak terfokus. Banyak tarikan untuk terus meluas. Seakan semakin meluas itu semakin hebat dan banyak yang dibanggakan. Ternyata untuk fokus pun harus menempuh banyak liku-likunya. Ternyata fokus itu lebih sulit dari peran yang meluas.

Pikiran lebih banyak yang menerawang. Banyak yang diinginkan dan diangankan. Buktinya, mengkhusyukan diri lebih sulit daripada timbulnya banyak pikiran yang tidak menentu. Kekacauan benang kusut pikiran karena tak terarahnya dalam berfikir.

Manusia lebih banyak yang menyekutukan Allah. Menganggap Allah memiliki anak. Menyakini adanya perantara menuju Allah. Padahal Allah itu Ahad. Mengapa lebih banyak yang mencabangkan pikirannya?

Manusia ingin memiliki segalanya, tahu dan paham seluruhnya, menggenggam semua yang ada, menjadi serba bisa dan terdepan di seluruh lini. Inilah jebakan berfikir. Bila terfokus pada dunia, semuanya akan bercabang dan semerawut.

Untuk fokus banyak hal yang harus dikorbankan. Meninggalkan yang membersamainya padahal sudah mendarah daging. Menanggalkan atribut dan yang dibanggakan. Melepaskan baju kebesaran yang telah disematkan. Memilih jalur sunyi tanpa seorang pun peduli.

Fokus hanya satu tujuan. Satu langkah. Satu harapan. Fokus pada yang paling berharga dan bermakna, bukan gegap gempitanya tepuk tangan manusia.

Berinteraksi dengan Tanah Oleh: Nasrulloh Baksolahar 1,5 tahun belajar membuka dan mengelola lahan dengan tingkat kecuraman tana...

Berinteraksi dengan Tanah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


1,5 tahun belajar membuka dan mengelola lahan dengan tingkat kecuraman tanahnya mencapai 45 derajat. Sekarang diamanahi kembali dengan tingkat kecuraman yang sama. Bagaimana agar pembersihan dan pengolahan lahan lebih sederhana sehingga penanaman lebih cepat dan panennya tetap maksimal dalam kurang dari setahun?

Sekecil apa pun pembukaan lahan harus segera ditanami. Bagaimana dengan kemiringannya? Agar saat hujan airnya meresap ke tanah dan humusnya tidak terbawa erosi? Pembukaan lahan yang sangat sederhana di tahap awal namum kesuburan tanah sebelumnya tetap terjaga dan bertambah subur dengan serapan air hujan.

Bagaimana agar pembukaan dan pengolahan lahan di tahap awal tidak membunuh biotik tanah? Bagaimana agar seluruh hewan tanah tetap terjaga? Bagaimana agar hasil pembukaan lahan tidak merusak humus tanah? Jangan menggunakan api dalam pembukaan lahan.

Membuka dan mengelola lahan seperti sedang memadu kasih sayang dengan tanah. Tanah lebih berharga daripada batu emas, berlian dan permata walaupun harganya berjuta-juta hingga bermilyaran.  Emas, berlian dan permata, hanya bermanfaat bila dijual. Saat tak dijual hanya seonggok rongsokkan yang anehnya dibanggakan-banggakan.

Lebih berharga tanah atau uang? Uang yang disimpan hanya jadi rongsokan. Tanah yang hanya dilempari biji-bijian menghasilkan banyak panen yang dapat berlimpah. Dalam seonggok tanah tercipta ekosistem kehidupan. Dalam seonggok uang hanya ada ketakutan kehilangan, kehabisan dan angan-angan.

Raga manusia berasal dari tanah. Seluruh mahkluk yang ada di muka bumi berasal dari tanah. Persengketaan paling pelik adalah tanah. Pertempuran sepanjang zaman di muka bumi berkaitan soal tanah. Semua kekuatan dikerahkan oleh berbagai bangsa adalah soal tanah. Penjajahan Yahudi Israel terhadap Palestina berkaitan soal tanah.

