basmalah Pictures, Images and Photos
07/26/22 - Our Islamic Story

Choose your Language

Unik, Mengapa Wabah Dunia Dimulai dan Korbannya di Eropa? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Wabah cacar ...

Unik, Mengapa Wabah Dunia Dimulai dan Korbannya di Eropa?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Wabah cacar monyet mulai merebak. Dimana pusat penyebaran terbanyak? Spanyol, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Kanada, Brasil, Portugal, Italia dan Belgia. Saat Covid-19 pun, Eropa dan Amerika menjadi wilayah yang paling banyak korbannya. Mengapa sebagian besar wabah yang mendunia dimulai dan  terjadi di Eropa?

Maut Hitam, disebut juga Wabah Hitam atau Black Death, adalah suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347 – 1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa

Penyakit yang sama diduga kembali melanda Eropa pada setiap generasi dengan perbedaan intensitas dan tingkat fatalitas yang berbeda hingga abad 1700-an. Beberapa wabah penting yang muncul kemudian antara lain Wabah Italia (1629 – 1631), Wabah Besar London (1665 – 1666), Wabah Besar Wina (1679), Wabah Besar Marseille (1720 – 1722), serta wabah pada tahun 1771 di Moskwa.

Flu Spanyol, pandemi flu 1918, sangat mematikan yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1. Virus ini menjangkiti sekitar 500 juta orang (sepertiga dari populasi dunia pada saat itu) dalam empat gelombang berturut-turut dari Februari 1918 hingga April 1920. Korban meninggal mungkin mencapai 100 juta jiwa, pandemi ini menjadi paling mematikan dalam sejarah umat manusia

Wabah Kelaparan Besar (The Great Famine) mengacu pada kejadian meluasnya kelaparan di Eropa pada rentang waktu antara tahun 1845–1852. Walaupun melanda banyak negara Eropa saat itu, dampak terparah terjadi di Irlandia dan Skotlandia

Perang Dunia I (PD1) adalah sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918. Lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah. Lebih dari 9 juta prajurit gugur.

Perang Dunia II, sebuah perang global mulai tahun 1939 sampai 1945. Yang melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer.

Kisah Maulana Hasanuddin, Anak Wali Songo yang Jadi Raja Pertama Kesultanan Banten Andryanto Wisnuwidodo Selasa, 19 Oktober 2021...


Kisah Maulana Hasanuddin, Anak Wali Songo yang Jadi Raja Pertama Kesultanan Banten

Andryanto Wisnuwidodo Selasa, 19 Oktober 2021 - 08:59:00 WIB


JAKARTA, iNews.id - Maulana Hasanuddin merupakan pendiri Kesultanan Banten yang dinobatkan menjadi raja pada tahun 1525. Dia bergelar Pangeran Sabakingkin atau Seda Kingkin yang bertakhta di Banten dalam rentang waktu1525-1570 M.

Maulana Hasanuddin merupakan putra dari salah satu Wali Songo yaitu Asy-Syaikh Maulana Sultan Syarif Hidayatullah Al-Azhamatkhan Al-Husaini Al-Cirbuni Shahib Jabal Jati (Sunan Gunung Jati). Dia Raja Banten pertama yang termasyhur dengan nama lain Sulthanul-Auliya' Wal Arifin Asy-Syaikh Sultan Syarif Maulana Hasanuddin Al-Azhamatkhan Al-Husaini Al-Bantani.

Kesultanan Banten yakni sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kesultanan Cirebon dan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan lalu menjadikannya sebagai kawasan perdagangan.

Berdasarkan sejarah Banten dalam 'Banten dalam Perjalanan Jurnalistik'' yang ditulis Lukman Hakim, awalnya berdiri Kerajaan Banten di Banten Girang. Kerajaan ini sebelum Hasanuddin dinobatkan menjadi raja Banten yang pertama.

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah bersama anaknya Hasanuddin kemudian memimpin pasukan Demak pada awal abad XVI menaklukkan Kerajaan Banten. Selama masa kepemimpinan dua tokoh karismatik tersebut, kerajaan menjadi makmur dengan menghasilkan lada yang menjadi sumber perdagangan di masa tersebut.

Pada awal masa kekuasaan Maulana Hasanuddin, pusat pemerintahan Kesultanan Banten berada di Banten Girang. Kala itu, transportasi utama dilakukan melalui Sungai Cibanten sepanjang 13 km dari Teluk Banten.

Dalam catatan sejarah, transportasi yang menghubungkan pelabuhan dengan Banten Girang yakni melalui Sungai Cibanten dan jalan darat terdapat di kedua sisi sungai tersebut.

Sebelumnya, ketika masih menjadi bagian kekuasaan Pajajaran dengan pusat pemerintahan di Banten Girang, Banten belum dikenal luas di kalangan pedagang.

Setelah Sunan Gunung Jati dan Maulana Hasanuddin menaklukkan daerah tersebut, ditetapkanlah Surosowan sebagai Ibu Kota Kerajaan Islam Banten dengan raja pertamanya Maulana Hasanuddin.

Saat Maulana Hasanuddin berkuasa, rakyat Banten lebih senang menyebutnya dengan sebutan Pangeran Sabakingkin yang artinya rindu dengan kebijaksanaan. Di masa kekuasaan Maulana Hasanuddin, Kota Banten Lama meliputi area seluas 1.200.000 m2.

Pangeran Sabakingkin juga membangun menara penjagaan di utara dekat pantai yang terbuat dari kayu dan dilengkapi persenjataan meriam.

Maulana Hasanuddin juga membangun keraton dan Benteng Surosowoan serta Masjid Agung Banten. Raja Maulana Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 dan dimakamkan di Halaman Masjid Agung Banten di sebelah utara.

Setelah wafat, Maulana Hasanudin digantikan puteranya Maulana Yusuf, Panembahan Pekalangan Gede.


Editor : Donald Karouw

https://www.google.com/amp/s/regional.inews.id/amp/berita/kisah-maulana-hasanuddin-anak-wali-songo-yang-jadi-raja-pertama-kesultanan-banten

Riwayat Ibnu Bajjah, Sang Filsuf dari Sarqusthan Ibnu Bajjah menggagas klasifikasi manusia berdasarkan pertalian mereka dengan A...


Riwayat Ibnu Bajjah, Sang Filsuf dari Sarqusthan

Ibnu Bajjah menggagas klasifikasi manusia berdasarkan pertalian mereka dengan Akal Aktif.
OLEH HASANUL RIZQA

Di Andalusia, perkembangan filsafat Islam ditopang para pemikir brilian. Di antara mereka adalah Ibnu Bajjah. Sang filsuf menjadi inspirasi tokoh-tokoh sesudahnya, semisal Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Khaldun.


Selama hampir 800 tahun, Islam menghadirkan peradaban yang gemilang di Semenanjung Iberia, ujung barat Benua Eropa. Dataran yang kini terdiri atas negara Spanyol dan Portugal itu melahirkan banyak cendekiawan yang brilian pada abad pertengahan.

Sejarah mencatat, kaum terpelajar Andalusia—sebutan bagi daulah Islam di sana—tidak hanya berasal dari kalangan Muslim, melainkan juga non-Muslim. Hal itu menunjukkan tingginya budaya kosmopolitan yang berbalut kemajemukan.


Dalam bidang filsafat, salah satu sarjana yang berperan besar di Andalusia abad ke-12 M adalah Ibnu Bajjah. Orang-orang Eropa menyebutnya dengan pelafalan bahasa Latin, Avempace. Gagasan-gagasannya menyoroti banyak topik, termasuk fenomenologi jiwa (soul phenomenology).

Bahkan, sesungguhnya ia merupakan seorang polymath alias ilmuwan yang serba bisa. Kepakarannya tidak melulu pada disiplin filsafat, tetapi juga sastra, gramatika Arab, ilmu musik, fisika, astronomi, dan kedokteran. Salah satu karyanya yang membahas botani, Kitab an-Nabat (Buku Tumbuh-tumbuhan), menjadi rujukan yang populer di kampus-kampus Eropa hingga awal abad modern.

Pemilik nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-Shaigh at-Tujibi bin Bajjah itu lahir di Sarqusthan atau kini Zaragoza tahun 1080 M/487 H. Pada zaman itu, kota tersebut merupakan salah satu dari puluhan negara-kecil (taifa) yang terbentuk sejak runtuhnya pengaruh Bani Umayyah di Andalusia. Barulah ketika sang filsuf berusia 34 tahun, kampung halamannya menjadi bagian dari kekuasaan Dinasti Murabithun.

Keterangan tentang riwayat masa kecilnya tidak banyak diketahui. Yang jelas, pendidikan dasar diperolehnya di Sarqusthan. Hingga berusia muda, dia terus belajar kepada sejumlah guru di kota kelahirannya maupun Andalusia pada umumnya.

Ibnu Bajjah muda semakin dikenal sebagai ilmuwan yang terkemuka. Karena itu, reputasinya sampai ke telinga raja Murabithun, yang baru saja menaklukkan Sarqhustan pada 1114 M. Sang raja menunjuk Abu Bakar Ali bin Ibrahim as-Sahrawi sebagai gubernur baru yang bertugas memimpin pemerintahan kota tersebut.


Reputasinya sampai ke telinga raja Murabithun, yang baru saja menaklukkan Sarqhustan pada 1114 M.
  
Abu Bakar as-Sahrawi menjalin hubungan yang baik dengan para ulama dan cendekiawan lokal, termasuk Ibnu Bajjah. Malahan, pemikir yang banyak dipengaruhi ide-ide Aristoteles itu kemudian diangkat menjadi perdana menteri setempat. Karena itu, salah satu julukannya adalah wazir al-hikmah.

Sekitar empat tahun berlalu. Pengaruh Murabithun melemah. Pada 1116, as-Sahrawi gugur dalam sebuah pertempuran melawan pasukan Kristen di perbatasan. Untuk mengenang wafatnya sang gubernur, Ibnu Bajjah diketahui membuat sebuah puisi dukacita atau elegi.

Pada 18 Desember 1118, Sarqusthan akhirnya jatuh ke tangan Kerajaan Aragon. Raja Alfonso I lebih lanjut menjadikan kota tersebut sebagai pusat kekuasaannya. Sejak saat itu, kehidupan umat Islam setempat berubah drastis. Terjadi marak persekusi terhadap mereka di sana.

Ibnu Bajjah sempat hijrah ke Valencia, yang ketika itu menjadi basis pasukan Ibrahim bin Tasyrifin. Keberadaannya di sana tidak lama. Kemudian, ia pergi ke Seville dengan identitas sebagai seorang dokter. Namun, daerah itu juga diserbu balatentara Alfonso sehingga dia berpindah lagi, kali ini ke Granada.

Situasi politik dan keamanan di Andalusia masih tidak stabil. Murabithun di bawah pimpinan Ali bin Yusuf bin Tasrifin terus berjuang menghalau ekspansi Aragon.

Ibnu Bajjah juga memiliki masalahnya sendiri. Popularitasnya memang menanjak, tetapi fitnah pun bertubi-tubi datang menghampirinya. Berkali-kali, ia dituding sebagai seorang ahli bidah.

Di Syatibah, sebelah selatan Valencia, Ibnu Bajjah pernah ditangkap dan dipenjara amir setempat. Kuat dugaan, penahanan itu dilakukan karena pengaruh tuduhan bidah tersebut. Karena tidak terbukti bersalah, dia pun dibebaskan.

