basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Rehat

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Rehat. Tampilkan semua postingan

Mengapa  Rezeki Dapat Terputus dan Merusak? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Al-Qur'an seringkali mengidentikan rezeki dengan buah...




Mengapa  Rezeki Dapat Terputus dan Merusak?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Al-Qur'an seringkali mengidentikan rezeki dengan buah-buahan. Kosa kata yang dipilih adalah "Tsamar" yang berarti buah yang dikeluarkan dari pohon, baik dimakan ataupun tidak. Menurut Ibnu Katsir, bisa diartikan segala jenis makanan apa saja yang tumbuh dari bumi.

Mengapa Allah mengidentifikasi rezeki dengan buah-buahan? Buah-buahan itu tak terhingga ragam dan rasanya. Tak terhingga pula bentuk dan warnanya. Segala jenis pohon bisa mengeluarkan buah-buahan.

Di tanah yang sama, bisa berbeda rasanya. Di musim yang berbeda, berbeda pula buah-buahannya. Di iklim dan wilayah yang berbeda, berbeda-beda pula buah-buahannya. Semuanya, seolah-olah Allah ingin mengatakan pada manusia bahwa tak perlu khawatir dengan jaminan rezeki dari Allah.

Buah-buahan itu berasal dari air hujan.  Pepohonan tanpa air hujan tidak akan menghasilkan buah. Hujan itu dari langit. Hujan adalah rahasia Allah. Hingga hari ini, apakah manusia bisa menciptakan tanah dan pepohonan? Berarti, rezeki memang dari Allah.

Dalam satu buah, terdiri dari kulit, biji dan daging buah. Kulit untuk melindungi buah, lalu dibuang agar menyuburkan tanah, tempat tumbuhan hidup.  Daging buah untuk dikonsumsi agar keberlangsungan kehidupan manusia berlanjut. Sedangkan biji, agar muncul tumbuhan baru yang menghasilkan buah.

Rezeki itu harus diinfakkan, seperti kulit  buah yang dibuang ke tanah. Bagaimana bila kulit dimakan manusia? Bagaimana bila tidak ada yang dibuang ke tanah? Bila kulit dimakan, akan merusak. Bila tak dibuang ke tanah, bagaimana menyuburkan tanaman?

Tanamlah bijinya. Agar semakin banyak pohon yang berbuah. Agar hari esok semakin berlimpah dan mudah. Agar generasi berikutnya bisa menikmatinya juga. Bagaimana bila dimakan, bisa merusak manusia dan kehidupan masa depan terhenti.

Makanlah daging buahnya saja. Jangan berlebihan, sebab akan merusak. Berbagilah agar kenikmatan bertambah. Kesalahan manusia adalah memakan seluruh rezeki. Memakan biji dan kulitnya. Sehingga rusak badannya. Juga, tak ada yang untuk dikembangkan bagi hari esok. Rezeki pun terputus dan merusak dirinya.

Memahami Awal Penciptaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Allah menciptakan makhluk-Nya melalui sebutir telur. Unggas, burung, ular, ...

Memahami Awal Penciptaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Allah menciptakan makhluk-Nya melalui sebutir telur. Unggas, burung, ular, ikan, reptil dan banyak yang belum diketahui manusia. Allah mengembangbiakkan tumbuhan melalui biji, tunas dan bagian tertentu dari tumbuhan tersebut.

Manusia berkembang biak dengan melahirkan. Berawal dari segumpal air, darah kemudian daging. Hewan pun ada yang berkembang biak dengan melahirkan juga. Namun ada keunikan dalam proses kelahiran manusia.

Adam diciptakan langsung oleh Allah. Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Nabi Isa dilahirkan tanpa proses pertempuran sel telur dan sperma. Allah bisa menciptakan sesuai yang dikehendaki-Nya.

Api berasal dari kayu, cairan dan gas. Angin karena perbedaan tekanan. Hujan dan awan berasal dari uap air. Embun karena udara yang dingin. Semuanya berproses dengan cara yang sama hingga kehancuran alam semesta.

Perhatikan semua asal penciptaan makhluk-Nya. Agar paham beragam kehendak-Nya.  Paham Ilmu-Nya. Paham kekuasaan-Nya. Paham bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya. Tak ada yang bisa menandingi-Nya.

Pahami penciptaan-Nya. Kuasai dan contek. Lalu, perbanyak. Maka bisa menguasai pembibitan, bahan baku, bahan mentah, industri hulu, dan rantai pasokan.  Kelak, kekuasaan digenggam oleh yang menguasai sektor hulu.

Awal dan akhir sangat jauh berbeda. Seperti telur bulat, yang berubah menjadi ungas, burung, dan reptil. Seperti biji dan tunas , yang berubah menjadi sayuran dan pepohonan yang besar menjulang. Itulah kebesaran Allah agar hati dan akal manusia dengan rela menyembah-Nya.

Membangun Hutan Pangan  FIFARM--Hutan alam merupakan contoh sempurna keseimbangan dan keanekaragaman ekosistem. Prinsip-prinsip ...

Membangun Hutan Pangan 

FIFARM--Hutan alam merupakan contoh sempurna keseimbangan dan keanekaragaman ekosistem. Prinsip-prinsip ini menjadi inspirasi bagi konsep hutan pangan - sebuah sistem pertanian yang meniru kompleksitas alam. Hutan pangan mengintegrasikan berbagai jenis tanaman, hewan, dan jamur dalam satu area untuk menghasilkan bahan pangan secara berkelanjutan.

Keunikan hutan pangan terletak pada pendekatannya yang meminimalkan input namun memaksimalkan hasil. Dengan memahami interaksi alami antar spesies di hutan, para perancang hutan pangan dapat menciptakan ekosistem buatan yang produktif dan mandiri. Tanaman-tanaman dipilih bukan hanya berdasarkan hasil panennya, tapi juga fungsi ekologisnya seperti fiksasi nitrogen atau habitat bagi hewan penyerbuk.

Pengelolaan hutan pangan membutuhkan pemahaman mendalam tentang ekologi dan kebijaksanaan dalam penerapannya. Tujuannya adalah menciptakan sistem yang dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem. Dengan meniru dan meningkatkan proses alami, hutan pangan menawarkan solusi inovatif untuk pertanian berkelanjutan di masa depan.
Lapisan Keanekaragaman

Hutan pangan meniru struktur bertingkat hutan alami:

Lapisan Kanopi: Didominasi oleh pohon-pohon tinggi yang memberikan naungan dan habitat.

Pohon Pohon Bawah: Pohon-pohon kecil di bawah kanopi yang mengisi celah.

Semak dan Perdu:Menyediakan buah-buahan dan beri, sambil juga mendukung kehidupan liar.

Lapisan Herba:Tanaman di tanah seperti herba dan sayuran.

Hasil Akar: Tanaman seperti talas dan singkong yang tumbuh di bawah tanah.

Penutup Tanah: Tanaman rendah yang melindungi tanah dan menekan gulma.

Pemanjat: Tanaman menjalar yang memanfaatkan ruang vertikal untuk tumbuh.

Setiap lapisan memiliki fungsi masing-masing, mengoptimalkan ruang dan sumber daya untuk menciptakan ekosistem yang produktif.

Desain Sesuai Iklim

Desain hutan pangan bervariasi sesuai dengan iklim. Di daerah subtropis, misalnya, tanaman seperti tamarillo tumbuh subur di bawah pohon-pohon produktif seperti feijoa, guava, dan jeruk. Hasil akar seperti talas dan singkong memberikan keberlanjutan, sementara herba besar seperti pisang menambah keanekaragaman dan biomassa.

Tanaman pendukung seperti kacang es krim dan casuarina berperan penting dalam siklus nutrisi dan perbaikan tanah, membantu pertumbuhan spesies produktif seperti murbei, nangka, dan mangga dari waktu ke waktu.

Manajemen Suksesi

Perencanaan suksesi sangat penting. Pada awalnya, tanaman pendukung dapat mencakup hingga 95% biomassa, terutama spesies yang memperbaiki nitrogen untuk memperkaya tanah dan mendukung pertumbuhan pohon buah muda. Melalui pemangkasan dan pengelolaan yang strategis, tanaman pendukung ini secara bertahap memberi ruang bagi spesies produktif, menciptakan ekosistem yang seimbang dan mandiri.

Integrasi Hewan

Hewan merupakan bagian integral dari pengelolaan hutan pangan. Hewan ternak besar dapat membersihkan area untuk penanaman, sementara ayam dan bebek membantu mempersiapkan dan menjaga kesehatan tanah. Peran mereka dalam pengendalian hama dan siklus nutrisi meningkatkan produktivitas secara keseluruhan, memastikan sistem tetap hidup dan tangguh.

Kelimpahan dan Kestabilan Berkelanjutan

Hutan pangan berfungsi sebagai ekosistem hidup yang produksi tanahnya konstan dan kesuburannya terus berkembang. Dengan meniru proses alami dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, sistem ini menghasilkan makanan berlimpah sambil meregenerasi tanah. Pendekatan ini tidak hanya menjaga kebutuhan manusia tetap terpenuhi, tetapi juga meningkatkan kesehatan lingkungan, menjadikannya model pertanian berkelanjutan yang patut ditiru di seluruh dunia.

Dengan demikian, hutan pangan mencerminkan prinsip keseimbangan ekologis dan pertanian berkelanjutan. Dengan meniru pola alam dan memanfaatkan keanekaragaman, sistem ini memberikan landasan untuk memastikan kelimpahan makanan sambil meningkatkan keberagaman hayati dan kesehatan tanah.

Apa itu permakultur?

Permakultur merupakan desain yang sadar dan disengaja di mana ekosistem yang beragam, stabil, dan tangguh diintegrasikan untuk membantu manusia memenuhi kebutuhan pangan, energi, tempat tinggal, dan kebutuhan lainnya secara berkelanjutan, tanpa merusak planet ini maupun manusia yang bergantung padanya.

Permakultur menitikberatkan pada berbagai topik, termasuk pertanian, kehutanan, pengumpulan air hujan, energi terbarukan, bangunan ramah lingkungan, pengelolaan limbah, sistem hewan, ekonomi, teknologi, dan pengembangan komunitas. Pendekatan ini tidak hanya mempertimbangkan keberlanjutan ekologi, tetapi juga mengintegrasikan aspek sosial dan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya secara holistik. Dengan demikian, permakultur tidak hanya mencari solusi untuk kebutuhan saat ini, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan keseimbangan jangka panjang antara manusia dan lingkungan mereka.

https://fifarm.id/posts/316754/membangun-hutan-pangan-menciptakan-kebun-berkelanjutan-dengan-kearifan-alam

Dalam Penciptaan Matahari dan Bulan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Allah menciptakan bulan, matahari dan bintang. Untuk apa? Ada ya...

Dalam Penciptaan Matahari dan Bulan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Allah menciptakan bulan, matahari dan bintang. Untuk apa? Ada yang memanfaatkan panas matahari untuk energi. Cahaya bulan untuk mencari ikan-ikan di lautan. Bintang-bintang untuk riset angkasa raya. Ini hanya sebagian kecil dari tujuan penciptaannya. Apakah tujuan utamanya?

Di Al-Qur'an, setiap berbicara angkasa raya, terutama bulan dan matahari sering kali dikaitkan dengan perhitungan bilangan tahun dan perhitungan waktu. Umur dan waktu, itulah titik tekannya. Kesadaran akan waktu, itulah tujuan utamanya. Mengapa?

Bukankah waktu tak bisa ditukar dengan kekayaan? Bukankah waktu tak bisa diulang? Bukankah waktu itu tak bisa diperpanjang dan diperpendek? Bukankah waktu tak bisa dikompromikan?

Setiap ibadah dikaitkan dengan waktu. Melakukan shalat, puasa, zakat dan haji, dikaitkan dengan waktu. Kehidupan di dunia dibatasi oleh waktu. Saat menanam tumbuhan dan panen pun dibatasi oleh waktu. Iklim dan musim dikaitkan dengan waktu. Seperti Nabi Yusuf yang paham akan perguliran musim hujan dan kemarau.