Ragam karakter manusia yang tersembunyi dapat terlihat dalam persengketaan tanah. Keburukan, kezaliman dan kekejian  yang berkaitan dengan tanah terus terbawa di dunia ini  hingga ke liang lahatnya. Juga, api neraka menggantungi lehernya. Berkasih sayanglah dengan tanah, tunaikan haknya, jangan ada kezaliman dalam mengelola dan kepemilikannya.

Jalan Dakwah Itu Bernama Membuka dan Mengelola Lahan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Jalan dakwah itu bernama membuka dan mengelola l...

Jalan Dakwah Itu Bernama Membuka dan Mengelola Lahan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Jalan dakwah itu bernama membuka dan mengelola lahan? Inikah jalan final dakwah ku? Inikah penghentian akhir perjalanan ini? Terus mengikuti goresan takdir yang spesial bagi para hamba-Nya. Terus mengikuti teka teki Allah. Allah Maha Mengetahui tempat tinggal, makan dan wafatnya.

Hanya mengikuti titah orang tua. Walaupun jalan ke depan sepertinya berliku-liku. Namun hanya Allah Yang Maha Tahu. Biarlah akhir hidup ini ku wakafkan untuk mengikuti titah orang tua. Membuang ego. Membuang ragam prediksi tantangan yang menghadang. Ditapaki jalan itu semoga meraih rahmat-Nya. Sebab orang tua pintu surga yang terus terbuka di dunia.

Semakin hari menepi dan menyepi. Menjauhi keramaian mendekati kaki Gunung Halimun dan Salak yang membentang dari kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak. Riuh rendah dengan binatang kebun. Teduh dan gelap di bawah lindungan dedaunan. Mungkin ini perlindungan Allah di huru hara Akhir Zaman?

Menerabas ilalang. Menerobos jalan yang belum pernah ada. Siang bagaikan pagi dan sore. Matahari bersembunyi di balik daun pepohonan yang rindang. Nyamuk-nyamuk menemani walaupun di siang bolong. Seperti kisah pembukaan lahan untuk sebuah ibu kota kerajaan di masa silam.

Suasana lahannya, bagai kisah Novel karya MH Mindarja sepertinya sedang dijalani. Kisah yang berlatarbelakang Tumapel, kerajaan Kediri dan Singasari yang berkisah keris Mpu Gandring. Juga, kisah seorang senopati yang berlatarbelakang kesultanan Demak yang sedang mencari pusaka kerajaan Kiyai Naga Sasra dan Sabuk Inten yang hilang. Atau kisah Bende Mataram, sepenggal kisah perlawanan Mataram kepada Belanda.

Membuka lahan dan mengelola lahan. Jalan dakwah yang penuh kesunyian, kesenyapan, keheningan dan ketentraman. Perjalanan dakwah yang hanya ditemani oleh parang, cangkul, garpu, tanah, tanaman, pupuk dan beberapa teman petani. Tak ada teknologi canggih. Juga, tak ada yang peduli.

Jalan dakwah itu bernama membuka dan mengelola lahan.  Hanya bermodalkan keyakinan dan kesederhanaan. Bermodalkan bahwa akan datang generasi penerusnya yang bergelut dengan tanah dan peralatan pertanian.

Membangun Satu Ekosistem Kehidupan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Seekor lalat terbang dengan kelincahan luar biasa. Tak ada yang bi...

Membangun Satu Ekosistem Kehidupan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar



Seekor lalat terbang dengan kelincahan luar biasa. Tak ada yang bisa mengambil kembali apa yang sudah dirampasnya. Tubuhnya sangat ringan seperti tak ada isinya. Padahal pada tubuh lalat ada kehidupan seperti di bumi.

Pada tubuh lalat terdapat kehidupan bakteri dan jamur. Lalat membawanya dari satu tempat ke tempat lainnya. Ekosistem bakteri dan jamur   tumbuh dan berkembang pada seekor lalat. Bisakah manusia mendesain ekosistem kehidupan dalam ruang yang amat sempit sekali?

Dalam seekor nyamuk ada ekosistem kehidupan berupa virus. Dalam sebongkah tanah, jutaan jasad renik membangun kehidupan. Pada lambung manusia, bisakah dihitung jasad renik yang hidup? Kehidupan yang tak disadari dan tak dirasakan oleh manusia. Allah Maha Lembut.

Di batang pisang yang membusuk ada kehidupan. Cacing, rayap, semut, makro dan mikroorganisme tanah lainnya. Di setiap onggokan sampah pun terdapat ekosistem kehidupan. Dalam satu kehidupan ada satu ekosistem kehidupan. Dalam satu kematian ada satu ekosistem kehidupan yang bediri sendiri juga. Allah Maha Hidup, ya Hayyu ya Qayyum.

Dari satu jenis pohon menciptakan ekosistem kehidupan. Dari sebuah pohon jati. Dari sebuah pohon pisang. Dari sebuah pohon padi, tercipta satu ekosistem yang berdiri sendiri. Allah Maha Luas Rahmat-Nya.

Menanam satu pohon berarti membangun satu ekosistem. Berternak satu ekor hewan berarti membangun satu ekosistem kehidupan. Ekosistem yang awal tak dimengerti oleh manusia. Membangun satu ekosistem berarti membangun satu paket kebajikan yang tak pernah berhenti.

Mengolah tanah, menanam dan berternak sebuah langkah awal membangun ekosistem kebaikan. Yang besaran kebaikannya tergantung dari besaran ekosistem yang terbentuk. Mulailah...

Mengikuti Teka-Teki Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Bila keputusan tidak lagi berdasarkan hawa nafsu. Bila keputusan diambil s...

Mengikuti Teka-Teki Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Bila keputusan tidak lagi berdasarkan hawa nafsu. Bila keputusan diambil setelah dzikir shalat. Saat ajakan tersebut berasal dari seseorang yang keikhlasan terjaga. Sedangkan diri masih ada sedikit kebimbangan karena pertimbangan legalitas dunia. Apakah tetap mengikuti ajakan tersebut?

Mencoba mengikuti teka-teki Allah. Mencoba membuang keraguan. Mencoba bertawakal. Mencoba meniti teka-teki kehidupan tersebut. Kemana Allah akan membawa perjalanan ini?

Kemana kehidupan ini akan berakhir? Niat awal menjadi cerminan. Niat awal menjadi proyeksi akan hasilnya. Tetap teguh. Tetap berprasangka baik. Tetap bersungguh-sungguh. Hasil akhir akan tetap yang terbaik. Pergolakan hidup tidak akan pernah sia-sia.

Allah itu Maha Terpuji. Allah itu benar. Firman-Nya benar. Takdir-Nya pun diliputi kebenaran. Tak ada takdir yang salah. Allah Maha Teliti. Allah Maha Mengetahui.

Jangan mengukur hidup dengan untung atau rugi. Jangan ditimbang dengan maslahat dan mudharat ego diri. Timbang dengan ukuran syariat. Timbangan dengan halal atau haram. Timbang dengan keridhaan Allah. Itulah ukuran yang hakiki.

Masa depan itu jelas dan pasti, walaupun liku-liku tak pernah terduga. Caranya, lihatlah dan rasakan hati, adakah kejernihan dan keikhlasan? Adakah keridhaan dan keyakinan? Gambaran masa depan adalah perwujudan dari gambaran suasana hati sehari hari.

Hidup memang penuh teka-teki, ikuti saja alurnya dengan bertawakal. Di dalamnya banyak tarbiyah dari Allah. Banyak ujian untuk melihat kualitas jiwa. Banyak bimbingan, pimpinan, kemudahan dan pertolongan dari Allah.

Optimalisasi Lahan dengan Memahami Tanaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar Meningkatkan produktivitas hasil pertanian atau perkebunan...

Optimalisasi Lahan dengan Memahami Tanaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Meningkatkan produktivitas hasil pertanian atau perkebunan dapat dilakukan dengan cara sangat sederhana. Filosofinya, memahami pola akar tumbuhan,  responsifnya terhadap udara, hujan dan sinar matahari. Lalu, pola pergerakan  pertumbuhannya, merambat, tetap pendek, menjulang atau menyamping. Pemahaman ragam tumbuhan dalam satu bidang tanah harus memahami pola ini.

Pemahaman pola akar, serabut, tunggang, kedalaman dan jangkauannya. Bagaimana pola interaksi antara ragam akar tumbuhan. Ada akar yang semakin menyuburkan tanah. Ada akar yang memiskinkan tanah. Ada akar yang tidak membutuhkan kesuburan tanah. Ada juga yang sangat memerlukan kesuburan tanah. Memahami pola ini agar akar tidak saling tumpang tindih atau "berbenturan".

Ada akar tumbuhan yang sangat membutuhkan air, akar yang dapat tumbuh hanya dengan kelembaban saja, ada juga akar yang dapat bertahan di tanah yang kering dengan keterbatasan air. Allah menciptakan tanaman dengan kekhasan yang luar biasa.

Dalam satu tanaman bisa menghasilkan ragam hasil panen. Di pohon yang menjulang, bisa dimodifikasi sebagai tempat rambatan tanaman yang merambat, seperti lada dan vanili, serta "tumpangan" pohon lainnya seperti bunga anggrek dan sejenisnya.

Kebutuhan tanaman terhadap sinar matahari berbeda-beda. Seperti di hutan, ragam tanaman dapat tumbuh subur. Yang tidak banyak membutuhkan sinar matahari bisa ditanam di bawah naungan pohon yang membutuhkan sinar matahari yang lebih banyak.

Karakteristik daun tumbuhan mempengaruhi keragaman tanaman yang bisa ditanam bersamaan. Pohon Petai yang daunnya kecil dan jarang. Seperti beringin yang daunnya sangat rindang. Seperti kelapa yang daunnya hanya ada di puncaknya saja. Daun yang tidak menghalangi sinar matahari, akan semakin banyak ragam tanaman yang bisa hidup dibawah naungannya.


Memahami karakter tanaman. Memahami akar, naungan daun, dan pertumbuhan batangnya. Memahami kebutuhan akan air, sinar matahari dan kesuburan. Akan semakin meningkatkan produktivitas lahan.

Khusnul Khatimah Menjemput Rezeki Oleh: Nasrulloh Baksolahar Akhirnya, Allah membimbingku ke pertanian, semoga ini bentuk perjal...

Khusnul Khatimah Menjemput Rezeki

Oleh: Nasrulloh Baksolahar



Akhirnya, Allah membimbingku ke pertanian, semoga ini bentuk perjalanan khusnul khotimah dalam menjemput rezeki. Terjun bekerja di ragam perusahaan dari Kantor Akuntan Publik, Multi Finance, Grosir, dan Retail hingga membuka usaha sendiri. Namun ketentraman itu ada di pertanian.

Dalam pertanian ada kebanggaan. Ada patriotisme kebangsaan. Bagaimana membangun ketahanan pangan? Bagaimana menyiapkan sesuap makanan? Ingat pesan Bung Hatta saat baru memproklamasikan kemerdekaan. Bagaimana mengisi perut rakyat  Indonesia?

Di pertanian, merasakan 100 persen "Kehalalannya". Saat bekerja, ada yang pendapatan usahanya haram, pembiayaannya haram. Pendapatan usahanya tercampur halal dan haram, pembiayaannya haram hingga praktek bisnisnya pun haram. Ada Pendapatan dan pembiayaannya halal, namun praktek bisnisnya syubhat. Di pertanian, pendapatan, pembiayaan dan praktek bisnisnya halal. Semoga ini langkah awal menuju Wara di sisa kehidupan ini.

Dalam kondisi apa pun, pertanian paling menjanjikan. Andai krisis berkepanjangan, minimal perut masih terganjal oleh singkong atau dedaunan. Seperti saat Rasulullah saw dan para Sahabat yang diblokade secara ekonomi dan sosial oleh Musyrikin Mekah, bisa bertahan dengan memakan dedaunan kering.

Dalam pertanian, urusan perut "tak perlu uang". Semuanya tersedia di kebun. Semua berputar hanya dalam satu siklus. Di akhir zaman, Rasulullah saw mengingatkan agar terus bertahan bersama kaum muslimin walaupun harus menggigit akar pohon. Bukankah banyak sumber karbohidrat yang bersumber dari akar tanaman? Kebersamaan bersama Muslimin yang harus ditopang oleh kekuatan pangan.

Banyak sedekah yang tak terduga. Banyak sedekah yang tak dianggap sedekah. Bahkan diri sendiri pun tidak sadar bahwa itu sedekah. Sedekah oksigen. Sedekah air tanah. Sedekah pada tumbuhan dan hewan dalam satu rantai makanan dan ekosistem. Dicuri pun sedekah dan tak tahu bahwa ada yang dicuri.

Yang lebih luar biasa lagi, Allah menganugerahkan ilmu pertanian, pengolahan tanah dan pengelolaan hama dari Al-Qur'an. Memahamkan kenyataan akhirat, kepalsuan dunia, ragam solusi kehidupan dengan fenomena praktek pertanian. Inilah spiritualitas pertanian.

Efek Niat Bertani pada Jiwa Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ada ulama Jawa Tengah yang hidup dan makan dari hasil buminya sen...

Efek Niat Bertani pada Jiwa Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ada ulama Jawa Tengah yang hidup dan makan dari hasil buminya sendiri. Bertani dan berternak sendiri. Yang dikonsumsi tidak dari transaksi jual beli dari banyak tangan yang bisa jadi melibatkan banyak tangan yang "syubhat".

Pergerakan bahan makanan dan minuman dari produsen hingga ke konsumen melalui ragam karakter manusia. Setiap orang memiliki kualitas hati yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki obsesi yang dalam konsep jual beli. Inilah yang dikhawatirkan oleh ulama yang wara.

Banyak yang menanam dan berternak dengan orientasi kapitalis dan materialis. Bagaimana efek terhadap tanaman dan hewannya? Bagaimana efek bagi yang mengkonsumsinya? Bisa jadi mempengaruhi jiwa dan raga yang mengkonsumsinya. Bisa jadi inilah awal kerusakan karakter sebuah bangsa.

Fudhail bin Iyad lebih memilih berhenti menjadi pejabat negara lalu hidup dari berjerih payah dengan upah dari Sofyan Tsauri, walapun keduanya halal tetapi pengaruh ke jiwa, hati dan semangat beribadahnya berbeda. Bagaimana bila memakan hasil pertanian dan peternakan yang orientasi mengeksploitasi untuk keuntungan besar?

Air yang dibacakan doa sangat berbeda dengan ucapan mantra yang penuh kebencian. Airnya sama. Halal dan baiknya sama. Tetapi pengaruhnya berbeda. Yang dibacakan doa akan menyembuhkan dan menyehatkan. Yang dihembuskan mantra jahat akan menyakiti dan merusak jiwa serta raga.

Yang menanam dan berternak karena Allah. Berorientasi bersedekah dan memberikan makan maka saat dikonsumsi akan berkontribusi positif bagi jiwa, hati, akal dan raga. Yang berorientasi pada materialisme dan eksploitasi akan merusak jiwa manusia.

Banyak kisah sufi karena perbedaan tujuan dalam mengkonsumsi maka mempengaruhi cita rasa buah dan banyaknya hasil panen. Bagaimana bila sejak menanam dan berternaknya saja sudah rusak orientasinya? Dalam Al-Qur'an hancurnya pertanian dan perkebunan karena rusaknya orientasi bertani dan berkebun.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (130) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (48) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (219) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (164) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (1) Nabi Ibrahim (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Musa (1) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (208) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (100) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (375) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (131) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (177) Sirah Sahabat (107) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (67) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)