Akhirnya, Ibnu Bajjah memilih untuk meninggalkan Andalusia. Menyeberangi Selat Jabal Thariq, ia pun tiba di Maghribiyah, Afrika utara. Di Kota Fas, dia diterima dengan tangan terbuka oleh bangsawan Murabithun, Yahya bin Yusuf bin Tasrifin.

Dengan latar belakang kemampuan dan keilmuannya yang mumpuni, ia pun diberi jabatan tinggi. Selama dua dekade, posisi elite itu didudukinya hingga tutup usia pada tahun 1138 M. Sosok yang disebut-sebut sebagai guru Ibnu Rusyd (Averroes) itu mengembuskan nafas terakhir usai diracun oleh salah seorang pembencinya yang juga dokter kenamaan, Abul Ala bin Zuhr.

Menurut Syamsuddin Arif dalam “Filsafat Islam Antara Tradisi dan Kontroversi” (2014), perkembangan filsafat yang digerakkan para pemikir Muslim di sepanjang sejarah tidak terlepas dari kebudayaan-kebudayaan pra-Islam, khususnya Yunani kuno. Para penekun filsafat pada periode awal, seperti al-Kindi (801-873 M) dan al-Farabi (870-950 M), banyak bergelut dengan karya-karya filsuf Yunani—semisal Plato, Sokrates, dan Aristoteles.

Josep Puig Montada dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy menjelaskan, maraknya kegiatan berfilsafat di Andalusia terjadi lebih belakangan daripada kawasan sisi timur dunia Islam, semisal Syam atau Irak.

Pada abad ke-10, buku-buku yang berkaitan dengan pemikiran Ikhwan ash-Shafa—sebuah perkumpulan “misterius” yang dibentuk para pemikir di Basrah—diketahui sampai ke Andalusia. Tokoh yang diduga menyebarkannya adalah Maslamah bin Ahmad al-Majriti, seorang filsuf kelahiran tahun 950 M dari Madrid.

Khususnya di Sarqusthan, jejak-jejak filsafat dapat ditelusuri pascawafatnya al-Majriti, yakni pada peranan Solomon bin Gabirol atau Avicebron. Pemikir dari kalangan Yahudi itu memperkenalkan neo-Platonisme kepada publik Barat. Gagasan-gagasannya, terutama yang termaktub dalam buku Yanbu al-Hayyah (Sumber Kehidupan), diterjemahkan ke dalam Latin pada 1150 dan mengilhami skolastisisme abad pertengahan di Eropa.

Dua generasi kemudian, tokoh berikutnya memberikan warna baru bagi tumbuhnya filsafat Islam di Andalusia. Dialah Abu Bakar Muhammad Ibnu Bajjah. Agak berbeda dengan para pendahulunya, ia sangat dipengaruhi pemikiran Aristoteles.

Menurut Mian Mohammad Sharif dalam A History of Muslim Philosophy, Ibnu Bajjah membaca dengan teliti dan mengomentari karya-karya pemikir Yunani kuno tersebut. Dalam beberapa hal, filsuf Andalusia itu mengandalkan al-Farabi untuk menelaah filsafat.

Tidak seperti sosok yang berjulukan “guru kedua” setelah Aristoteles itu, Ibnu Bajjah memakai metode yang berlandaskan pada nalar untuk mendekati masalah-masalah filsafat.
  
Namun, tidak seperti sosok yang berjulukan “guru kedua” setelah Aristoteles itu, Ibnu Bajjah memakai metode yang berlandaskan pada nalar untuk mendekati masalah-masalah filsafat.

Sebagai contoh, pemikiran Aristoteles mengenai substansi dan aksiden. Yang pertama tersebut merupakan hal yang utama dan fundamental. Itu membedakannya dengan kategori-kategori lain yang adalah aksidennya belaka.

Katakanlah, sebuah meja. Substansinya adalah “maujud” meja. Adapun model, warna, fungsinya di ruangan, dan lain-lain itu sekadar aksidennya saja. Totalitas benda itu adalah meja. Bahwa benda itu terbuat dari kayu, berwarna hijau, dipakai untuk makan, dan lain-lain—itu hanyalah menunjukkan kekhasannya, yang bukan pokok fundamental tentangnya.

Mengenai teori Aristoteles itu, Ibnu Bajjah menambahkan perihal empat aksiden rohani yang dipandangnya berpusat dalam diri insan. Pertama, aksiden yang muncul karena adanya indera.

Kedua, aksiden yang lahir lantaran adanya tingkah laku. Misalnya, rasa dahaga membuat orang segera mencari air. Dua aksiden terawal ini tidak hanya ditemukan pada manusia, tetapi juga binatang.

Ketiga, aksiden yang terwujud melalui hasil pemikiran akal rasional. Inilah yang dimiliki manusia (biasa). Keempat, aksiden yang ada akibat “akal aktif”. Wahyu yang diterima nabi, mimpi yang benar atau ilham yang diperoleh seorang bijaksana dapat digolongkan ke dalam jenis yang terakhir ini.

Pembahasannya mengenai “akal aktif” tidak terlepas dari legasi al-Farabi. Sang “guru kedua” berpandangan, setiap insan memiliki “watak bawaan” sehingga siap menerima bentuk-bentuk pengetahuan universal, termasuk kebenaran (tentang adanya Tuhan).

“Watak bawaan” itu diistilahkannya sebagai akal potensial (al-‘aql bi al-quwwah). Seperti tampak pada namanya, isinya adalah potensi-potensi yang akan mengabstraksikan bentuk-bentuk pengetahuan yang diserapnya. Akal potensial, setelah itu, meningkat menjadi akal aktual (al-‘aql bi al-fi’il).

Proses abstraksi, menurut al-Farabi, hanya dapat terjadi setelah akal potensial menerima “cahaya” dari akal aktif. Hubungan antara akal aktif dan akal potensial itu seumpama matahari dan mata-manusia.

Dalam kegelapan yang pekat, sepasang mata hanyalah “penglihatan potensial.” Sementara itu, matahari yang merupakan sumber cahaya melakukan penyinaran.

Dengan menerima cahaya atau pantulan cahaya itu, “penglihatan potensial” mata berubah menjadi “penglihatan aktual". Maka, objek-objek yang tadinya berpotensi dilihat menjadi benar-benar terlihat oleh mata.

Cahaya matahari pun memungkinkan mata untuk menemukan matahari itu sendiri. Dengan mekanisme seperti itu, “cahaya” akal aktif menyebabkan akal potensial berubah menjadi akal aktual, yang bahkan bisa memahami akal aktif itu sendiri.

Sampai di sini, tampaklah bahwa al-Farabi dan juga Ibnu Bajjah merupakan kalangan pemikir yang meyakini, pengetahuan tidak diperoleh hanya melalui indra (empiris). Bagi mereka, bantuan Akal Aktif diperlukan sebagai inteligensi yang mengatur dan yang membuat manusia bisa mencapai isi ilmu, penalaran apodiktik, atau pengetahuan yang bersifat niscaya.

Terkait itu, Ibnu Bajjah menggagas klasifikasi manusia berdasarkan pertalian mereka dengan Akal Aktif. Pertalian yang dimaksud tidak bersifat afektif, apalagi indrawi, melainkan intelektual.

Gagasannya itu dituangkan dalam kitab Risalat al-Ittishal al-‘Aql bi al-Insan (Uraian tentang Persatuan Intelek dengan Manusia). Karya itu merupakan himpunan surat-menyurat yang dilakukannya dengan murid kesayangan, Ibnu al-Imam. Karena termaktub di sana, buah pikirnya mengenai kelas-kelas manusia itu di kemudian hari dikenal sebagai Teori Ittishal.

https://www.republika.id/posts/29533/riwayat-ibnu-bajjah-sang-filsuf-dari-sarqusthan

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)