Kerentaan tubuh. Memutihnya rambut. Keriputnya kulit. Lapuknya bangunan kayu. Semuanya dikaitkan dengan waktu. Makanan dan minuman, peralatan dan teknologi pun ada batas akhir penggunaannya. Peluang dan ancaman pun dikaitkan dengan waktu.

Kejayaan dan kehancuran kerajaan, negara, kekuasaan, jabatan, suku bangsa dan peradaban juga ada waktunya. Kesadaran akan waktu berarti kesadaran akan kehidupan. Kesadaran bahwa semuanya berakhir. Setelah sadar waktu,  muncul kesadaran pertanggungjawaban akan waktu.

Kesadaran pertanggungjawaban waktu dijelaskan  dalam surat Al-Isra ayat 13-14, "Dan setiap manusia telah Kami kalungkan catatan amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari kiamat, Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitungan atas dirimu."

Jihad Tak Mencintai Dunia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Alhamdulillah, insya Allah hingga hari ini masih konsisten 60-70 persen pe...

Jihad Tak Mencintai Dunia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Alhamdulillah, insya Allah hingga hari ini masih konsisten 60-70 persen penghasilan untuk zakat, sedekah dan waqaf. Semoga Allah terus menjaganya. Penyaluran sesuai prioritas yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Semoga ini menjadi saksi, ada seorang hamba-Nya yang ingin melepaskan diri kukungan dunia, walaupun belum bisa dan sering terjatuh.

Bagaimana dengan keturunannya? Umar bin Abdul Aziz, bisa menjadi contoh. Bagaimana seorang konglomerat menjadi melarat saat menjadi khalifah. Bagaimana warisan untuk putra-putrinya hanya senilai 1 dinar saja? Bukankah Allah yang melapangkan dan menyempitkan?

Tak perlu khawatir dengan beragam ketakutan yang dibisikan oleh syetan. Bukankah pekerjaan syetan hanya menakut-nakuti? Jangan takut dengan kekhawatiran hawa nafsu, penuhi kebutuhan yang mendasar, setelah itu akan bungkam.

Bentengi semua ketakutan dan kekhawatiran hawa nafsu dan syetan dengan berpuasa. Allah akan membentengi semua panah beracun tersebut. Tafakuri Asmaulhusna-Nya dari Al-Qur'an, semoga Allah menghalau semua tuhan palsu dari bilik hati.

Bukankah tugas hidup hanya menjadi abdi dan khalifah-Nya?  Mengapa disibukkan dan dipalingkan dengan yang lain? Bukankah dunia hanya persinggahan? Bukankah akhirat adalah rumah yang sebenarnya?

Bukankah hidup ini hanya ujian cinta kepada-Nya? Mengapa masih menoleh dan melirik kepada selain-Nya? Berjalan dan berduaan bersama-Nya, itulah cinta seorang hamba-Nya.

Sangat malu bila menatap angkasa, semuanya bersujud dan bertasbih. Sangat malu terhadap makhluk-Nya di bumi, semuanya bersujud dan bertasbih. Sedangkan hamba-Nya bergelimang dengan kedurhakaan dan mencintai selain-Nya.

Kisah Mengumpulkan dan Menanam Bibit  Tanaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mengumpulkan bibit nanas dari tetangga dan petani di s...

Kisah Mengumpulkan dan Menanam Bibit  Tanaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Mengumpulkan bibit nanas dari tetangga dan petani di sekitar kebun. Walaupun cukup lama, namun bisa memberdayakan tanaman nanas yang tak dipedulikan. Walaupun belum tahu, akhir dari menanam nanas, namun nanas telah menjadi tanaman yang cukup menarik di sejumlah negara tropis.

Awalnya tak tahu untuk apa menanam pisang. Saat itu, meminta pisang kepada seseorang tapi ditolaknya. Dengan agak kesal, maka menanamlah pohon pisang agar tidak meminta lagi ke orang tersebut. Akhirnya, pisang menjadi bisnis tersendiri.

Begitu pun kisah menanam alpukat, awalnya beberapa teman mengajak menanam porang. Saat melihat lahan yang saya miliki, ternyata membutuhkan modal pengolahan yang cukup besar. Akhirnya, semuanya mundur.

Ada yang menawarkan menanam Alpukat dan kelapa, tetapi mereka meminta dana 1 juta untuk satu pohon untuk bibit dan saran dan konsultasi saja. Akhirnya, memberanikan diri menanam sendiri.

Saat menanam kelapa, membeli bibit dari seseorang. Saat pembelian ke dua,  ternyata penjual bibit tidak mau menjualnya kembali karena mereka akan menggunakannya sendiri di kebunnya. Akhirnya, bibit kelapa dibeli dari warga sekitar kebun yang mau menjual satu atau dua pohon.

Pembelian bibit petai, tidak terlalu terkendala karena sejak awal beli langsung ke pusat pembibitan. Setiap jenis pohon yang ditanam, memiliki sejarah yang unik, yang mengokohkan  komitmen untuk terus menanam dan mulai menanam.

Banyak cara Allah mendorong dan menggugah untuk memulai sesuatu. Kadang dari kisah dan fragmen yang menjatuhkan juga yang memberikan semangat.  Setiap fragmen bertanyalah, apa yang Allah ingin ajarkan?

Karakter alam semesta adalah berkelompok. Planet-planet berkelompok di dalam galaksi. Galaksi pun berkelompok di dalam alam seme...

Karakter alam semesta adalah berkelompok. Planet-planet berkelompok di dalam galaksi. Galaksi pun berkelompok di dalam alam semesta. Bulan pun berkelompok di dalam planet. 

Dalam kelompok, yang lemah pun menjadi kuat. Seperti domba yang lemah, bila dalam satu kelompok, serigala pun tak bisa dimangsa. Seperti harimau, bila dikepung oleh domba pun akan mati kelelahan melawan domba.

Dalam kelompok, tak harus sama. Seperti galaksi bima sakti, yang terdiri dari bumi, matahari, mars hingga pluto. Dari bulan, asteroid dan komet. Seperti tubuh manusia yang terdiri dari ragam panca indra.

Kesamaan tidak akan kuat menyatukan, tetapi saling ketergantungan dan berkaitanlah yang menyatukan menjadi kelompok yang kuat. Lihatlah model pertanian monokultur yang efisien tetapi menciptakan keretanan terhadap penyakit dan hama.

Tumbuhan pun memiliki kelompok. Bila menanam sesuatu, pahami kelompok tanaman yang saling ketergantungan. Seperti dalam Al-Qur'an yang selalu menyandingkan pohon kurma dan anggur.

Tanaman yang tumbuh sendiri walapun tidak ditanam, pelajari keterkaitan dengan pohon utamanya. Apa kemanfaatannya? Seperti rerumputan yang selalu tumbuh di saat baru menanam di sebuah lahan.

Ada tumbuhan yang mengindikasikan kesuburan tanaman. Ada yang untuk menjaga erosi, longsor dan kelembaban. Ada juga tumbuh karena dia obat untuk hama tanaman utama. Pelajari seluruhnya, maka tak ada kesia-siaan, saling berhubungan, ketergantuan dan menguatkan.






Agar Meyakini Pertemuan Dengan-Nya Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Alam semesta diciptakan agar manusia meyakini dan mengokohkan dir...

Agar Meyakini Pertemuan Dengan-Nya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Alam semesta diciptakan agar manusia meyakini dan mengokohkan diri akan pertemuannya dengan Allah. Bukankah semakin banyak ilmuwan yang meyakini kehancuran alam semesta? Bukankah semakin berlimpah beragam model kemungkinan kehancuran alam semesta?

Alam semesta seperti raga manusia, tumbuhan dan binatang. Bukankah semuanya tua? Bukankah sangat banyak kemungkinan untuk sakit? Bukankah sangat tak terhitung dan tak terduga penyebab kematiannya?

Peradaban Yunani, Romawi dan Persia sudah hancur. Tak muncul lagi. Banyak kaum dan suku bangsa yang tak ada jejaknya lagi. Banyak perusahaan yang bangkrut, tak bangkit lagi. Banyak negara-negara yang hilang dari peta bumi.

Kemana kaum Nabi Hud, Syuaib, Shaleh dan Luth? Kemana Firaun dan Namrudz? Semuanya terkubur. Allah menyisakan jejak perjalanan mereka agar paham semua yang dibangun sehebat dan sekuat apa pun akan musnah.

Allah memendekan usia manusia di akhir zaman, agar berita kematian selalu mengingat. Fenomena gempa dan gunung meletus. Perkembangan jenis penyakit yang semakin banyak dan penyebaran cepat. Iklim yang anomali yang efeknya terhadap suhu, permukaan laut, bencana dan ketersediaan pangan. Apakah tak menyadarkan pertemuannya dengan Allah?

Mengapa Rasulullah saw banyak memberikan berita tentang huru hara Hari Kiamat, baik yang kecil maupun yang besar? Mengapa tanda-tandanya dimunculkan secara bertahap dan berkesinambungan? Agar suasana kesadaran kejiwaan pertemuan dengan Allah terjaga.

Allah Maha Pengasih dan Penyayang, terus mengepung manusia dengan fakta, data dan peristiwa di sekitar dan dekat  untuk bisa menangkap kepastian dan kebenaran akan pertemuan dengan Allah melalui panca indra, akal dan hatinya.

Mengapa Tanah Indonesia Dikuasai  Asing? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mengikuti training shalat khusyu di Shalat Center Bandung. ...

Mengapa Tanah Indonesia Dikuasai  Asing?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Mengikuti training shalat khusyu di Shalat Center Bandung. Saat acara tadabur alam, jalan kaki ke sebuah air terjun. Jalan menuju ke lokasi masih bebatuan. Rumah pun masih sangat jarang. Kontur tanahnya berbukit dan suasana cukup dingin.

Selama perjalanan terlihat banyak pohon cengkeh yang sangat besar. Ini sebuah tanda, cengkeh pernah menjadi sumber penghasilan utama. Kota Bandung pun terlihat dari perbukitan. Namun ada yang cukup memprihatinkan, apa itu?

Selama berjalan kaki, banyak tanah yang tak diolah dan terlantar. Pohon dan rerumputan dibiarkan tak terurus. Tak terlihat bekas cangkul yang dihentakan ke tanah. Padahal tak jauh dari tempat tersebut ada Kantor Dinas Perkebunan provinsi Jawa Barat. Bukankah fenomena yang paradoks?

Ada tanah yang cukup luas yang dipagari beton. Pagarnya pun banyak yang ambruk. Sepertinya dulu pernah dibangun perumahan, tetapi sepi peminat. Sekarang tanahnya pun tak terurus. Ada papan pengumuman yang menginformasikan bahwa tanah tersebut adalah tanah wakaf pertanian. Tetapi, tak terurus juga.

Dalam perjalanan ada rumah dan mushalla yang cukup memprihatinkan. Mushallanya diberi nama Tawakal. Dindingnya hanya terbuat dari lembaran GRC. Rumahnya pun seperti itu. Seorang ibu keluar dari rumah. Kondidi anak-anak terlihat cukup memprihatinkan. Mengapa pertanian identik dengan kemiskinan?

Tanah yang terlantar di pinggiran kota Bandung, itulah wajah Indonesia juga. Indonesia ditelantarkan oleh penghuninya sendiri.  Mengapa tak mensyukuri tanah yang subur dan iklim yang mendukung? Mengapa kolonial Belanda justru sangat serius mengelola tanah Indonesia?

Mengapa tanah Indonesia dikuasai asing? Lihatlah, tanah-tanah yang berada di sisi rumahnya pun ditelantarkan. Bagaimana Allah berkehendak mengamanahkan tanah yang sangat luas? Bagaimana Allah berkehendak menurunkan ilmu dan teknologi untuk mengelola tanah? 

Konservasi Nanas di Kampungku Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mencoba mengumpulkan bibit nanas dari kampungku untuk dibudidayakan di...

