Negri Saba Makmur Karena Sukses Mengelola Air Hujan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Negri Saba diberi gelar dalam Al-Qur'an sebagai negri yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun. Menurut Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar, dari penghasilan buminya timbul kemakmuran. Kemakmurannya menambah dekat pada Allah dan segala dosa diampuni selama dalam segala gerak gerik hidup itu Allah swt tidak dilupakan.
Qatadah meriwayatkan kemakmuran negri Saba. Jika, seseorang masuk ke tengah kebun dengan membawa keranjang dan menjunjung di atas kepalanya, maka buah-buahan yang telah masak dan ranum jatuh sendiri ke keranjang tanpa perlu dipetiknya. Setelah ia keluar, keranjangnya telah penuh dengan buah-buahan.
Buya Hamka menjelaskan kondisi geografis negri Saba, dimana kota tempat mereka diam itu terletak pada sebuah lembah yang subur permai yang diapit oleh dua buah gunung di kiri dan kanannya. Kotanya dikelilingi oleh kebun-kebun sehingga tak pernah kekurangan makanan justru berlebihan.
Letak geografisnya pun berdekatan dengan negri-negri lainnya. Seperti, Syam, Hijaz dan Mesir sehingga hasil panen mudah didistribusikan dan dijual. Bila berjalan ke negri-negri tersebut pun, sepanjang perjalanan telah ada lembah di tengah padang pasir yang terdapat telaga sumber air yang berdekatan tanpa menempuh perjalanan berhari-hari. Di sana terdapat pemukim yang hidup sambil mengembalikan ternaknya. Perjalanan mereka pun sangat aman dan tidak melelahkan.
Negri Saba berawal dari sebuah negri yang tandus. Mengapa tiba-tiba menjadi negri yang makmur? Menurut Prof Dr Ali Muhammad Shalabi, dalam Sirah Nabawiyahnya, karena mereka mencoba mengambil keuntungan dari air hujan yang terbuang sia-sia hingga bermuara ke laut. Air hujan yang sering menciptakan bencana dengan air bahnya karena berlebihan, ditampung dengan membuat bendungan.
Rakyat Saba membangun bendungan Ma'rib untuk menampung air hujan dengan teknik yang sangat maju kala itu. Kemudian, air hujannya digunakan untuk mengairi ladang dan tanah perkebunan yang isinya tanaman indah dan buah yang menggiurkan.
Menurut Buya Hamka, air hujan yang ditampung digunakan untuk kebutuhan hidup, baik untuk makanan dan minuman ataupun untuk mengaliri kebun-kebun mereka sehingga sanggup membangun kebun-kebun yang luas di lereng-lereng gunung. Rupanya tanahnya sangat subur dan mengeluarkan hasil buah-buahan dan makanan yang lezat.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif