basmalah Pictures, Images and Photos
08/14/21 - Our Islamic Story

Choose your Language

Mekkah, Episentrum Perlawanan Terhadap Penjajah di Nusantara (2) Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Kepe...

Mekkah, Episentrum Perlawanan Terhadap Penjajah di Nusantara (2)

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Kepergian haji sangat ditakuti oleh Penjajah Belanda. Sejak 1664, mereka yang berangkat haji diawasi.  Sesuai perjalanan waktu, dikeluarkan undang-undang pembatasan haji hingga pembentukan konsulat Belanda di Mekkah untuk memantau haji. Mengapa ditakuti?

Salah satu sebabnya, munculnya komunitas Jawi di Mekkah. Awalnya hanya perjalanan dan kumpul riung belajar bagi masyarakat Nusantara yang belajar di Mekkah, namun kemudian dapat membentuk benih perlawanan dan pembentukan lanskap sosial budaya baru di Nusantara.

Komunitas Jawi juga mempengaruhi keilmuan di Mekkah, semakin hari mereka semakin sukses meraih hati di kalangan penduduk Mekkah. Ada yang dijuluki Sayid Ulama Hijaz. Komunitas Jawi menjadi bagian dari pola halaqah yang ada dari 120 halaqah yang ada diseluruh Mekkah saat Snouck Hurgronje menyamar menjadi muslim di Mekkah.

Untuk membedah pengaruh komunitas Jawi ini, penjajah Belanda "mengutus" Snouck Hurgronje  untuk meneliti agar terbentuk strategi mengurangi pengaruhnya, dan memisahkan antara ulama dengan masyarakat Nusantara.

Hasil penelitiannya, komunitas Jawi  di Mekkah memegang peranan penting sebagai jantung kehidupan keagamaan di Nusantara, mempererat jaringan antara Nusantara dan Timur Tengah, beredarnya kitab-kitab,  meningkatnya permintaan fatwa, membetuk kurikulum pembelajaran pesantren dan komunitas santri di Nusantara.

Kitab-kitab bahan pengajaran di pesantren adalah kitab-kitab yang digunakan dalam halaqah di Mekkah. Beredar luasnya kitab tersebut menunjukkan telah terjadi kontak intensif antara Nusantara dan Timur Tengah melalui perantara komunitas Jawi.

Komunitas Jawi juga berkembang di Kairo Mesir, apalagi dengan muncul gagasan kebangkitan Islam yang digagas oleh Jamaluddin Al Afghani, yang dilanjutkan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, membuat Mekkah dan Kairo menjadi inspirasi perlawanan dan kebangkitan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Bagaimana terbentuknya komunitas Jawi? Bagaimana peran lulusannya melakukan perlawanan terhadap penjajahan baik dari yang menetap di Mekkah maupun yang kembali ke tanah air?

Sumber:
1. Ulama dan Kekuasaan, Prof Jajat Burhanuddin, Mizan 2012
2. Islam dalam Arus Sejarah Indonesia, Prof Jajat Burhanuddin, Kencana 2020
3. 100 Ulama Nusantara di Tanah Suci, Maulana La Eda, Aqwam 2020

Rintihan Nabi Nuh Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Merintihlah kepada Allah karena seluruh kejadian be...

Rintihan Nabi Nuh

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Merintihlah kepada Allah karena seluruh kejadian berada dalam genggaman-Nya. Seluruh takdir dalam pengaturan-Nya. Seluruh doa  hanya Allah yang mengabulkan-Nya. Allah memberikan rahmat dan karunia kepada yang dikehendaki-Nya.

Lihatlah para Ululazmi, apa yang dilakukan saat menghadapi tantangan kehidupan yang paling berat? Para Nabi dan Rasul, merupakan manusia yang paling sulit dan berat menghadapi kesulitan hidup, apa yang dilakukan saat mengarungi semua persoalan hidup?

