basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Sirah Ulama

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Sirah Ulama. Tampilkan semua postingan

Pembentukan Tarbawi, Memahami Inti dan Ruh Kesuksesan dakwahnya tidak hanya bergantung pada wawasannya, bacaan atau perubahan si...

Pembentukan Tarbawi, Memahami Inti dan Ruh


Kesuksesan dakwahnya tidak hanya bergantung pada wawasannya, bacaan atau perubahan simbolis, tetapi pada realitas pengalaman dari berbagai segi.

Yusuf Qardawi berkata, "Kita harus memindahkan perhatian kita pada inti dan ruh, menggantikan kesibukan kita  dengan simbol."

"Karena itu, barangsiapa menghilangkan tauhid dari akidahnya, keikhlasan dalam ibadahnya, kejujuran dalam muamalahnya, kasih sayang dalam akhlaknya, adil dalam hukumnya, itqan dalam bekerja, rasa dalam sastra, dan ukhuwah dalam berinteraksi, maka berarti ia telah menghilangkan inti Islam, meskipun ia berpegang teguh dengan lahir dan simbol-simbolnya."

Yusuf Qardawi berkata, "Banyak di antara mereka yang berbangga bahwa mereka telah menjaga dan memperhatikan sunah, namun sebenarnya mereka lebih banyak hanya menjaga simbol dan penampilan, seperti memanjangkan jenggot, memendekkan celana dan lainnya. Namun, tidak baik jika menjadikan ini segalanya dalam agama, seolah-olah ia bagian rukun iman, prinsip Islam, atau kaidah-kaidah Ihsan."

"Tapi tidak baik juga, jika anda menuduh orang yang tidak memeliharanya dengan sedikit iman, lemah keyakinan, atau mengikuti jalan selain kaum mukminin. Padahal, ia merupakan hal-hal tersier dalam urusan agama ini, bukan hal primer maupun sekunder sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli fiqih dan ushul. "

Dalam aspek pembinaan tarbawi, Hasan Al-Banna menghimpun seluruh aspek tarbawi terhimpun dalam 5 kata:
1. Kesederhanaan
2. Tilawah 
3. Shalat
4. Keprajuritan
5. Akhlak

Sifat yang tertarbawi terhimpun dalam 5 kata:
1. Iman yang mendalam
2. Pemahaman yang benar
3. Pembentukan yang cermat
4. Cinta yang kuat
5. Amal yang berkesinambungan

Semboyan prinsip tarbawi terhimpun dalam 5 kata:
1. Allah adalah tujuan kami
2. Rasulullah saw adalah tauladan kami
3. Al-Qur'an adalah undang-undang kami
4. Jihad adalah jalan juang kami
5. Mati syahid adalah cita-cita kami


Sumber:
Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia

Pembentukan Tarbawi, Keikhlasan Hasan Al-Banna berkata, " Keikhlasan dalam setiap ucapan dan perbuatannya untuk mendapatkan...

Pembentukan Tarbawi, Keikhlasan


Hasan Al-Banna berkata, " Keikhlasan dalam setiap ucapan dan perbuatannya untuk mendapatkan ridha Allah." "Tidak melihat keuntungan, popularitas, gelar, kemajuan, maupun kemunduran." "Agar ia benar-benar menjadi tentara fikrah dan aqidah."

Hasan Al-Banna berkata, "Dan kita ini alhamdulillah berlepas diri dari ambisi-ambisi dan jauh dari kepentingan pribadi. Kita tidak menginginkan selain ridha Allah dan kebaikan bagi manusia."

"Kita tidak bekerja kecuali hanya untuk mencari ridha-Nya. Kita menantikan dukungan Allah dan pertolongan-Nya. Barangsiapa ditolong Allah, maka tak seorang pun yang bisa mengalahkannya.

"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman dan sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung" (Muhammad: 11)

Hasan Al-Banna berkata, "Kalau di tengah kalian ada orang yang sakit hatinya, disorientasi, punya ambisi tersembunyi, dan luka masa lalu, maka keluarkanlah ia dari kalian, karena ia akan menjadi penghalang rahmat dan merintangi taufiq dari Allah."

Sumber:
Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia

Surat Sang Murabbi pada Mad'unya Surat ini dari sang Murabbi kepada seorang juru dakwah yang dicintainya. Namun, karena suat...

Surat Sang Murabbi pada Mad'unya


Surat ini dari sang Murabbi kepada seorang juru dakwah yang dicintainya. Namun, karena suatu hal, sang juru dakwah meninggalkan organisasi, menanggalkan janji setia dan menyebarluaskan desas desus. Sang Murabbi lalu menulis surat untuknya,

Bismillahirrahmannirrahim,

Segala puji hanya bagi Allah swt. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah saw.

Wahai saudaraku, semoga Allah menunjukkan kita. Di antara nasihat yang kita dengar dari kaum salaf adalah bila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, maka Allah akan menjadikan dirinya 3 sifat mulia:

1. Mempunyai kefahaman dalam agama
2. Memiliki sifat zuhud terhadap dunia
3. Mempunyai kemampuan melihat aib sendiri

Pada hari ini, saya ingin agar kita saling berterus terang dan saling terbuka, dengan doa semoga setelah ini Allah memberikan engkau petunjuk dan kemudahan, sehingga engkau dapat menjaga amal-amal yang sudah engkau lakukan selama ini tetapi kini sedang terancam kemusnahan.

Saya mengajakmu kembali menyegarkan ingatanmu, jika bisa, pada asal muasal perselisihan ini, dan berlaku jujur dengan hatimu dalam masalah ini.

Tidakkah engkau perhatikan bahwa awal dari permasalahanmu adalah karena sebuah bisikan-bisikan isu yang disampaikan oleh seseorang ketelingamu, lalu karena desas desus seperti itu, emosimu naik dan hatimu panas. 

