Yang Rendah, Yang Tersubur dan Paling Bermanfaat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Jati diri manusia adalah tanah. Tanah yang paling rendah, itulah yang paling subur. Karena air, sampah dan humus yang terhanyut akan berakhir di lokasi yang paling rendah. Mata air dan sungai berada di lokasi yang paling rendah.
Lautan terluas berada di bagian bumi yang paling rendah. Sebagai besar luas bumi merupakan dataran rendah yang kemudian terbentuk lautan. Di lautan, kekayaan tersimpan tak terhingga. Yang paling banyak menampung kehidupan adalah tanah yang paling rendah. Bukan yang paling tinggi.
Tanah yang paling subur adalah tanah yang paling banyak dipenuhi kotoran, sampah dan bangkai. Tanah yang paling subur adalah yang berwarna hitam bukan yang paling putih atau berwarna. Yang dianggap kotor dan hina, justru yang paling dicari untuk menumbuhkan tanaman.
Untuk membangun bendungan atau waduk, yang dibutuhkan dan dicari adalah daerah yang paling rendah di antara perbukitan. Hanya dataran yang rendah yang bisa menampung dan menghimpun air hujan, sungai dan mata air.
Di pegunungan dan perbukitan, lahan yang ditanami oleh para petani adalah daerah yang paling rendah. Binatang hutan atau gunung, saat kelaparan mencari daerah yang rendah untuk mendapatkan makanan. Kebermanfaatan ada di lokasi yang rendah. Kota-kota lebih banyak yang dibangun di dataran rendah.
Bila yang rendah menjadi tanah yang paling subur, mengapa manusia yang berasal dari tanah justru berlomba dengan kegagahan, kesombongan, takabur dan merendahkan yang lain? Padahal Allah pun akan menghancurkan kesombongan manusia agar kembali kepada karakter asal tanah yaitu kerendahan.
Sebab kehancuran manusia adalah kesombongan. Dengan kesombongan ini manusia menghancurkan kebenaran dan merendahkan makhluk-Nya. Yang sombong pum diharamkan memasuki surga-Nya Allah karena telah mengikrarkan diri ingin menyamai Tuhan.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif