basmalah Pictures, Images and Photos
Yahudi Melanggar Perjanjian — Dari Era Nabi Yusuf hingga Gencatan Senjata Oktober 2025 - Our Islamic Story

Choose your Language

Yahudi Melanggar Perjanjian — Dari Era Nabi Yusuf hingga Gencatan Senjata Oktober 2025 Prolog: Perjanjian yang Tak Pernah Dijaga...

Yahudi Melanggar Perjanjian — Dari Era Nabi Yusuf hingga Gencatan Senjata Oktober 2025


Yahudi Melanggar Perjanjian — Dari Era Nabi Yusuf hingga Gencatan Senjata Oktober 2025



Prolog: Perjanjian yang Tak Pernah Dijaga

Sejarah manusia tidak pernah lepas dari janji—baik kepada sesama, maupun kepada Tuhan. Namun bagi bangsa yang menamakan dirinya “umat pilihan”, perjanjian itu menjadi medan tarik-menarik antara kesetiaan dan ambisi. Dalam Alkitab maupun Al-Qur’an, Bani Israil dikenal bukan hanya karena keilmuannya, tetapi juga karena watak politiknya yang rumit: keras kepala, cerdas, terorganisir, namun selalu curiga kepada setiap otoritas yang tidak mereka kendalikan.

Di antara bangsa-bangsa, hanya mereka yang berulang kali diingatkan Tuhan tentang janji yang mereka khianati sendiri. Dan sejarah mencatat: dari zaman para nabi hingga negara Israel modern, pelanggaran perjanjian telah menjadi pola geopolitik yang berulang — dari intrik di istana Mesir kuno hingga meja perundingan gencatan senjata di Gaza.


---

Jejak Pertama: Dari Ya‘qub hingga Yusuf

Perjanjian pertama dalam kisah Bani Israil muncul di lingkup keluarga. Nabi Ya‘qub—yang menjadi asal nama “Israel”—mengajarkan keturunan dan kaumnya untuk menjaga ikatan dengan Tuhan dan sesama. Namun bahkan di rumahnya sendiri, perjanjian itu retak. Kisah saudara-saudara Yusuf yang mengkhianati saudaranya adalah simbol awal dari politik Yahudi yang menghalalkan tipu daya demi dominasi.

Pelanggaran itu bukan sekadar soal keluarga. Ia adalah cikal-bakal politik identitas—ketika keanggotaan suku dianggap lebih tinggi dari kebenaran. Yusuf, yang ditinggalkan di sumur, kelak menjadi penguasa Mesir; ironi itu menjadi pelajaran bahwa kebohongan dan pengkhianatan selalu berbalik arah. Tapi bangsa yang lahir dari garis itu, Bani Israil, tampaknya tidak belajar. Sejarah mereka bergerak dari satu pelanggaran ke pelanggaran berikutnya, seolah janji hanyalah strategi diplomasi, bukan moralitas.


---

Janji di Padang Sinai: Pelanggaran terhadap Musa

Era Musa menjadi panggung besar bagi “politik perjanjian” pertama dalam sejarah bangsa Yahudi. Di kaki Gunung Sinai, mereka berjanji akan setia kepada hukum Tuhan. Namun hanya beberapa hari setelah Musa naik ke gunung, mereka menciptakan patung anak lembu emas—sebuah bentuk pelanggaran teologis sekaligus simbol politik: mengganti otoritas wahyu dengan simbol buatan tangan sendiri.

Di sinilah lahir logika baru yang terus hidup hingga kini: bahwa hukum Tuhan hanya ditaati selama mendukung kepentingan nasional mereka. Ketika tidak, hukum itu dinegosiasikan, diubah, atau disalahartikan.

Dalam sejarah modern, logika ini menjelma dalam politik Israel terhadap perjanjian internasional. Mereka menandatangani gencatan senjata, tetapi tetap mengebom. Mereka bicara tentang “keamanan nasional”, namun melanggar resolusi PBB. Sebagaimana Bani Israil dulu mengaku beriman tetapi menyembah berhala, Israel modern mengaku demokratis namun menjalankan apartheid dan genosida.


---

Thalut dan Logika Kepatuhan Bersyarat

Ketika Thalut diangkat menjadi raja, sebagian besar Bani Israil menolak karena alasan pragmatis: ia bukan dari kalangan bangsawan, bukan keturunan yang “dianggap suci”. Ketika mereka diuji dengan perintah agar tidak meminum air sungai dalam perjalanan jihad, sebagian besar kembali melanggar. Hanya sedikit yang bertahan bersama Thalut hingga kemenangan.