Apakah engkau rela, apabila hanya permasalahan seperti ini, engkau merampas kemerdekaan diri sendiri, lalu hatimu menjadi sempit ketika kami mengingatkan dan menegurmu?

Tentu tidak akan seperti ini, wahai saudaraku. Tentu tidak. Sebuah syair mengatakan,

Hanya karena hasutan seorang penghasut jahat yang berjalan di antara kita.

Lalu kau membenarkannya, mengapa tak kau dustakan penghasut itu?

Lalu kau putuskan tali persaudaraan antara kita, sedangkan barangsiapa

Di antara pecinta yang mentaati ucapan tukang hasut, maka ia berhak dicela

Bahkan kami wajib menegur dan mencelamu, karena kami tidak ingin menyerahkan dirimu pada syetan secepat itu. Lalu sampaikan pada saya, sebuah syair,

Dengan mata tombak yang mana engkau menusuk kaum itu

Sedang kau telah mencabut mata tombak yang tajam dari tombakmu

Sesungguhnya engkau sudah mencabut ikatan amal jamai dari tombakmu. Amal Jamai bukan hanya sebuah mata tombak yang tajam, akan tetapi ia adalah keseluruhan senjata yang akan engkau gunakan untuk menyerang dan mengembara.

Apakah engkau sudah menipu dirimu sendiri? Sebuah syair berkata,

Bagaimana mungkin engkau dapat melihat kotoran debu pada mata temanmu. Sedangkan kotoran matamu yang lebih besar tersembunyi bagimu.

Dengan demikian, kita akan saling hitung kesalahan-kesalahan kita yang tidak akan tersembunyi bagi seorang mujtahid. Sekiranya kami mengingatkan kesalahanmu satu demi satu, maka engkau tidak akan berkomentar.

Akan tetapi, kami tidak merasa perlu mengungkapkan padamu sebab dinginnya sikap. Namun kami hanya akan mengatakan, "Apakah yang telah menimpamu sehingga engkau menyalahi kami dalam menempuh jalan dakwah mulia dan terang ini?"

Apakah engkau tidak menyadari kesesatan dan perselisihan ini? Bahwa ini akan mengurangi jumlah para aktivis yang berkualitas tinggi, melemahkan semangat para dai, melumpuhkan otot kekuatannya, dan memberikan kegembiraan bagi para musuh? Renungkan dan sadarilah.

Demi Allah, sesungguhnya saya hanya berniat memperingatkan saja, maka kembalilah ke jalan Allah, dan lepaslah hawa nafsu. Yakinlah, bahwa harga dunia tanpa menjalankan dakwah ini tidak akan lebih dari sebelah sayap lalat, bagi yang berakal yang merasakan nikmatnya perjuangan dan pengorbanan.

Apakah engkau memandang duniamu yang nikmat, sedangkan engkau melupakan bahwa ia sama dengan ketiadaan?! Atau, engkau mengiranya suatu kepuasan yang lengkap, sedangkan ia lebih dekat pada kefanaan?! Atau, engkau menyangka sebagai jenjang untuk naik, seakan-akan engkau jahil dengan kenyataan kehinaan?! Ataukah pada dunia ini terdapat suatu hari yang dapat memastikan hari esok?! Tidak. Demi Allah, tidak! Akan tetapi persis kata penyair, 

"Semua kita sadar akan kehinaan dunia"

Sesungguhnya engkau menyadari betapa murah dan rendahnya harga apa yang engkau lakukan dengan berani, bahwa itu kehinaan, akan tetapi rasa ego telah membuat mata hatimu buram.

Sebenarnya masalah ini lebih kecil dari yang engkau kira, lalu orang yang menipumu yang menyebabkan engkau rela berdiam diri di rumahmu, kini tersingkap sudah kepalsuannya. Oleh karena itu, bertaubatlah niscaya kamu akan menemukan bahwa pintu dakwah ini terbuka lebar, dan semua bumi pijakannya adalah jenjang naik bagi orang-orang yang menginginkan ketinggian derajat.

Berlindunglah kepada Allah dari perselisihan, dan mintalah nasihat dari orang-orang yang ahli dalam bidangnya.  Murnikanlah niat dari noda-noda, yang melekat. Bertakwalah kepada Allah ketika engkau sedang marah, dan jauhkanlah dirimu dari masalah interpretasi yang akan menyesatkan secara berangsur-angsur.

Hendaklah ruang sifat saling memaafkan lebih luas di dadamu, dan apabila engkau ingin menegur pemimpin, maka lakukanlah secara tertutup, jangan kau utarakan di tengah keramaian.

Bersungguh-sungguhlah dalam menyelamatkan dirimu. Lihatlah pada keburukan diri. Perhatikan kebenaran para dai jika ada orang yang mdnghasutmu untuk memperhatikan kesalahan mereka, dan dasarilah pengorbanan juangmu atas perintah para pemimpinmu. Cegahlah dan tahanlah dirimu dari pertengkaran, majelis rahasia di luar organisasi dan penghianatan, lalu peliharalah telingamu dari mendengar isu dan desas desus.

Petiklah pelajaran dari sejarah masa lalu, dan petiklah hikmah dari besarnya celaan syariat terhadap para muhajirin yang kembali kepada kehidupan badui. Sempurnakanlah sikapmu dalam kejujuran dan ketulusan, dan sekali-kali jangan engkau berdalih untuk berbuat salah dengan alasan kekhilafan kaum salaf.
Waspadalah engkau terhadap tabiat akhir zaman yang diberitakan Rasulullah saw, lalu takutlah apa bumi dan kaum Mukminin tidak akan menerima orang-orang yang tidak mau ikut berjuang. Jika tidak demikian, maka kami akan mengucilkanmu. Engkau, engkaulah yang memulai.

Jangan engkau putuskan sebuah teladan baik yang telah engkau tempuh, karena orang pertama yang rela akan sebuah teladan adalah yang pertama menempuhnya. Barangkali engkau akan mencoba bekerja dengan orang yang telah terlebih dahulu keluar dari organisasi, tetapi kamu tidak akan menemukan dari mereka kecuali hanya orang-orang yang kasar sikap perilakunya, ngawur dab pembuat bid'ah.

Sebenarnya bagimu sudah cukup berjalan di jalan datar dan bercahaya, akan tetapi engkau sudah membebani dirimu sendiri dengan beban yang memberatkan, dan engkau membuat dirimu dalam kesulitan sedangkan engkau sama sekali tidak perlu melakukan itu.

Sebuah syair,
Dataran rendah adalah jalan yang paling ringan untukmu
Maka, tinggalkan jalan yang berbelok itu
Jagalah lidahmu, maka dirimu akan terasa lega
Rasanya sudah cukup apa yang terjadi
Sungguh aku sudah menasihatimu, dan aku juga sudah
Mempertimbangkan, setelah itu engkau disilahkan memilih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press 

Orang Shaleh yang Tak Menghormati Aturan Hasan Al-Banna berkata, "Seorang shaleh yang tidak menghormati aturan dan tidak me...

Orang Shaleh yang Tak Menghormati Aturan


Hasan Al-Banna berkata, "Seorang shaleh yang tidak menghormati aturan dan tidak menghargai arti ketaatan. Tipe orang ini hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan produktif dalam kerja sendiri."

"Akan tetapi merusak jiwa organisasi. Menggodanya dengan keshalihannya dan memecah-belahnya dengan menentangnya."

"Apabila kamu mampu memaafkannya, sedang dia jauh dari barisan organisasi, maka lakukanlah."

"Jika tidak, maka keberadaannya di tengah organisasi akan merusak dan mengguncangkan barisan."

"Sedangkan manusia, apabila melihat satu orang keluar dari barisan, maka mereka tidak mengatakan, "Satu orang keluar barisan". 

'Tidak, akan tetapi mereka akan mengatakan, "Itu adalah sebuah barisan yang bengkok". Maka hati-hatilah dalam masalah ini dengan penuh kewaspadaan."

Hal di atas berkaitan dengan seorang shaleh yang tidak menghormati aturan. Maka, apatah lagi dengan orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya?


Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press

Air Mata Murabbi Suatu hari Sufyan ats-Tsauri terlihat sedih, dia berkata, "Kami telah menjadi bursa orang-orang yang menge...

Air Mata Murabbi


Suatu hari Sufyan ats-Tsauri terlihat sedih, dia berkata, "Kami telah menjadi bursa orang-orang yang mengejar dunia. Salah seorang di antara mereka mengikuti kami terus menerus. Hingga ketika ia telah belajar, maka ia diangkat menjadi hakim atau gubernur." Inilah kenyataan.

Dakwah telah mengajarkan kefasihan dan kemahiran yang memungkinkan untuk memperoleh kesempatan yang baik. Lalu, apabila telah memperolehnya, mereka surut kebelakang.

Atau, dakwah membuka pintu studi paling tinggi hingga keluar negri. Saudara-saudaranya mengupayakan agar mereka menjadi pejabat pemerintah. Namun, saat semuanya telah digenggamnya, ia tak memiliki semangat dan memikirkan alasan untuk meninggalkan dakwah.

Terkadang dakwah menjadi bursa para pemburu dunia. Berada di dalam dakwah hanya beberapa waktu, saat dunia telah digenggam, ia meninggalkan dakwah dan membangun masa depannya sendiri.

Itulah fakta yang harus diterima oleh para dai, karena pundak dakwah merintih akibat memikul banyak orang, tetapi mereka tidak memperdulikannya.

Jadi, bulatkan tekad untuk memenuhi janji kepada dakwah yang diberkahi ini. Jadikan apa yang digenggam untuk berkhidmat kepada dakwah, bukan kepada nama besar, termasuk nama besar atas nama dirinya.


Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Khitah Dakwah, Rabbani Press

Saat Mad'u Pergi Teruslah melakukan rekrutment, sebab ini adalah pondasi perbaikan masyarakat. Agar semakin banyak yang paha...

Saat Mad'u Pergi


Teruslah melakukan rekrutment, sebab ini adalah pondasi perbaikan masyarakat. Agar semakin banyak yang paham akan tanggungjawab pada kehidupan ini. Namun, bagaimana bila yang terjadi adalah penolakan dan yang sudah bergabung pun keluar?

Teruslah melakukan rekrutment sesuai dengan fiqh dakwah, adapun hidayah itu datangnya dari Allah. Hanya kepada Allah kita bertawakal.

Sudah sepatutnya kita mengantisipasi berjatuhannya sebagian mad'u di tengah perjalanan, agar kita tidak pesimis, surut dan berhenti.

Para dai tidak boleh menyalahkan dirinya sendiri apa bila melihat mad'u berbalik dan lari setelah letih bersama kita. Setiap orang memiliki takdinya yang kita tidak tahu hikmah Allah di dalamnya.

Walaupun mad'u itu mundur ke belakang, namun sang dai tetap pulang dengan membawa pahala yang penuh.

Jadi, tanamlah tanamanmu, dan tanamlah, wahai yang diberi taufiq, niscaya akan menemukan kenikmatan  buahnya saat matang.

Sepersepuluh kenikmatan dakwah tidak sebanding dengan keseluruhan kenikmatan harta benda dan kemewahan.

Ketahuilah, bukan kita yang menghimpun mereka, tetapi Allah-lah yang menghimpun mereka.


Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Khitah Dakwah, Rabbani Press

Mengapa Berdebatnya Kasar? Yang menyebabkan tidak bisa berdebat dengan cara yang lebih baik, karena: 1. Tidak bisa memisahkan or...

Mengapa Berdebatnya Kasar?


Yang menyebabkan tidak bisa berdebat dengan cara yang lebih baik, karena:

1. Tidak bisa memisahkan orang tua dengan anak kecil

2. Tidak mampu membedakan antara orang tua yang dihormati secara khusus, seperti bapak dan ibu, dengan orang selain mereka

3. Tidak bisa menghormati antara orang yang dihormati dan dimuliakan seperti ahli ilmu yang faqih, mu'alim dan murabi, dengan selain mereka

4. Tidak bisa membedakan antara orang yang mendahuluinya dalam dakwah dan jihad dengan selain mereka

5. Tidak bisa membedakan orang yang uzur dalam batas tertentu, seperti orang awam, orang buta huruf, dan orang-orang yang tertipu dari khalayak umum karena disibukan dengan maksiat dan pekerjaan sehari-hari, dengan orang yang tidak memiliki uzur,

6. Tidak bisa membedakan antara orang yang menentang Islam karena sadar dan kedengkian, dengan orang yang bermaksiat karena tidak tahu. 

Seorang juru dakwah haruslah memberi kesan bahwa dia tidak merasa lebih atau berbeda dengan yang lain.

Sumber:
Jumah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, Era Intermedia

Agar Gerakan Dakwah Tidak Bangkrut Melakukan seleksi serta menghimpun anasir yang menonjol dengan kecerdasan dan keberanian di k...

Agar Gerakan Dakwah Tidak Bangkrut


Melakukan seleksi serta menghimpun anasir yang menonjol dengan kecerdasan dan keberanian di kalangan para pemuda, kemudian mendidiknya dengan pendidikan yang mendalam, menyeluruh lagi kokoh, merupakan dua rukun pokok dalam rencana pergerakan Islam.

Masalahnya adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abu Hasan an-Nadwi, bahwa sudah menjadi keharusan untuk membentuk kader-kader penerus yang kelak akan menjalankan tugas dakwah dan memegang kemudinya, mendidik kader-kader berikutnya dan mengisi setiap peluang.

Karena setiap pergerakan dakwah, betapapun kuatnya atau betapapun banyak kader-kader yang dimilikinya, masih terancam kebangkrutan. Mengingat dengan berlalunya waktu, pasti kadernya akan surut dan berkurang, seorang demi seorang, dan di suatu hari nanti pasti akan kekurangan kader.

Bagaimana cara mengantisipasinya? Mulailah dengan memfirasati dirinya dengan pemikiran yang jernih sehingga mengetahui secara pasti kekurangan dirinya dan dapat mengukur potensi dirinya. Dengan demikian, Allah akan mengizinkannya untuk dapat melakukan firasat yang benar terhadap orang lain. 

Dengan firasat inilah, dengan ijin Allah,  kita dapat menghasilkan kader yang benar-benar menyadari misinya, percaya kepada kebenaran yang datang kepada mereka dari Tuhannya Dan mereka selalu memelihara perintah-Nya. 

Apa dasar penempaan diri sehingga bisa merekrut dan membentuk kader baru agar menjadi pondasi kokoh dalam aktivitas gerakan dakwah?
1. Antusias mengerjakan shalat dan mengokohkan aqidah
2. Berpegang teguh pada etika persaudaraan
3. Senang memberi dan senang dengan kesibukan sehari-hari yang melelahkan 
4. Merindukan jihad dan syahid, tetapi tidak ngawur
5. Disiplin dalam ketaatan
6. Tidak berambisi terhadap keduniawian dan meringankan beban
7. Menanti datangnya kematian dan melupakan khayalan duniawi 
8. Cinta kepada Allah swt dengan penuh harap dan rasa takut
9. Putus hubungan dengan orang kafir dan munafik 
10. Sabar menghadapi cobaan dan ujian

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Pelembut Hati, Robbani Press

Adab Berploitik Imam Al Ghazali Qaf Media Kreativa, 19 Okt 2020 Seorang ulama pernah diundang seorang khalifah (raja). “Berilah ...

Adab Berploitik

Imam Al Ghazali
Qaf Media Kreativa, 19 Okt 2020

Seorang ulama pernah diundang seorang khalifah (raja). “Berilah aku nasihat,” pinta sang raja.

Lantas sang alim bercerita, "Di sebuah negeri nun jauh hidup seorang raja adil dan mencintai rakyatnya. Suatu ketika ia sakit telinga hingga tuli, lalu ia menangis."

 Sang penasihat bertanya, “Mengapa engkau menangis, Paduka?” “Aku menangis bukan karena sakitku, tapi karena aku tidak mampu lagi mendengarkan keluhan rakyatku yang meminta pertolongan di depan singgasanaku.”

Mendengar hal itu, sang penasihat memerintahkan rakyatnya agar memakai baju merah untuk memberitahu sang raja bahwa orang tersebut sedang kesulitan.”

Begitulah kisah demi kisah mengalir dalam buku ini yang diperkuat dengan petuah yang menggugah akal dan menggedor hati. 

Meski bukan rujukan ilmu politik bagi para penguasa, namun kandungan kitab klasik ini sarat dengan etika berpolitik yang berharga, seperti tersirat dalam judul aslinya al-Tibru al-Masbuk fi Nashihat al-Muluk (Emas yang Didesain untuk Nasihat bagi Para Penguasa).

Mulanya ditujukan kepada Sultan Muhammad ibn Malik Syah dari Dinasti Saljuk, tapi isinya terus menginspirasi lintas generasi. Diulas luas dua poin utama: pertama, kekuatan akidah tauhid bagi pemimpin; kedua, keindahan moral, keadilan, keutamaan ilmu dan ulama. 

Krisis penguasa berakar dari krisis ulama. Ulama bisa jadi agen perubahan dalam perbaikan pemerintahan. Lewat buku ini, Imam al-Ghazali mengambil peran itu, tampil untuk reformasi moral kekuasaan pada masanya.

Baginya, penguasa dan ulama merupakan dua pilar penting untuk memakmurkan masyarakat. “Seorang pemimpin adil,” kutipnya, “lebih utama daripada ahli ibadah seratus tahun.” Sebab, keadilan pemimpin merupakan prasyarat untuk kesejahteraan masyarakat, di dunia dan akhirat.

Seorang Mukmin dengan Dirinya Seorang juru dakwah diharuskan mensucikan dirinya, meluruskan tingkah lakunya, mempersiapkan akal,...

Seorang Mukmin dengan Dirinya


Seorang juru dakwah diharuskan mensucikan dirinya, meluruskan tingkah lakunya, mempersiapkan akal, jiwa dan rasanya untuk berjihad dan perjuangan panjang di masa yang akan datang.

Kemudian dituntut untuk menyebarkan hukum Islam kepada keluarga, teman dan masyarakat. Seorang muslim belum dikatakan sebagian juru dakwah hingga menerapkan hukum dan akhlak Islam pada dirinya, serta menjaga batas-batas perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya.

Telah tiba waktunya seorang mukmin harus mengetahui tujuannya, menentukan arahnya, dan bekerja ke arah tersebut hingga mencapai tujuan.

Setiap zaman akan mengeluarkan banyak peristiwa besar dan kesempatan akan terbuka untuk sebuah kerja besar.

Dunia menanti dakwah kita, dakwah hidayah, dakwah keberuntungan dan kedamaian untuk membebaskan manusia dari semua penderitaan yang dialami. Segala gilirannya untuk memimpin manusia dan bangsa-bangsa.

Yang malas, hendaknya segera bangkit dan berbuat. Tak ada bersama jihad waktu untuk bersantai,

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut: 69)

Maju terus ke depan.

Sumber: Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia

Bismillah Mengobati Penyakit Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, "Aku memuliakan umat Muhammad saw dengan tiga nama-Ku."...

Bismillah Mengobati Penyakit


Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, "Aku memuliakan umat Muhammad saw dengan tiga nama-Ku."

"Ya Rabb, apa itu?" Nabi Musa bertanya.

"Bismillahirrahman nirrahim," Allah berfirman.

Saat itu, Nabi Musa memiliki pengikut orang buta.

"Ya Rabb, kembalikanlah penglihatanku dengan keagungan nama-nama itu." Orang itu berkata. Seketika itu pula, Allah swt mengembalikan penglihatan orang itu.

Rasulullah saw bersabda, "Ketika lafal Bismillahirrahman nirrahim diturunkan, awan lari dari timur ke barat, angin berhenti bertiup, hewan mendengarkan, setan dirajam dengan awan hitam, dan Allah swt bersumpah dengan kemuliaan-Nya. Jika, nama-Nya disebutkan pada orang sakit, maka Dia akan menyembuhkannya."

Sumber: 
Abdurahman Syafii, Amalul Kubra, Sahara Publisher 

Pesan Hasan Al-Banna: Akhlak Juru Dakwah dalam Aqidah dan Ibadah 1. Tercapainya hubungan hati dan perasaan yang terus menerus te...

Pesan Hasan Al-Banna: Akhlak Juru Dakwah dalam Aqidah dan Ibadah


1. Tercapainya hubungan hati dan perasaan yang terus menerus terhadap Allah, menjaga dzikir dan bermunajat kepada Allah.

2. Membangun keimanan kepada Allah, rukun-rukunnya, serta bangga dengan mengenal dan berafiliasi dengan-Nya (Robbaniyah)

3. Terwujudnya ketergantungan dan menyandarkan diri kepada Allah, tidak takut kepada selain-Nya dan tidak gentar selain kepada-Nya

4. Tercapainya keimanan terhadap keagungan risalah, merasa bangga memeluknya, serta bangga dengan keagungan Islam dan keindahan Al-Qur'an

5. Mengenal Allah, mengesakan dan mensucikan-Nya, dan ini merupakan keyakinan Islam yang tertinggi

6. Mengetahui dasar pentingnya kekuatan aqidah dan cakupannya terhadap semua aspek

7. Mengetahui pentingnya rukun iman dan mengingat akhirat

8. Mempelajari risalah ushul aqidah, itiba manhaj salaf dalam pemahaman dan pengamalan, serta kembali dengan Islam pada sumbernya yang murni

9. Mempelajari risalah dengan ikhlas

10. Melaksanakan kewajiban Islam, tidak melalaikannya, menunaikan rukunnya, serta mengutamakan hal yang terdapat pada sunah yang suci demi mewujudkan shaihul Ibadah

11. Tergantung dan terikat dengan Al-Qur'an 

12. Hidup bersama Rasulullah saw dalam petunjuk dan hadist-hadistnya

13. Bertakarub kepada Allah dengan Ibadah sunnah, senantiasa melakukan ketaatan, dan memperbanyak bekal berupa, shalat malam, bermunajat, berdoa, berpuasa, zikir, membaca doa matsur, tadabur dan menghayati ayat-ayat dan sunah-sunah-Nya, bersedekah, menyisihkan harta untuk fakir miskin berapa pun penghasilannya

14. Bermunajat kepada Allah sebelum  tidur

15. Senantiasa memperbaharui tobat dan istighfar

16. Selalu merasakan pengawasan Allah dan senantiasa mengingat akhirat

Sumber: 
Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia

Introspeksi Bagi Para Juru Dakwah Dalam Mentarbiyah Diri Tanda kemenangan semakin dekat adalah saat akhlak imani yang utama meny...

Introspeksi Bagi Para Juru Dakwah Dalam Mentarbiyah Diri


Tanda kemenangan semakin dekat adalah saat akhlak imani yang utama menyeruak di tengah kita, tingkat kejernihan hati meningkat, istighfar semakin bertambah, dan taubat dilakukan terus menerus.

Umar bin Khatab saat melepaskan pasukannya menasihati agar bertaubat sebelum bertempur. Sebab, senjata perang yang terbaik adalah amal-amal shaleh.

Fudhail bin Iya berkata kepada pasukan yang hendak berperang, "Bertaubatlah, karena taubat mampu menolak dari kalian sesuatu yang tidak bisa ditolak oleh pedang."

Refleksi terhadap diri sendiri. Sebab, kita bisa mengarahkan orang lain bila telah berhasil mengarahkan diri sendiri. Imam Mesir, Abdullah bin Wahb berkata, "Yang pandai berbuat baik untuk orang lain hanyalah orang yang pandai berbuat baik kepada diri sendiri."

Seorang dai tidak bisa menpengaruhi orang lain, selama ia belum terpengaruh dan diwarnai oleh apa yang dia dakwahi. Sesungguhnya masyarakat akan membangun sendiri pemikiran dan kepribadiannya, menentukan berbagai bentuk perilakunya dengan mengikuti para dai, dan segera memahami dakwah apabila para dai terlebih dahulu telah memahaminya.

Wara seperti gelombang yang akan menciptakan penggerak bagi manusia. Yahya bin Muaz berkata, "Sebesar apa kesibukanmu dengan Allah, sebesar itu pula kesibukan makhluk dengan dirimu." Taufiq Allah swt kepada para dai dalam aktivitas rekrutmennya sejalan dengan perhatian para dai kepada Allah.

Krisis ketidakpedulian manusia kepada para dai merupakan dari krisis kurangnya perhatian para dai terhadap apa yang diwajibkan Allah. Barangsiapa siapa yang menghadapkan hatinya pada Allah, maka ia telah menghadapkan hati manusia kepada dirinya.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Khitah Dakwah, Rabbani Press

Mentaati Arah Kebijakan Pergerakan  Mereka yang benar-benar menginginkan kemaslahatan dakwah tanpa tercampur oleh hawa nafsu ter...

Mentaati Arah Kebijakan Pergerakan 


Mereka yang benar-benar menginginkan kemaslahatan dakwah tanpa tercampur oleh hawa nafsu tersembunyi, niscaya mereka akan mempersiapkan gerakannya secara bersama atas dasar musyawarah, dan akan setia dalam mentaati arah kebijakan pergerakan. Akan tetapi, mereka adalah orang-orang yang suka terburu-buru sehingga terjatuh pada bergerak sendiri.

Seorang ahli fiqih generasi Tabiin, Nafi maula Ibnu Umar, pernah ditanya tentang pengorbanan seseorang yang tindakannya tidak berdasarkan perintah pemimpin dan tidak berdasarkan kebijakan jamaah,

"Apakah seseorang yang berada dalam pasukan boleh menyerang (musuh) tanpa ijin pimpinan?"

"Ia tidak boleh menyerang pasukan musuh kecuali dengan izin panglimanya." Ujar Nafi.

Imam Ibnu Qudamah juga memberikan panduan bagi para dai dalam berjuang dan menjadi dasar pergerakan, 

"Para pasukan tersebut tidak boleh menyerang kecuali izin panglimanya, karena urusan perang diserahkan kepadanya, sedangkan ia lebih tahu tentang banyak dan sedikitnya musuh, tempat persembunyiannya, dan tipu daya mereka. Karena itu, diharuskan merujuk pada pendapatnya."

Jadi bagi para dai, tidak boleh bergerak menuruti ijtihad dan pendapat mereka sendiri. Karena hal itu akan menimbulkan bahaya yang menimpa muslimin secara umum.

Para dai diperbolehkan untuk mengambil inisiatif, apabila ada halangan untuk meminta izin, seperti datangnya serangan mendadak, sehingga dalam kondisi ini menyerang musuh suatu maslahat.

Seperti Salamah bin Akwa yang dipuji oleh Rasulullah saw, karena ketika sedang keluar dari Madinah lalu berpapasan dengan pasukan kafir yang sedang menyerang unta-unta Rasulullah saw, beliau menyerang orang kafir tanpa ijin Rasulullah saw.

Pahamilah dan tungulah, wahai orang-orang yang bersemangat. Karena engkau akan mendapatkan pahala berjaga-jaga sebesar pahala yang akan kamu dapatkan ketika menyerbu.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press

Kaidah dari Ushul Fiqh dalam Berdakwah Dakwah itu berinteraksi dengan manusia, agar mengenal Allah dan kebenaran. Agar mencintai...

Kaidah dari Ushul Fiqh dalam Berdakwah


Dakwah itu berinteraksi dengan manusia, agar mengenal Allah dan kebenaran. Agar mencintai kebaikan dan membenci kemungkaran. Agar menjadi pembela keadilan dan berkorban untuk mewujudkannya. Bagaimana agar semakin banyak manusia yang memiliki karakter ini?

Ada beberapa kaidah dari Ushul Fiqh yang menjadi pegangan dalam berdakwah agar manusia secara sukarela menjadi bagian gerakan dakwah,

1. Memberi keteladanan sebelum berdakwah 

2. Mengikat hati sebelum menjelaskan 

3. Mengenalkan sebelum Memberi beban

4. Bertahap dalam membebankan

5. Memudahkan, bukan menyulitkan

6. Yang pokok, sebelum yang cabang

7. Membesarkan hati, sebelum memberi ancaman

8. Memahamkan, bukan mendikte

9. Mendidik, bukan menelanjangi

10. Muridnya guru, bukan muridnya buku

Berdasarkan kaidah inilah beragam strategi dan pendekatan dakwah dibangun. Beragam sarana dan prasarana dikembangkan. Beragam kurikulum dan pembinaan disusun. Tanpa memahami kaidah ini, akan semakin banyak yang menjauhi gerakan dakwah.


Sumber:
Jum'ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah,  Era Intermedia

Menjelang Syahidnya Hasan Al-Banna Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi yang besar, menyebar da...

Menjelang Syahidnya Hasan Al-Banna

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi yang besar, menyebar dan kuat di Mesir. Di setiap daerah bermunculan kantor cabangnya. Pengaruhnya hingga ke Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, Yordania, Sudan dan beberapa negara Islam lainnya. Beragam delegasi dari beberapa negara juga mendatanginya.

Dalam suasana seperti itu, di sebuah acara besar, saat beliau menghadirinya, beliau diminta untuk memberikan sambutan. Saat melangkahkan kaki ke podium, salah seorang hadirin memekikan, "Hidup Hasan Al-Banna."

Ini merupakan hal lumrah dilakukan kepada para tokoh besar. Namun, saat di panggung, Hasan Al-Banna menolak pekikan tersebut dengan berkata, "Sesungguhnya hari di mana dipekikan Hasan Al-Banna tidak ada lagi."

"Pekikan kita adalah, Allah tujuan kami. Rasulullah saw pemimpin kami. Al-Qur'an pedoman kami. Jihad adalah jalan kami. Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi."

Di tengah melanglang buananya berdakwah, berhasil menyadarkan jutaan manusia dari kelalaian, saat mereka siap bergerak di bawah pimpinannya, seseorang bertanya kepada Hasan Al-Banna, "Apakah anda akan melihat buah kemenangan?"

"Tidak di generasiku atau di generasimu, tetapi pada generasi-generasi sesudah itu." Itulah jawaban Hasan Al-Banna dengan tenang dan penuh keyakinan.

Di saat raja Mesir dan penjajah Inggris ingin berupaya membunuh Hasan Al-Banna. Dua pekan sebelum pembunuhannya, seseorang bertanya, "Wahai ustadz, banyak isu-isu tentang engkau dan apa yang akan terjadi terhadap engkau."

"Apa yang akan terjadi? Apakah pembunuhan? Sesungguhnya kita tahu bahwa itu syahid, dan itu adalah cita-cita kita." Ungkap Hasan Al-Banna.

"Bagaimana dengan dakwah?" Ungkap  orang itu.

"Aku telah menyelesaikan tugasku dan aku telah meninggalkan rijal (pejuang) dan aku melihat mereka dengan mata kepalaku bahwa mereka benar-benar rijal. Aku akan mati sekarang dengan tenang dan yang aku inginkan adalah aku mati syahid."

Dua pekan setelah perbincangan tersebut. Ada undangan dari pejabat Mesir untuk bertemu. Di malam hari sebelum pertemuan tersebut, Hasan Al-Banna bermimpi  bertemu  dan disambut oleh Ali bin Abi Thalib. Di pagi harinya, banyak yang menghalanginya agar tidak bertemu dengan pejabat Mesir tersebut. Namun dia tetap menepati janjinya.

Di saat sedang menunggu tersebut, seseorang dari dalam mobil memberondong dirinya dengan senjata. Darahnya pun bersimbah. Itulah cita-cita yang diridukannya.


Sumber:
Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia 

Seandainya Punya Banyak Pembela Keprihatinan Ibnu Qayyim tertulis dalam kitab Miftahu Daris Sa'adah, "Oh, agama yang he...

Seandainya Punya Banyak Pembela


Keprihatinan Ibnu Qayyim tertulis dalam kitab Miftahu Daris Sa'adah, "Oh, agama yang hebat, seandainya ia punya banyak pembela." Mengapa keprihatinan ini bergolak pada jiwanya? 

Dihadapan sang Ibnu Qayyim, banyak tokoh fuqaha tentang masalah-masalah furu dan para zahid, namun mereka tidak memenuhi  sosok ideal menurut kriteria sang Ibnu Qayyim.

Ia menginginkan yang lain, bukan hanya memiliki pemahaman fiqh dan zuhud, tetapi mereka pergi ke fase yang lebih jauh lagi.

Ia menginginkan dari mereka muncul para dai yang bersemangat tinggi menunjuki umat manusia, melaksanakan hukum Allah, dan menentang orang yang memerintahkan manusia dengan hawa nafsunya.

Itulah fase yang tidak dicapai selain orang yang dianugerahi akhlak tokoh. Ia menolak orang yang tidak mencapai tingkatan ini, baik karena berdamai atau cukup dengan melakukan sindiran. Karena itu, ketika dikatakan kepada salah seorang tokoh, "Kami ada kebutuhan kecil," (bukan urusan dakwah) maka ia menolak dan berkata, "Carilah lelaki kecil."

Jiwa lelaki kecil puas dengan amal yang ringan. Sedangkan lelaki besar punya semangat yang tinggi, sehingga ia mengincar amal-amal besar. Demi Allah, dakwah ini merupakan tugas laki-laki sebenarnya. Kawanannya terdiri dari para pelopor dan pemberani.

Sedangkan orang penakut terhadap benturan dan akibat-akibatnya, hanya lelaki kecil.


Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Titik Tolak, Robbani Press

Seruan Berdakwah dan Sosok Dai dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani Syeikh Abdul Qadir Jaelani, dialah yang mendidik generasi untuk b...

Seruan Berdakwah dan Sosok Dai dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani


Syeikh Abdul Qadir Jaelani, dialah yang mendidik generasi untuk berani melawan tentara salib di era Bani Zanky. Dia senantiasa membuka halaqah pekanan di Baghdad yang pesan-pesannya diabadikan dalam kitab Fathur Rabbani.

Siapakah dai itu? Syeikh Abdul Qadir Jaelani mengatakan, "Mereka yang berdiri pada derajat dakwah, menyeru manusia untuk mengetahui Yang Haq 'Azza wa Jalla. Mereka senantiasa menyeru hati."

Berdakwah sebagai bentuk mengikuti jejak Rasulullah saw, beliau berkata, "Siapa yang benar iitibanya kepada Rasulullah saw, maka beliau mengenakan baju perang dan topi bajanya kepadanya, menyandangkan pedangnya, dan menyempatkan adab dan akhlaknya, mengenakan jubahnya, dan beliau sangat bahagia karenanya"

"Ia bersyukur kepada Allah atas semua itu, kemudian menjadikannya wakil atas umatnya, pemberi petunjuk dan menyeru mereka kepada pintu Yang Haq Azza wa Jalla."

