basmalah Pictures, Images and Photos
Maret 2024 - Our Islamic Story

Choose your Language

Adab Belajar Dari Nabi Khaidir Oleh: Nasrulloh Baksolahar Cara mendapatkan ilmu Laduni? Bersabarlah. Ikuti saja liku-liku kehidu...

Adab Belajar Dari Nabi Khaidir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Cara mendapatkan ilmu Laduni? Bersabarlah. Ikuti saja liku-liku kehidupan. Perhatikan, amati dan jalani. Memang rentang waktunya panjang. Namun ilmunya menjadi sangat mendalam. Dapat mengetahui peristiwa di balik peristiwa. Mengetahui peristiwa sebelum terjadi.

Sabar menjadi syarat bagi Nabi Musa untuk belajar kepada Nabi Khaidir. Dengan sabar, akan paham siklus detik, menit, jam, harian, bulanan, tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 30 tahunan, 50, 80 dan 100 tahunan. Polanya dipahami untuk mendalami sebuah peristiwa.

Tak banyak bertanya, itulah syarat kedua yang disampaikan Nabi Khaidir kepada Nabi Musa. Ilmu Laduni butuh perhatian, pengamatan, berfikir hingga rasa yang mendalam. Ini tidak bisa didapatkan dari orang lain, walapun gurunya seorang Nabi. Ilmunya harus lahir dari hati dan jiwanya sendiri.

Ilmu Laduni berasal dari pergulatan hidup. Bukan dari kitab atau buku. Bukan dari wejangan dan nasihat. Tetapi dari goresan pena sendiri dari mengikuti perjalanan hidup. Seperti Nabi Musa yang mengikuti perjalanan gurunya.

Setiap perjalanan memberikan makna, rasa dan ilmu tersendiri bagi setiap yang menjalaninya. Mengapa berbeda? Karena setiap orang akan menjalani peran yang unik yang tak tergantikan dalam hidup ini. Medan perjuangan dan dakwahnya berbeda.

Yang dirasakan Nabi Musa dan Nabi Khaidir sangat berbeda dalam melihat peristiwa yang sama. Mengapa? Medan perjuangan keduanya berbeda. Nabi Musa harus menghadapi Firaun.  Sedangkan Nabi Khaidir menyapa manusia yang tersembunyi namun memiliki peran besar bagi kehidupan.

Semua liku-liku kehidupan adalah ilmu laduni. Semua yang bisa dilihat, didengar dan dirasakan adalah sumber filosofi dasar ilmu laduni. Terjun dalam kehidupan adalah tempat belajar ilmu dunia. Setiap orang akan menggoreskan ilmu tersebut pada hati dan jiwanya.

Iklim Ektrim Oleh: Nasrulloh Baksolahar Mengapa cuaca menjadi sangat ekstrim? Panas semakin terik dan kering. Dingin semakin jau...

Iklim Ektrim

Oleh: Nasrulloh Baksolahar



Mengapa cuaca menjadi sangat ekstrim? Panas semakin terik dan kering. Dingin semakin jauh ke titik minus. Perbedaan musim sangat luar biasa. Di Eropa, musim panas membuat sungai kering, hutan banyak yang terbakar, dan menghancurkan lahan pertanian. Saat musim dingin, sangat dingin sekali.

Iklim yang ekstrim untuk menjaga keseimbangan. Seperti hukum permintaan dan penawaran. Karakter yang terlibat sangat bertolak belakang, pada akhirnya bertemu pada  titik yang sepakati. Iklim yang ekstrim untuk menentukan suhu yang tepat bagi kehidupan di alam semesta ini.

Manusia semakin bertambah jumlahnya. Yang melakukan kezaliman terhadap alam semakin tak terkendali. Kebutuhan pangan dan energi terus bertambah. Panas yang ekstrim, bukankah bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi? Sesuatu yang cepat kering, bukankah mudah untuk diubah menjadi energi?

Kesulitan dan persoalan iklim dunia akan mendorong kesadaran akan iklim. Manusia tergerak untuk merubah gaya hidupnya terhadap alam. Panas ekstrim juga mendorong panen padi dan buah-buahan semakin meningkat. Sejak panas ekstrim, satu pohon yang biasanya berbuah sekali, sekarang bisa dua atau tiga kali dalam setahun.

Iklim yang ekstrim membantu proses pembusukan dan penghancuran yang lebih cepat. Pupuk organik dari proses alam semakin melimpah. Tak harus mengandalkan pupuk kimia yang mahal. Semakin banyak dedaunan yang rontok karena panas ekstrim, akan semakin banyak dedaunan dan ranting yang kering. Saat musim penghujan, yang kering menjadi sarana penyimpanan air hujan.

Lapar itu lebih banyak di musim dingin atau panas? Saat musim panas, kebutuhan akan pangan menurun. Persoalannya, manusia makan berdasarkan ego rutinitas bukan kebutuhan badannya. Kondisi panas, kerja tubuh berkurang untuk menghasilkan panas. Suntikan panas didapatkan dari teriknya matahari. Yang butuhkan justru air.

Di saat musim hujan yang ekstrim, seharusnya dijadikan sarana untuk menanam pohon dan memanen air hujan. Persediaan air jadi berlimpah. Persoalannya, semuanya diabaikan. Jadi persoalan iklim dunia sebenarnya tidak pernah menyulitkan dan menyengsarakan manusia. Kezaliman manusia, penyebab sulitnya kehidupan ini.

Memelihara Kebugaran Tubuh Oleh: Nasrulloh Baksolahar Tubuh perlu dipelihara. Bagaimana caranya? Mudah dan sederhana. Ikuti saja...

Memelihara Kebugaran Tubuh

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Tubuh perlu dipelihara. Bagaimana caranya? Mudah dan sederhana. Ikuti saja takdir-Nya. Gunakan kaki untuk berjalan. Setiap persendian harus dilipat setiap hari. Bukankah pemahaman manusia sangat minim akan hal ini? Tak harus sekolah tinggi untuk paham hal ini.

Rukun iman menyehatkan hati dan akal. Kesehatan itu ditopang oleh kesehatan hati dan akal. Kesehatan organ tubuh vital bagian dalam seperti jantung, paru-paru, empedu, lambung, limpa, ginjal, aliran darah dan yang lainnya di tentukan oleh kesehatan hati dan akal. Beriman lah, akan segar dan sehat seluruh organ dalam tubuhnya.

Rukun Islam memperbaiki dan memelihara otot, persendian dan tulang. Membantu pergerakan darah ke bagian yang sulit dijangkau. Memberi energi kinistetik pada organ tubuh dalam. Juga memberikan keseimbangan dan kebaikan nutrisi tubuh.

Mencoba riset tentang kesehatan tubuh. Ternyata, yang tak taat pada syariat-Nya, tubuhnya dipenuhi "sampah" akibat keburukan hati dan akalnya. Metabolisme tubuhnya kacau. Anatomi tubuhnya tak selaras.

Mencoba riset, tubuh yang sehat berawal dari ketaatan kepada Allah. Tubuh yang selaras dengan syariat-Nya. Tubuh yang menyelaraskan dengan tujuan penciptaannya, akan lebih sehat. Jadi tak perlu ada program khusus untuk menjadi sehat. Cukup taat kepada Allah swt dan sunah Rasulullah saw.

Rukun iman dan islam sebuah proses sederhana memelihara tubuh seperti awal penciptaannya, baik yang terlihat maupun tidak, yang di dalam maupun di luar tubuh, yang disadari maupun tidak disadari. Bukankah setiap hari harus bersedekah untuk 360 persendian?

Sehat itu mudah, tak harus menjadi olahragawan, tak harus paham seperti dokter dan pakar nutrisi, tak harus mengikuti ragam program kesehatan tubuh. Cukup dengan mentaati Allah dan menjalani sunah Rasulullah saw.

Menelisik Model Bisnis Buah Pisang Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mencoba keluar rumah. Berkeliling mengantar istri. Ternyata terli...

Menelisik Model Bisnis Buah Pisang

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Mencoba keluar rumah. Berkeliling mengantar istri. Ternyata terlihat fenomena baru. Banyak bermunculan pedagang pisang berkeliling. Tukang sayur pun berdagang pisang juga. Ternyata bermunculan bisnis model baru dalam penjualan pisang.

Beberapa kali ikut bonceng motor teman. Selama perjalanan yang dahulunya tidak ada yang menjual pisang, sekarang mulai bermunculan pedagang pisang di sepanjang perjalanan. Pernah melihat dari angkot, sebuah warung pisang sudah dikerumuni pedagang gorengan.

Bermunculan pulang pedagang yang khusus menjual gorengan pisang dengan menyebutkan pisangnya dari daerah tertentu. Ada juga yang menjual pisang per sisir hanya jenis pisang tertentu pula.

Salah satu keberkahan bisnis pisang adalah saat acara resepsi pernikahan. Di sekitar Bogor, ada jenis pisang tertentu yang hanya digemari saat resepsi pernikahan saja dan momentum tertentu saja. Namun tidak laku dijual di pasaran.

Permintaan pisang untuk pengolahan keripik dan kue pun cukup tinggi. Permintaan dari para pedagang pisang grosir di pasar tradisional pun cukup tinggi. Bila ada barangnya, pasti terserap di pasaran.

Ternyata banyak produk pertanian yang bila dilihat sekilas cerukannya kecil, ternyata sangat besar. Para pemodal lebih banyak bermain di pisang ambon cavendis atau sunprise, namun belum banyak yang bermain di pisang olahan dan pisang yang dijual di pasar tradisional.

Setiap jenis pisang memiliki pangsa pasar tersendiri. Setiap jenis pisang memiliki cara pengolahannya tersendiri. Setiap jenis pisang memiliki teknik dan model penjualannya tersendiri. Itulah keunikan buah surga yang bernama pisang.

Cara Pemimpin Berinteraksi Dengan Dirinya Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Hati adalah raja. Bila dia baik maka seluruh anggota tubuh...

Cara Pemimpin Berinteraksi Dengan Dirinya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Hati adalah raja. Bila dia baik maka seluruh anggota tubuhnya baik. Cukup memperbaiki sang raja untuk memperbaiki seluruhnya. Ingin memperbaiki diri, cukup memperbaiki hatinya saja.

Bagaimana seorang pemimpin bergaul dengan dirinya? Bergaullah dengan raja yang ada pada dirinya juga. Bergaullah dengan hatinya. Dengarkan hatinya. Ikuti kata hatinya. Didiklah hatinya. Bersihkan hatinya.

Sang hati tidak akan bisa dididik kecuali dengan bimbingan Allah. Dengan kurikulum Allah. Dengan cahaya Allah. Dengan sentuhan dan kasih sayang Allah. Sang raja hati hanya mau tunduk dengan Sang Maharaja Jagat Raya. Seperti itu hukumnya.

Bila hati tidak "berkumpul riung" dengan Sang Maharaja alam semesta, berarti telah menghinakan hati. Bila hati tidak bercengkrama dengan Allah berarti telah mendown grade kualitasnya. Bila hati tidak dididik dengan kurikulumnya, berarti telah menghancurkannya. Sang raja hati harus selalu bersama dengan Sang Maharaja Alam Semesta.

Bila ingin meningkatkan kualitas kepemimpinan, maka tingkatkan kualitas hatinya. Bergaullah dengan mereka yang memiliki hati yang lebih bersih. Bergaullah dengan Sang Maharaja Alam Semesta yang senantiasa bersemayam di Arsy-Nya.

Hati berdialog dan bercengkrama dengan Firman-Nya. Maka, akan dianugerahkan  ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Dianugerahkan secuil Rahman dan Rahim-Nya. Dianugerahkan keperkasaan dan kemuliaan-Nya. Hati berdialog dengan berzikir dan mengungkapkan Asmaulhusna-Nya.

Hati bergaul dengan pemimpin para Nabi dan Rasul-Nya dengan bershalawat dan membaca hadist-hadistnya serta mencontoh sepak terjangnya. Maka, hati akan terus semakin tinggi kualitas kepemimpinannya. Bila hati telah mencapai derajat ini, maka hati menjadi saran bercengkrama dan meminta nasihat dalam setiap keputusannya.

Zikir Pembuka Alam Semesta Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Salah satu buah zikir adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Zikir member...

Zikir Pembuka Alam Semesta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Salah satu buah zikir adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Zikir membersihkan dan menghidupkan hati. Hati mudah terkagum, tersentuh dan berkasih sayang dengan alam semesta lalu menggerakkan akal untuk bertafakur. Buah tafakur itu memahami alam semesta yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemudahan manusia. Rasa syukurnya semakin memperkokoh zikirnya.

Hati yang bersih akan dipertemukan dengan "ruh" alam semesta. Hati yang berzikir akan berkomunikasi dengan alam semesta yang berdzikir. Akhirnya, berdzikir dan berkomunikasi bersama seperti gunung dan burung yang berzikir bersama Nabi Daud.

Alam semesta berkomunikasi dengan ahli zikir dengan tanda-tanda, prilaku dan karakternya. Allah akan menjelaskan tanda-tanda kebesarannya. Bukankah ruh para ahli zikir sudah saling mengenal walaupun belum pernah bertemu? Bukankah ruh-ruh yang berkarakter sama akan saling berhimpun dan menolong? Para ahli zikir akan bergandengan dengan alam semesta.

Bukankah Rasulullah saw berkomunikasi dengan batu, hewan dan tumbuhan? Bukankah Rasulullah saw menolong tumbuhan dan hewan yang sedang kesulitan? Bukankah tumbuhan dan hewan membantu Rasulullah saw juga? Bukankah matahari, bulan dan bintang bersujud pada Nabi Yusuf? Bukankah api tiba-tiba menjadi dingin untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim?

Ilmu pengetahuan dan teknologi hadir saat alam semesta menjelaskan dirinya kepada manusia. Saat karakternya dipahami oleh manusia. Saat karakternya dibutuhkan untuk memudahkan urusan manusia. Para ahli dzikir dianugerahkan kemampuan ini dengan izin Allah.

Membuka hati untuk mengingat Allah berarti cakrawala kehidupan akan terbuka pula. Alam semesta akan membuka dirinya pula. Seluruh jalan kehidupan akan dibukakan pula. Seluruh solusi akan menyingkapkan dirinya. Manusia tak harus berdarah-darah untuk menggapainya.

Bila hati membuka diri untuk berzikir, maka Allah akan mencurahkan segala yang dibutuhkannya. Membuka perbendaharaan langit dan bumi yang ada dalam gengaman Allah. Membuka curahan Asmaulhusna-Nya. Membuka semua janji-janji-Nya. Berdzikirlah maka terbukalah semua yang tertutup.

Sedekah Yang Tak Diketahui Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sedekah yang tersembunyi, berkebunlah. Tangan kiri tak tahu kebaikan tang...

Sedekah Yang Tak Diketahui

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Sedekah yang tersembunyi, berkebunlah. Tangan kiri tak tahu kebaikan tangan kanan, berkebunlah. Tak tahu bentuk kebaikan yang disumbangsihkan bagi kehidupan ini, berkebunlah. Seluruh amal shaleh dijaga dan dipelihara Allah, hingga Allah menampilkannya di akhirat.

Yang terlihat hanya ayunan pacul dan garpu tanah saja. Menggemburkan tanah dan menanam benih. Tak ada yang terlihat selain itu. Profesinya dijauhi karena dianggap hina dan kotor dengan tanah. Bajunya dekil dan kumel. Tak ada yang bisa dibanggakan penampilannya.

Menanam satu pohon, bersedekah yang tak terasa. Yang menanamnya pun tak tahu kepada siapa saja bersedekahnya. Air yang meresap melalui akarnya, dimana muncul mata airnya? Oksigen dari daunnya, siapakah yang akan menghirupnya? Daun yang dimakan  ternak, ulat dan serangga, kapan dan siapa yang mengkonsumsinya? Semua sangat rahasia. Yang menanam pun tak tahu proses sedekahnya.

Gesekan antar daun dan batang merupakan senandung okestra yang indah. Warna hijau dedaunan menciptakan keteduhan dan keindahan mata. Tempat hidup yang nyaman bagi banyak makhluk-Nya. Berapa banyak yang hidup di pohon dan tanah bawah pohonnya? Semuanya sedekah untuk semua makhluk-Nya, baik yang kafir, munafik, musyrik dan mukmin.

Saat politik kekuasaan dipenuhi pergulatan, kecurangan, saling menjatuhkan, mencela, menjatuhkan dan menghasut. Saat persaingan bisnis saling membunuh dan menghancurkan.  Olahlah tanah dan tanamlah pohon. Begitulah menghadapi zaman yang penuh huru hara.

Saat manusia berlomba-lomba dengan ketenaran, dibanggakan, dan dielu-elukan sebagai orang yang cerdas, sukses, kaya, dermawan dan shaleh serta banyak pengikut dan pendukung. Ambillah pacul dan olahlah tanah. Sebab menghindari huru hara akhir zaman hanya dengan mengolah tanah dan ternak.

Setiap satu ayunan cangkul adalah jihad. Setiap satu pohon adalah sedekah tak terhingga yang tersembunyi. Di akhir zaman butuh lebih banyak orang yang berkarakter Nabi Khaidir, bertakwa, berilmu, pakar berpengalaman, profesional dan berkarya tempat yang sunyi, tak teredus oleh siapapun kecuali oleh Allah.

Disayangi Penduduk Langit Dengan Berkebun Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Berkebun cara untuk disayangi oleh penduduk langit. Tak di...

Disayangi Penduduk Langit Dengan Berkebun

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Berkebun cara untuk disayangi oleh penduduk langit. Tak dikenal oleh manusia. Sebab, sibuk berkasih sayang dengan makhluk-Nya di kebun. Berkasih sayang dengan tanah, tanaman, serangga, makhluk tanah dan yang tak dikenal lainnya. Bila menyayangi penduduk bumi maka akan disayangi oleh penduduk langit.

Menyayangi semua yang ada dikebun, pasti akan disambut dengan cinta pula. Sebab, mereka senantiasa bersujud dan bertasbih. Tak memiliki hawa nafsu dan tak digoda oleh syetan. Mereka selalu menepati janjinya dan tak pernah berkhianat. Adakah kasih sayang setulus yang ada di kebun?

Cacing, rayap, semut dan makhluk tanah lainnya membantu menyuburkan tanah. Ulat membantu agar muncul pucuk dan tangkai baru yang bisa menghasilkan bunga. Serangga membantu penyerbukan agar bunga menjadi buah. Beragam tanaman gulma akan menggemburkan tanah. Mereka bekerja tanpa diperintah oleh manusia atau pemilik kebun.

Seluruh yang ada di kebun bekerja atas perintah Allah. Berkolaborasi dan bersinergi atas perintah Allah. Allah menurunkan ilham kepada mereka. Manusia hanya menanam bibit dan mengolah tanah saja. Mereka bekerja tanpa kenal lelah dan waktu. Itulah "keikhlasan"   mereka pada manusia.

Andai tumbuhan itu mesin, berapa investasi yang dibutuhkan? Andai cacing, semut, rayap, serangga dan ulat itu para pekerja, berapa biaya operasionalnya? Manusia tidak akan mampu membayarnya. Mereka sangat spesialis dan profesional. Semuanya gratis karena mereka ditundukkan Allah bagi manusia.

Makanan dan minuman bukan manusia yang menciptakan dan membuatnya. Tetapi, oleh tumbuhan dan hewan atas perintah Allah. Andai tidak ada tumbuhan dan hewan, maka hancurlah manusia di muka bumi ini. Namun, mengapa manusia sangat kejam terhadap tanaman dan hewan?

Memasuki kebun, berarti berinteraksi dengan para pahlawannya manusia. Maka, berinteraksilah dan hadirkan cinta, kasih sayang dan kelembutan. Mereka telah ikhlas menjalani peran kehidupan tanpa ada ucapan terimakasih dan balas jasa dari manusia.

Dua Model Negri Yang Diberkahi Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Negri yang diberkahi memiliki 2 model, yaitu Masjidil Aqsa dan Masjid...

Dua Model Negri Yang Diberkahi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Negri yang diberkahi memiliki 2 model, yaitu Masjidil Aqsa dan Masjidil Haram. Bagaimana kondisi keduanya sekarang? Apa tantangannya? Pergolakan apa saja yang tengah terjadi di sekitar masjid tersebut?

Masjidil Aqsa medan pergulatan para Nabi dan Rasul menghadapi Yahudi dan Nasrani. Pergolakan dengan Romawi dan Persia. Para Nabi dan Rasul dari keturunan Nabi Ishaq bergelut dan berdakwah di sekitarnya.

Masjidil Haram medan pergulatan para Nabi dan Rasul menghadapi bangsanya sendiri. Bergulat dengan kemusyrikan, kemunafikan dan kejahiliyahan bangsanya sendiri. Para Nabi dan Rasul dari keturunan Nabi Ismail bergelut dan berdakwah di sekitarnya.

Model ini terus terbawa sepanjang zaman. Perang besar antar bangsa-bangsa terjadi di sekitar Masjidil Aqsa. Perang dengan Syiah Bani Fatimiyah, perang Salib dan Tartar terjadi sekitar Masjidil Aqsa. Hari ini umat Islam bertempur dengan Yahudi Israel dengan dukungan Barat.

Setelah Rasulullah saw wafat, kemurtadan terjadi di sekitar Masjidil Haram. Pemberontakan terhadap Utsman bin Affan terjadi di Madinah. Hari ini umat Islam menghadapi kondisi perubahan kebijakan penguasanya sendiri.

Model Masjidil Aqsa, negri yang diberkahi adalah negri yang dipenuhi dengan gelora jihad dan pengorbanan nyawa. Perlawanan terhadap kezaliman dan keangkaramurkaan. Musuh sekuat dam sehebat apapun harus dilawan walaupun sumberdayanya tidak seimbang.

