Mengelola Perut, Mengelola Kehidupan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Kenyang itu nikmat. Lapar itu nikmat. Lapar di saat berpuasa lebih nikmat lagi. Terkadang lapar itu lebih nikmat dari kekenyangan. Penyakit akibat kekenyangan lebih banyak dari yang lapar.
Saat ke dokter, mana yang lebih banyak? Memantang makanan atau menganjurkan makan? Para sufi lebih banyak menganjurkan lapar dari pada kenyang. Bagi Rasulullah saw, makan hanya untuk mengganjal perut agar tak banyak menuntut sehingga fokus beribadah.
Kenyang dan lapar bagian dari manajemen hati bukan sekedar kesehatan raga. Kenyang dan lapar bagian pelatihan jiwa yang oleh para Sufi disebut sebagai riyadhah. Paham kapan lapar. Paham kapan kenyang.
Ada Sufi yang puasa sunnah setiap hari kecuali di hari-hari yang diharamkan berpuasa. Namun saat ada yang mengajaknya makan. Saat tuan rumah menyajikan makanan. Dia pun makan dengan membatalkan puasanya. Disini, kenyang lebih utama daripada lapar.
Rasulullah saw mengajarkan, "Saya sedang berpuasa." Di saat ada yang mengajaknya marah. Tidak ada dalil, "Saya sedang berpuasa." Di saat ada yang mengajaknya makan atau menghidangkan jamuan.
Lapar menghancurkannya yang tak bermanfaat di dalam raga. Lapar pun menghidupkan hati yang tercengkram dengan nafsu. Lapar menghancurkan wujud tuhan palsu yang bernama makanan. Sebab, kenyang telah berubah wujud menjadi orientasi hidup yang bisa dituhankan.
Yang bisa menjaga perut, akan bisa menjaga diri dan harga dirinya. Yang bisa menjaga perut akan cerdas memilah prilaku yang tak memberikan manfaat. Bagi sejumlah sufi, banyak mengunyah makanan membuat hidupnya sia-sia, sebab lidahnya tidak untuk berdzikir dan berdoa. Kenyangnya membuat malas, lamban dan sering buang kotoran.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif