Surat Sang Murabbi pada Mad'unya
Surat ini dari sang Murabbi kepada seorang juru dakwah yang dicintainya. Namun, karena suatu hal, sang juru dakwah meninggalkan organisasi, menanggalkan janji setia dan menyebarluaskan desas desus. Sang Murabbi lalu menulis surat untuknya,
Bismillahirrahmannirrahim,
Segala puji hanya bagi Allah swt. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah saw.
Wahai saudaraku, semoga Allah menunjukkan kita. Di antara nasihat yang kita dengar dari kaum salaf adalah bila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, maka Allah akan menjadikan dirinya 3 sifat mulia:
1. Mempunyai kefahaman dalam agama
2. Memiliki sifat zuhud terhadap dunia
3. Mempunyai kemampuan melihat aib sendiri
Pada hari ini, saya ingin agar kita saling berterus terang dan saling terbuka, dengan doa semoga setelah ini Allah memberikan engkau petunjuk dan kemudahan, sehingga engkau dapat menjaga amal-amal yang sudah engkau lakukan selama ini tetapi kini sedang terancam kemusnahan.
Saya mengajakmu kembali menyegarkan ingatanmu, jika bisa, pada asal muasal perselisihan ini, dan berlaku jujur dengan hatimu dalam masalah ini.
Tidakkah engkau perhatikan bahwa awal dari permasalahanmu adalah karena sebuah bisikan-bisikan isu yang disampaikan oleh seseorang ketelingamu, lalu karena desas desus seperti itu, emosimu naik dan hatimu panas.
Apakah engkau rela, apabila hanya permasalahan seperti ini, engkau merampas kemerdekaan diri sendiri, lalu hatimu menjadi sempit ketika kami mengingatkan dan menegurmu?
Tentu tidak akan seperti ini, wahai saudaraku. Tentu tidak. Sebuah syair mengatakan,
Hanya karena hasutan seorang penghasut jahat yang berjalan di antara kita.
Lalu kau membenarkannya, mengapa tak kau dustakan penghasut itu?
Lalu kau putuskan tali persaudaraan antara kita, sedangkan barangsiapa
Di antara pecinta yang mentaati ucapan tukang hasut, maka ia berhak dicela
Bahkan kami wajib menegur dan mencelamu, karena kami tidak ingin menyerahkan dirimu pada syetan secepat itu. Lalu sampaikan pada saya, sebuah syair,
Dengan mata tombak yang mana engkau menusuk kaum itu
Sedang kau telah mencabut mata tombak yang tajam dari tombakmu
Sesungguhnya engkau sudah mencabut ikatan amal jamai dari tombakmu. Amal Jamai bukan hanya sebuah mata tombak yang tajam, akan tetapi ia adalah keseluruhan senjata yang akan engkau gunakan untuk menyerang dan mengembara.
Apakah engkau sudah menipu dirimu sendiri? Sebuah syair berkata,
Bagaimana mungkin engkau dapat melihat kotoran debu pada mata temanmu. Sedangkan kotoran matamu yang lebih besar tersembunyi bagimu.
Dengan demikian, kita akan saling hitung kesalahan-kesalahan kita yang tidak akan tersembunyi bagi seorang mujtahid. Sekiranya kami mengingatkan kesalahanmu satu demi satu, maka engkau tidak akan berkomentar.
Akan tetapi, kami tidak merasa perlu mengungkapkan padamu sebab dinginnya sikap. Namun kami hanya akan mengatakan, "Apakah yang telah menimpamu sehingga engkau menyalahi kami dalam menempuh jalan dakwah mulia dan terang ini?"
Apakah engkau tidak menyadari kesesatan dan perselisihan ini? Bahwa ini akan mengurangi jumlah para aktivis yang berkualitas tinggi, melemahkan semangat para dai, melumpuhkan otot kekuatannya, dan memberikan kegembiraan bagi para musuh? Renungkan dan sadarilah.
Demi Allah, sesungguhnya saya hanya berniat memperingatkan saja, maka kembalilah ke jalan Allah, dan lepaslah hawa nafsu. Yakinlah, bahwa harga dunia tanpa menjalankan dakwah ini tidak akan lebih dari sebelah sayap lalat, bagi yang berakal yang merasakan nikmatnya perjuangan dan pengorbanan.
