basmalah Pictures, Images and Photos
Es Krim Semangka: Perlawanan Yahudi Ben Cohen terhadap Genosida Gaza - Our Islamic Story

Choose your Language

Es Krim Semangka: Perlawanan Yahudi Ben Cohen terhadap Genosida Gaza Di sebuah dapur sederhana di Vermont, Amerika Serikat, seor...

Es Krim Semangka: Perlawanan Yahudi Ben Cohen terhadap Genosida Gaza


Es Krim Semangka: Perlawanan Yahudi Ben Cohen terhadap Genosida Gaza

Di sebuah dapur sederhana di Vermont, Amerika Serikat, seorang pria berusia tujuh puluh empat tahun berdiri di depan kamera. Tangannya menggenggam sendok kayu, wajahnya penuh tekad. Di mangkuk besar di hadapannya, daging buah semangka merah segar diaduk dengan lembut ke dalam adonan es krim.

“Saya membuat rasa semangka untuk Palestina,” katanya pelan, “agar dunia tidak menutup mata.”

Nama pria itu Ben Cohen, salah satu pendiri Ben & Jerry’s, merek es krim legendaris yang lahir dari idealisme sosial dan keinginan sederhana: menghadirkan kebahagiaan dan keadilan dalam satu sendok es krim. Tapi kini, dua puluh lima tahun setelah menjual perusahaannya kepada Unilever, Ben mendapati bahwa yang ia perjuangkan — kebebasan moral untuk berpihak pada kemanusiaan — justru dilarang di atas nama korporasi global.


---

1. Ketika Es Krim Menjadi Pernyataan Moral

Ben & Jerry’s bukan sekadar merek makanan penutup. Ia adalah simbol moral progresif Amerika. Sejak berdiri pada 1978, perusahaan ini vokal membela isu-isu sosial: keadilan rasial, perubahan iklim, hak LGBTQ, dan anti-perang. Dalam satu wawancara lama dengan The Guardian, Cohen pernah berkata:

“Kami percaya bisnis tidak hanya harus mencari laba, tapi juga menyalurkan cinta dan keadilan.”

Namun cinta dan keadilan itu kini berhadapan dengan tembok besar bernama Unilever, raksasa korporasi Inggris-Belanda yang mengakuisisi Ben & Jerry’s pada tahun 2000.
Meski dalam perjanjian akuisisi disepakati bahwa Ben & Jerry’s akan tetap memiliki “independensi moral” untuk menentukan arah sosial dan nilai kemanusiaannya, realitasnya tidak demikian.

Ketika pada 2021 Ben & Jerry’s mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menjual es krim di pemukiman ilegal Israel, Unilever segera turun tangan — menghentikan keputusan itu, menyebutnya “politik yang terlalu sensitif”.
Konflik pun membara.


---

2. Dari Vermont ke Gaza: Ketika Dingin Es Krim Menyentuh Api Genosida

Dua tahun setelah perang Gaza meletus dan lebih dari 68 ribu warga Palestina terbunuh, Cohen tak lagi sanggup berdiam diri. Ia menyaksikan anak-anak mati kelaparan, rumah-rumah hancur, dan dunia korporasi membungkam lidahnya.

Dalam unggahan videonya di Instagram, Cohen berkata lirih:

 “Skala penderitaan rakyat Palestina sungguh tak terbayangkan. Gencatan senjata ini melegakan, tapi masih banyak yang harus dibangun kembali. Anak-anak Palestina berhak atas martabat dan hak yang sama seperti setiap manusia.”

Ungkapan itu mengguncang. Bukan hanya karena datang dari seorang pebisnis sukses, tetapi karena diucapkan dengan nurani yang telah ditempa oleh puluhan tahun keberpihakan kepada yang tertindas.

Ia kemudian mengaduk semangka ke dalam es krim — simbol yang sarat makna.
Semangka, bagi Palestina, adalah bendera yang tidak boleh dikibarkan. Warna merah, hijau, putih, dan hitamnya menjadi lambang perlawanan damai ketika simbol-simbol politik dilarang oleh Israel. Di tangan Cohen, buah itu menjelma “rasa kemanusiaan yang dibekukan” — sejuk, manis, dan penuh makna.

“Revolusi,” katanya sambil tersenyum, “adalah sesuatu yang kreatif.”


---

3. Ketika Korporasi Membungkam Nurani

Tindakan Cohen segera memicu reaksi. Unilever/Magnum, perusahaan induk Ben & Jerry’s, buru-buru mengeluarkan pernyataan ke Middle East Eye:

 “Rekomendasi dewan Ben & Jerry’s mengenai produk ini sedang dipertimbangkan, namun manajemen memutuskan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam pengembangan produk tersebut.”

Pernyataan dingin itu menggambarkan jarak antara bahasa laba dan bahasa nurani.
Unilever khawatir isu Palestina “akan menciptakan persepsi antisemitisme”.
Kekhawatiran yang sama pernah muncul ketika Ben & Jerry’s mencoba menyerukan gencatan senjata di Gaza, mendukung mahasiswa yang memprotes perang, atau mengadvokasi penghentian bantuan militer AS ke Israel — semuanya dibungkam.

Pada November 2024, Ben & Jerry’s bahkan menggugat Unilever atas tuduhan “membungkam misi sosial dan kemanusiaan mereka”. Gugatan itu menyebut empat kali upaya mereka untuk bersuara bagi Gaza yang dihalangi oleh induk perusahaan.

Rekan pendiri Ben, Jerry Greenfield, akhirnya mengundurkan diri pada September 2025, dengan kalimat pedih:

 “Ben & Jerry’s telah kehilangan kemandirian untuk menjalankan nilai-nilai kami.”

Ia pergi dari perusahaan yang pernah mereka bangun dari van tua dan mimpi sederhana di Vermont — meninggalkan industri yang kini lebih takut pada pasar daripada pada Tuhan.


---

4. Suara yang Dingin Tapi Menghangatkan Dunia

Namun Ben Cohen tidak berhenti. Ia meluncurkan kampanye pribadi: “Watermelon for Peace.”
Ia menolak pasrah pada “otoritas rasa takut” yang kini menguasai industri global.
Dari dapurnya, ia mengajak masyarakat memberi ide topping, desain wadah, bahkan cara menyalurkan hasil penjualannya bagi anak-anak Gaza.

Sikap Cohen mendapat sambutan luas. The New York Times menulis editorial berjudul “Ben Cohen’s Scoop of Conscience”, menyebutnya “pengingat bahwa kemanusiaan bisa hadir bahkan dalam bisnis pencuci mulut.”
Sementara Haaretz menyoroti bahwa “aksi simbolik Cohen menembus tembok kebisuan yang bahkan politisi takut mengetuknya.”

Bahkan di media Amerika yang biasanya berhati-hati soal Israel, suara Cohen mendapat ruang. CNN mengutip analis budaya, Dr. Noor El-Araby, yang menyebut tindakan itu sebagai “gestur moral kecil yang lebih mengguncang daripada protes besar, karena lahir dari ruang yang seharusnya apolitis — dapur, rasa, dan hati.”


---

5. Es Krim, Kapitalisme, dan Tanggung Jawab Nurani

Sejarah industri selalu berulang.
Ketika ekonomi dunia dikuasai oleh konglomerasi raksasa, nurani individu sering kali menjadi korban pertama. Dalam kasus Ben & Jerry’s, kita menyaksikan bagaimana “misi sosial” yang dulu menjadi identitas merek kini dibekukan, diarsipkan, dan dijual bersama sahamnya.

Filsuf ekonomi Naomi Klein pernah menulis dalam No Logo:

“Ketika idealisme menjadi merek, maka kebebasan bicara menjadi hak milik perusahaan, bukan manusia.”

Kata-kata itu menemukan kebenarannya di sini.
Cohen, dengan es krim semangkanya, sebenarnya sedang menolak menjadi maskot etis bagi korporasi amoral.
Ia tidak ingin es krimnya dijual di toko-toko yang menutup mata terhadap darah di Gaza.

Sosiolog Yahudi-Amerika, Prof. Michael Walzer, dalam sebuah diskusi di The Atlantic Council, berkata:

“Ben Cohen menunjukkan bahwa moralitas Yahudi sejati bukan tentang membenarkan negara, tetapi membela manusia. Ia menyalakan kembali nurani universal yang kini redup di tengah industri global.”


---

6. Ketika Semangka Menjadi Bendera

Bagi dunia Arab, semangka yang diangkat Cohen bukan sekadar buah.
Sejak tahun 1967, warga Palestina di bawah pendudukan Israel dilarang mengibarkan bendera mereka. Maka seniman, petani, dan anak-anak mulai menggambar semangka di dinding, melukisnya di kain, dan memakainya di poster — bendera yang bisa dimakan, dan tidak bisa disita.

Kini, ketika seorang Yahudi-Amerika mengaduk semangka ke dalam es krimnya sambil berkata “untuk perdamaian di Palestina,” dunia tersentak.
Ia tidak memihak agama, tapi memihak kehidupan.

Dalam sebuah wawancara dengan Democracy Now!, Cohen menegaskan:

“Saya melakukan ini bukan karena politik, tapi karena hati saya tidak tahan lagi melihat anak-anak dibunuh atas nama keamanan.”

Kata-kata sederhana itu menggema. Di saat banyak pemimpin dunia membungkam nurani mereka demi kepentingan geopolitik, seorang pembuat es krim memilih menjadi saksi.


---

7. Ketika Dapur Menjadi Mimbar

Aksi Ben Cohen kini menjadi inspirasi gerakan kecil tapi bergaung di seluruh dunia.
Di Berlin, sekelompok mahasiswa seni kuliner meluncurkan kampanye “Taste of Resistance”, membuat berbagai rasa makanan dari bahan-bahan simbolik Palestina: zaitun, sumac, za’atar, dan semangka.
Di Cape Town, komunitas Yahudi progresif mengadakan festival “Spoon for Gaza” dengan hasil penjualan disumbangkan untuk rumah sakit lapangan di Rafah.

“Ini bukan tentang es krim,” kata seorang peserta, “tapi tentang siapa yang masih punya hati untuk peduli.”

Sementara itu, Unilever masih bergulat dengan tekanan publik. Penundaan rencana pemisahan The Magnum Ice Cream Company dari Unilever pada Oktober 2025 dilaporkan oleh AFP sebagai akibat langsung dari “ketegangan reputasi pasca-protes Ben & Jerry’s.”
Investor mulai mempertanyakan: apakah perusahaan yang menolak kemanusiaan layak disebut brand of happiness?


---

8. Refleksi: Ketika Kemanusiaan Diuji oleh Sendok Es Krim

Kisah Ben Cohen bukan sekadar tentang Gaza, bukan pula sekadar tentang Unilever.
Ia adalah metafora tentang dunia modern, di mana laba sering kali menenggelamkan nurani, dan di mana bahkan pernyataan cinta bisa dianggap ancaman.

Namun, dalam dingin es krim semangka itu, ada sesuatu yang hangat — ingatan bahwa setiap tindakan kecil bisa menyalakan obor kemanusiaan.

Cohen menutup videonya dengan senyum:

 “Saya tidak tahu apakah Unilever akan menggugat saya lagi, tapi saya tahu bahwa anak-anak Palestina butuh lebih dari sekadar es krim — mereka butuh dunia yang berhenti menutup mata.”

Kalimat itu terasa seperti doa.
Bukan doa dari gereja, sinagoga, atau masjid, tapi doa dari dapur — tempat di mana rasa dan kasih bisa bersatu tanpa batas.


---

9. Epilog: Dari Rasa ke Rasa

Mungkin suatu hari, ketika perang ini usai dan Gaza kembali menanam zaitun di atas puing, seseorang akan membuka kedai kecil di tepi laut dan menjual es krim rasa semangka.
Mereka mungkin tidak tahu siapa Ben Cohen, tapi mereka akan tahu rasa itu: manis dengan sedikit getir, sejuk dengan sedikit pedih — rasa kemanusiaan.

Dan mungkin, di setiap sendoknya, ada bisikan kecil dari Vermont:

“Jangan diam. Jangan berhenti. Bahkan es krim pun bisa bicara.”


---

Sekiranya semua bentuk kekerasan dan genosida bisa luluh oleh kelembutan seperti itu — oleh semangkuk es krim yang dibuat bukan untuk dijual, tapi untuk menyembuhkan nurani.

0 komentar:

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (360) Al-Qur’an (4) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) cerpen Nabi (8) cerpen Nabi Musa (2) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) kecerdasan (1) Kecerdasan (263) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (577) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (29) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (15) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) nusantara (2) Nusantara (245) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (551) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (493) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (257) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (242) Sirah Sahabat (156) Sirah Tabiin (43) Sirah ulama (1) Sirah Ulama (157) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)