Model Masjidil Haram, negri yang diberkahi adalah negri yang menjaga kekuatan internal dan ukhuwah. Merindukan rumah Allah.   Terus menjaga suasana ketaatan kepada Allah. Dan bagaimana strategi menghadapi penguasanya sendiri.

Anugerah Pintu Akhirat  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Langkah awal berbisnis, dimulai dari kebutuhan uang? Kesulitan dan persoalan...

Anugerah Pintu Akhirat 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Langkah awal berbisnis, dimulai dari kebutuhan uang? Kesulitan dan persoalan hidup? Bila titik awalnya seperti ini, maka nafasnya tidak akan panjang. Mudah jatuh dan  lunglai. Sebab resiko kerugian dan kebangkrutan akan menghancurkannya.

Bukankah dunia akan lari saat manusia mengejarnya? Bukankah dunia akan menghampiri saat diabaikan? Pintu untuk mendapatkan dunia adalah dengan mendatangi pintu-pintu akhirat. Sebab dunia itu untuk melayani manusia. Jangan jadikan pelayan sebagai tuan atau raja.

Apa yang membuat Rasulullah saw kaya? Sifat amanahnya. Sifat menepati janjinya. Orang yang memusuhinya pun, menitipkan barang dagangan dan hartanya pada Rasulullah saw. Mendekati pintu akhirat akan memunculkan rasa bertanggungjawab jawab di hadapan Allah. Ini yang melahirkan karakter dasar sukses berbisnis.

Yang diperjualbelikan dalam bisnis itu bukan barang dan jasa, tetapi janjinya. Kemitraan dalam bisnis yang berkesinambungan bukan capaian labanya, tetapi amanahnya. Kesuksesan berbisnis bukan uangnya, tetapi karakternya.

Semua syarat kesuksesan bisnis ada dalam pintu-pintu akhirat bukan dunia. Kesuksesan pengelolaan keuangan bisnis bukan pada teori manajemen keuangannya, tetapi pada tidak iri, tidak dengki, tidak  tamak, tidak bermewahan, tidak  berlebihan, tidak mubazir, tidak mendekati yang haram  dan tidak  tergesa-gesa.

Hukum kesuksesan tidak ada pada dunia. Menarik kekayaan dan kekuasaan itu bukan pada teori-teori manusia, tetapi ketaatannya pada Allah.

Bukankah taqwa akan membuka pintu rezeki yang tak terduga? Bukankah taqwa yang membuka solusi tak terduga? Bukankah istighfar, yang membuat kebun-kebun menjadi subur, berbuah dan muncul mata air yang mengalir?

Rahmat Allah Meliputi Segala Sesuatu Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Tidak diminta, tetapi Allah memberikan, itulah rahmat-Nya. Sepe...

Rahmat Allah Meliputi Segala Sesuatu

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Tidak diminta, tetapi Allah memberikan, itulah rahmat-Nya. Seperti Al-Qur'an, Rasulullah saw tidak pernah memintanya namun Allah menurunkannya. Islam tak pernah diminta manusia. Namun Allah menurunkannya kepada para Nabi dan Rasul. Itulah rahmat-Nya.

Perjalanan Nabi Yusuf adalah rahmat-Nya. Ditipu daya oleh saudaranya, para pedagang yang mengambilnya dari sumur dan para pembesar istana ke penjara. Semuanya adalah rahmat-Nya.

Perjalanan Nabi Yunus di kapal laut, yang membuatnya dimakan ikan paus adalah rahmat-Nya. Agar menuntaskan tugasnya, menjadi contoh bagi generasi sesudahnya dalam mengemban amanah dan dapat keluar dari keragaman kegelapan persoalan hidup.

Rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu. Dalam semua waktu, kondisi dan momentum. Dalam hujan dan kemarau. Dalam malam dan siang. Dalam sempit dan lapang.

Andai tidak ada periode Mekah yang disiksa dan dihina. Apakah akan ada kegemilangan Madinah? Andai Musa tidak diusir dari istana Mesir, apakah ada penggemblengan di negri Madyan, yang membentuknya ketegaran dan kebijaksanaan di dusun terpencil?

Allah hanya memberi yang dimintakan manusia, apa  yang terjadi? Mana anugerah dan nikmat yang lebih besar, antara pemberian Allah yang diminta dengan yang tak diminta oleh manusia? Allah lebih memahami manusia daripada manusia itu sendiri.

Ridhalah. Berprasangka baiklah kepada Allah. Berprasangka baiklah terhadap seluruh takdir-Nya. Seperti seorang bayi yang membiarkan ibunya melakukan apa saja terhadap dirinya.

Menguji Kezuhudan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Ingin berzuhud, berbisnislah. Ingin berzuhud, berkuasalah. Itulah cara mudah untuk...

Menguji Kezuhudan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Ingin berzuhud, berbisnislah. Ingin berzuhud, berkuasalah. Itulah cara mudah untuk membongkar hawa nafsu tersembunyi. Apakah hati terpenjara oleh harta dan kekuasaan?

Bila masih ada kesadaran bahwa harta dan kekuasaan adalah ujian. Bertanda masih ada iman. Bila sudah dianggap nikmat, berarti sudah terpedaya. Bila terus memburunya untuk keegoan berarti terjatuh ke penyakit hati.

Adakah rasa lebih tinggi dan mulia derajatnya saat berharta dan berkuasa? Adakah ingin dihormati dan dihargai? Apakah ada rasa berbangga dengan segala kelebihannya? Bila masih ada, harta dan  kekuasaan bisa jadi telah menjadi Tuhan.

Allah berikan kekuasaan kepada yang Dia kehendaki. Allah cabut kekuasaan kepada yang Dia kehendaki? Jadi bukan karena kepintaran,  kehebatan seseorang. Bukan karena keshalehan seseorang.

Bila rugi dan bangkrut, apakah merasa kehilangan? Merasa ada yang dirampas? Merasa keterhinaan? Bila tak berkuasa, apakah merasa kehancuran? Bila masih ada, zuhudnya masih palsu.

Bila masih merasa ada yang lebih baik dari nikmat iman dan Islam. Bila masih ada yang lebih berharga dari menjadi umat Rasulullah saw. Bila merasa masih ada nikmat yang lebih berharga dari ridha terhadap Allah, Islam dan Rasulullah saw. Tandanya, hawa nafsu telah mencengkeram diri.

Berinteraksi dengan perhiasan dunia, hanya untuk membongkar potret diri. Untuk bermuhasabah, siapakah yang ada di hati? Sebelum menghadap Allah jadi tahu jati diri yang sebenarnya. Agar istighfar dan taubat semakin kuat.

Rasakan kepalsuan dunia agar rindu akan akhirat. Bergelut  dengan dunia agar tahu kerendahan dan hinanya dunia. Pada akhirnya merasakan tak butuh dunia, kecuali sekedar menegakkan tulang punggung saja.

Madrasah Kebun Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Kebun adalah madrasah ilmu syariat dan hakikat. Juga, madrasah untuk menyaksikan keag...

Madrasah Kebun

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Kebun adalah madrasah ilmu syariat dan hakikat. Juga, madrasah untuk menyaksikan keagungan dan ilmu Allah. Menyaksikan bagaimana takdir-Nya berlaku pada ragam makhluk-Nya. Menyaksikan bagaimana makhluk-Nya yang ridha menerima takdir-Nya.

Adakah keluhan dari tumbuhan? Adakah kekhawatiran dari hewan atas takdirnya? Mereka senantiasa bertasbih dan bersujud. Hidup hanya untuk menjalani peran. Bila mati, tugasnya sudah tuntas.

Tak ada hama. Tak ada yang merasa dirugikan. Mereka merespon seusai respon yang sudah ditentukan oleh Allah. Tak pernah melampaui batas. Tetapi juga tidak pernah menyerah. Mereka saling memberikan kehidupan dan menolong. Bukan saling membunuh.

Hidup tak bisa sendirian atau menyendiri, harus bekerjasama. Andaikan tidak ada lebah, bisakah bunga menjadi buah? Andaikan tidak ada bunga, apakah lebah bisa hidup? Kesetaraan dan partnership itulah konsep yang berlaku di alam. Mengapa manusia saling meninggi dan merendahkan?

Konsep bagi hasil dalam pengelolaan itulah konsep Islam dalam mengelola sesuatu. Konsep yang sejalan dengan sistem di alam semesta. Bila Islam diterapkan, maka alam semesta akan meresponnya. Inilah dukungan dari para makhluk-Nya.

Tak ada satu pun makhluk-Nya yang sia-sia, walapun itu sebutir debu. Sebab, debu itu bisa jadi abu organik subur yang diterbangkan oleh angin ke kebun. Kotoran burung yang jatuh di kebun, itulah pupuk yang dibutuhkan.

Madrasah ilmu terbentang luas. Makna hidup sangat tak terhingga. Allah selalu menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya di setiap ufuk, sudut dan di lorong gelap dan tersembunyi.

Perbendaharaan Kata Para Da'i Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Umat ini tidak akan bisa kembali kepada Islam kecuali dengan dakwa...

Perbendaharaan Kata Para Da'i

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Umat ini tidak akan bisa kembali kepada Islam kecuali dengan dakwah yang mula-mula dilandaskan pada pengorbanan jiwa. Jika tidak, maka cita-cita tidak akan tercapai. Bersandar pada kemungkinan para pemimpin kekafiran itu mendengar nasihat dan bahasa diplomasi, itu semua tidak lebih dari perkara sepele semata.

Khalid bin Walid saat akan membebaskan Irak, dia mengabarkan karakter yang harus dimilikinya, "Kami datang kepada kalian dengan membawa orang-orang yang lebih berambisi kepada kematian daripada ambisi kalian kepada kehidupan."

Abdullah ibnu Mubarak menyampaikan kepada para pembaharu dan pahlawan jihad untuk mempresentasikan jiwa yang harus dimiliki, "Benci kehidupan dan takut kepada Allah mengeluarkanku. Dan, menjual jiwaku dengan sesuatu yang tidak ada harganya. Aku menimbang apa yang abadi untuk mengimbanginya. Apa yang tidak abadi, tidak, demi Allah, kami tidak menimbang."

Kamus bahasa para da'i terus berkembang untuk menunjukkan kesiapan dan semangatnya berdakwah. Sebagian da'i mengatakan, "Jadilah merdeka selamanya." Yang lain menambahkan, "Kita punya hari esok dan cita-cita." Ada yang menambahkan, "Agama-Nya adalah tanah air kami. Dan kami mengganggap ringan segala bencana."

Seorang sufi, Ruwaim, memperkenalkan istilah baru penyemangat dakwah dengan berkata, "Yaitu mengorbankan nyawa, bila tidak maka jangan sibuk dengan perkara-perkara sepele."

Seorang ulama berkata, "Tetesan darah masih terasa mahal bagi kaum Muslimin, selama tetesan darah masih terasa mahal, maka mereka tidak akan pernah mencapai apa pun, karena harga kejayaan dan kemerdekaan hanyalah tetesan darah belaka."

Muhammad Iqbal menutup daya tahan jiwa Muslimin dengan berkata, "Tegar, bila kebatilan merajalela. Berani menghadapi perang, itulah mukmin."  Islam menginginkan pengorbanan. Kebesaran tidak akan ada bersama kehidupan yang dipenuhi hawa nafsu.

Kiprah Hasan Al-Banna  Perjalanan umat ini akan dimulai dari Hasan Al-Banna. Beliau telah berhasil memadukan antara hukum syaria...

Kiprah Hasan Al-Banna 


Perjalanan umat ini akan dimulai dari Hasan Al-Banna. Beliau telah berhasil memadukan antara hukum syariat dengan tuntutan zaman, antara cita-cita yang melangit dengan pandangan realistis lapangan, antara kesempurnaan tarbiyah dan ta'lim dengan tatanan dan aktivitas politik serta ekonomi dan yang lainnya yang memenuhi hajat kaum muslimin dewasa ini.

Hasan Al-Banna telah membersihkan khazanah warisan Islam dari berbagai noda dan kotoran yang menempel padanya. Jangan menjauh dari jalan yang telah ditempuh olehnya, sebab sikap ini akan menjauhkan dari langkah  besar yang benar untuk menegakkan Islam di zaman sekarang.

Perbedaan tajam yang pernah terjadi antara fikrah Hasan Al-Banna dan realitas di lapangan Ikhwanul Muslimin di beberapa wilayah menjadi faktor timbulnya kegelisahan dan friksi di tubuh jamaah. Namun, kita tetap mendukung dan menghidupkan terus fikrah Hasan Al-Banna serta menyempurnakan kekurangannya dan berjalan di bawah naungannya.

Bagaimana agar tetap berada dalam fikrah ini? Pertama, kekuatan jiwa yang besar, yang dimanifestasikan dalam bentuk tekad yang kuat dan tegar. Kedua, kesetiaan yang utuh, bersih dari sikap lemah dan munafik. Ketiga, pengorbanan yang suci, yang tak diperdayakan oleh sifat tamak dan bakhil. Juga terpelihara dari kesalahan, penyelewengan, bujuk rayu dan tipu daya.

Hari-hari mendatangkan akan membuktikan bahwa gerakan Islam modern tidak akan dapat membebaskan diri dari fikrah Hasan Al-Banna, baik hanya di satu fase perjalanannya, di masa sebelum berdirinya negara Islam, maupun sesudahnya, di politik dalam negeri maupun luar negri, dalam bidang tarbiyah, takwiniyah, maupun strategi perjuangan dan pergerakannya.

Dakwah itu memiliki mata rantai, salafi, sufi, fiqh, pemikiran, jihad, tarbiyah, kekuatan dan lainnya pun memiliki mata rantai sejarah. Jika terjadi penggalan di salah satu rantainya, maka dakwah akan berantakan. Yang berbahaya adalah apabila terjadi pewarisan yang cacat namun menisbatkan diri kepada Hasan Al-Banna.

Oleh karena itu, bila tidak segera mengambil warisan dari kepribadian Hasan Al-Banna dalam ilmu, amal, kedalaman makrifat kepada Allah, ibadah kepada-Nya, ketakwaan, wara, zuhud, maupun gaya hidupnya yang mengambil langsung dari Rasulullah saw, maka kehancuran akan terjadi.

Hasan Al-Banna telah mengambil tasawuf, lalu membersihkan kotorannya. Mengambil aqidah, lalu membersihkan kotorannya, mengambil fiqh, lalu membersihkan kotorannya, dan begitu seterusnya. Akhirnya, semua yang dibutuhkan oleh umat Islam masa kini dapat tersedia dengan asas Islam yang bersih.

Sumber:
Said Hawa, Membina Angkatan Mujahid, Era Intermedia

Bukti Penghambaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Tanda berakal. Yang sadar dan merasa diawasi Allah, niscaya akan membisu di hadapa...

Bukti Penghambaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Tanda berakal. Yang sadar dan merasa diawasi Allah, niscaya akan membisu di hadapan Allah. Melihat semua kehendak Allah itu sebagai kucuran nikmat sekaligus bentuk kepedulian Allah kepada kita.

Jika berhenti dan tidak menentang, bersyukur dan tidak berfikir, rela dan tidak marah, diam dan tidak ragu, maka Allah berfirman, "Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya." (39:36)

Janganlah tergesa-gesa. Bersabarlah, niscaya akan memperoleh sesuatu yang baik. Andai benar mengenal Allah, tentu tidak akan mengadukan apa yang datang dari-Nya kepada selain-Nya.

Seandainya benar-benar mengenal Allah, tentu akan membisu di hadapan-Nya, tidak meminta kepada-Nya, dan tidak mendesak-Nya dengan doamu. Sebaliknya, hanya menuruti-Nya dan bersabar bersama-Nya.

Orang yang berakal, tidak perlu gerasa gerusu dan kalut. Sebab, Allah hendak melihat bagaimana kita berbuat. Allah ingin menguji, apakah percaya dengan janji-Nya? Apakah yakin bahwa Allah memperhatikan dan mengetahui segala hal tentang diri kita?

Tidak sempurna iman seseorang bila hatinya tamak, serakah dan menuntut. Keimanan tak sempurna jika takut dan berharap dari makhluk. Perhatikanlah, bagaimana Allah menyelamatkan para Nabi, Rasul dan orang-orang shaleh dari musuhnya? Menolong mereka dan memberi jalan keluar dari perkara yang mereka hadapi?

Orang mukmin akan merasa, dialah satu-satunya ciptaan-Nya. Hanya dia yang dilarang. Hanya dia yang diperintah. Hanya dia yang diberi nikmat. Semua tugas kehidupan berada dipundak batin dan hatinya. Dipikulnya semua tugas tersebut sebagai bukti penghambaan dan ketaatan kepada Allah.

Sumber:
Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Fathur Rabbani, Turos

Fokus Dakwah Personal Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menyentuh hati, itulah titik fokus tarbiyah saat ini. Saat ilmu berseliweran d...

Fokus Dakwah Personal

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menyentuh hati, itulah titik fokus tarbiyah saat ini. Saat ilmu berseliweran di dunia maya. Saat pengetahuan biasa diakses secara gratis. Saat ustadz terkenal setiap saat bisa didengarkan tausiyahnya. Apa yang tak didapatkan dari dunia maya?

Interaksi hati dan perasaan, tak bisa ditemukan di dunia maya. Interaksi jiwa dan ukhuwah tak bisa tersambung di dunia maya. Tatapan wajah yang mengingatkan kepada Allah, hanya didapatkan dari pertemuan tatap muka.

Dialog eksklusif dan  personalisasi. Didengarkan dan sentuhan. Membangun habit dan pengendaliannya hanya bisa dilakukan saat pertemuan langsung.

Mengapa majlis dzikir terus membludak? Kumpul riung dan kongkow tetap dirindukan, walaupun dunia sudah terkoneksi dan bertatap muka dengan teknologi. Ada yang tak bisa diungkapkan dan dirasakan dengan teknologi tatap muka. Seperti menonton film, mengapa bioskop tetap dipenuhi pengunjung?

Halaqah bukan sekedar majlis ilmu dan pengetahuan. Bila sekedar itu, akan tergeser dengan teknologi dan buku-buku.  Mengapa ulama yang berhasil, justru yang bertemu dan belajar langsung dengan gurunya? Bukan belajar hanya dari kitab-kitabnya?

Seorang ulama Afrika ingin belajar kitab Al-Muwatha, kitabnya sudah dalam gengaman. Dia ingin belajar langsung dengan imam Malik. Ternyata imam Malik sudah wafat. Akhirnya, dia mencari seseorang yang belajarnya langsung bertatap muka dengan imam Malik. Mengapa tatap muka tak bisa digantikan dengan kitab?

Sumber ilmu utama itu bukan kitab. Sumber hikmah utama itu bukan ungkapan orang berilmu yang berjejer di dunia maya. Tempat ilmu ada di hati. Kecerdasan, hikmah dan kebijaksanaan  itu sumbernya di hati. Bertemu dan bertatap muka berarti berinteraksi dengan hati sang murabi yang diturunkannya ilmu dan hikmah langsung oleh Allah.

Penjajahan Jiwa Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Kemerdekaan itu dimulai dari kemerdekaan hati. Masihkah ada bisikan hawa nafsu dan s...

Penjajahan Jiwa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Kemerdekaan itu dimulai dari kemerdekaan hati. Masihkah ada bisikan hawa nafsu dan syetan yang didengarkan? Masihkah kekhawatirannya mempengaruhi jiwa dan akal? Masihkah diikuti?

Esensi hidup ada pada hatinya. Firaun selalu dalam ketakutan, walaupun sudah menumpas segala hal  yang bisa merobohkan kekuasaannya. Namrudz selalu dalam cengkraman kekhawatiran, walapun yang dihadapi hanya seorang pemuda Ibrahim.

Kemerdekaan itu tak bisa dilihat dari kebebasan raga yang bisa melakukan apa saja. Tak bisa diukur dari kebebasan pergi ke mana saja. Juga tak bisa dinilai dari kebebasan berbicara apa saja. Tapi dari, siapakah yang mencengkeram hatinya?

Yang paling kaya, tidak akan pernah bebas dari kekhawatiran kekurangan harta. Yang paling berkuasa, tak akan pernah bebas dari kekhawatiran jatuhnya kekuasaan, walapun seluruh ormas, lembaga negara, hukum dan militer sudah dalam pengendaliannya. Sebab, ketentraman bukan dari kokohnya menggenggam dunia.

Bukankah Belanda kalah oleh Jepang hanya dalam 3 hari? Bukankah Orde Baru tumbang karena gejolak keuangan? Bukankah banyak para raja yang berubah nasibnya menjadi budak dan di pengasingan hanya dalam semalam?

Kemerdekaan itu hanya diraih bila hatinya dirahmati Allah. Hatinya terbebas dari kepungan cengkrama was-was syetan dan hawa nafsu. Bisakah yang mendurhakai Allah terbebas dari kepungan ini?

Saat syetan dan hawa nafsu menjadi teman setia dan akrabnya, menjadi pemimpinnya, maka kepungan ketakutan semakin mengunci hidupnya. Bukankah tujuan mereka menjerumuskan manusia ke neraka? Kemerdekaan itu hanya diraih ketika Allah dijadikan Rabb, Malik dan Illah.

Karakter Generasi Dakwah Karakter generasi dakwah memiliki dua hakikat. Yaitu, tidak ada bumi yang membatasinya dan tidak ada pe...

Karakter Generasi Dakwah


Karakter generasi dakwah memiliki dua hakikat. Yaitu, tidak ada bumi yang membatasinya dan tidak ada penderitaan yang menakutinya. Tetap berkarya di mana pun tempat hijrah dan dibuang.

Bila tidak hijrah, maka penjaralah tempatnya. Penjara berarti wisata jiwa dan pemikiran. Dan, apabila digantung, maka jatuhnya tali merupakan keluhuran yang memindahkannya ke tempat yang indah dan mulia.

Tidak memuja kampung halaman, dan tidak sempit di dalam batasan yang dibuat penjajah sehingga membuat selain da'i mengiranya sebagai pembatasan. Dia bersaudara dengan setiap putra Islam.

Da'i melihat orang yang mengalahkannya dari atas selama dia beriman, dan meyakininya sebagai fase yang pasti berlalu. Dan sesungguhnya iman mempunyai pengulangan yang tidak bisa dihindari.

Da'i tidak akan tunduk pada kematian, karena setiap orang pasti mati, sedangkan da'i mati sebagai syahid. Ia meninggalkan dunia ini ke surga, dan orang yang mengalahkannya meninggalkan dunia ke neraka. Keduanya berbeda jauh.

Para jahiliyah lalai dari hakikat yang menjadi landasan para da'i, sehingga mereka mengusir para da'i dan mempersempit ruang geraknya. Tetapi pada akhirnya mereka merugi di setiap putaran karena bertabrakan dengan fitrah yang ditetapkan Allah pada para da'i-Nya.

Inilah jiwa kemerdekaan dan cita-cita para da'i. Kemerdekaan yang membebaskan para da'i dari beban ketamakan, dan cita-cita yang memotivasi mereka untuk berkorban.

Sumber:
Muhammad Ahmad Ar-Rasyid, Titik Tolak, Rabbani Press

Saat Masih Merisaukan Takdir Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Takdir itu ada hukum-hukumnya. Takdir itu ada jalan-jalannya. Takdir it...

Saat Masih Merisaukan Takdir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Takdir itu ada hukum-hukumnya. Takdir itu ada jalan-jalannya. Takdir itu ada pintu-pintunya. Jadi, tak perlu merisaukan takdir. Fokuslah, mentaati Allah dan Rasul-Nya. Maka, takdir yang diinginkan akan menjadi kenyataan dengan sendirinya.

Takdir itu tergantung kehendak Allah. Semuanya dalam gengaman-Nya. Tak ada yang ikut campur dan bisa ikut campur. Hanya hak tunggal-Nya Allah. Jadi, bacalah kehendak-Nya. Jadi, taatilah kehendak-Nya.

Kehendak-Nya terpampang jelas di alam semesta. Ikuti saja. Sebab, tak ada yang bisa melawannya. Sekali melawan, bencana dan wabah akan menerjang untuk menyeimbangkannya. Kuncinya, jangan melakukan kezaliman.

Kehendak-Nya terpampang dalam syariat-Nya. Dalam Firman-Nya. Dalam sunah para Nabi dan Rasul-Nya. Sekali dilawan dan tak ditaati, yang terjadi hanya kerusakan. Raga, jiwa dan akalnya hancur. Tata kelola kehidupan amburadul. Kehidupan menjadi sempit dan sengsara.

Takdir-Nya tergantung kemesraan seorang hamba pada Rabbnya. Tergantung cintanya pada Allah. Bila Allah telah mencintai hamba-Nya, maka yang paling baik yang akan diberikan-Nya. Tak perlu ada kekhawatiran bila memadu kasih dengan sang Rabb.

Mengapa masih ada khawatir, takut dan sedih? Itulah tanda bahwa jiwa dan akal belum selaras dengan Rabbnya. Masih banyak kemalasan, keengganan, perlawanan dan kedurhakaan pada sang Rabb. Bisikan hawan nafsu dan syetan masih menyelusup ke hati, karena Allah membiarkannya. Bisa jadi, Allah yang mengutus untuk menghukum sang hamba.

Ketentraman akan takdir-Nya, itulah tanda curahan Rahmat-Nya. Seperti Allah yang menentramkan hati Nabi Musa saat menghadapi Firaun dan ahli sihir. Seperti Allah, yang menentramkan hati Rasulullah saw dan para Sahabat di setiap pertempuran dan kesulitan. Masih takut, khawatir dan sedih akan takdir? Berarti masih ada persoalan antara diri dengan sang Rabb.

Amalan "Ramadhan" Tuntas Sebelum Ramadhan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Aktivitas rutinitas Ramadhan tak ada yang spesia...

Amalan "Ramadhan" Tuntas Sebelum Ramadhan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Aktivitas rutinitas Ramadhan tak ada yang spesial, sebab semuanya sudah menjadi kebiasaan keseharian. Justru semakin mudah, karena dilakukan secara komunal hingga mendunia. Ramadhan hanya menguatkan saja. Terfokus pada aktivitas peningkatan spiritualitas.

Merubah tilawah Al-Qur'an menjadi tahfidz. Merubah tahfidz menjadi bacaan surat dalam qiyamulail. Itulah fokus Ramadhan. Bukan lagi mengejar banyaknya tilawah, karena itu sudah menjadi kebiasaan bukan pembentukan di Ramadhan.

Di Ramadhan, merubah rutinitas puasa sunah sebelumnya, menjadi pendalaman spiritualitas puasa dan bagaimana puasa mewarnai aktivitas harian, bisnis, kekuasaan dan budaya?

Puasa mengajarkan kesejatian, kehakikatan, dan tujuan seorang hamba. Paham yang dibuang dan digenggam. Paham batasan dan koridor. Paham yang dicintai dan ditakuti.

Di Ramadhan, ukurannya bukan lagi haram dan halal, bukan lagi zuhud dan sabar, tetapi jangan memasuki wilayah syubhat, kesia-siaan, dan mulai melatih menapaki jalan wara dan ridha.

Di Ramadhan, ukurannya bukan lagi banyak beramal, karena optimalisasi kuantitas amal harusnya sudah tuntas sebelum Ramadhan. Ramadhan fokus mengistighfari, mentaubati, memuhasabahi dan peningkatan kualitas amal.

"Ramadhan-ramadhan" kita sudah tuntas sebelum Ramadhan, di Ramadhan ini fokusnya "bermiraj", rukuk, sujud dan bersimpuh di hadapan Allah. Menyaksikan pintu-pintu rahmat dan ampunan terbuka lebar. Merasakan  Allah menjemput dan membersamai kita.

Menahan Diri, Metode Mendidik Diri Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Puasa itu sangat penting dan memiliki makna khusus bagi manusia. ...

Menahan Diri, Metode Mendidik Diri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Puasa itu sangat penting dan memiliki makna khusus bagi manusia. Maka, Allah pun sangat mencintai hamba-Nya yang bersedia terlatih, dan memiliki kesanggupan menahan diri. Puasa sebuah metode kedisiplinan dalam mengurus masalah kecil di keluarga, maupun masalah besar dalam masyarakat, negara dan dunia.

Puasa adalah salah satu model tarikat yang menyelamatkan manusia. Pandanglah, mereka yang berduyun-duyun ke perkotaan, lihatlah bagaimana kemewahan-kemewahan diproduksi, lihatlah bagaimana orang berkuasa dan dengan segala cara mempertahankan kekuasaannya.

Bacalah media, saksikan peperangan, perebutan, penggusuran, pembongkaran dan penindasan, mengobrollah dengan tetangga, sahabat dan rekan kerja, berbicaralah tentang segala hal di muka bumi, pasti menemukan pertanyaan sama, 'Mengapa manusia sangat tidak bisa menahan diri?"

Padahal, bukankah Allah selalu sedemikian menahan diri? Dengan dosa-dosa kita yang sedemikian bertumpuk, baik dosa pribadi maupun dosa kolektif, baik dosa personal maupun struktural, tidak pantaskah kalau sudah sejak dulu Allah murka dan melindas kita semua?

Tetapi bukankah Allah sangat menahan diri? Tetap memperkenankan kita berbadan sehat, bernafas, dan bergerak? Bukankah Allah sangat menahan diri dengan tetap menerbitkan matahari, mengalirkan air, dan menghembuskan angin? Seakan tidak peduli betapa malingnya kita? Betapa munafik dan kufurnya kehidupan kita?

Allah Maha Agung dan tidak membutuhkan apa pun dari kekerdilan kita. Allah Maha Besar dan tidak memerlukan manfaat apa pun dari kelemahan kita. Allah Maha Tak terhingga dan sama sekali tidak memiliki ketergantungan apa pun kepada ketololan kita.

Maka, manusia hendaknya tahu diri dan belajar bertawadhu kepada Allah. Karena, kemaksiatan dan kezaliman kita, tak membuat Allah mencabut nikmat-Nya pada manusia

Sumber:
Emha Ainun Nadjib, Tuhan Pun Berpuasa, Kompas 

Mengukur Kemuliaan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Bersyukurlah, Allah tidak menilai hamba-Nya dari kekayaan dan kekuasaanny...

Mengukur Kemuliaan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Bersyukurlah, Allah tidak menilai hamba-Nya dari kekayaan dan kekuasaannya. Strata manusia tidak diukur dari penghimpunan dunianya. Tetapi dari interaksinya dengan Allah, yaitu taqwa. Jadi siapapun bisa mendapatkan derajat tertinggi. Inilah persamaan kemanusiaan.

Yang berkuasa dan berharta menghormati rakyat jelata. Siapa tahu yang jelata lebih bertakwa. Yang jelata menghargai yang berkuasa dan berharta. Siapa tahu yang berkuasa dan berharta lebih bertakwa. Yang bermaksiat pun dihargai, siapa tahu di akhir hayatnya meraih hidayah, lalu bertaubat. Takwa itu di hati. Sebab kerahasiaannya, semuanya saling menghargai.

Mengapa terjadi oligarki kekuasaan dan bisnis? Mengapa seseorang bisa menjadi sangat berkuasa? Mengapa muncul kediktatoran? Sebab orientasinya dunia. Para kaki tangan, pembela, dan penyanjungnya berebutan kue kekuasaan dan kekayaan. Siapa yang bisa memberi kepuasan nafsunya, dialah yang menjadi tuhan. Ini efek bila penghargaan tidak berdasarkan takwa.

Keterhinaan manusia atas manusia, disebabkan ukuran kemuliaan bukan lagi takwa. Penindasan manusia atas manusia, karena ukuran kemuliaan bukan lagi takwa. Hargailah manusia seperti Allah menghargai manusia. Bila Allah menghargai manusia karena takwanya, maka manusia pun menghargai manusia karena ketakwaanya juga. Tak ada ukuran selain takwa.

Takwa bukan "pemberian" Allah. Hasil olah diri. Hasil penempaan dan pendidikan diri. Hasil jihad diri. Sedangkan kekuasaan dan kekayaan merupakan pemberian Allah, jadi tak bisa diukur sebagai kemuliaan. Kafirin, munafikin, dan musyrikin pun diberikan kekayaan dan kekuasaan. Yang berbuat curang dan penipu pun diberikan kekayaan kekuasaan.

Kekuasaan dan kekayaan adalah ujian. Setiap yang diminta pertanggungjawaban oleh Allah tak bisa dijadikan kemuliaan, sebab di akhirat kelak akan menjadi beban. Setiap hal yang kehilanganya membuat semakin meringankan tanggungjawab di hadapan Allah, bukanlah kehilangan.