Konservasi Nanas di Kampungku

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Mencoba mengumpulkan bibit nanas dari kampungku untuk dibudidayakan di kebun Sukabumi. Semoga kelak menjadi sejarah seperti nanas madu Pemalang yang sebenarnya dari Bogor. Bagaimana Nanas Bogor sekarang jadi salah satu penggerak ekonomi di Pemalang?

Seorang kiyai dari Pemalang melakukan perjalanan wisata religi ke Bogor pada 1942. Pulangnya membawa oleh-oleh buah Nanas. Sampai di Pemalang, mahkotanya dibuang ke kebun. Ternyata tumbuh dengan baik. Semakin lama semakin banyak, lalu ditanam di lahan kritis agar tidak erosi.

Setelah ditanam, ternyata memiliki rasa yang berbeda dengan tempat asalnya, Bogor. Dengan perbedaan geografi, ternyata rasanya menjadi lebih manis dan lebih kering. Akhirnya,  diberi nama nanas Madu. Sekarang nanas yang dibawa oleh seorang kiyai telah menghidupi penduduk Pemalang dari generasi ke generasi.

Bagi saya, nanas memiliki sejarah tersendiri. Dahulu, di kampungku masih banyak kebun yang luas. Setiap di perbatasan kebun atau tepian jalan selalu ditanami nanas sehingga setiap jengkal tanah menjadi produktif.

Setiap pohon yang berbuah pun, selalu ditaruh tebangan pohon nanas di batangnya agar anak-anak tidak mencuri buahnya. Sehabis mengambil kayu bakar di kebun, seringkali kali mengambil daun muda nanas untuk dimakan agar tidak kelaparan.

Sekarang ada bagian kampungku yang akan terkena gusuran jalan tol. Di daerah gusuran tersebut banyak sekali penduduk yang menanam nanas. Anggap saja, memindahkan nanas ke Sukabumi sebagai upaya penyelamatan pohon nanas tersebut. Seperti penyelamatan yang dilakukan Nabi Nuh di saat banjir.

Menanam nanas di tebingan kebun di Sukabumi sebuah upaya agar tidak longsor tanahnya. Pada sisi lain, tanah menjadi lebih produktif karena bisa memanen nanas. Semakin beragam yang bisa dihasilkan dalam satu kebun.

Nasib Ilmuwan, Bagai Katak Dalam Tempurung  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Para ilmuwan ruang angkasa dan astronot mengembara di an...

Nasib Ilmuwan, Bagai Katak Dalam Tempurung 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Para ilmuwan ruang angkasa dan astronot mengembara di antariksa dengan mengembangkan teknologi super canggih. Mereka menemukan ruang angkasa yang tak bertepi dan sangat banyak rahasia yang tak terpecahkan. Beragam benda-benda di ruang angkasa diberi nama sesuai yang pertama kali melihatnya atau membuat teorinya.


Mengirimkan satelit, robot hingga manusia, memprediksi apakah pernah ada kehidupan di luar bumi? Bisakah membuat kehidupan di planet lain? Bisakah menambang kekayaan planet lain?  Hingga bisakah berlibur ke luar angkasa?

Dengan riset ke luar angkasa, teori kehancuran di bumi pun menjadi sangat logis. Bukan itu saja, tetapi juga kehancuran alam semesta. Ternyata bumi itu hanya debu di alam semesta. Ternyata galaksi bima sakti hanya setitik debu pula di alam semesta.

Hasil risetnya hanya melahirkan teori ilmu pengetahuan, kelak teori ini pun akan terbantahkan dengan data yang baru. Seperti itulah pergumulan ilmu. Hasil riset hanya bagaimana bisa menjadi bisnis atau kekayaan?   Atau sekedar mercusuar kehebatan atas bangsa lain.

Mengapa riset yang semakin luas hanya berujung pada akhir yang sama? Ilmu pengetahuan saja. Gelar akademik seperti profesor?  Berakhir pada membangun bisnis dan kekayaan? Mengapa tidak sampai menyentuh pada kesadaran ketuhanan?

Bukankah riset ilmuwan ruang angkasa seperti menjalani babak kecil awal perjalanan Miraj Rasulullah saw? Mengapa tak sedikitpun yang diraih seperti yang diraih Rasulullah saw saat Miraj?

Itulah jalan sesat yang tak tahu tujuan sesuatu. Muslimin memang belum  meneliti fenomena ruang angkasa, namun hasil riset mereka dimanfaatkan untuk menafsirkan ayat Al-Qur'an tentang langit, meneguhkan keimanan kepada Allah dan kelak dimanfaatkan untuk membangun peradaban. Ilmuwan Barat hanya kelelahan membuka hakikat sesuatu. Lelah dalam kebingungan dan pertanyaan. Namun Muslimin yang memanfaatkannya. Sungguh kasihan para ilmuwan Barat?

Yang Diburu dan Dilakukan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Yang diburu dalam hidup ini hanya maaf, ampunan dan rahmat Allah. ...

Yang Diburu dan Dilakukan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Yang diburu dalam hidup ini hanya maaf, ampunan dan rahmat Allah. Adakah yang lebih berharga selain itu? Yang dilakukan dalam hidup ini hanya amal shaleh, sabar dan takwa. Adakah ikhtiar yang lebih hebat dari itu semua?

Pernak pernik perjalanan manusia dalam surat Al-Baqarah ditutup dengan permohonan maaf, ampunan dan rahmat Allah. Bukankah surat Al-Baqarah merupakan bimbingan dalam mengelola masyarakat, bisnis, perang dan negara? Bukankah surat Al-Baqarah diturunkan setelah Rasulullah saw di Madinah untuk membangun peradaban?

Dalam shalat, saat duduk di antara dua sujud, deretan utama yang diminta adalah maaf, ampunan dan rahmat Allah. Doa-doa yang dipanjatkan oleh para Nabi dan Rasul, paling banyak memuat permohonan maaf, ampunan dan rahmat Allah.

Doa-doa yang ditujukan bagi yang sudah wafat pun, agar dilimpahkan maaf, ampunan dan rahmat Allah. Bukankah Rasulullah saw pun masuk surga karena rahmat-Nya? Bukankah kebaikan di dunia dan akherat karena rahmat-Nya?

Bagaimana menjalani hidup ini? Bagaimana menjalani liku-liku hidup ini? Jangan pernah berhenti beramal kebaikan. Agar menjadi amal jariah. Agar menjadi tabungan. Apapun yang menimpa, teruslah berorientasi untuk membangun kebaikan.

Hidup ini berproses, tak tahu kapan sesuatu bisa diraih dan terwujud. Maka, dibutuhkan kesabaran. Membangun sesuatu tidak bisa langsung jadi. Sebab hanya Allah yang bisa, "Kun fayakun." Sabar sebuah kesadaran bahwa kita hanya seorang hamba.

Ingin beruntung? Bertakwalah. Jangan mengandalkan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki. Hidup melelahkan dan energi terkuras habis karena mengandalkan diri. Bertakwalah, maka jalan kemudahan terpampang luas.

Paradoks Alam Semesta dan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Suhu bumi semakin naik. Sejumlah negara dihantam gelombang panas. ...

Paradoks Alam Semesta dan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Suhu bumi semakin naik. Sejumlah negara dihantam gelombang panas. Seluruh program untuk menghambat pemanasan global telah gagal. Air tanah terus menyusut. Mengapa manusia terus saja berlomba dengan kekayaan dan kekuasaan?

Para ilmuwan melakukan riset ke dalam bumi dan ke ruang angkasa. Hasilnya, alam semesta ini akan hancur. Hari Kiamat itu pasti terjadi. Namun, manusia terus memburu memuaskan nafsu dan angkara murkanya. Berbangga dengan yang telah dihimpunnya.

Berbisnis masih untuk mengembangkan bisnisnya. Berbisnis masih untuk menghimpun kekayaan dan kebanggaan. Berkuasa masih ingin melanggengkan kekuasaannya. Berkuasa masih untuk menjarah kekayaan rakyat dan negerinya.

Gaya hidupnya, seolah bumi ini abadi. Seolah kesenangan dan ketenaran itu langgeng. Seolah seluruh hidup sesuai dengan keinginan egonya.

Manusia penghuni alam semesta. Saat alam semesta menuju kehancuran, mengapa penghuninya merasa hidupnya abadi? Saat alam semesta pasti hancur, mengapa manusia  tak melihat tanda-tanda kehancurannya?

Manusia saling menghancurkan dan bersaing. Saling berebut dan membunuh. Saling berselisih dan bertengkar?  Mengapa tidak bersinergi? Mengapa tidak mencari titik fokus? Mengapa merasa alam semesta ini terbatas bukan berlimpah? Pada bila berhasil mengungguli semuanya pun, akan hancur pula.

Sebuah kenyataan yang paradoks antara manusia dan alam semesta. Penghuninya merasa abadi, padahal tempat yang dihuninya, alam semesta, sedang menuju kehancuran. Betapa bodohnya manusia.

Pertumbuhan Islam Bagai Pohon Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sayid Qutb dalam tafsirnya, Fizilali Qur'an,  mengumpamakan pertum...

Pertumbuhan Islam Bagai Pohon

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Sayid Qutb dalam tafsirnya, Fizilali Qur'an,  mengumpamakan pertumbuhan Islam di dunia ini seperti pohon. Tumbuh perlahan namun pasti. Angin yang kencang tidak akan menumbangkan. Perubahan iklim tidak akan pernah mematikannya. Selalu bisa beradaptasi dengan beragam kondisi ekstrim sekalipun.

Sekali waktu, pohon ini terkena hama. Sedikit menghambat pertumbuhannya. Ulat memakan dedaunan. Ada yang memetik rantingnya. Namun bekas gigitan ulat dan potongan ranting akan menambah jumlah ranting baru. Bahkan, bisa mengeluarkan bunga dan buah.

Semakin lama, batangnya semakin besar dan kokoh. Daunnya semakin rindang. Akan semakin banyak yang datang sendiri hingga berbondong-bondong dan bergerombol untuk bernaung. Semuanya hidup dari pohon tersebut.

Yang melempari pohon ini dengan apapun akan diberikan buah. Yang ingin menebang pohon ini akan berhadapan dengan makhluk yang hidup di bawah pohon tersebut. Andai, pohon ini ditebang sekalipun, akan muncul dahan-dahan baru, dari sisa-sisa tunggulnya.

Bukankah umat Islam dihabisi di Andalusia? Bukankah umat Islam pernah dihabisi di Masjidil Aqsha? Bukankah umat Islam pernah dihabisi di Baghdad? Bukankah gerakan Kristenisasi di era penjajahan Eropa sangat terstruktur, kuat dan massif? Bukankah gerakan sekularisme dan kapitalisme seperti badai yang menghempaskan apapun?

Hingga hari ini, pertumbuhan umat Islam tetap yang tertinggi. Ajaran Islam yang dihinakan tetapi dijadikan referensi walapun dikamuflasekan dengan nama dan sebutan lain. Saat ideologi lain ditinggalkan dan dihempaskan karena bertentangan dengan fitrah dan tak pernah bisa menyelesaikan persoalan manusia, umat manusia berbondong-bondong mempelajari Islam.

Para ilmuwan melihat dunia menuju kehancuran. Semua solusi yang dilakukan tak bisa menahan kehancuran bumi. Mereka sedang mencari siapa yang bisa menyelesaikan krisis ini? Hanya tinggal menerapkan Islam di kehidupan ini.

Bila Tak Bisa Bersahabat Dengan Malaikat? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mewujudkan kehendak Allah di muka bumi, itulah orientasi b...

Bila Tak Bisa Bersahabat Dengan Malaikat?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Mewujudkan kehendak Allah di muka bumi, itulah orientasi berkebun. Berinvestasi di perkebunan hanya untuk mewujudkan bahwa harta itu milik Allah sehingga harus diputar dan didistribusikan. Hasil investasi diserahkan kepada Allah, karena diniatkan untuk bersedekah kepada alam dan memberi makan pada makhluk-Nya.

Allah menggambarkan hati mukmin dan kafir dengan karakter tanah. Olahlah tanah seperti gambaran hati seorang mukmin. Allah menghendaki air hujan bersemayam di bumi, olahlah tanah agar menjadi tempat yang nyaman bagi air hujan.

Salah satu ciri pengolahan tanah  yang diberkahi Allah adalah munculnya mata air di kebun tersebut. Airnya terus mengalir di antara pepohonan. Bagaimana agar ini terwujud? Al-Qur'an sangat jelas mengidentifikasi keberhasilan sebuah proses tertentu.

Orang kafir menyesal karena selama hidupnya di dunia tidak mencontoh karakter tanah. Mengolah tanah berarti menyelami kehidupan yang menyelamatkan dari api neraka. Semua tumbuhan hidup di atas tanah. Bagaimana agar hati bisa menumbuhkan ragam kebaikan?

Setiap menanam satu pohon berarti menambah teman yang mengingatkan untuk bertasbih dan bersujud. Memelihara tumbuhan berarti berinteraksi dan bergaul dengan teman yang shaleh. Bukankah seseorang itu tergantung temannya? Bila tidak bisa bercengkrama langsung dengan malaikat, maka bercengkramalah dengan tumbuhan.

Setiap terpaan sinar matahari, bulan dan angin. Setiap pergantian malam dan siang. Tanah dan tumbuhan terus berdzikir. Semuanya berdzikir. Betapa tentramnya bila hidup di tengah teman yang terus berdzikir. Mengenal karakter alam semesta agar paham bagaimana menjalani kehidupan yang diberkahi.

Rasulullah saw pernah bersabda bahwa sepeninggalku akan dipenuhi dengan perselisihan yang besar. Semakin mendekati Hari Kiamat, perselisihan semakin ruwet sehingga lahirlah beragam firqah, mazhab, dan aliran. Lahirlah ragam kerakusan dan ketamakan. Bila tak ada lagi teman yang bisa diajak untuk mengingat Allah, maka bergaul dengan alam yang senantiasa bertasbih dan bersujud.

Mengasah Ketawakalan Dari Berkebun Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Berkebun berarti mengasah ketawakalan dan keridhaan. Bukankah tum...

Mengasah Ketawakalan Dari Berkebun

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Berkebun berarti mengasah ketawakalan dan keridhaan. Bukankah tumbuhan tidak berakal? Bukankah tumbuhan hanya bertasbih dan bersujud saja? Mereka fokus pada yang harus dilakukannya saja. Faktanya, yang dibutuhkan sudah disediakan oleh Allah.

Tumbuhan butuh air? Allah menyediakan air hujan. Air dari langit turun. Dari bumi, memancar dengan sendirinya. Dari udara, Terciptalah embun.

Butuh panas? Allah menyediakan teriknya matahari dan energi panas dari bumi. Tanah menyimpan energi panas untuk sementara waktu. Jadi, saat malam yang dingin, tanah masih menyediakan kehangatan.

Butuh makanan? Dedaunan yang basah dikeringkan oleh matahari. Dibusukan oleh iklim yang lembab. Diurai oleh hewan tanah. Jadilah serpihan berbentuk abu. Apakah yang melakukan tumbuhan itu sendiri?

Butuh kenyamanan? Allah menciptakan tanah yang mudah digemburkan. Berpori sehingga yang berasal dari langit bisa disimpan. Akarnya, mudah menggenggam agar bisa tumbuh tinggi. Apakah semua rekayasa tumbuhan?

Butuh naungan? Allah menggerakkan awan-awan. Yang terik menjadi teduh. Butuh kesegaran? Allah menghembuskan angin. Tumbuhan hanya fokus menjalani visi hidupnya. Bertawakal dan ridha menjalani takdirnya. Apakah berakhir buruk?

Tumbuhan yang dibiarkan oleh manusia di hutan dan pegunungan, justru hidup dengan subur dan indah. Tumbuhan pertanian yang selalu diurus manusia justru banyak yang berguguran. Mengapa? Manusia sombong. Merasa serba bisa mengurus. Padahal semuanya rekayasa Allah.

Sifat Petani Yang Membuat Panen Berlimpah  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sungguh menarik, Allah selalu mengaitkan infak dengan bert...

Sifat Petani Yang Membuat Panen Berlimpah 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sungguh menarik, Allah selalu mengaitkan infak dengan bertani atau berkebun. Yang sukses bertani dan berkebun, apakah harus memiliki karakter berinfak? Yang gagal panen dalam Al-Qur'an, dalam kisah dua pemilik kebun,  pun dikaitkan dengan karakter kekikiran.

Sangat menarik, hasil dari istighfar pun dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan. Kebun yang indah, buahnya berlimpah dan mata air yang mengalir di dalam kebun. Negri Saba yang makmur pun dikaitkan dengan Allah yang Maha Pengampun.

Agar panennya berlimpah maka gemarlah berinfak. Bila tata pengelolaan tanah kebunya ingin menjadi baik, maka banyaklah beristighfar. Semuanya dianugerahkan oleh Allah.

Allah menggambarkan mereka yang berinfak untuk mendapatkan ridha Allah bagaimana sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.

Yang berinfak untuk mencari ridha Allah seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun pun memadai.

Bagi yang berinfak karena ria seperti mereka yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu kebun itu ditiup oleh angin keras yang mengandung api.

Dalam sebuah hadist, ada petani yang hasil kebunnya berlimpah  karena setiap hasil panennya didistribusikan menjadi sepertiga untuk infak, investasi dan konsumsi. Allah yang telah menghidupkan tanaman dan mengeluarkan buah-buahan tanpa campur tangan manusia. Maka, berinfaklah sebagai bentuk rasa syukur.

Tak Terbatas Menjadi Terbatas? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Manusia memburu yang terbatas dan mengabaikan yang tak terbatas. Dian...

Tak Terbatas Menjadi Terbatas?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Manusia memburu yang terbatas dan mengabaikan yang tak terbatas. Dianggap yang terbatas itu sangat bernilai. Bertempur dan bertarung demi yang terbatas. Anehnya, mengapa manusia justru mengabaikan "Yang Esa", justru memburu berhala yang tak terbatas?

Cadangan emas, minyak, dan sumber daya lainnya sangat terbatas. Lapangan pekerjaan kantoran terbatas. Semuanya diburu dan diperebutkan. Mengapa terbatas? Karena manusia menganggap hanya itu yang mulia. Semuanya mengarah ke satu titik, jadilah sangat berdesakan.

Mengolah tanah yang membutuhkan sumber daya manusia yang banyak justru diabaikan. Manusia menjauhinya. Pertanian yang membutuhkan terobosan dan teknologi justru tak dipikirkan. Teknologi mengarah pada bukan  yang mendasar. Justru pada peralatan militer.

Kebutuhan manusia sangat terbatas, mengapa menjadi tidak terbatas? Alam semesta sejak Nabi Adam mampu menghidupkan seluruh makhluk di bumi, mengapa menganggap yang ada di bumi terbatas? Keserakahan yang membentuk segala sesuatu menjadi sangat terbatas.

Keserakahan yang menciptakan persaingan dan perburuan. Saling berbangga yang menyebabkan yang tak dibutuhkan menjadi sangat penting. Padahal setelah diraih hanya menjadi sampah dan tak digunakan.

Banyak gedung-gedung ditinggalkan. Banyak rumah mewah yang runtuh, tak berpenghuni lagi. Banyak tanah yang terlantarkan. Banyak kekayaan hanya disimpan, tak digunakan. Padahal dahulu menjadi objek perburuan dan perselisihan.

Rahmat-Nya itu sangat luas. Rahmat-Nya tak terbatas. Bukankah seandainya seluruh manusia dari awal hingga akhir dipenuhi seluruh permintaannya pun, kekayaan Allah tak berkurang sedikitpun. Mengapa manusia selalu berfikir serba terbatas?

Hikmah dari Alam Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Bertani dan berkebun berarti menyiapkan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak saja ...

Hikmah dari Alam

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Bertani dan berkebun berarti menyiapkan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak saja manusia tetapi juga hewan dan tumbuhan lainnya. Hasil pertanian dan perkebunan akan mengisi "perut-perut" seluruh makhluk-Nya. Bila perut kenyang, maka akan menentramkan kehidupan.

Satu buah berarti satu kemaslahatan. Satu buah bisa jadi menjadi rangkaian produk-produk turunan lainnya. Berapa banyak kemaslahatan yang tercipta? Bukankah dasar perekonomian dan kesejahteraan adalah memberi makan dan minum?

Hasil panen dari menanam untuk meredam kekacauan. Rasulullah saw bersabda untuk mengolah tanah, menanam dan berternak, di saat huru-hara Hari Kiamat. Dengan menanam, interaksi lebih banyak kepada tanaman dan hewan yang senantiasa bertasbih dan bersujud. Terhindar dari kebisingan manusia.

Penglihatan, pendengaran dan hati diciptakan agar manusia fokus untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah. Bertani membuat manusia terkepung dengan tanda-tanda kebesaran Allah. Inilah yang membuat hati dan keegoan nafsu tertunduk pada keagungan-Nya.

Dalam kisah persilatan, mengapa para pendekar utama lebih memilih kesunyian di saat tuanya? Memilih menjadi bertani dan warga biasa? Bahkan menanggalkan kehebatan dan kedigjayaannya.

Menyelesaikan persoalan dengan kepintaran dan ilmu. Menyelesaikan dengan pertengkaran dan pertempuran telah usai. Saatnya menyelesaikan kehidupan dengan hikmah dan kebijaksanaan yang dipelajari dari alam.

Bertani berarti memahami hikmah dan kebijaksanaan alam. Bukankah banyak nasihat  dengan perumpamaan alam? Bukankah Rasulullah saw bersedih karena sedikitnya manusia yang mau mengambil hikmah kehidupan dari alam?

Cara Alami Menghadapi Kemarau Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sejak berkebun jadi peduli dengan iklim bulanan. Waktu terasa amat sin...

Cara Alami Menghadapi Kemarau

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Sejak berkebun jadi peduli dengan iklim bulanan. Waktu terasa amat singkat, tak terasa bersiap menghadapi kemarau lagi. Kemarau mulai di Juni, puncaknya di Juli-Agustus. Seperti itu prakiraan iklim menurut BMKG.

Iklim merupakan takdir-Nya. Hujan dan kemarau merupakan takdir-Nya. Dalam kisah Nabi Yusuf, setelah kemarau akan muncul masa pohon anggur berbuah lebat. Sebelum datang kemarau, Nabi Yusuf menyiapkan perbekalan.

Sudah setahun yang lalu memperbanyak tanaman pisang di sekitar tanaman utama. Beberapa pohon utama sudah berumur 2 hingga setahun. Ada beberapa yang baru ditanam untuk menggantikan pohon utama yang mati atau pertumbuhannya kurang baik.

Jadi, seharusnya di tahun ini lebih siap menghadapi kemarau. Sebab, pohon utama sudah besar, hanya sebagian kecil yang perlu perhatian. Di lahan yang baru dibuka pun, yang lebih dahulu ditanam adalah pohon pisang, jadi di musim kemarau, pohon pisang bisa jadi pelindung atau bila kekurangan air bisa dimanfaatkan untuk melembabkan tanah untuk pohon utama.

Cara lain menghadapi kemarau adalah membiarkan tanaman gulma hidup. Gulma membuat sinar matahari tidak langsung mengenai tanah jadi kelembaban tanah bisa lebih terjaga selama kemarau.

Gulma yang lebih tinggi dari rerumputan akan semakin baik  dan banyak menjaring embun di musim kemarau. Saat fajar menyingsing, embun akan berjatuhan ke tanah sehingga membantu kelembaban tanah.

Akar pohon pisang yang banyak mengandung air akan menyejukkan suhu dalam tanah. Semoga di kemarau ini tidak terlalu ekstra keras dalam menghadapinya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)