"Nabi saw adalah dai dan pemberi petunjuk. Ketika beliau wafat, beliau digantikan oleh para khalifahnya. Mereka adalah individu-individu  dari setiap satu juta ada satu orang."

"Mereka memberi petunjuk kepada manusia, sabar atas penganiayaan mereka, terus menerus menasihati mereka, senyum di hadapan orang munafik dan fasik, berstrategi terhadap mereka dengan strategi hingga mengentaskan mereka dari keyakinan mereka, dan membawa mereka ke pintu Tuhan 'Azza wa Jalla."

Jiwa para penyeru dakwah digambarkan oleh Syeikh Abdul Qadir Jaelani, "Dai menjadi seakan-akan tidak punya jiwa, tabiat dan hawa nafsu. Ia melupakan makanan, minuman dan pakaiannya. Ia menjadi lupa dirinya karena mengingatkan makhluk Tuhannya 'Azza wa Jalla. Ia keluar dengan hatinya dari dirinya dan makhluk, dan tetap bersama Tuhannya 'Azza wa Jalla. Seluruh tujuannya adalah manfaat bagi makhluk. Ia tetap menyerahkan diri kepada tangan qadha Tuhannya 'Azza wa Jalla."

Inilah gambaran ideal para juru dakwah. Inilah sifat orang yang ingin menjadi bagian pondasi kuat yang menjadi landasan bangunan Islam sekarang.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Titik Tolak, Robbani Press

Sosok Pemberi Nasihat pada Ahli Qur'an  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Maimun bin Mihram seorang ulama salaf yang terkenal denga...

Sosok Pemberi Nasihat pada Ahli Qur'an 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Maimun bin Mihram seorang ulama salaf yang terkenal dengan keilmuannya, kezuhudannya, ahli ibadah dan perhatian terhadap pendidikan Al-Qur'an. Dia mengambil ilmu periwayatan dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Abu Hurairah.

Maimun seorang yang tekun membaca Al-Qur'an di sepanjang siang dan malam, dengan pengaruh yang dirasakan berupa kelembutan hati dan mudah menangis.

Sahabatnya berkisah, "Suatu hari Maimun membaca surat Yasin ayat 58, "Berpisahlah kamu (dari orang mukmin) pada hari ini wahai orang-orang yang berdosa." Maka tersentuhlah hatinya hingga menangis. Aku tak pernah melihat ada seorang pun yang lebih merasa ditegur dengan sebuah ayat melebihi Maimun."

Maimun bin Mahram selalu berusaha memberi nasihat pada Ahli Qur'an, karena mereka diberikan karunia dan dimuliakan Allah dengan menghafalkan Kalam suci-Nya, selalu membacanya, mengetahui makna ayat-ayatnya dan mempelajari hukumnya.

Mengapa dia sibuk menasihati ahli Qur'an? Dia menjawab, "Kalau seandainya ahli Qur'an itu sudah lurus, maka orang-orang lainnya juga akan lurus karenanya." Sebab, banyak pula ahli Qur'an yang menyimpang. Apa sebabnya?

Maimun bin Mihram berkata, "Ada diantara ahli Qur'an yang menuntut ilmu hanya dijadikan komoditas untuk meraih keduniaan saja. Hanya ingin dihormati dan dimintai petuahnya. Hanya dipergunakan untuk berdebat saja. Namun yang terbaik adalah mempelajarinya dan menggunakan ilmunya untuk taat kepada Allah."

Nasihatnya diterima dengan lapang dada oleh ahli Qur'an di zamannya, karena dia memiliki kepribadian kuat, rendah hati, tidak merasa lebih pintar, tidak mencari pujian, sanjungan dan reputasi.

Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Murabi yang Dikerumuni Mutarabinya Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ayub As-Sakhtiyani berkisah tentang kein...

Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Murabi yang Dikerumuni Mutarabinya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ayub As-Sakhtiyani berkisah tentang keinginan untuk belajar pada Ikrimah," Aku sudah memiliki niat untuk melakukan perjalanan guna bertemu dengan Ikrimah di mana pun ia berada."

"Namun ketika aku di suatu hari pergi ke pasar kota Basrah, ternyata aku mendapati ada seorang pria duduk di atas keledainya dan banyak orang mengerumuninya. Setelah itu aku bertanya-tanya, akhirnya aku pun tahu bahwa pria tersebut adalah ikrimah."

"Maka, aku pun segera menghampirinya, namun aku tidak mendapatkan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan karena banyaknya orang yang bertanya. Akhirnya, aku segera merapat lebih dekat untuk mendengarkan suaranya lebih jelas agar bisa menghafalkan jawabannya."

Para penuntut ilmu datang dari negri-negri yang jauh untuk mengambil manfaat ilmu darinya. Masyarakat sekitarnya sangat tekun belajar padanya pula. Mengapa bisa seperti itu? Padahal Ikrimah hanya budaknya Ibnu Abbas dari suku Barbar di Afrika? Perjalanan ilmunya yang membuatnya sangat cemerlang.

Ikrimah mendedikasikan hidupnya untuk belajar kepada Ibnu Abbas. Mendatangi ratusan sahabat Nabi. Juga, mengambil periwayatan hadist dari Aisyah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Abdullah bin Amru dan Abu Said Al-Khudri.

Kehidupan itu seperti atom, proton yang mengitari netron. Seperti tata surya, matahari dikelilingi planet. Mengapa bisa dikelilingi? Sebab memiliki energi kehidupan. Menyuntikan energi hidup pada hati, jiwa dan akal. 

Murabi itu seperti dokter. Masyarakat mendatangi agar penyakit hati, jiwa dan akalnya disembuhkan. Sekarang, mengapa para dai tak lagi dikerumuni, didatangi dan diburu oleh masyarakat?  Bisa jadi karena dirinyalah yang menjauhi Allah dan ilmu. 

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (233) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (356) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (2) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (4) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (133) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)