Apakah engkau memandang duniamu yang nikmat, sedangkan engkau melupakan bahwa ia sama dengan ketiadaan?! Atau, engkau mengiranya suatu kepuasan yang lengkap, sedangkan ia lebih dekat pada kefanaan?! Atau, engkau menyangka sebagai jenjang untuk naik, seakan-akan engkau jahil dengan kenyataan kehinaan?! Ataukah pada dunia ini terdapat suatu hari yang dapat memastikan hari esok?! Tidak. Demi Allah, tidak! Akan tetapi persis kata penyair,
"Semua kita sadar akan kehinaan dunia"
Sesungguhnya engkau menyadari betapa murah dan rendahnya harga apa yang engkau lakukan dengan berani, bahwa itu kehinaan, akan tetapi rasa ego telah membuat mata hatimu buram.
Sebenarnya masalah ini lebih kecil dari yang engkau kira, lalu orang yang menipumu yang menyebabkan engkau rela berdiam diri di rumahmu, kini tersingkap sudah kepalsuannya. Oleh karena itu, bertaubatlah niscaya kamu akan menemukan bahwa pintu dakwah ini terbuka lebar, dan semua bumi pijakannya adalah jenjang naik bagi orang-orang yang menginginkan ketinggian derajat.
Berlindunglah kepada Allah dari perselisihan, dan mintalah nasihat dari orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Murnikanlah niat dari noda-noda, yang melekat. Bertakwalah kepada Allah ketika engkau sedang marah, dan jauhkanlah dirimu dari masalah interpretasi yang akan menyesatkan secara berangsur-angsur.
Hendaklah ruang sifat saling memaafkan lebih luas di dadamu, dan apabila engkau ingin menegur pemimpin, maka lakukanlah secara tertutup, jangan kau utarakan di tengah keramaian.
Bersungguh-sungguhlah dalam menyelamatkan dirimu. Lihatlah pada keburukan diri. Perhatikan kebenaran para dai jika ada orang yang mdnghasutmu untuk memperhatikan kesalahan mereka, dan dasarilah pengorbanan juangmu atas perintah para pemimpinmu. Cegahlah dan tahanlah dirimu dari pertengkaran, majelis rahasia di luar organisasi dan penghianatan, lalu peliharalah telingamu dari mendengar isu dan desas desus.
Petiklah pelajaran dari sejarah masa lalu, dan petiklah hikmah dari besarnya celaan syariat terhadap para muhajirin yang kembali kepada kehidupan badui. Sempurnakanlah sikapmu dalam kejujuran dan ketulusan, dan sekali-kali jangan engkau berdalih untuk berbuat salah dengan alasan kekhilafan kaum salaf.
Waspadalah engkau terhadap tabiat akhir zaman yang diberitakan Rasulullah saw, lalu takutlah apa bumi dan kaum Mukminin tidak akan menerima orang-orang yang tidak mau ikut berjuang. Jika tidak demikian, maka kami akan mengucilkanmu. Engkau, engkaulah yang memulai.
Jangan engkau putuskan sebuah teladan baik yang telah engkau tempuh, karena orang pertama yang rela akan sebuah teladan adalah yang pertama menempuhnya. Barangkali engkau akan mencoba bekerja dengan orang yang telah terlebih dahulu keluar dari organisasi, tetapi kamu tidak akan menemukan dari mereka kecuali hanya orang-orang yang kasar sikap perilakunya, ngawur dab pembuat bid'ah.
Sebenarnya bagimu sudah cukup berjalan di jalan datar dan bercahaya, akan tetapi engkau sudah membebani dirimu sendiri dengan beban yang memberatkan, dan engkau membuat dirimu dalam kesulitan sedangkan engkau sama sekali tidak perlu melakukan itu.
Sebuah syair,
Dataran rendah adalah jalan yang paling ringan untukmu
Maka, tinggalkan jalan yang berbelok itu
Jagalah lidahmu, maka dirimu akan terasa lega
Rasanya sudah cukup apa yang terjadi
Sungguh aku sudah menasihatimu, dan aku juga sudah
Mempertimbangkan, setelah itu engkau disilahkan memilih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif