basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Walisongo

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Walisongo. Tampilkan semua postingan

Pangeran Katandur, Berdakwah dengan Ilmu Pertanian http://sumenepkab.go.id/berita/baca/dari-kudus-berdakwah-dengan-nandur Desa B...

Pangeran Katandur, Berdakwah dengan Ilmu Pertanian

http://sumenepkab.go.id/berita/baca/dari-kudus-berdakwah-dengan-nandur

Desa Bangkal memiliki beberapa destinasi wisata religi. Seperti Asta Sunan Paddusan dan Pangeran Katandur. Di antara kedua titik sasaran anak panah para peziarah itu, makam Pangeran Katandur yang paling ramai disinggahi.

Para peziarah ada yang sendiri-sendiri, namun tidak sedikit yang berkelompok atau berjamaah. Datang tanpa langsung pulang, juga ada. Tidak jarang yang berhari-hari menghabiskan waktu di pasarean tokoh asal Kudus ini.

Pangeran Katandur memang begitu dekat bagi warga Sumenep. Sosok asal negeri Kudus ini memang dikenal sebagai tokoh berjasa di bidang pertanian. Bahkan dari imbas “nandurnya” atau bertani, muncul ikon sapi dan karapannya.

Ju’ Katandur itu seorang ulama yang alim di bidang agama. Namun berdakwah dengan salah satunya ‘nandur’ atau mengajarkan cara bertani.

Berasal dari Kudus, tinggal di tempat tandus, hanya untuk bertani? Bagaimana kisahnya? Kedatangan Pangeran Katandur banyak dikabarkan oleh beberapa literatur sejarah di Sumenep. Kendati tidak secara utuh.

Beliau bernama Sayyid Ahmad Baidlawi. Seorang pangeran dari Kudus. Ayahnya bernama Panembahan Pakaos, salah satu anak Sunan Kudus.

Nama Pangeran Katandur bermakna seorang pangeran yang ‘nandur’. Pendekatan dakwahnya dengan mengenalkan ilmu pertanian.

Sesuai dengan fakta sejarah. Di kalangan Wali Sanga misalnya, dakwah bisa dari jalur kesenian. Seperti Sunan Kalijaga yang menggunakan media wayang. Sunan Bonang dan Sunan Giri yang menciptakan tembang. Begitu juga Sunan Ampel dan lainnya.

Dari sana kemudian didapat simpati masyarakat yang mulai mendekat. Baru setelah itu dikenalkanlah ilmu agama dan alat-alatnya.

Dakwah Pangeran Katandur tidak hanya mengatasi masalah pembumian Islam, atau kehausan masyarakat akan Islam yang kaffah, namun seiring dengan itu juga menjadi pemecah masalah ketahanan pangan di Sumenep.

Lahan-lahan yang luas nan tandus itu dibajak. Diajarkan ilmu-ilmunya. Digunakanlah sarana sapi, dan lain sebagainya. Hasil bumi melimpah, Sumenep makin bertuah. ( Han, Fer )

Sunan Kalijaga Pakar Teknologi Pertanian dan Filosofinya  https://www.google.com/amp/s/notohardjo.wordpress.com/2009/04/26/ajara...

Sunan Kalijaga Pakar Teknologi Pertanian dan Filosofinya 

https://www.google.com/amp/s/notohardjo.wordpress.com/2009/04/26/ajaran-sunan-kalijaga-kepada-petani/amp/

Sunan Kalijaga mengajar petani dengan filsafat luku dan pacul, semua bagiannya mempunyai makna keagamaan yang dalam. Inilah cara wali mengajarkan kepada wong tani dengan kearifan lokal,sesuai dengan pengetahuan mereka.

Bagi wong tani, penemuan alat baru dibidang pertanian merupakan anugerah yang patut dipelajari dan diikuti. Sebab, peralatan baru itu pasti memberikan fasilitas kemudahan bagi para petani untuk bekerja lebih efisien, yaitu mudah dan murah, tetapi dengan hasil yang banyak. Salah satunya adalah penemuan luku (bajak) dan pacul (cangkul), yang konon diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.


Bajak

Soal penemuan bendanya bisa diperdebadkan, bisa saja kedua benda ini lebih dulu ditemukan sebelum lahirnya Sunan Kalijaga, tetapi dalam hal ini, beliaulah yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai orang yang memberikan tafsir terhadap ajaran filsafat tentang luku dan pacul dengan segala maknanya. Dengan begitu,orang Jawa menganggap Sunan Kalijaga sebagai penemu luku dan pacul.

Sebelum ditemukan alat luku dan pacul ini, petani kuno menggunakan hewan, biasanya kerbau,untuk menginjak-injak tanah sebelum ditanami benih padi. Hal seperti ini pernah terjadi ketika banyak petani Timor Timur pada tahun 1970-an yang belajar pertanian di pedesaan Jawa. Mereka menceritakan,di daerahnya sebelum menggunakan luku dan pacul, mereka mengolah sawah menggunakan kerbau yang digiring atau berlari-lari di area sawah. Setelah terbajak, baru sawah tersebut ditanami benih padi. Begitu juga, mungkin yang dilakukan petani pada abad ke-15 sebelum ditemukan luku dan pacul.

Konon, dalam cerita rakyat itu, banyak petani di tanah Jawa yang kemudian ngangsu kaweruh (mencari ilmu) ke Demak, khususnya ke Kadilangu, tempat kediaman Sunan Kalijaga. Kanjeng Sunan memberikan penjelasan tentang fungsi kedua alat ini secara teknis, juga ditambahi dengan berbagai makna lambing filsafah dari bagian-bagian luku dan pacul. Ajaran-ajaran itu kemudian dituturkan kepada para petani secara turun temurun.

Ajaran Sunan Kalijaga tentang pertanian, khususnya tafsir terhadap alat luku dan pacul merupakan ajaran yang diikuti wong tani secara turun temurun. Tentang luku, umpamanya,Kanjeng Sunan memberikan makna simbolis dan bagian-bagiannya yang mengandung ajaran-ajaran dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Luku mempunyai bagian-bagian tertentu yang saling berhubungan dan menyatu, sehingga menjadikan alat itu fungsional secara efisien dan efktif. Pertama, cekelan atau pegangan. Maksudnya, manusia hidup harus memiliki pegangan, atau sebagai pedoman hidup. Bagi para murid Sunan kala itu, pedoman hidup itu adalah kepercayaan kepada Allah SWT dan mengikuti syariat Allah yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yaitu agama islam. Karena itulah, banyak petani Jawa yang kemudian beralih agama ke islam.

Kedua, pancadan atau tumpuan. Maksud symbol benda ini adalah amalan. Semua ilmu atau pengetahuan itu harus diamalkan. Dalam ajaran agama Islam, setiap orang yang telah mengetahui ilmu atau pengetahuan agama harus mengamalkannya. Ada anjuran pula, ”Sampaikanlah ilmu yang kamu dapat dari Al-Qur’an meski hanya satu ayat.” Jadi, pedoman hidup yang dimiliki itu harus diamalkan dan disampaikan kepada orang lain, sehingga kita tidak disebut jarkoni (bisa ngajar, ora bisa nglakoni).

Ketiga, tandhing atau pasak. Maksudnya adalah membanding-bandingkan. Disini bukan dalam arti iri dengki. Melainkan, ilmu perbandingan (komparasi) merupakan sarana bisa memutuskan secara tepat, apa pilihan yang terbaik dari berbagai macam pilihan yang ada. Kita memiliki pedoman hidup sendiri, tentu saja ada pedoman hidup lain diluar kita, maka pasti akan muncul perbandingan. Perbandingan inilah yang kemudian membuat orang Jawa yang pada waktu itu mengikuti ajaran-ajaran islam yang disampaikan Sunan Kalijaga, meninggalkan ajaran-ajaran atau pedoman hidup sebelumnya. Karena ajaran atau pedoman hidup yang baru itu ternyata lebih cocok dari pada pedoman sebelumnya.

Keempat, singkal atau alat pembalik tanah. Singkal ini diartikan secara singkat denagn makna sing sugih akal (kaya atau luas pemikirannya). Jadi, seorang petani tidak boleh lekas menyerah pada nasib, atau fatalis, tetapi harus bekerja keras dan berpikir cerdas, kreatif untuk mengolah sawah dengan pengelolaan (manajemen) serta alat baru (inovasi), sehingga menghasilkan kerja yang lebih baik. Penemuan alat-alat baru dibidang pertanian saat ini, seperti benih unggul, pupuk, mesin-mesin pertanian dsb. tidak lepas dari peran petani sendiri serta ilmuwan sing sugih akal. Begitu juga didalam kehidupan, selain tetap berpedoman pada agama, kita juga perlu menambah ilmu pengetahuan. Sebab, agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh, sebaliknya ilmu tanpa agama akan menjadi buta.

Kelima, kajen atau mata singkal. Kata ini berasal dari keijen, artinya menuju kepada yang satu. Yaitu, satunya pikiran, bulatnya tekad menuju satu tujuan atau cita-cita. Dalam bernegara, umpamanya bertujuan “baldhatun thoyyibatun warabbun ghafur” . (Negara yang makmur sejahtera dibawah naungan dan ampunan Allah), atau bahasa dalang, tata tentrem karta raharja, gemah ripah loh jinawi.

Keenam, olang-aling atau penghalang. Dalam menempuh suatu tujuan atau cita-cita, pasti ada ujian atau halangan yang merintangi. Tuhan berfirman, orang yang beriman itu bukan orang yang tidak pernah diuji, orang yang beriman dan dicintai Allah justru orang-orang yang banyak ujiannya. Ujian, kendala, atau rintangan selalu ada dihadapan perjalanan hidup manusia. Karena itulah manusia diwajibkan berikhtiar, berusaha dan harus sing sugih akal. Manusia tidak boleh menyerah kepada nasib, thenguk-thenguk nemu kethuk. Berharap sesuatu tanpa kerja. Kita bisa mengatakan sugih tanpa bhanda, kaya tanpa harta. Tetapi kita tidak bisa mengatakan ”kaya tanpa kerja”sebab ujian kaya adalah bekerja. Intinya, bagaimana wong tani tersebut menghadapi setiap peluang itu menjadi keuntungan, dan akhirnya keuntungan itu menjadi keagungan di dunia akhirat.

Bagian yang terakhir, racuk atau ujung luku. Diambil dari kata arah pucuk, yaitu arah depan dan atas. Artinya, setiap menghadapi penghalang tadi,kita harus sabar, tawakal, dan ikhlas, kendati tidak pernah melepaskan apa yang sedang menjadi cita-cita kita.

Dalam tulisan di atas, Sunan Kalijaga dianggap sebagai penemu luku, yang memaknai symbol-simbol alat bajak itu sebagai ajaran hidup bagi wong tani. Begitu juga Kanjeng Sunan dipercayai sebagai penemu pacul dan luku.

Penemuan alat pacul yang dinisbahkan kepada Sunan Kalijaga masih diperdebatkan, tetapi pengakuan ini didasarkan seperti pada kasus wayang kulit. Cerita wayang serta peraganya sudah lama ditemukan orang Jawa,tetapi Sunan Kalijaga mampu membesut cerita wayang ini menjadi bernapas islam serta dengan penampilan yang baru dan falsafah baru, sehingga beliaulah yang dianggap penemu wayang kulit.

Begitulah, bisa jadi pacul sudah lama ditemukan sebelum Sunan Kalijaga, tetapi makna simbolis pacul, sehingga memuat ajaran agung,adalah hasil kreatifitas Sunan Kalijaga. Sudah menjadi strategi dakwah Sunan Kalijaga bahwa beliau menggunakan cara tapa ngeli. Ngeli tapi ora keli. Maksudnya tetap mengikuti ombak kehidupan masyarakat, tetapi beliau memberikan makna baru kepada arus zaman itu.

Begitulah, Islam diajarkan lewat perlambang alat-alat pertanian. Dengan begitu, mereka akan lebih dekat pengertiannya terhadap agama Islam. Kanjeng Sunan sadar, agama Islam dating dari negeri Arab, kitabnya juga memakai bahasa Arab, shalatnya juga memakai bahasa Arab. Itu mungkin sangat menyulitkan pengikut baru yang sebelumnya sudah biasa dengan ajaran lama menggunakan bahasa Jawa. Dalam kaidah Islam,prinsip itu “Tetap mengikuti tradisi lama yang baik, tetapi akan memakai tradisi baru kalau tradisi itu terbukti lebih baik lagi,”

Karena itulah, ketika menjadi mubalig keliling, sehingga mendapat gelar Sunan Malaya, Kanjeng Sunan harus menggunakan berbagai cara, sehingga rakyat paham apa itu islam, dengan tidak mencabut budaya lama yang telah mereka terapkan. Ini terbukti, tidak hanya luku dan pacul yang diberikan makna filosofil kehidupan, tetapi benda-benda lain juga diberikan makna yang selaras dengan pengertian masyarakat.

Kentongan umpamanya. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga,suara kentongan itu diberi makna tertentu.Suara ”tong tong tong” artinya, "Hai masjidnya masih kosong !! .Karena itu, kalau mendengar kentongan, lekas dating ke masjid atau mushala. Lebih lanjut lagi kentongan sekarang bertambah fungsi menjadi alat ronda di pedesaan.

Sunan Drajat, Merubah Lamongan Tandus Menjadi Subur https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/4186507/kisah-sunan-drajat-a...


Sunan Drajat, Merubah Lamongan Tandus Menjadi Subur

https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/4186507/kisah-sunan-drajat-ajaran-catur-piwulang-hingga-makamnya-di-lamongan

Sunan Drajat merupakan salah satu Wali Songo yang terkenal menyebarkan agama Islam di Lamongan, Jawa Timur. Ia adalah putera dari Sunan Ampel yang merupakan Walisongo juga. Hal-hal yang berkaitan dengan Sunan Drajat mengutip dari berbagai sumber.

1. Mempunyai nama paling banyak

Mengutip laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, Sunan Gresik mempunyai nama Raden Qosim. Ia adalah anak dari Sunan Ampel (Muhammad Ali Rahmatullah) bin Ibrahim Assamaraqandi dan ibunya bernama Retna Ayu Manila (Dewi Candrawati).

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada 1470 masehi. Ia ternyata ia merupakan Walisongo yang mempunyai banyak nama, yaitu Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, dan Maulana Hasyim.

Pada 1484, Sunan Drajat diberi gelar oleh Raden Patah dari Demak, yaitu Sunan Mayang Madu. Raden Patah juga memberi tanah perdikan kepada Sunan Drajat.

2. Mengubah pesisir gersang jadi berkembang

Sunan Drajat terkenal sebagai wali yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia ahli dalam mengelola ekonomi dan mempunyai bekal ilmu pertanian serta agama.

Ia datang ke Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan. Kemudian ia mendatangi pesisir Lamongan yang gersang bernama Desa Jelak yang masih menganut agama Hindu dan Buddha. Di desa inilah Sunan Drajat membangun mushola untuk beribadah dan mengajarkan agama Islam, hal tersebut terjadi pada 1428 Masehi.

Kemudian pada 1429 Masehi, Sunan Drajat membangun daerah baru di dalam hutan belantara dan mengubahnya menjadi daerah yang berkembang, subur, dan makmur. Daerah tersebut dinamakan Drajat, dari sinilah gelar Sunan Drajat didapat.

3. Berjiwa sosial tinggi

Selain itu, Sunan Drajat dikenal dermawan kepada semua makhluk termasuk binatang. Juru kunci Makam Sunan Drajat, Yahya menuturkan, suatu ketika Sang Sunan sedang menikmati sepoi angin di bawah pohon rindang sambil memberi makan.

"Biasanya Kanjeng Sunan Drajat berdoa meminta pada Allah agar burung-burung menghampirinya. Lantas beberapa burung bertengger di tangannya. Setelah Sunan memberinya makan, burung itu terbang kembali," kata juru kunci Makam Sunan Drajat, Yahya saat ditemui di komplek Makam Sunan Drajat.

Maka dari itu, Sunan Drajat dikenal mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Ia juga mempunyai cara-cara untuk membantu memberantas kemiskinan.

4. Ajaran Catur Piwulang

Tiap-tiap Walisongo mempunyai gaya dan cara dakwah yang berbeda, begitupun Sunan Drajat. Ia mempunyai ciri khas ketika berdakwah. Ia mempunyai ajaran yang dinamakan Catur Piwulang, yaitu

“paring teken marang kang kalunyon lan wuto” (berikan tongkat kepada orang yang berjalan dijalan licin dan buta)

“paring pangan marang kang keliren” (berikanlah makan kepada orang yang kelaparan)

“paring sandang marang kang kawudan” (berikanlah busana kepada orang yang telanjang)

“paring payung marang kang kodanan” (berikanlah payung kepada orang yang kehujanan)

Selain itu, Sunan Drajat juga menggunakan media lain untuk berdakwah, yaitu kesenian seperti menciptakan tembang Pangkur, dan alat yang digunakan adalah gamelan bernama Singo Mengkok. Sekarang gamelan tersebut menjadi salah satu koleksi Museum Sunan Drajat.

5. Pelopor Berinfaq

Dalam upayanya untuk memberantas kemiskinan, Sunan Drajat adalah orang yang menjadi pelopor orang-orang kaya dan bangsawan untuk berinfaq, bershodaqoh, dan berzakat sesuai dengan ajaran agama Islam.

6. Dimakamkan di Lamongan

Sunan Drajat dimakamkan di di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Lamongan. Mengutip laman cagarbudaya.kemendikbud.go.id, makam Sunan Drajat dijadikan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Menteri NoPM.56/PW.007/MKP/2010.

Makamnya pun banyak didatangi oleh peziarah dari berbagai daerah di Nusantara. Bahkan, peziarah mencapai ribuan orang pada hari tertentu, seperti pada bulan Ramadan.

(Shafa Tasha Fadhilla - Mahasiswa PNJ)

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)