Padahal Ululazmi paling dahsyat kemukijzatannya. Padahal Ululazmi paling dekat dengan Allah. Tapi apa yang dilakukannya?

Belajarlah pada generasi pertama Ululazmi, Nabi Nuh as. Bagaimana saat menghadapi tantangan dari kaumnya? Bagaimana saat dicemooh dan dimusuhi kaumnya? Tak pernah mengandalkan kehebatan dan kepintaran diri, tetapi merintih kepada Allah.

Di tengah kelelahan menyeru kaumnya, Nabi Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah keimanan mereka, justru mereka lari dari kebenaran." (Nuh: 5-6)

Semakin diseru, kaumnya justru semakin merendahkan Nabi Nuh. Mereka semakin memamerkan kekuatan, kekuasaan dan kekayaannya dan semakin durhaka. Hingga Nabi Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya." (Nuh: 21)

Ketika permusuhan kaumnya semakin keras. Ketika kezaliman dan kerusakan yang diperbuatnya semakin kuat. Nabi Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku." (Al-Mukminun:26) "Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah aku." (Al-Qamar: 10)

Ketika kedustaan terus memuncak dan tak terkendalikan, Nabi Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku, maka berilah keputusan antara aku dengan mereka dan selamatkan aku dan mereka yang beriman." (Asy: Syu'ara: 117-118)

Kapal berlayar di tengah badai  yang tak tertandingi dalam seluruh zaman. Dalam ketakutan dan kekhawatiran yang luar biasa, Nabi Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, tempatkan aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baiknya pemberi tempat."

Saat keluarga yang durhaka terus berjuang naik ke atas gunung untuk menyelamatkan diri. Nabi Nuh pun tahu bahwa usaha anaknya tersebut akan sia-sia, Nabi berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil." (Hud: 45)

Saat tindakan permohonan untuk anaknya melanggar syariat Allah, Dia segera berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya." (Hud: 47)

Rahasia kekuatan para Ululazmi ternyata bukan dirinya, tetapi rintihannya kepada Allah.

Membebaskan Seseorang dari Penjara dengan Shalat Allah al-Khayyath bercerita, waktu itu saya sedang duduk bersama Sari As-Saqthi...

Membebaskan Seseorang dari Penjara dengan Shalat


Allah al-Khayyath bercerita, waktu itu saya sedang duduk bersama Sari As-Saqthi. Lalu, seorang perempuan datang menemui kami.

"Wahai Abul Hasan (Sari As-Saqthi), saya adalah salah satu tetanggamu. Tadi malam, prajurit peronda menangkap anakku dan saya khawatir terjadi apa-apa dengannya. Untuk itu, tolong temani saya untuk melepaskan anakku itu, atau kirim seseorang untuk membantu melepaskannya." Kata wanita itu kepada Sari As-Saqthi.

Waktu itu, saya (Allan) berfikir Sari As-Saqthi akan mengirim seseorang untuk melepaskan putra putra perempuan itu. Akan tetapi, Dia justru beranjak berdiri untuk shalat, bahkan dia memperpanjang shalatnya sampai cukup lama, hingga perempuan itu semakin gusar dan was-was.

"Wahai Abul Hasan, saya sangat mengkhawatirkan keselamatan putraku. Saya takut sultan akan menyakitinya," kata perempuan itu tidak sabar menunggu Sari As-Saqthi shalat.

Kemudian, Sari As-Saqthi salam dan berkata, "Saya sedang membantumu." Tiba-tiba datang seorang tetangga perempuan tersebut, "Cepat pulang, mereka sudah melepaskan putramu."

Allan Al-Khayyath bercerita lagi tentang Sari As-Saqthi.

Hari itu, Sari As-Saqthi membeli satu kurr kacang seharga 60 dinar untuk dijual kembali. Lalu, Dia menulis di wajahnya, "Dijual dengan keuntungan 3 dinar."

Ternyata harga dipasaran sudah naik menjadi 90 dinar. Lalu seorang tengkulak datang menemuinya. "Saya ingin membeli kacang itu, berapa harganya?" kata tengkulak.

Sari As-Saqthi menjawab, "63 dinar." Sang tengkulak berkata, "Harga kacang sudah naik menjadi 90 dinar." Sari As-Saqthi menjawab, "Saya telah membuat akad dengan Allah dan saya tidak akan membatalkannya. Saya tetap menjualnya dengan 63 dinar." kata Sari As-Saqthi.

Sang tengkulak juga berkata, "Saya juga telah membuat kontrak dengan Allah bahwa saya tidak akan menipu dan mencurangi seorang muslim pun. Saya tidak akan membelinya darimu kecuali dengan harga 90 dinar."

Akhirnya, si tengkulak tidak jadi membeli. Sari As-Saqthi tak jadi menjual. "Bagaimana tidak dikabulkan doa orang yang seperti itu perbuatannya," kata Allan mengomentari.

(Dikutip dari kitab Uyun al Hikayah Min Qashash Ash-Shalihin wa Nawadir Az-Zahidin)

Dirham Berguguran dari Usapan Tangannya Abu Said al-Kharraz bercerita pada kami. Suatu ketika, saya berada di Mekkah bersama tem...

Dirham Berguguran dari Usapan Tangannya


Abu Said al-Kharraz bercerita pada kami. Suatu ketika, saya berada di Mekkah bersama teman yang shaleh dan wara. Selama 3 hari kami bertahan di sana tanpa makan apa pun.

Waktu itu, di depan kami ada orang miskin yang membawa bungkusan kecil dan cerek yang tertutup kain. Barangkali, waktu itu saya juga sempat melihatnya makan roti. Dalam hati, saya berkata, "Saya akan bilang kepada orang itu bahwa malam ini, kami ingin bertamu ke rumahnya."

Kemudian, keinginan itu pun benar-benar saya utarakan kepadanya dan ternyata dia mempersilahkan dengan senang hati. "Silahkan, dengan senang hati," kata orang itu.

Setelah Isya, saya pun menemuinya. Waktu itu, saya perhatikan sepertinya dia tak punya apa-apa. Kemudian, saya melihat dia mengusapkan tangannya ke sebuah tiang, tiba-tiba ada sesuatu yang terjatuh ke tangannya, kemudian dia memberikannya kepadaku, ternyata itu adalah uang sebanyak dua dirham.

Uangnya kami gunakan untuk membeli roti dan lauk. Selang beberapa waktu setelah itu, saya pun menemuinya.

"Sejak malam itu, saya selalu memperhatikan engkau. Saya ingin sekali tahu bagaimana engkau bisa melakukannya? Jika hal itu bisa dicapai dengan suatu amalan, tolong beritahu saya," kataku setelah mengucapkan salam kepadanya.

"Wahai Abu Said, hal itu bisa dicapai dengan hanya satu kalimat saja," kata orang itu. "Apa itu?" Tanyaku kepadanya, "Engkau hilangkan nilai makhluk dari hatimu,  maka engkau akan memperoleh hajatmu," Kata orang itu.

(Dikutip dari kitab Uyun al Hikayah Min Qashash Ash-Shalihin wa Nawadir Az-Zahidin)

Yang Paling Siap Keluar dari Krisis Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bertahan di saat krisis. Umat Isl...


Yang Paling Siap Keluar dari Krisis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bertahan di saat krisis. Umat Islam tinggal membuka lembaran sejarahnya sendiri. Perjalanan 1.400 tahun sebagai umat akhir zaman memberikan banyak khazanah pengalaman dan keilmuan untuk menghadapi setiap kondisi. Umat Islam seharusnya yang paling siap menghadapi krisis dan yang paling cepat keluar dari krisis. Mengapa tidak belajar dari  perjalanan 1.400 tahun?

Bertahan dari krisis. Umat Islam, seharusnya umat yang paling kuat menghadapi krisis, juga yang paling cepat keluar dari krisis. Setiap hari ditempa oleh Allah dengan beragam ibadah dan akhlak. Bukankah shalat dan sabar menjadi penolong? Penempaan sabar sebagai penempaan jiwa. Shalat sebagai penempaan fisik untuk membackup penempaan jiwa. Bila jiwa sudah siap, apakah ada yang bisa menghalangi dan mencelakakannya?

Menghadapi krisis, umat Islam seharusnya umat yang paling siap menghadapi dan keluar dari krisis. Bukankah Rasulullah saw sudah mengabarkan seluruh peristiwa yang akan dihadapi dan dilalui umat Islam hingga hari kiamat? Bukankah Rasulullah saw sudah mengajarkan manajemen resiko dalam menghadapi huru-hara, Krisis, kebaikan-keburukan? Kita hanya berijtihad sesuai jamannya lalu mempraktekkannya saja.

Bimbingan Rasulullah saw tidak pernah putus dalam bentuk As Sunnah. Dalam kisah para ulama dan pemimpin yang bertakwa, Rasulullah saw hadir pula dalam mimpi-mimpi mereka. Imam Hasan As Syadzali, bertemu dengan Rasulullah saw dalam mimpinya, saat umat Islam menghadapi serbuan tentara Salib yang dipimpin oleh Raja Louis IX. Disitu Rasulullah saw memberikan strategi kemenangan. Mengapa kita belum mengambil Sunnah Rasulullah saw dalam menghadapi Krisis? Mengapa Rasulullah saw tidak hadir dalam mimpi-mimpi kita dalam menghadapi Krisis?

Bukankah Allah selalu membimbing dan memberikan hidayah kepada yang bertakwa? Buka kembali Al-Qur'an. Taati syariat-Nya. Ambil keputusan sesuai Maqasid Syariah dan ushul fiqh. Allah akan mengilhamkan juga ilmu laduni secara langsung ke dalam dada setiap manusia. Begitu banyak khazanah dan perangkat yang sudah disiapkan Allah untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan ini.

Syekh Nawawi Al Bantani dalam kitabnya Nasihahul Ibad, mengutip perkataan para ahli hikmah, "Terlahir sebagai muslim sudah cukup membuatku bersyukur kepada Allah." Karena dalam Islamlah semua perangkat menghadapi zaman sudah disiapkan dan diajarkan. Sudahkah merasakannya?

Ilmu Laduni Dari Alam Oleh: Nasrulloh Baksolah (Channel Youtube Dengerin Hati) Pandanglah alam. Bukankah alam itu bertasbih. Set...

Ilmu Laduni Dari Alam

Oleh: Nasrulloh Baksolah
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Pandanglah alam. Bukankah alam itu bertasbih. Setiap detik, alam mengucapkan "Subhanallah". Alam membimbing  untuk memuji Allah kepada yang memandangnya. Adakah cacat? Yang ada hanya kesempurnaan. Tidakkah merasakannya.

Andai belum merasakan getaran halus ini, bertanda, jiwa dalam kematian. Hati penuh kekerasan, dan penyakit. Hati tertutupi tabir, tembok yang tebal. Perjalanan hidup, dalam kepekatan malam. Nabi Ibrahim menemukan Allah, saat mentadaburi alam. Ibrahim bin Adham sadar menyerahkan totalitas diri kepada Allah, saat berburu di hutan.

Lihat yang tak terlihat. Dengar yang tak terdengar. Hubungkan nurani dengan jiwa alam. Kaitkan hati dengan inti alam. Maka, mata dan telinga akan menyaksikan, bahwa alam sedang bertasbih. Alam sedang menasihati jiwa, yang terlalaikan.

Nabi Daud menyaksikan sendiri, seekor ulat yang terus bertasbih. Para sufi melihat burung sedang mengajar ilmu khauf (takut) dan raja' (harap). Para mujahid kehidupan, melihat burung, tengah mengajarkan tawakal dan ikhtiar. Para ahli ibadah, melihat anjing, tengah mengajarkan ketaatan dan ketundukan, kepada Allah.

Saat jiwa tak terketuk dengan perintah keimanan. Tak tertarik dengan keindahan surga. Tak terguncang dengan kengerian neraka. Tak terkesan dengan untaian kisah. Maka, Allah memaparkan keajaiban alam. Agar manusia mendekati alam. Karena alam, bagian dari ayat-ayat-Nya juga. Biarkan alam, menjadi gurunya.

Saat agama dijadikan candu dan dianggap kolot. Saat ilmu pengetahuan dijadikan tuhan. Saat kesibukan rutinitas membosankan. Apa yang tersisa, yang membuat manusia tertarik? Hanya keindahan. Keindahan itu ada di alam. Ketakjuban itu ada di alam. Inilah yang mengelitik fitrah untuk mencari tuhan.

Dalam kepungan keatheisan, hasrat kebendaan, persaingan dan hawa nafsu. Allah masih memberikan sarana ketentraman, dengan memandang alam. Karena alam bagian dari perwujudan kemahabesaran Allah. Bagi para sufi, melihat alam, seperti menyaksikan kehadiran Allah di muka bumi ini.

Cerdas Tanpa Akal, Ilham Laduni Pada Hewan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Manusia mampu berfikir dan...

Cerdas Tanpa Akal, Ilham Laduni Pada Hewan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Manusia mampu berfikir dan  belajar. Dianugerahi akal dan hati. Sudah bergenerasi menetap di bumi. Melimpah ilmu yang ditransfer dari satu genarasi ke generasi. Apa hasilnya?

Karyanya tetap tak bisa menghasilkan madu. Rumahnya tak sempurna seperti lebah. Andai pun melampaui keahlian seluruh makhluk, itu tidaklah aneh. Dengan anugerah akal, berfikir dan belajar, semua bisa dilampauinya. Yang aneh, hewan dapat melampaui karya manusia, padahal tak berakal.  Tanpa proses berfikir-belajar pula. Bagaimana bisa?

Semuanya takdir Allah. Rancangan Allah. Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Telisiklah, penyebab hewan diberi kemampuan luar biasa tanpa perlu akal dan proses berfikir. Mengapa tiba-tiba seorang anak hewan langsung memiliki kemampuan seperti induknya?

Perhatikan semut dan lebah, pengorganisasian kelompoknya sangat luar biasa. Ada struktur organisasi dan komandan. Pembagian tugas yang jelas sesuai kemampuannya. Bahu-membahu seperti telah ahli dalam manajemen dan kepemimpinan. Hebatnya, yang terlibat memiliki kemampuan yang sama.

Apakah lebah dan semut bersekolah? Membangun training center yang komprehensif dan modern. Merancang sistem pendidikan. Memiliki jalur komunikasi yang mendisiplinkan seluruh timnya. Bagaimana mengajarkannya? Sehingga proses kerjanya sangat detail tanpa cacat.

Yang dilakukan hewan hanya satu, taat dan patuh kepada Allah. Tak menyimpang dan membangkang. Tak ada kelalaian dan kesia-siaan. Totalitas dan loyalitas waktu dan karyanya hanya menunaikan peran yang Allah gariskan. Dengan ini saja, Allah menganugerahkan kecerdasan luar biasa tanpa akal.

Dalam pembangkangan, manusia tetap mampu menciptakan teknologi yang canggih. Sebabnya, dianganugerahi akal dan kemampuan belajar. Namun energi, waktu dan sumberdaya yang dikorbankan sangatlah besar. Hasilnya pun hanya kerusakan pula. Andai totalitas dan loyalitasnya hanya Allah. Maka hasilnya akan sangat menakjubkan. Peradaban Surga akan tercipta.

Lingkaran Kecerdasan Laduni Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Siapa yang mengenal apa yang mesti dilaku...

Lingkaran Kecerdasan Laduni

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Siapa yang mengenal apa yang mesti dilakukan untuk dirinya, maka akan mengenal apa yang harus dilaksanakan untuk Tuhannya. Lingkaran mereka yang cerdas hanya dari Allah menuju Allah, bagi Allah, bersama Allah dan bersandar pada Allah.

Mengapa ucapan ulama salaf lebih utama dari generasi saat ini? Kehendak mereka hanya untuk memuliakan Islam, menyelamatkan jiwa, kasih sayang pada saudara, dan ridha kepada Ar-Rahman. Sedangkan generasi sekarang kehendaknya memanjakan hawa nafsu, mencari pujian orang, dan kenikmatan dunia.

Mereka yang hidup dalam lingkaran tersebut? Allah akan menganugerahkan puncak gelombang lautan intuisi hati, memuliakannya di atas perbendaharaan rahasia dan rahasia pengetahuan yang tak terhingga jumlahnya, tidak pernah putus uraiannya, tidak pernah ditemukan ujung dalamnya, tidak sirna keajaibannya, hingga mereka menyelami cahaya makrifatullah.

Seorang mendatangi saudaranya yang tengah menghadap Allah dengan bertanya, "Mana faedah dari penghadapanmu pada Tuhanmu?" Saudara terdiam. Lalu ia menjawab, "Sang hamba jika menghadap Allah dengan keselarasan yang benar, Allah akan memberikan faedah-faedah yang tak pernah terlintas di hati manusia."

Suatu hari seorang yang bertakwa mengucapkan ide dan sesuatu yang luar biasa. Lalu ditanya, "Apa yang membuatmu bicara seperti ini?" Dijawabnya, "Hatiku ingin mengatakan demikian, bermula dari pikiranku, dari rahasia jiwaku, dari Tuhanku."

Siapa yang ingin dianugerahkan ilmu oleh Allah tanpa belajar atau ilmu Laduni, maka zuhudlah dari dunia. Perusak zuhud adalah dunia, nafsu dan makhluk itu sendiri. Sedangkan faktor yang menuju Allah adalah akal, yakin, dan makrifat.

Lingkaran hidup orang yang cerdas hanya mengitari Allah saja, seperti atom yang mengitari intinya. Seperti planet mengitari matahari. Seperti darah mengitari jantung. Mengitari inti kehidupan sesuai dengan aturan-Nya dan contoh dari sunnah Rasulullah saw bukan kehendak dirinya. Itulah putaran kecerdasan.

Ilmu Primbon Oleh:  Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dengan kebijaksanaan, seseorang  dapat melihat titik akhir....

Ilmu Primbon

Oleh:  Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Dengan kebijaksanaan, seseorang  dapat melihat titik akhir. Saat yang lain dalam kegelapan, terperangah atau cemas melihat kejadian yang dipandangnya besar, dia justru tersenyum. Sebab dia sudah tahu akibat segalanya. Logika dan jalan pikirannya sudah paham keterkaitan awal dengan akhir.

Primbon atau meneropong  hasil akhir bisa dilakukan siapa pun. Luasnya ilmu, pengalaman dan pergaulan jadi penuntunnya. Ilmu itu hukum kehidupan yang cendrung berulang. Pengalaman itu sejarah kehidupan yang cendrung berulang pula. Pergaulan itu khazanah ilmu dan pengalaman dari banyak orang. Inilah dasar primbon untuk memprediksi nasib.

Dengarkan hati. Bila tentram, teruskan dan perjuangankan. Ketentraman hati tanda bahwa hasil akhir akan tercapai. Keyakinan hari ini adalah kenyataan hari esok. Itulah penyebab, mengapa harus meyakini yang ghaib? Karena keghaiban hari ini adalah bukti di hari esok. 

Target itu ghaib. Yang akan diraih itu ghaib. Visi itu ghaib. Tujuan itu ghaib. Rencana itu ghaib. Semuanya ghaib pada hari ini. Namun yang beriman dan bertakwa tak ada yang ghaib, semuanya jelas di hari ini tanpa menunggu hari esok.

Jangan berlaku zalim. Jangan berakhlak buruk. Hempaskan karakter dan sifat yang tercela. Buang kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan. Bila karakter ini masih ada, hanya kehancuran yang ditemukan. Seperti itulah hukum di kehidupan ini.

Titik awal menentukan titik akhir. Bila keikhlasan musnah. Bila tujuan mulia lenyap. Bila kehendak kuat  tak ada lagi. Bila keberanian  pupus. Bila kesombongan dan kebanggaan mewarnai hati. Sangat mudah ditebak akhirnya. Yaitu kegagalan.

Banyak akhir kisah perjalanan umat terdahulu dalam Al-Qur'an. Seperti Fir'aun, Qarun, Haman, Namrudz, dan pembangkang lainnya, yang hanya berbuah kegagalan dan kehancuran saja. Itulah cara menghubungkan, masa lalu, yang dilakukan hari ini dengan prediksi hari esok.  Itulah cara mudah memprimbonkan peta akhir.

Titik Kritis Kekayaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Di titik mana keterpedayaan sering menerjang?  ...

Titik Kritis Kekayaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Di titik mana keterpedayaan sering menerjang?  Kekikiran dan kesombongan, terbentuk saat sebelum atau setelah meraih kekayaan? Kerusakan jiwa dan lupa diri sering mulai menerpa di titik mana? Ini yang harus dicermati agar kekayaan dan kesuksesan tetap langgeng.

Dalam Al-Qur'an terdapat kisah pemilik kebun. Fragmen ceritanya dimulai saat kebun sudah panen. Ada dialog, bagaimana agar panennya tidak diketahui oleh fakir miskin? Bagaimana agar mereka tak bisa memasuki kebun? Dirancanglah, memanennya dilakukan di pagi yang buta. Apa yang terjadi? Buahnya rusak. Mereka pun menyesal dan beristghfar.

Kisah Qarun dimulai darimana? Hanya sedikit kisah memuat upaya dalam meraih kekayaan. Ceritanya lebih banyak sikapnya setelah meraih kekayaan yang luar biasa. Kisah tentang kunci gudangnya harus ditarik dan digotong oleh kendaraan dan orang yang kuat. Kisah memamerkan kekayaan dan upaya melemahkan dakwah Nabi Musa.

Perumpamaan dunia dalam Al-Qur'an dimulai dari gambaran padi yang menguning lalu mati. Mengapa tidak banyak yang berkisah proses penanamannya? Kisah Namrudz dan Fir'aun tidak dikisahkan bagaimana cara mereka meraih kekuasaan, tetapi lebih banyak kisah kezaliman saat berkuasa.

Dalam kitab Zuhud imam Ahmad bin Hambali lebih banyak kisah para Sahabat dan ulama salaf dalam menginfakkan hartanya. Mengapa tak banyak kisah meraih kekayaan? Nasihat meraih kekayaan hanya soal kehalalan, kejujuran dan amanah. Namun cara mengelola kekayaan dibimbing soal kehalalan, kematang akal dan raga, tidak mubazir, tidak berlebihan, tidak kesia-siaan, zakat, shadaqah, dan tidak berputar dikalang terbatas. Apa artinya?

Banyak yang terhempas setelah meraih kekayaan. Yang sukses meraih kekayaan dengan halal dan baik, namun belum benar dan halal dalam pemanfaatan dan pengelolaannya. Itulah penyebab mengapa kekayaan dan kesuksesan terus bergulir.

Yang meraih kekayaan dengan keharaman dan kezaliman, maka akan pasti hancur saat pemanfaatannya. Yang meraih dengan kehalalan dan berdisiplin dengan syariat-Nya berpotensi jatuh juga pada keharaman dan kezaliman dalam pengelolaannya. Inilah titik kritik kekayaan.


Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)