Takwa merupakan ukuran hakikat manusia. Selain ukuran ini, berarti memperturutkan hawa nafsu. Kehancuran tata nilai, oligarki, monopoli, eksploitasi, penindasan dan penghinaan, karena manusia telah salah dalam mengukur kemuliaan.

Membangun Kesadaran Keseimbangan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Lapar itu bagian dari nikmat Allah. Melaparkan diri bagian dari pen...

Membangun Kesadaran Keseimbangan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Lapar itu bagian dari nikmat Allah. Melaparkan diri bagian dari pendidikan dan perbaikan diri. Dengan lapar, bukankah manusia jadi merasakan lezatnya makanan? Dengan haus, bukankah jadi merasakan kesegaran air? Dengan keterbatasannya manusia tahu akan makna nikmat-Nya.

Bila ingin paham nikmatnya jalan kaki, tanyakan pada mereka yang tidak bisa berjalan karena sebuah penyakit dan luka? Bila ingin paham nikmatnya melihat, tanyakan pada mereka yang sebelumnya bisa melihat? Bila ingin merasakan nikmatnya gigi, tanyakan pada mereka yang giginya ompong?

Nikmat itu baru terasa kelezatannya bila dicabut nikmatnya. Bagaimana agar kenikmatannya tidak tercabut? Belajarlah membutakan mata, membisukan lisan, memtulikan telinga, melaparkan perut dan menghauskan tenggorokan. Belajar mencabut nikmat agar Allah tidak mencabutnya karena melampaui batas dalam memberdayakan nikmat tersebut.

Allah menciptakan sesuatu ada ukurannya. Keseimbangan merupakan hukum yang ada di alam semesta. Bila melampaui sesuatu atau kekurangan sesuatu, maka alan muncul aksi dan reaksi untuk menyeimbangkannya. Bencana untuk menyeimbangkan ekosistem alam.

Bagaimana agar tidak terjadi bencana? Bagaimana agar tidak terjadi kegagalan dan musibah? Bagaimana agar muncul kesadaran akan keseimbangan? Bagaimana menciptakan sensitivitas adanya ukuran pada setiap nikmat Allah? Sadarilah, semuanya itu ujian.

Hidup adalah ujian. Nikmat itu ujian. Prinsip ini membangun kesadaran akan keseimbangan, batasan, dan ukuran sehingga tidak jatuh pada melampaui batas atau kezaliman. Setiap yang melampaui batas adalah kerusakan yang menciptakan datangnya teguran dari Allah.

Puasa merupakan langkah melakukan sesuatu yang berkebalikan secara sadar. Seperti bersedekah, menyerahkan milik kita secara sadar sebelumnya menjadi sesuatu yang melampaui batas.

Ragam Tinggi Tanaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sedang mencoba menyemai 1.000 tanaman cabe. Mencoba memanfaatkan sela-sela tana...

Ragam Tinggi Tanaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Sedang mencoba menyemai 1.000 tanaman cabe. Mencoba memanfaatkan sela-sela tanah di antara tanaman yang sudah ada. Memanfaatkan keragaman ketinggian tanaman. Berbeda ketinggian, berarti berbeda pula kedalaman akarnya.

Naungan pohon menunjukkan jauhnya akar menyebar. Tingginya pohon menunjukkan dalamnya akar menghujam. Pemahaman ini, menjadi dasar kombinasi tanaman dalam satu lahan dengan hidup yang saling berdampingan tanpa permusuhan.

Dibawa pohon yang tinggi, ditanami pohon yang lebih  rendah. Jadi, dalam satu lahan bisa terdiri ragam tingkat ketinggian tanaman. Setelah itu, perhatian bagaimana pengaruh sinar matahari terhadap produktivitas tanaman.

Perhatikan hutan, ragam ketinggian pohon bisa hidup berdampingan. Dari yang paling tinggi hingga yang menghampar di permukaan tanah.   Mereka hidup karena karakter yang berbeda, kebutuhan sinar matahari yang berbeda, kedalaman akar yang berbeda, kelembaban yang berbeda. Dalam kerapatan tanaman, mengapa tanahnya tetap subur? Justru bertambah subur.

Bagaimana dengan yang dikelola manusia? Tanahnya justru semakin miskin unsur haranya, padahal terus dipupuki. Padahal yang ditanami hanya satu jenis tanaman saja. Bisa jadi, keragaman tanaman justru saling mengisi dengan saling menyuburkan dan menjaga. Kesamaan justru menciptakan persaingan.
  
Al-Qur'an selalu mengisahkan ragam tanaman dalam satu lahan. Dari ragam dedaunan, buah batang, hingga ketinggian. Juga keragaman bentuk lahan, dari kebun hingga ladang. Bahkan kota Saba, diapit oleh kebun.

Mencermati tanaman berarti mencermati kehidupan pula. Seperti Nabi Adam yang diajarkan nama-nama benda oleh Allah sebelum mengarungi liku-liku kehidupan di dunia.

Berbisnis, Bertransaksi Dengan Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mencoba terus memahami hakikat bisnis, agar bisnis menjadi lada...

Berbisnis, Bertransaksi Dengan Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Mencoba terus memahami hakikat bisnis, agar bisnis menjadi ladang akhirat, sebuah  realisasi Firman-Nya dan Sunnah Rasulullah saw. Agar Islam menjadi nyata, bukan utopia indah belaka. Agar Islam menjadi jati diri dalam rutinitas harian.

Bila akhir adalah kematian, jadi untuk apa berbisnis? Berbisnis untuk mengumpulkan bekal kematian. Semakin kuat berbisnis semakin melimpahkan bekal kematiannya. Berbisnis seperti seorang kiyai yang membangun pesantren. Berbisnis seperti seorang santri yang bergelut dengan kitab-kitabnya. Seperti ustadz yang mendidik jamaahnya. Hanya berbeda lapangan kehidupannya saja.

Bisnis tidak lagi menjadi tujuan. Laba dan uang bukan lagi tujuan. Rugi dan bangkrut bukan lagi hal yang menakutkan. Sebab ada pergantian yang lebih melimpah dan indah di sisi Allah. Berbisnis hanya untuk mengisi waktu agar tidak sia-sia hidup ini. Bisnis hanya untuk menunaikan peran kehidupan.

Tanpa berbisnis pun, Allah mampu melimpahkan kekayaan yang tak terhingga. Seperti sosok bayi, yang tidak melakukan apapun, namun yang dibutuhkan tercukupi bahkan hingga melimpah. Jadi berbisnis untuk kaya, berarti meremehkan Allah.

Berbisnis untuk berserah diri. Suratan takdir-Nya, bertebaran di muka bumi terlebih dahulu, baru diberikan sesuatu oleh Allah. Suratan takdir-Nya, menjadi khalifah untuk mengelola kehidupan ini. Seperti seekor cacing, yang hanya mengikuti takdirnya, namun sesungguhnya telah melakukan hal yang luar biasa bagi kehidupan ini.

Membuka toko, membersihkan dan menunggu pelanggan, merupakan bentuk kepasrahan kepada Allah. Melayani pelanggan merupakan bentuk berbuat kebaikan. Menginvestasikan dana, merupakan sedekah, karena seperti menanam benih yang kelak tumbuh pohon yang menghasilkan buah, daun yang rindang dan air hujan menjadi mata air.

Bila bangkrut, Allah mencatat seperti niat awalnya. Tak ada yang hilang. Tak ada yang rugi. Semuanya terjaga di sisi Allah. Membangun bisnis untuk bertransaksi dengan Allah, bukan bertransaksi dengan dunia.

Belajar "Puasa" Pada Allah  Puasa adalah prinsip dasar untuk menjalani hidup. Puasa adalah menahan diri, mengendalikan...


Belajar "Puasa" Pada Allah 

Puasa adalah prinsip dasar untuk menjalani hidup. Puasa adalah menahan diri, mengendalikan dan menyaring. Prinsip dasar kehidupan bukanlah melampiaskan, meloskan, atau menghabiskan.

Method pembebasan bagi kehidupan justru melalui cara mengendalikan, menyadari batas-batas, kesanggupan menyaring, menyeleksi dan menyublimasi. Ini berlaku pula dalam hal apa saja. Dari soal berbisnis, mengurusi kekuasaan politik, mengelola konsumsi rumah tangga, kesehatan dan sebagainya.

Kita tidak mungkin mengurusi kesehatan melalui makan tanpa batas, baik yang menyangkut banyaknya makanan, jenis kemewahan makanan, maupun dosis higiene.

Kita tidak mungkin menjalankan politik kenegaraan dengan cara melampiaskan kekuasaan sewenang-wenang, kecuali memang kita menargetkan kehancuran di depan, lambat atau cepat.

Kita tidak mungkin berbisnis dengan menuntaskan habis kapitalitas, penguasaan modal, kemenangan tender, pembengkakan saham yang disentralisasikan pada diri sendiri, kecuali memang dirancang untuk menciptakan kesenjangan dan akhirnya keruntuhan kolektivitas.

Allah sendiri memberi contoh-contoh dahsyat soal mengendalikan diri. Dengan amat setia menerbitkan matahari, tanpa peduli apakah manusia mensyukuri terbitnya matahari atau tidak.

Allah memelihara kesehatan tubuh kita dari detik ke detik meskipun ketika bangun pagi hanya ada satu dua belaka hamba-Nya yang mengucapkan syukur bahwa matanya masih bisa melek.

Allah sendiri "berpuasa". Kalau tidak, kita sudah dilenyapkan oleh-Nya hari ini, karena sangat banyaknya alasan rasional untuk itu.

Sumber:
Emha Ainun Nadjib, Tuhan Pun "Berpuasa"

Memilah  Kepalsuan dan Hakikat Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Bagaimana mengetahui sesuatu itu kamuflase atau substansial? Bagaiman...




Memilah  Kepalsuan dan Hakikat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Bagaimana mengetahui sesuatu itu kamuflase atau substansial? Bagaimana mengetahui sesuatu itu fatamorgan atau hakikat? Mudah saja, apakah yang dicita-citakan itu akan dibawa ke liang lahat? Bukankah kejeniusan itu diukur dari kesiapan kematian?

Yang ditinggalkan saat kematian, semuanya palsu dan tak berharga. Yang dibawa saat kematian, itulah yang hakikat. Yang hakikat, justru tak pernah terlihat. Bentuknya ketaatan, keikhlasan, dan keridhaan kepada Allah.

Kekayaan adalah kepalsuan, hakikatnya, mendistribusikan secara ikhlas. Kekuasaan itu kamuflase, hakikatnya menegakkan keadilan, kebenaran dan kemaslahatan. Bisnis itu kamuflase, hakikatnya menebar kemanfaatan dan menghormati hak orang lain.

Mengapa yang diburu justru yang palsu? Padahal hanya bisa digunakan untuk berbangga dan menyombongkan diri. Padahal kelak hanya menjadi sampah dan sebutan nama saja. Namun tak bisa memberikan manfaat dan mencegah kemudharatan.

Puasa itu penempaan diri untuk memahami hakikat. Latihan memahami sebatas apa yang kamuflase itu boleh digenggam untuk sekedar melanjutkan perjalanan menuju kematian. Mengambil yang diperlukan saja, tak berlebihan dan menyia-nyiakan. Mengambilnya untuk bekal kematian.

Kekuasaan untuk bekal kematian. Kekayaan untuk bekal kematian. Ilmu dan kecerdikan untuk bekal kematian. Kompetensi dan sumber daya apa pun untuk bekal kematian. Bukan pelampiasan ego dan membuat decak kagum manusia.

Saat semuanya menjadi bekal kematian, maka diri telah sampai pada pemahaman akan hakikat. Bila masih berkutat pada pelampiasan ego, maka akan terus  dalam kubangan lumpur kamuflase yang menyiksanya.  

Jamaah Satu Hati "Para pemuda akan selalu terpecah belah selama berbagai bentuk jiwa mereka tidak disatukan." Inilah u...

Jamaah Satu Hati


"Para pemuda akan selalu terpecah belah selama berbagai bentuk jiwa mereka tidak disatukan." Inilah ungkapan seorang ulama dari pengalaman tarbiyah yang dilaluinya atas dukanya perpecahan kaum Muslimin. Beliau menekankan bahwa perpecahan ini karena lepasnya "persatuan hati."

Menurutnya, tarbiyah tidak boleh dimulai dan tidak cukup dengan pengisian otak dengan segala hal yang diperlukannya seperti ilmu syar'i, pendidikan pemikiran, teori politik, dan studi realita saja. Tetapi harus dimulai dengan "pendidikan hati" terlebih dahulu, hingga semua hati saling berpadu. Perhatian kepada hati ini harus tetap diberikan sekalipun perhatian terhadap akal sudah dimulai.

Menurut Muhammad Iqbal, jamaah satu hati seperti kawanan burung yang bernyanyi dengan satu irama. Tidak ada burung yang menyempal sendirian dan tidak membawa irama sumbang yang dapat merusak keindahannya. Jamaah satu hati hanya terbentuk bila semua pihak memangkas nafsu dan memotong semua penonjolan diri, agar langkah kita menjadi harmoni. Yakni, muhasabah terhadap nafsu dan mencelanya.

Jamaah satu hati terbentuk bila yang berhimpun berkomitmen dengan tiga syarat. Yaitu, menempuh jalan Nabi Muhammad saw, menjadikan hawa nafsu sebagai mayat dan meletakkan dunia di belakang punggungnya. Andai nafsu memanggilnya, segera dicelanya karena tahu bahwa Yang Maha Melihat selalu membuntutinya.

Jamaah satu hati disebutkan oleh Rasulullah saw, "Sekelompok dari umatku akan tetap berada dalam kebenaran nyata dan kemenangan sehingga datang ketetapan Allah." Di hadist yang lain, "Umat ini akan tetap teguh melaksanakan perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang yang menentangnya hingga datang ketentuan Allah."

Jamaah satu hati saling melengkapi dengan kebaikan. Jamaah yang saling melengkapi spesialisasi masing-masing, yang keberadaannya akan memberikan gambaran pergerakan yang akan memenuhi kebutuhan umat dari segala bidang.

Imam Nawawi menggambarkan komposisi spesialisasi yang berhimpun di jamaah satu hati , "Satu kelompok dari berbagai bagian kaum Muslimin yang melaksanakan perintah Allah, dari kalangan mujahid, ahli fiqh, ahli hadist, ahli zuhud, orang yang memerintahkan yang makruf dan berbagai kebaikan lainnya. Mereka tidak harus berhimpun di satu tempat, tetapi boleh berpencar di berbagai tempat."

Sumber:
Muhammad Ahmad Ar-Rasyid, Hambatan Dakwah, Robbani Press 

Mengosongkan Diri Dari Syahwat Dunia Sekiranya paham tentang dunia, niscaya tidak akan mencarinya. Sebab jika dunia mendatangi, ...


Mengosongkan Diri Dari Syahwat Dunia



Sekiranya paham tentang dunia, niscaya tidak akan mencarinya. Sebab jika dunia mendatangi, dunia akan melelahkan dan menyibukkan. Bila dunia berkuasa, dunia akan mengecewakan. Namun, manakala mengenal Allah, maka akan dikenalkan dengan selain-Nya.

Bebaskan diri dari dunia. Tinggalkan pakaian dunia dan larilah darinya. Lepaskan pakaian nafsu dan berlarilah menuju pintu Allah. Bila telah terlepas dari nafsu, berarti telah terlepas dari semua selain Allah.

Kaum yang shaleh tidak memiliki kehendak dan pilihan di hadapan Allah. Tidak berambisi mencari bagian-bagian dunia dan tidak melirik bagian orang lain.

Jika ingin berhasil, hendaklah bersikap diam di hadapan-Nya baik lahir maupun bathin. Laksanakan perintah-Nya dan berhenti mengerjakan larangan-Nya. Ridha terhadap takdir-Nya, niscaya akan menemukan kebaikan dunia dan akhirat.

Jangan meminta sesuatu pun dari makhluk karena mereka itu lemah, fakir, tak bisa mendatangkan manfaat dan mudharat. Bersabarlah bersama Allah.

Jangan tergesa-gesa terhadap-Nya. Jangan menganggap-Nya kikir. Jangan menuduh-Nya atas segala keburukan. Sebab Allah lebih mengasihi manusia daripada manusia itu sendiri.

Barang siapa yang ingin menempuh jalan Allah, hendaknya terlebih dahulu mendidik nafsunya sendiri. Apabila nafsu telah tunduk, temanilah nafsu menuju pintu Allah. Jangan bersepakat dengan nafsu, kecuali setelah latihan spiritual (riyadhah), belajar, beradab baik, dan tenang menghadapi janji dan ancaman Allah

Dengan melawan nafsu terus menerus (mujahadah), mata nafsu akan terbuka, lidahnya akan berbicara, telinganya akan mendengar, kegilaannya dan kebodohannya akan lenyap dan permusuhan terhadap Tuhannya akan berhenti.

Sumber:
Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Fathur Rabbani, Turos

Mendeteksi Kebutuhan Sejati Atau Hawa Nafsu Oleh: Nasrulloh Baksolahar Puasa belajar membedakan antara nafsu dan kebutuhan sejat...

Mendeteksi Kebutuhan Sejati Atau Hawa Nafsu

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Puasa belajar membedakan antara nafsu dan kebutuhan sejati. Makan dan minum sebagai kebutuhan atau sudah terjerumus pada nafsu? Mengenggam harta sebagai kebutuhan sejati atau nafsu? Belanja barang, sebagai nafsu atau kebutuhan sejati?

Belanja ke pasar dan warung, bisa jadi hanya untuk membeli dan mengokohkan nafsu-nafsu kita, bukan untuk menopang ketaatan pada Allah. Wajar saja bila hawa nafsu dan syetan semakin kokoh duduk di singgasana hati kita. Jiwa semakin lemah untuk taat kepada Allah, tetapi semakin kokoh menjadi budak nafsu dan syetan.

Tidur untuk menikmati nafsu. Melalui waktu hanya untuk bercengkrama dengan nafsu. Melihat dan mendengar untuk menikmati keindahan nafsu. Kencing dan buang air besar pun karena efek pemuasan  nafsu syahwat makan dan minum. Makan melebihi 2 kali sehari bagian pemuasan nafsu. Bukankah puasa mengajarkan makan saat sahur dan berbuka?

Bila rutinitas keseharian melampui apa yang seharusnya dilakukan di Ramadhan, berarti kehidupan kita bergulat untuk menikmati nafsu. Sangat kuatnya interaksi ini, sehingga sensitivitas untuk membedakan kebutuhan sejati dan nafsu sudah tak ada lagi. Menurutkan hawa nafsu sudah menjadi kebutuhan sejati.

Hidup yang tidak sejalan dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw berarti hidup yang dipenuhi hawa nafsu. Hidup yang tidak ada parameternya dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw berarti hidup dalam lautan hawa nafsu. Mengelola hidup, harta dan kekuasaan tanpa bimbingan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw berarti perjalanan yang bergelimpangan dengan hawa nafsu.

Sangat mudah untuk menilai diri. Apakah sosok budak hawa nafsu? Apakah hamba Allah? Cukup membuka lembaran Firman-Nya dan Sunnah Rasulullah saw. Bergelutlah dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw untuk melihat potret, kedok dan kepalsuan diri.

Perjalanan waktu yang panjang membuat manusia lalai. Cerminnya penuh debu yang pekat. Tak bisa membedakan antara mengikuti syahwat dan syetan dengan kebutuhan sejati. Allah menghadirkan Ramadhan agar cermin untuk bermuhasabah diri menjadi jernih untuk melihat potret diri.

Menikmati Huru Hara Akhir Zaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Apa yang akan dilakukan bila esok adalah Hari Kiamat? Jawabannya, me...

Menikmati Huru Hara Akhir Zaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Apa yang akan dilakukan bila esok adalah Hari Kiamat? Jawabannya, menanam pohon. Cita-cita tertinggi orang kafir adalah ingin menjadi tanah. Yang akan dilakukan orang bila kembali ke dunia adalah bersedekah. Semuanya didapatkan dalam pertanian dan perkebunan.

Saat huru hara akhir zaman terus memuncak. Apa yang dilakukan? Kelola tanah dan ternak, serta patahkan mata pedang. Saat fitnah terus mengepung, apa yang dilakukan? Bersama jamaah walaupun dengan menggigit akar pohon. Semuanya tentang pertanian dan perkebunan.

Yang paling berharga di dunia ini adalah tanah. Pertempuran antar bangsa-bangsa di dunia adalah soal tanah. Munculnya penjajahan karena soal tanah. Kemakmuran dan kemunduran sebuah bangsa adalah soal manajemen tanah. Tanah adalah sumber daya inti, terbesar dan yang bisa terus diperbaharui.

Persoalan global terbesar dunia adalah soal pangan dan air. Semuanya bersumber dari tanah. Tanpa teknologi canggih, manusia masih bisa hidup. Tanpa pangan dan air, manusia akan mati. Namun, mengapa tidak berbondong-bondong mengelola tanah? Indonesia tengah menghadapi krisis regenerasi pertanian. Berarti, peluangnya besar di pertanian dan perkebunan.

Gambaran surga dipadati tentang kebun, air, tanaman dan buah-buahan. Gambaran kemakmuran dikerumuni dengan kebun, air, dan buah-buahan. Mengapa menjadi surga? Karena tanah bisa menumbuhkan ragam pohon dan terus diperbaharui alami tanpa campur tangan manusia penuh.

Zakat tertinggi pada hasil pertanian dan perkebunan. Artinya, margin keuntungan terbesar, sumber kekayaan terbesar ada di sektor ini.  Namun mengapa ditinggalkan banyak orang? Mengapa dianggap bidang yang hina tak terhormat?

Mengelola pertanian dan perkebunan sangatlah mudah, karena hanya mengelola air hujan saja. Memahami karakter tanaman dengan iklim dan tanahnya. Setelah itu duduk manis dengan hasil yang tak terhingga. Bukankah kalimat tauhid dan amal soleh pun digambarkan dalam Al-Qur'an seperti sebuah pohon?

Berpuasa, Momentum Menjadi Hamba-Nya Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mengakhiratkan dunia itulah salah satu makna berpuasa. Makan da...

Berpuasa, Momentum Menjadi Hamba-Nya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Mengakhiratkan dunia itulah salah satu makna berpuasa. Makan dan minum, tidak lagi  mengikuti ego, keinginan dan kebutuhan diri. Bangun tidurnya, tidak lagi mengikuti selera ngantuk. Mengisi waktunya tidak lagi mengikuti syahwat diri. Tak lagi mengikuti diri, tetapi mengikuti kehendak Allah.

"Melenyapkan" dirinya sendiri dengan ridha terhadap tuntutan Allah dalam mengelola rutinitas harian. Itulah makna besar berpuasa. Dirinya bukan miliknya, tetapi milik Allah. Kapan makan dan minum. Kapan tidur dan bangun. Bukan lagi mengikuti seleranya, tetapi mengikuti kehendak-Nya.

Jiwa yang fitri. Kembali kepada fitrah kemanusiaan. Caranya, hanya dengan mengelola kehidupan menurut bimbingan Allah dengan contoh dari Rasulullah saw. Selain itu, berarti mengikuti hawa nafsu, walapun dengan dalih berdasarkan ilmu pengetahuan modern. Sebab, final dari ilmu pengetahuan hingga akhir zaman adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw.

Hanya Muslimin yang dianugerahi Allah jalan yang lurus. Ilmu yang final. Kebenaran yang final. Keadilan yang final. Sedangkan umat yang lain masih terus melakukan pencarian hidup. Bingung tentang ragam definisi kebenaran. Akhirnya, mereka tersesat hingga berakhir pada pembuatan kerusakan dan kezaliman.

Fokus Muslimin seharusnya hanya implementasi dan eksekusi yang sempurna, bukan lagi pencarian dan pengembaraan konsep, tujuan dan sistem. Fokus Muslimin seharusnya hanya tinggal eksekusi Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw, bukan lagi pada, apakah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw itu benar? Sesuai zaman? Bisa menyelesaikan masalah terkini?

Menceburkan diri pada "celupan" Allah. Menenggelamkan diri pada samudera bimbingan Allah hingga pada taraf bahwa diri ini tak layak untuk mengatur dirinya sendiri, hanya Allah yang berhak mengatur kehidupan dan rutinitas kesehariannya.

Berpuasalah, hingga haus dan laparnya karena mentaati-Nya. Kenyangnya karena mengikuti kehendak-Nya. Waktu makan dan minumnya karena kepasrahan pada ketentuan Allah. Berpuasa sebuah momentum besar untuk kembali menjadi hamba-Nya.

Ditolong Allah Karena Manajemen Harta Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Kisah 3 pemuda yang terjebak di goa. Sebuah kisah yang menjela...

Ditolong Allah Karena Manajemen Harta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Kisah 3 pemuda yang terjebak di goa. Sebuah kisah yang menjelaskan 3 karakter yang akan mendapatkan pertolongan Allah. Seluruh tenaga para pemuda dikerahkan secara maksimal dan bersamaan, tetapi batu yang menutup pintu gua tak bisa bergeser sedikitpun. Apa yang bisa menolongnya? Ternyata amal kebaikan di masa lalunya. Pertolongan Allah datang di waktu yang tepat, peristiwa yang tepat, dan saat seluruh sumber daya manusia tak berguna lagi. Amal shaleh adalah simpanan berharga.


Apa yang paling dominan dalam menggapai pertolongan Allah? Ternyata tentang pengelolaan harta. Pemuda pertama, mengalokasikan hartanya untuk ibunya. Kedua, sang pemuda hampir terjebak pengelolaan harta yang menjerumuskan pada hawa nafsunya. Ketiga, pengelolaan harta seorang pengusaha.

Pahami prioritas pengeluaran harta, kepada ibu atau istri? Kedua wanita ini merupakan tanggungjawab seorang laki-laki. Namun mana yang lebih utama? Para ulama telah membagi urutan keutamaan sebuah amal. Dari yang rukun, fardhu kifayah, fardhu ain, sunah muakadah dan sunah. Pahami urutan ini untuk pengelolaan harta. Harta menjadi tak berguna karena tak paham konsep dasar ini.


Waspadalah dalam mengelola harta, secara kasat mata bisa jadi amal akhirat, padahal pada hakikatnya hanya untuk meraih nafsu ego diri. Seperti pemuda yang membantu seorang wanita kerabatnya, karena ingin berzinah dengannya. Dengan harta, bisa "menundukkan" apa saja dan siapa saja demi ego pribadi. Harta telah menyimpang dari tujuannya. Harta diciptakan untuk menegakkan kehidupan bukan menuruti ego pribadi.

Salah satu bentuk ego dalam pengelolaan harta adalah mengeluarkan harta sesuai keinginannya saja. Seperti, boros, berlebihan, mubazir, dan bermewahan. Pengelolaan harta harus ada 3 pos yaitu konsumsi, investasi dan sedekah. Bila salah satu pos tersebut tidak ada, berati pengelolaan hartanya masih mengikuti egonya.

Dari semua pengelolaan harta tersebut, ternyata pengelolaan harta yang benar dalam berbisnis justru mendapatkan apresiasi terbesar dalam meraih pertolongan Allah. Bila benar dalam mengelola harta pribadi, maka akan benar pula dalam mengelola bisnis. Seperti itu tahapan kisah ke tiga pemuda tersebut.

Amanah dalam menjaga harta orang lain. Amanah dalam mengelola bisnis. Menyerahkan harta yang menjadi hak orang lain. Itulah intisari kisah pemuda yang ketiga. Mana yang lebih utama? Berharta dengan  mengambil hak orang lain atau mendapatkan pertolongan Allah? Umar bin Khatab menjadikan kemampuan pengelolaan harta menjadi kriteria diangkatnya seseorang sebagai teman dan pejabat negara.

Tulisan, Penyambung Generasi Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menulislah, sebab yang pertama kali diciptakan adalah pena. Bukankah pe...

Tulisan, Penyambung Generasi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menulislah, sebab yang pertama kali diciptakan adalah pena. Bukankah perintah pertama yang difirmankan Allah adalah menulis seluruh takdir hukum kehidupan makhluk-Nya? Al-Qur'an ini terjaga. Sunnah Rasulullah saw terjaga karena Rasulullah saw menunjuk beberapa sekertaris pribadinya untuk menulis.

Keotentikan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw terjaga salah satu sebabnya karena sebuah goresan saja. Padahal goresan itu  lemah. Warisan para Sahabat dan Ulama pun terjaga karena sebuah goresan pena. Tulisan menyambung lintas generasi dan zaman.

Al-Qur'an menyebar luas karena sebuah tulisan di mushaf. Utsman bin Affan mengirimkan beberapa mushaf ke beberapa kota. Karena sebuah goresan di mushaf, kaum muslimin bersatu kembali yang sebelumnya sempat terpecah tentang bacaan Al-Qur'an.

Dengan sebab tulisan, sebuah pemikiran mudah disandarkan pada pemikiran lainnya. Referensi dan literaturnya mudah dilacak. Bukankah kekuatan pemikiran dan ilmu salah satunya karena jelas sandarannya?

Deep thinking lebih mudah dengan menulis daripada berbicara. Banyak yang tergelincir karena lidah. Namun jarang yang tergelincir karena tulisan. Tulisan masih bisa diperbaiki dan dikoreksi. Tulisan masih bisa didiamkan sementara waktu, sambil menunggu pemikiran yang lebih luas, mudah dan mendalam.

Tulisan lebih kuat daripada berbicara. Bukti sejarah pun mendahulukan tulisan daripada cerita dari mulut ke mulut. Naskah-naskah Nusantara yang tersebar di museum di Eropa karena ulama kita gemar menulis bukan saja berbicara. Sejarah Islam terjaga di Nusantara karena tulisan, walapun para penjajah negri ingin menghapusnya.

Menulislah, semoga tulisan menjadi saksi jejak-jejak di kehidupan ini. Generasi sesudahnya menjadi paham akan jati diri para leluhurnya. Penularan pemikiran, semangat dan kiprah terus tersambung walaupun jasad sudah di liang lahat. Sambunglah kehidupan ini dengan menulis.

Derajat Tertinggi, Bersama Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Ingin selalu bersama Allah? Bersabarlah. Sebab, Allah bersama denga...

Derajat Tertinggi, Bersama Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Ingin selalu bersama Allah? Bersabarlah. Sebab, Allah bersama dengan orang yang sabar. Adakah penghargaan yang melebihi dari kebersamaan dengan Allah? Andai perbendaharaan langit dan bumi menjadi milik kita, namun semuanya tak berharga. Sebab, kebersamaan dengan Allah-lah yang paling mulia.

Rasulullah saw ditawarkan kekayaan seluas bumi dan langit. Namun lebih memilih sehari lapar dan sehari kenyang. Sebab, dalam lapar ada kesabaran. Dalam kenyang ada kesyukuran. Dengan sabar dan syukur, menjadi sarana kebersamaan dengan Allah.
[6/3 06:38] Nasrulloh BL: Bersama Allah tidak saja dalam ibadah-ibadah simbolik, Allah memberikan peluang setiap saat untuk bersama-Nya. Dalam tidur, berbaring, duduk dan berdiri. Dalam melihat dan mendengar. Dalam diam dan berbicara. Dalam sepi dan keramaian. Dalam panggung kekuasaan dan bisnis. Bahkan di dalam kejaran musuh dan pertempuran.

Setiap saat bertanyalah, apa yang Allah kehendaki? Apa bimbingan dan tuntunan Allah dari apa yang sedang dikerjakan? Jangan pernah mengikuti ego dan persepsi sendiri. Ikutilah ilmu-Nya Allah yang tertuang dalam Al-Qur'an, Sunnah, jejak ulama dan alam semesta.

Membuka lembaran Al-Qur'an, agar diri paham apa yang Allah kehendaki. Membuka Sunnah Rasulullah saw, agar diri paham apa yang Allah kehendaki melalui tauladan utusan-Nya. Memperhatikan alam semesta, agar paham hukum-hukum Allah yang ada di kehidupan ini.

Bila berusaha mengaplikasikannya, berarti kita tengah berjuang untuk selalu bersama-Nya dalam setiap tarikan nafas kehidupan. Hingga kelak, Allah membersamai kita. Hingga kelak, kita tenggelam bersama rahmat-Nya.

Andai pun belum bisa, semoga Allah mencatat kita sebagai hamba-Nya yang telah berjibaku untuk selalu bersama-Nya. Terus mengetuk pintu rahmat-Nya. Seperti bayi yang terus merengek pada ibunya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)