Amerika dan Penjajah Israel: Kemesraannya Seperti Abu Lahab dan Istrinya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di hari pertama dakwah terbuka, Rasulullah ï·º naik ke Bukit Shafa dan berseru:
“Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”
Seruan ini langsung ditanggapi dengan cacian oleh Abu Lahab:
“Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Peristiwa inilah yang menjadi sebab turunnya surat Al-Lahab—sebuah kutukan abadi bagi musuh dakwah dari kalangan keluarga sendiri. Tapi permusuhan Abu Lahab tidak berhenti di situ.
Setiap kali Rasulullah ï·º berdakwah dari satu kabilah ke kabilah lainnya, Abu Lahab membuntuti dari belakang, memperingatkan orang-orang agar tidak mendengarkan Rasulullah:
“Wahai Bani Fulan, orang ini ingin kalian meninggalkan Lata dan Uzza, dan meninggalkan sekutu-sekutu jin kalian dari Bani Malik bin Aqmas. Ia membawa bid‘ah dan kesesatan. Jangan dengarkan dia, jangan ikuti dia!”
Bahkan, Abu Lahab juga menjadi inisiator piagam blokade terhadap Bani Hasyim, yang melarang segala bentuk hubungan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan dengan Rasulullah ï·º dan pendukungnya. Ia menekan dan menghukum kabilah-kabilah yang masih melindungi Nabi.
Namun, Abu Lahab tidak sendirian. Sang istri, Ummu Jamil binti Harb, ikut aktif menyebarkan teror. Ia meletakkan duri di jalan yang dilalui Nabi ï·º menuju Masjidil Haram, bahkan pernah membawa batu untuk melempar beliau. Mereka adalah pasangan yang serasi dalam permusuhan terhadap dakwah.
Kemesraan yang Menghancurkan
Kemesraan ini tak hanya terjadi di zaman jahiliyah. Hari ini, kita menyaksikan kemesraan serupa antara Amerika dan penjajah Israel. Hubungan mereka bukan sekadar diplomatik, tapi sudah menjadi koalisi ideologis dan strategis dalam menciptakan kerusakan global—terutama terhadap Palestina dan dunia Islam.
Amerika adalah Abu Lahab-nya zaman ini. Israel adalah Ummu Jamil-nya.
Keduanya saling menopang dalam kezaliman, dengan dukungan intelijen, militer, ekonomi, dan diplomasi.
Saat Israel Membantai, Amerika Menopang
Ketika penjajah Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina, Amerika selalu tampil sebagai pelindung utama:
1. Memveto resolusi PBB yang mengecam Israel.
2. Mendukung kejahatan perang dengan mengancam Mahkamah Internasional.
3. Mengucurkan miliaran dolar dana militer, laboratorium, dan pakar teknologi demi memperkuat sistem pertahanan Israel.
Penjajah Israel menjadi duri perdamaian dunia, sebagaimana Ummu Jamil meletakkan duri di jalan Rasulullah ï·º.
Ketika Israel menyerang Iran dan Iran membalas, Amerika langsung turun tangan membela Israel. Seolah-olah hanya Israel yang berhak menyerang, tapi tak boleh diserang balik. Inilah kemesraan yang sangat telanjang—saling menyuburkan kezaliman.
Jawaban dari Langit
Apakah kemesraan ini akan berhasil? Al-Qur’an telah memberikan jawabannya sejak 14 abad lalu, dalam surat Al-Lahab yang diturunkan untuk menggambarkan jenis permusuhan yang menyatu dalam satu rumah:
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia.”
“Tidak berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.”
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
“(Begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyulut fitnah).”
“Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.”
(QS. Al-Lahab [111]:1–5)
Penutup: Dari Makkah ke Gaza
Surat Al-Lahab bukan sekadar catatan sejarah. Ia adalah peta bacaan zaman, yang menjelaskan bahwa permusuhan terhadap kebenaran seringkali dilakukan oleh pasangan, oleh koalisi, oleh blok kejahatan yang saling menopang.
Dan sebagaimana Abu Lahab dan istrinya berakhir dalam kehinaan dan laknat, sejarah akan berulang—dengan pelakon berbeda, tapi jalan cerita yang sama.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif