Gencatan Senjata Iran-Israel: Apa Pengaruhnya Bagi Gaza?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Iran tidak berperang demi membela Palestina. Iran berperang karena wilayahnya diserang langsung oleh Israel. Dalam kacamata hukum internasional, respons Iran adalah bentuk pembelaan diri yang sah. Ini bukan soal solidaritas, ini soal kedaulatan yang dilanggar.
Dalam konflik ini, Israel tampil dengan superioritas teknologinya—pesawat tempur canggih dan sistem pertahanan udara tercanggih di dunia. Sementara Iran, yang selama bertahun-tahun diblokade, tidak memiliki armada udara modern. Tapi Iran menjawab serangan itu dengan hujan rudal yang menembus hingga jantung Tel Aviv, menghancurkan instalasi militer, ekonomi, hingga infrastruktur energi.
Hasilnya? Israel terpojok. Donald Trump, sekutu kuat Israel, segera menyatakan gencatan senjata sepihak. Banyak analis militer menyebut bahwa Israel mengalami kekalahan besar, bahkan memalukan. Iran pun merayakan kemenangan itu dengan lantang.
Tapi apa dampaknya bagi Gaza?
Gaza dan Perlawanan yang Tak Bergantung Negara
Perlawanan Gaza bukan dimotori negara, tetapi oleh gerakan rakyat yang terorganisasi. Ini mengingatkan kita pada sejarah Nuruddin Zanky dan Shalahuddin Al-Ayyubi—mereka bukan pemimpin kerajaan besar saat memulai perjuangan, tapi mampu mengubah perlawanan menjadi kekuatan negara. Dari kekuatan akar rumput lahirlah Dinasti Zanky dan Ayyubi.
Seperti itulah semangat Gaza: tak bergantung pada kekuatan resmi negara, tapi bertahan dengan tekad dan pengorbanan.
Kekalahan Israel di Udara: Efek Domino untuk Gaza
Kekalahan pasukan udara Israel dari Iran adalah pukulan besar terhadap mitos dominasi militernya. Selama ini, Israel membanggakan superioritas udaranya, terutama saat pasukan daratnya terpukul oleh pejuang Gaza.
Kini, kebanggaan itu hancur.
Bagaimana bisa pasukan udara terbaik yang mereka agung-agungkan justru dikalahkan oleh negara yang diblokade?
Jika Iran yang dibatasi teknologinya bisa menembus pertahanan Israel, maka Gaza yang terkepung pun punya harapan besar. Harapan bahwa pertahanan Israel bukan tak tertembus. Bahwa tentara Israel bukan tak terkalahkan. Bahwa penjajah bisa digoyahkan, bahkan oleh mereka yang terjepit.
Moril Penjajah yang Terus Runtuh
Kekalahan udara Israel berdampak langsung ke pasukannya di Gaza. Selama ini, tentara darat Israel bisa mengandalkan "pasukan udara" sebagai penopang semangat. Kini, penopang itu runtuh.
Kalau pasukan elit mereka bisa dihancurkan, pasukan darat apa lagi yang bisa dibanggakan?
Data menunjukkan, tentara Israel terus berguguran di Gaza. Moral mereka anjlok. Sementara itu, para pejuang Gaza—yang terkurung dan diblokade—masih bertahan dengan keyakinan.
Gaza Mendapatkan Kabar Gembira
Gencatan senjata antara Iran dan Israel bukan akhir dari peperangan, tapi sebuah babak baru. Gaza mendapatkan kabar gembira: bahwa kemenangan itu mungkin, bahwa mitos kekuatan Israel telah retak, dan bahwa perlawanan bisa berhasil bahkan tanpa kekuatan negara.
Dalam 12 hari, Iran membuat Israel kewalahan di udara.
Dalam berbulan-bulan, Gaza membuat Israel kehabisan akal di darat.
Sejarah sedang menulis ulang siapa yang sebenarnya kuat dan siapa yang tinggal menunggu waktu.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif