basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Kecerdasan

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Kecerdasan. Tampilkan semua postingan

Kalau Hidupmu Selalu Kacau, Bisa Jadi Kamu Tak Pernah Belajar dari Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar 1. Hidupmu Kacau? Jangan Sal...

Kalau Hidupmu Selalu Kacau, Bisa Jadi Kamu Tak Pernah Belajar dari Allah


Oleh: Nasrulloh Baksolahar



1. Hidupmu Kacau? Jangan Salahkan Masalah, Salahkan Dirimu yang Tak Tahu Pola

Orang-orang mengeluh, “Hidup ini penuh masalah, rumit, dan tak bisa diprediksi.” Tapi benarkah hidup ini sesulit itu? Atau sebenarnya kita saja yang malas membaca pola kehidupan?

Dengar baik-baik: hidup tidak pernah benar-benar kacau. Alam semesta ini berjalan dalam sistem yang rapi dan tertata. Matahari, air, udara, hingga tubuhmu sendiri—semuanya punya pola, ritme, dan hukum yang tetap. Kalau hidupmu tampak kacau, besar kemungkinan kamu sedang melanggar hukum-hukum itu.



2. Bencana Bukan Misteri, Tapi Teguran Akibat Keras Kepala

Banjir, longsor, krisis, kegagalan, konflik—semua itu bukan fenomena gaib yang datang tiba-tiba. Banyak dari itu adalah konsekuensi dari ketidaktaatan manusia terhadap sistem yang telah ditetapkan Allah.

> “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia...” (QS. Ar-Rum: 41)

Jangan heran jika hidupmu amburadul, kalau kamu sendiri menolak hidup sesuai aturan main Sang Pencipta.



3. Allah Sudah Sediakan Blueprint Hidup, Tapi Kamu Sibuk Cari Jalan Sendiri

Buku manual kehidupan itu sudah ada: Al-Qur’an dan Sunnah. Tapi ironisnya, manusia malah mencari panduan hidup dari motivator palsu, media sosial, atau hawa nafsu.

Padahal Rasulullah ﷺ sudah memberi warning keras:

> “Selama kalian berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnahku, kalian tidak akan tersesat.”

Kalau kamu tetap tersesat setelah itu, mungkin karena kamu memilih jalan lain—dan mengabaikan dua sumber utama hidup.



4. Pola Tuhan Itu Jelas, Tapi Kita Sering Sok Pintar

Mau hasil baik? Ikuti polanya: usaha + sabar = hasil.
Mau musibah menjauh? Polanya: taat + hati bersih = perlindungan.
Tapi yang terjadi? Manusia mau hasil instan, tanpa mengikuti aturan. Lalu menyalahkan takdir.

Cara menyelesaikan persoalan hidup itu bukan tebak-tebakan, tapi penyesuaian dengan pola Allah.



5. Pola Itu Bisa Dipelajari, Tapi Harus Tunduk Dulu

Menyelesaikan masalah hidup itu seperti membuka pintu: ada kuncinya.
Al-Qur’an dan Sunnah adalah kunci utamanya. Tapi jika kamu sok kuat dan mencoba mendobrak, ya wajar kalau kamu babak belur.

Berpikirnya harus deduktif:

> Mulai dari kebenaran besar → turunkan jadi langkah kecil.
Jangan asal coba-coba → tapi pahami dulu aturan-Nya.



Hidupmu Bisa Beres, Asal Kamu Mau Tunduk pada Pola Allah

Sudah cukup menyalahkan keadaan. Sudah cukup pura-pura bingung.

> “Kalau hidupmu selalu kacau, bukan karena Tuhan tak sayang, tapi karena kamu tak pernah sungguh-sungguh belajar dari-Nya.”

Hidup Itu Terpola, Bukan Acak: Belajar Menyelesaikan Masalah dari Sunatullah Oleh: Nasrulloh Baksolahar “Jika engkau hidup mengi...

Hidup Itu Terpola, Bukan Acak: Belajar Menyelesaikan Masalah dari Sunatullah


Oleh: Nasrulloh Baksolahar


“Jika engkau hidup mengikuti pola Allah, maka masalahmu akan ikut jalan keluar yang sudah ditentukan-Nya.”


1. Kacau Itu Ilusi, Tidak Ada dalam Sistem Tuhan

Pernahkah kita merasa hidup ini penuh kekacauan? Masalah datang bertubi-tubi, jalan keluar tampak buntu, dan segala rencana seperti berantakan? Bisa jadi, itu bukan karena hidup ini benar-benar kacau—tetapi karena kita berjalan melawan pola-pola keteraturan yang Allah tetapkan dalam semesta ini.

Semua ciptaan Allah bergerak dalam struktur yang jelas. Air mengalir dari tempat tinggi ke rendah. Matahari terbit di timur, terbenam di barat. Bahkan detak jantung dan embusan napas kita pun bergerak dalam ritme yang tetap. Maka, kekacauan hanya muncul saat manusia tidak hidup selaras dengan keteraturan itu.


2. Bencana Alam: Ketidakteraturan atau Ulah Manusia?

Mari kita ambil contoh ekstrem: bencana alam. Gempa bumi, banjir, kekeringan—semua tampak seperti gangguan besar dalam keseimbangan hidup. Tapi jika diselidiki, banyak bencana terjadi karena manusia merusak pola alam: menggunduli hutan, membuang limbah sembarangan, membangun di jalur patahan tanpa memperhatikan ilmu geologi.

Firman Allah SWT:

> “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum: 41)

Bencana adalah peringatan, bukan kekacauan acak. Ia bagian dari sistem sebab-akibat dalam pola kehidupan.


3. Pola Kehidupan Itu Bisa Dibaca dan Dipelajari

Setiap masalah punya pintu keluarnya. Setiap persoalan ada jalan penyelesaiannya. Namun syaratnya satu: pahami polanya. Dalam bahasa Al-Qur’an, pola itu disebut sunatullah—hukum Allah yang berlaku atas manusia dan kehidupan.

Contoh sederhana: siapa yang bekerja keras dan disiplin, biasanya akan berhasil. Siapa yang curang dan rakus, cepat atau lambat akan menuai akibatnya. Siapa yang berbuat baik, kebaikan akan kembali kepadanya.


4. Al-Qur’an dan Sunnah: Buku Panduan Membaca Pola

Bagaimana cara membaca dan memahami pola kehidupan ini? Rasulullah ﷺ memberikan jawaban yang jelas:

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara; kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik dan Al-Hakim)

Al-Qur’an dan Sunnah bukan hanya kitab ibadah. Ia juga blueprint kehidupan—panduan membaca pola-pola keberhasilan dan kegagalan, kebangkitan dan kejatuhan, kebahagiaan dan kesengsaraan.


5. Dari Pola Umum ke Solusi Spesifik

Ini mirip logika deduktif. Kita mulai dari premis besar (hukum Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah), lalu menarik kesimpulan untuk menyelesaikan masalah spesifik.

Misalnya:

Premis: “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Maka kesimpulan: perubahan pribadi adalah kunci perubahan sosial.


Dengan memahami pola ini, seseorang tidak lagi panik menghadapi ujian hidup. Ia akan tahu bahwa setiap ujian pasti ada jalan keluar—selama ia mengikuti alur yang Allah tetapkan.


6. Hidup Jadi Lebih Cepat, Tepat, dan Tenang

Mereka yang memahami pola kehidupan akan:

Tidak gegabah saat masalah datang,

Tahu mana langkah yang tepat,

Tidak membuang energi untuk solusi yang keliru,

Dan mampu mengantisipasi sebelum masalah membesar.

Hidup menjadi lebih tepat arah, lebih cepat bergerak, dan lebih tenang dijalani.


Kembali ke Hukum Allah, Kembali ke Ketenangan

Dalam dunia yang serba cepat, kadang kita ingin solusi instan. Tapi yang lebih penting adalah menyelaraskan diri dengan pola Allah, bukan melawan-Nya. Karena siapa pun yang berjalan dalam pola-Nya, akan menemukan arah. Dan siapa pun yang melawannya, akan tersesat dalam kekacauan yang ia ciptakan sendiri.


> “Hidup bukan tentang mencari-cari jalan keluar, tapi menemukan dan mengikuti jalan yang telah Allah sediakan.”

Menyelesaikan Persoalan Dengan Tepat dan Cepat Oleh: Nasrulloh Baksolahar Semua yang terjadi itu terstruktur, berurutan, bertaha...

Menyelesaikan Persoalan Dengan Tepat dan Cepat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Semua yang terjadi itu terstruktur, berurutan, bertahap dan terpola. Kekacauan itu tidak pernah terjadi dalam kehidupan. Bila merasa ada kekacauan, penyebabnya karena tidak mengikuti pola-pola yang ada.

Bencana alam salah satu bentuk kekacauan, namun apakah bencana itu tidak ada penyebabnya? Penyebabnya, manusia tidak hidup dalam pola-pola keteraturan yang sudah ada di alam.

Yang memahami pola kehidupan, maka akan bisa mengantisipasi sebelum terjadi dan melanggengkan yang sudah ada. Juga optimal hasilnya dan keburukannya pun tidak terjadi. Bagaimana memahami pola kehidupan?

Belajarlah pada yang mendesain membuat pola kehidupan. Belajarlah pada Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak. Bagaimana caranya?

Rasulullah SAW bersabda bahwa  bila berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah maka tidak akan pernah tersesat dan terjerumus. Al-Qur’an dan Sunnah merupakan panduan memahami pola hukum kehidupan, juga berinteraksi yang benar terhadap pola-pola tersebut.

Dengan memahami pola kehidupan ini yang didesain oleh Allah SWT, maka manusia dapat menyelesaikan setiap persoalan hidup yang detail berdasarkan pola umum yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Prinsip ini seperti proses berfikir deduktif, yang mengambil kesimpulan dari premis umum yang sudah tervalidasi kebenarannya. Premis umum menjadi pondasi dalam menyelesaikan persoalan yang muncul.


Jangan Asal Lihat, Dengar, dan Baca! Akalmu Bisa Rusak Oleh: Nasrulloh Baksolahar Akalmu bukan tong sampah. Ia diciptakan Allah ...


Jangan Asal Lihat, Dengar, dan Baca! Akalmu Bisa Rusak

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Akalmu bukan tong sampah. Ia diciptakan Allah untuk berpikir, bukan untuk menampung sembarang informasi.

Tapi pertanyaannya: apa yang selama ini kamu beri makan pada akalmu? Apakah fakta, atau fitnah? Hikmah, atau hiburan kosong?

Akal tidak bekerja dalam ruang hampa. Ia perlu bahan baku—data, informasi, pengetahuan. Dan bahan baku itu masuk melalui mata, telinga, mulut, dan hati. Kalau yang masuk buruk, bagaimana mungkin hasilnya baik?

Bayangkan sebuah pabrik besar. Mesin-mesinnya modern, teknologinya canggih. Tapi jika bahan bakunya busuk, yang keluar pun tetap busuk. Bahkan seorang koki kelas dunia pun tak bisa menyulap sayuran busuk menjadi makanan lezat.

Begitu pula akal. Canggih atau tidaknya kemampuan berpikirmu, tetap akan ditentukan oleh apa yang kamu lihat, dengar, baca, dan rasakan setiap hari.

Ada pepatah lama yang sudah jarang dihayati:

> “Bila melihat, jangan asal melihat. Bila mendengar, jangan asal mendengar.”



Tapi hari ini, kita justru bangga jadi penonton tanpa filter. Kita izinkan mata menelan tayangan murahan. Kita biarkan telinga dijejali gosip dan ujaran kosong. Kita baca apapun yang viral, tanpa bertanya: “Apakah ini layak masuk ke dalam jiwaku?”

Hati-hati! Apa yang kamu izinkan masuk hari ini, akan membentuk siapa dirimu besok.

Ingat nasihat orang bijak:

> “Masa depanmu ditentukan oleh apa yang kau baca hari ini dan siapa temanmu hari ini.”



Akalmu sedang dibentuk. Setiap scroll di media sosial, setiap percakapan, setiap tontonan—semua itu sedang memahat pola pikir dan kepribadianmu.

Lalu kita bertanya, “Mengapa sulit khusyuk? Mengapa hati kotor? Mengapa hidup terasa hampa walau banyak ibadah?”
Jangan buru-buru menyalahkan takdir. Periksa dulu apa yang kamu makan, minum, lihat, dan pikirkan.

Kebersihan hati tidak dimulai dari banyaknya sujud, tetapi dari apa yang masuk ke perut dan pikiranmu.
Halal saja belum cukup, ia harus baik dan bersih (thayyib).

Makanan membentuk darah. Darah membentuk hati. Dan hati menentukan seluruh hidupmu.

Bukankah Nabi ﷺ bersabda:

> “Dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh rusak. Itulah hati.”



Dan jangan lupa sabda beliau ﷺ tentang seorang pengemis lusuh yang berdoa:

> “Bagaimana doanya akan dikabulkan, sementara makanan, minuman, dan pakaiannya berasal dari yang haram?”



Lihat baik-baik. Dengar baik-baik. Baca dengan cerdas.
Akalmu bukan tempat pembuangan.
Jiwamu terlalu berharga untuk dijejali racun informasi.

Mulailah dengan input yang benar, dan hasilnya akan mengikuti.
Karena dalam hidup ini, yang masuk akan menentukan yang keluar.

Dasar Sains dan Teknologi di Surat Al-Fajr Oleh: Nasrulloh Baksolahar Perhatikan, amati, dan pelajari semua peristiwa yang dilal...

Dasar Sains dan Teknologi di Surat Al-Fajr

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Perhatikan, amati, dan pelajari semua peristiwa yang dilalui, dialami, dan dirasakan. Yang dilihat dan didengar. Perhatikankanlah perjalanan waktu. Salah satunya, fajar dan malam. Perhatikan alam semesta. Perhatikan pengelolaan waktu. Inilah dasar sains dan teknologi yang pertama.

Setelah itu, pelajari sejarah perjalanan manusia. Apa titik tekan yang dipelajari? Karya peradabannya. Al-Qur'an memberikan beberapa karya peradaban dari umat terdahulu. Inilah dasar sains dan teknologi yang kedua.

Bukankah sains dan teknologi sebelumnya bisa mengihami era sekarang? Bukankah semua karya manusia tidak sempurna, sehingga membutuhkan generasi yang menyempurnakannya?

Penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?

Kaum Samud yang memotong batu-batu besar di lembah menjadi ragam peralatan, sarana prasarana, dan bangunan tinggi.

Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak bangunan yang besar. Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
lalu banyak berbuat kerusakan di  negerinya.

Lalu, untuk apa sains dan teknologi? Untuk apa membangun sebuah peradaban?  Bagaimana agar semuanya memberikan kemanfaatan? Bagaimana agar sebuah peradaban berkesinambungan ke generasi berikutnya? Bagaimana agar tidak terbawa pada jurang kehancuran?

Kuncinya, meyakini Allah swt mengawasi seluruh perjalanan manusia. 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

وَالْفَجْرِۙ

Demi waktu fajar,
(Al-Fajr [89]:1)

وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ

demi malam yang sepuluh,
(Al-Fajr [89]:2)

وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ

demi yang genap dan yang ganjil,
(Al-Fajr [89]:3)

وَالَّيْلِ اِذَا يَسْرِۚ

dan demi malam apabila berlalu.
(Al-Fajr [89]:4)

هَلْ فِيْ ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍۗ

Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh (orang) yang berakal?
(Al-Fajr [89]:5)

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ

Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad,
(Al-Fajr [89]:6)
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ

(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
(Al-Fajr [89]:7)

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?
(Al-Fajr [89]:8)

وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ

(Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah.
(Al-Fajr [89]:9)

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ

dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)
(Al-Fajr [89]:10)

الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ

yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
(Al-Fajr [89]:11)

فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ

lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu),
(Al-Fajr [89]:12)

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ

maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka?
(Al-Fajr [89]:13)


اِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِۗ

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
(Al-Fajr [89]:14)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Kecerdasan Kompleks dan Komprehensif dari Mentadabrui Alam dengan Gugahan Al-Qur'an  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Keunikan sur...

Kecerdasan Kompleks dan Komprehensif dari Mentadabrui Alam dengan Gugahan Al-Qur'an 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Keunikan surat-surat dalam juz 30. Setiap suratnya dipenuhi dengan paparan fenomena alam yang sangat mengagumkan. Terlihat biasa, namun Al-Qur'an dapat mengambil sudut (angel) yang membuatnya menjadi sangat luar biasa.

Menjadi luar biasa, karena Al-Qur'an memaparkannya dengan hentakan pertanyaan. Dengan angel atau sudut pandang yang dihantamkan dengan logika umum manusia. Sehingga paparan Al-Qur'an sesuatu yang di luar kapasitas akal, sain dan teknologi yang ada di setiap zaman dan generasi.

Dengan sudut padang paparan Al-Qur'an ini, manusia menyaksikan keajaiban dan kemukjizatan yang tak pernah terputus di alam semesta, yang sebelumnya tidak pernah disadarinya.

Memandang alam semesta menjadi menikmati Asmaulhusna Allah swt. Memandang alam semesta seperti menyaksikan Allah swt langsung tanpa harus menunggu kehidupan akhirat.

Memandang alam semesta dengan gugahan ayat-ayat Al-Qur'an, membuat hati, jiwa, dan akalnya hidup. Inilah yang membuat manusia menggapai kecerdasan yang komprehensif dan kompleks.

Hasilnya, manusia akan mudah diseru dan menyambut dakwah. 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ

Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?
(Al-Gāsyiyah [88]:17)

وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ

Bagaimana langit ditinggikan?
(Al-Gāsyiyah [88]:18)


وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ

Bagaimana gunung-gunung ditegakkan?
(Al-Gāsyiyah [88]:19)

فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ

Maka, berilah peringatan karena sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanyalah pemberi peringatan.
(Al-Gāsyiyah [88]:21)

لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ

Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.
(Al-Gāsyiyah [88]:

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Mengelola Amal yang Riya Abu Bakar Al-Wasithi merupakan sahabat dari sufi termashur yaitu Junaid Al-Baghdadi dan Ahmad An-Nuri. ...

Mengelola Amal yang Riya


Abu Bakar Al-Wasithi merupakan sahabat dari sufi termashur yaitu Junaid Al-Baghdadi dan Ahmad An-Nuri. Nama populernya Ibnu Al-Furghani. Beliau hidup di abad ke-4 Hijriah, dan wafat pada tahun 320 Hijriah.

Kisah hidupnya yang sering dikisahkan adalah saat ia pergi melaut, lalu perahunya pecah. 

Ia bertahan bersama istriya di atas sebuah papan, lalu disitu istrinya melahirkan dan sangat kehausan.

Ia mendongkak ke atas, ternyata ada seorang laki-laki duduk di atas angin sambil memegang seikat emas berisi cawan dari yaqut. 

Laki-laki itu berkata, "Minumlah!" Maka mereka berdua minum.
Al Washithi berkata, "Kemudian aku bertanya, siapakah engkau?"

Ia menjawab, "Aku adalah hamba dari Tuanmu."

Aku bertanya, "Bagaimana engkau bisa mencapai keadaan ini?"

Ia menjawab, "Dengan meninggalkan hawa nafsu untuk meraih ridha-Nya, hingga Dia mendudukanku di atas permadani seperti yang kau lihat ini."  Kemudian laki-laki itu menghilang. 

Salah satu wejangannya yang diabadikan dalam kitab Tanbihul Ghafilin; 

"Menjaga ibadah itu lebih sulit daripada mengerjakannya. Karena, ibadah itu seperti kaca yang mudah pecah. Dan, tidak bisa ditambal.

Demikian juga amal, bila sudah tersentuh riya maka akan pecah. Bila tersentuh ujub, akan pecah pula.

Apabila seseorang hendak beramal dan khawatir akan adanya riya, bila bisa hendaknya menghilangkan riya dari hatinya.

Namun, bila tidak mungkin, tetaplah mengerjakannya meskipun ada perasaan riya. Kemudian, memohon ampunan kepada Allah swt atas perasaan riya itu.

Tujuannya, agar Allah swt memberikan pertolongan untuk ikhlas pada amal berikutnya."

Sumber:
Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, Pustaka Amani

Musibah dan Keyakinan pada Allah swt Barangsiapa yang zuhud kepada dunia, maka dia menganggap ringan musibah-musibah yang menimp...

Musibah dan Keyakinan pada Allah swt


Barangsiapa yang zuhud kepada dunia, maka dia menganggap ringan musibah-musibah yang menimpanya (Hadist)

Barangsiapa yang menerima qadha-Ku. Sabar terhadap musibah dan bersyukur terhadap nikmat-Ku, maka Aku catat ia sebagai orang yang benar dan dibangkitkan pada hari Kiamat bersama orang yang benar. (Hadist)

Barangsiapa di pagi harinya merasa sedih memikirkan dunia, berarti pagi-pagi ia sudah marah kepada Allah swt

Barangsiapa mengeluh atas musibah yang menimpanya, berarti ia sudah mengeluhkan Rabb-nya

Musibah itu hanya satu, namun bila ia mengeluh, maka akan tertimpa dua musibah. Yaitu, musibah itu sendiri dan musibah karena tidak mendapatkan pahala musibah. (Abdullah bin Mubarak)

Allah swt mengambil paksa dari kamu, tetapi jika kamu ikhlas dan sabar, maka Allah swt memberikan berkah sempurna dan rahmat. (Hasan Al-Bashri)

Barangsiapa merasa sedih atas apa yang tidak dicapainya, berarti ia membenci keputusan Rabb-nya (Wahb bin Munabbih)

Sumber:
Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, Pustaka Amani 

Amal Perbuatan Sebagai Penyesalan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ...

Amal Perbuatan Sebagai Penyesalan



Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ

Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal).
(Al-Baqarah [2]:165)


اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا وَرَاَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَسْبَابُ

(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti saat mereka (orang-orang yang diikuti) melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.
(Al-Baqarah [2]:166)


وَقَالَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا لَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّاَ مِنْهُمْ ۗ كَمَا تَبَرَّءُوْا مِنَّا ۗ كَذٰلِكَ يُرِيْهِمُ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْ حَسَرٰتٍ عَلَيْهِمْ ۗ وَمَا هُمْ بِخٰرِجِيْنَ مِنَ النَّارِ ࣖ

Orang-orang yang mengikuti berkata, “Andaikan saja kami mendapat kesempatan kembali (ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan mereka sebagai penyesalan bagi mereka. Mereka sungguh tidak akan keluar dari neraka.
(Al-Baqarah [2]:167)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Ujian Itu Kecil dan Cara Menghadapinya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا ...

Ujian Itu Kecil dan Cara Menghadapinya


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah [2]:153)


وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ

Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
(Al-Baqarah [2]:154)


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,
(Al-Baqarah [2]:155)


اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).
(Al-Baqarah [2]:156)


اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ  ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Al-Baqarah [2]:157)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah swt Melindungi Mukminin dari Kejahatan Yahudi, Nasrani dan Musyrikin Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَقَالُوْا ...

Allah swt Melindungi Mukminin dari Kejahatan Yahudi, Nasrani dan Musyrikin


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”
(Al-Baqarah [2]:135)


قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ  لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
(Al-Baqarah [2]:136)


فَاِنْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَآ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍۚ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللّٰهُ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ۗ

Jika mereka telah mengimani apa yang kamu imani, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu). Maka, Allah akan mencukupkanmu (dengan pelindungan-Nya) dari (kejahatan) mereka. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Al-Baqarah [2]:137)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ ا...

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman, “Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
(Al-Baqarah [2]:126)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ...

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.
(Al-Baqarah [2]:120)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصٰرٰى عَلٰى شَيْءٍۖ وَّقَالَتِ النَّصٰرٰى لَيْسَتِ...

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصٰرٰى عَلٰى شَيْءٍۖ وَّقَالَتِ النَّصٰرٰى لَيْسَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى شَيْءٍۙ وَّهُمْ يَتْلُوْنَ الْكِتٰبَۗ  كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ

Orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak menganut sesuatu (agama yang benar)” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi tidak menganut sesuatu (agama yang benar),” padahal mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu (musyrik Arab) berkata seperti ucapan mereka itu. Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa (agama) yang mereka perselisihkan.
(Al-Baqarah [2]:113)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  ۞ مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا ۗ ا...

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


۞ مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا ۗ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Ayat yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa padanya, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
(Al-Baqarah [2]:106)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَلَوْ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَمَثُوْبَةٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ خَيْرٌ ۗ  لَو...

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَلَوْ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَمَثُوْبَةٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ خَيْرٌ ۗ  لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ࣖ

Seandainya mereka benar-benar beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, seandainya mereka mengetahui(-nya).
(Al-Baqarah [2]:103)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ ال...

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah khusus untukmu, bukan untuk orang lain, mintalah kematian jika kamu orang-orang benar.”
(Al-Baqarah [2]:94)


وَلَنْ يَّتَمَنَّوْهُ اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢ بِالظّٰلِمِيْنَ

Akan tetapi, mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali karena (dosa-dosa) yang telah dilakukan oleh tangan-tangan mereka. Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
(Al-Baqarah [2]:95)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag



Perbandingan Yahudi dengan Musyrikin  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوة...

Perbandingan Yahudi dengan Musyrikin 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ

Engkau (Nabi Muhammad) sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) sebagai manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) daripada orang-orang musyrik. Tiap-tiap orang (dari) mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:96)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِ...

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
(Al-Baqarah [2]:21)

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً  ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

(Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
(Al-Baqarah [2]:22)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag



Agar Diberi Petunjuk dan Beruntung Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  الۤمّۤ ۚ Alif Lām Mīm. 4) (Al-Baqarah [2]:1) ذٰلِكَ...

Agar Diberi Petunjuk dan Beruntung




Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


الۤمّۤ ۚ

Alif Lām Mīm. 4)
(Al-Baqarah [2]:1)



ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,
(Al-Baqarah [2]:2)




الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ

(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
(Al-Baqarah [2]:3)



وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat.
(Al-Baqarah [2]:4)




اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(Al-Baqarah [2]:5)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (356) Al-Qur’an (3) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (253) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (541) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) Nasrulloh Baksolahar (1) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (230) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (505) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (489) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (250) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (228) Sirah Sahabat (150) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (144) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)