Kisah ini menggambarkan mentalitas politik yang tidak berubah: ketaatan bersyarat pada pemimpin, setia hanya selama kepentingannya terpenuhi. Dalam konteks geopolitik modern, ini menjelaskan mengapa Israel tidak pernah konsisten pada perjanjian internasional. Mereka hanya menghormatinya selama perjanjian itu menguntungkan posisi strategis mereka di kawasan. Begitu ada celah, mereka melanggarnya tanpa ragu—dengan alasan keamanan, atau “serangan balasan”.


---

Dari Sulaiman hingga Isa: Politik Wahyu yang Hilang

Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan besar yang semestinya menjadi contoh pemerintahan yang adil. Namun setelah wafatnya, Bani Israil terpecah dan saling memerangi. Dalam sejarah Yahudi, masa ini disebut “kerajaan utara dan selatan”—sebuah fase di mana kekuasaan dan agama terpisah, dan nabi-nabi mulai diburu.

Mereka membunuh para utusan yang menegur penyimpangan elite, menolak wahyu yang mengancam posisi ekonomi mereka, dan mengubah hukum Tuhan menjadi tafsir politik. Dari sinilah lahir ide “messianisme politik”—gagasan bahwa keselamatan akan datang bukan melalui moralitas, tetapi melalui kekuasaan etnis. Di masa Isa al-Masih, gagasan itu mencapai puncaknya: bangsa yang mengaku menantikan Mesias justru menyalibkannya ketika dia datang tanpa membawa pedang.


---

Era Rasulullah ﷺ: Perjanjian yang Dikhianati di Madinah

Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, beliau mendapati tiga suku Yahudi besar: Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Ketiganya menandatangani Piagam Madinah—dokumen politik pertama di dunia Islam—yang menjamin kebebasan dan keamanan bersama. Namun tidak lama setelah itu, ketiganya melanggar.

Bani Qainuqa menyerang kaum Muslimah di pasar; Bani Nadhir bersekongkol dengan musuh; dan Bani Quraizhah berkhianat di saat paling genting, ketika Madinah dikepung dalam Perang Khandaq. Ketika kekuasaan tidak lagi di tangan mereka, perjanjian menjadi kertas tanpa makna. Sejak itu, Rasulullah ﷺ menegaskan: pengkhianatan terhadap perjanjian adalah bagian dari watak yang terus diwarisi.

Dan hari ini, dua ribu tahun setelahnya, sejarah itu terulang di Gaza.


---

Israel Modern: Pewaris Watak Lama

Negara Israel berdiri pada 1948 dengan janji internasional bahwa mereka akan menghormati batas wilayah dan hak-hak penduduk Palestina. Dalam waktu kurang dari dua tahun, janji itu hancur. Israel memperluas wilayahnya melalui perang 1948, 1967, dan 1973; menandatangani perjanjian Oslo 1993, lalu melanggarnya dengan permukiman ilegal; menyetujui gencatan senjata berkali-kali, lalu menghujani Gaza dengan bom setelah beberapa hari.

Watak politik mereka berakar dari logika lama: perjanjian hanya sah jika menguntungkan Israel. Jika tidak, itu dianggap “tidak berlaku” atau “dilanggarnya oleh pihak lain”.

Dalam konteks geopolitik modern, pelanggaran ini bukan hanya bentuk keangkuhan militer, tetapi strategi diplomasi. Dengan mengontrol narasi dan memonopoli wacana keamanan, Israel membalikkan fakta. Korban dijadikan pelaku; penjajah menjadi pihak yang “membela diri”. Dunia pun terjebak dalam retorika yang mereka ciptakan sendiri.


---

Oktober 2025: Ketika Gencatan Senjata Hanya Istirahat Bagi Pembunuh

Pada 13 Oktober 2025, dunia menyambut gencatan senjata di Gaza. AS, Mesir, Qatar, dan Turki menjadi penjamin. Ada harapan, meski rapuh, bahwa genosida 7 Oktober 2023 akan berhenti di situ. Namun, sejarah berbicara dengan cara yang sama seperti dua ribu tahun lalu.

Hanya lima hari setelah perjanjian ditandatangani, Israel kembali menyerang. Alasan klasik dikemukakan: Hamas melanggar terlebih dahulu, menyerang kendaraan IDF. Namun laporan lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Serangan udara Israel menewaskan 26 warga Gaza, termasuk wanita dan anak-anak. Rumah sakit, kamp pengungsi, bahkan rumah jurnalis menjadi sasaran.

Israel menyebut itu sebagai “operasi terbatas”. Dunia tahu, istilah itu hanyalah eufemisme bagi pembantaian berikutnya. Amerika Serikat, penjamin utama gencatan, segera memberi peringatan kepada Hamas—bukan kepada Israel. Mereka menuduh Hamas melanggar “gencatan yang akan segera dilanggar”. Sebuah kalimat yang bahkan belum selesai secara logika, namun sudah mengandung pembenaran untuk serangan mendatang.

Dan benar. Dalam dua hari berikutnya, 47 pelanggaran terjadi, menewaskan 38 orang dan melukai lebih dari seratus. Tapi diplomasi global tetap memilih diam. Dunia kembali menyaksikan: gencatan senjata hanyalah jeda bagi mesin perang Israel untuk mengisi ulang peluru.


---

Pola Lama dalam Baju Baru

Bila dilihat dari kacamata geopolitik, pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata bukan sekadar tindakan militer, tetapi alat negosiasi terencana. Mereka menciptakan eskalasi, kemudian menawarkan “perdamaian” yang mereka langgar sendiri, untuk memaksa pihak lawan tunduk. Pola ini identik dengan strategi Bani Israil di masa lalu: menandatangani perjanjian, lalu mematahkannya untuk membuktikan superioritas.

Israel modern mempraktikkan ini di setiap medan: dari Tepi Barat hingga ruang diplomasi PBB. Mereka membangun permukiman ilegal setelah menandatangani perjanjian penghentian ekspansi. Mereka menutup perbatasan setelah menjanjikan bantuan kemanusiaan. Mereka menyerang rumah sakit setelah mengaku sedang “mengevaluasi situasi keamanan”.

Seperti halnya Bani Israil di zaman Musa yang berkata, “Kami dengar, tapi kami langgar,” Israel modern berkata, “Kami tanda tangani, tapi kami tafsirkan.”


---

Ketegangan Amerika dan Politik Dua Lidah

Gencatan senjata Oktober 2025 juga menyingkap satu hal yang selama ini tertutup kabut diplomasi: ketegangan internal dalam hubungan AS-Israel. Di bawah tekanan publik global, Washington terpaksa menekan Tel Aviv untuk menghentikan serangan. Namun di balik layar, mereka tetap mengirim senjata, dukungan intelijen, dan veto diplomatik di PBB.

Dengan kata lain, AS memainkan dua lidah: berbicara tentang perdamaian, tapi memberi bahan bakar bagi perang. Dan Israel memahami itu betul. Mereka tahu, selama bisa menekan sentimen politik domestik Amerika dengan isu “keamanan Yahudi” dan “trauma Holocaust”, mereka bisa melanggar perjanjian apa pun tanpa konsekuensi serius.


---

Dunia yang Letih dan Perlawanan yang Tidak Padam

Dunia kini letih dengan kata “gencatan senjata”. Ia diucapkan setiap tahun, tapi tidak pernah bermakna. Israel menggunakannya sebagai taktik, bukan niat. Namun yang menarik, di balik setiap pelanggaran perjanjian, selalu lahir generasi baru yang lebih teguh. Dari reruntuhan Gaza, anak-anak tumbuh dengan kesadaran bahwa keadilan tidak akan datang dari meja perundingan, tetapi dari keteguhan hati.

Mereka tidak lagi percaya pada perjanjian yang ditulis di kertas diplomasi. Mereka hanya percaya pada satu hal: bahwa penjajahan tidak bisa dirundingkan, hanya bisa diakhiri. Sejarah membuktikan, bangsa yang dikhianati berulang kali akhirnya membangun daya tahan spiritual yang tak bisa ditaklukkan oleh teknologi apa pun.


---

Epilog: Janji yang Diuji Waktu

Dari sumur Yusuf hingga reruntuhan Gaza, dari Padang Sinai hingga meja gencatan senjata di Doha, satu hal tidak berubah: bangsa yang mengaku berpegang pada janji Tuhan justru paling sering melanggarnya. Israel hari ini adalah cermin masa lalu yang hidup kembali—mengulang kisah Bani Israil yang menolak wahyu, mengganti moral dengan strategi, dan menjadikan perjanjian sebagai alat kekuasaan.

Namun sebagaimana Yusuf selamat dari sumur, Musa menyeberangi laut, dan Rasulullah ﷺ menang setelah dikepung di Madinah, sejarah juga menunjukkan bahwa pengkhianatan tidak pernah memenangkan waktu. Ia hanya menunda kekalahan.

Gencatan senjata mungkin telah dilanggar. Dunia mungkin bungkam. Tapi di reruntuhan Gaza, di mata anak-anak yang kehilangan segalanya, janji kebenaran itu tetap hidup—lebih kuat dari semua perjanjian yang pernah mereka khianati.

0 komentar:

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (360) Al-Qur’an (4) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) cerpen Nabi (8) cerpen Nabi Musa (2) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) kecerdasan (1) Kecerdasan (263) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (577) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (29) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (15) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) nusantara (2) Nusantara (245) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (551) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (493) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (257) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (242) Sirah Sahabat (156) Sirah Tabiin (43) Sirah ulama (1) Sirah Ulama (157) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)