Melihat Jati Diri, Kapan Waktunya?
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Jiwa yang berkecamuk? Karena terlalu banyak harapan dan keinginan. Jiwa yang terluka? Karena terlalu banyak yang bisa menyayat jiwa. Imam Ibnu Taimiyah selalu merasakan surga saat dipenjara, disiksa, dibuang dan diasingkan. Merasakan surga saat orang-orang disekitarnya memusuhi ataupun ketika orang yang memusuhinya itu meminta perlindungan saat hendak dihukum khalifah.
Nabi Ayub tetap bahagia saat Allah memberikan kekayaan, kesehatan dan keluarga yang diberkahi. Dia pun tetap bahagia saat Allah mencabut kekayaannya, kesehatan dan akhirnya hidup dalam kesendirian. Bahkan dia malu berdoa kepada Allah ketika penderitaan menerpanya. Semua kondisi kehidupan sama karena fokus hidup hanya Allah saja.
Rasulullah saw, seluruh keluarga tercinta dicabut oleh Allah. Seluruh anaknya diambil oleh Allah, hanya tinggal Fatimah saja. Seluruh kekayaannya diberikan ke umatnya. Dari saudagar yang kaya raya, lalu menyerahkan kekayaannya untuk umatnya. Saat wafat, tak ada satu pun yang tersisa. Dalam semua kondisi kebahagiaan itu bisa diciptakan.
Orang yang bahagia akan selalu sama karakternya dalam semua kondisi. Dalam kondisi kesulitan, adakah umpatan dan keluhan? Dalam kondisi keberlimpahan, adakah kesombongan dan merendahkan orang lain? Bila ingin tahu karakternya di waktu keberlimpahan, lihatlah karakter di saat sempitnya. Bila ingin tahu karakter di saat sempitnya, lihatlah karakter di saat keberlimpahannya.
Bila lupa diri di saat keberlimpahan, maka cendrung berkeluh kesah dan meratap di waktu sempit. Bila mampu mengelola kesempitan, modal dasar mengelola keberlimpahan sudah dimiliki, tetapi harus berhati-hati dalam keberlimpahannya. Bila beristiqamah dalam keberlimpahan maka Allah akan menolong di saat kesempitan.
Jati diri seseorang terlihat di saat keberlimpahan. Itulah mengapa Sahabat yang dijamin masuk Surga hampir seluruhnya hidup dalam keberlimpahan? Itulah mengapa ukuran dimurkai dan diazabnya sebuah negri dilihat dari bagaimana prilaku orang yang berkelimpahan? Ada kisah, sebuah negri tidak diturunkan hujan oleh Allah karena prilaku buruknya pemegang kekuasaan dan kekayaan.
Para penentang Nabi dan Rasul adalah penguasa, pemuka dan pemilik kekayaan. Para penentang kebenaran dan kebaikan di setiap zaman dan kurun selalu sama hingga akhir zaman. Dalam keberlimpahan itulah cermin diri sebenarnya.
Ada kisah si buta, si botak dan si belang yang bertakwa di waktu sulit dan sempit, tetapi menentang Allah di saat keberlimpahan. Kisah Qarun yang bertakwa di waktu sempit namun menjadi pembela Firaun di waktu keberlimpahan. Rasulullah saw mewanti-wanti umatnya ketika di waktu kemenangan tiba.
Nabi Ayub, Rasulullah saw, para Sahabat dan ulama Salaf menjalani semua keterbatasan dan keberlimpahan dengan karakter yang sama, dengan suasana hati dan kejiwaan yang sama. Karena hidup ini hanya untuk melihat siapa yang berjihad dan sabar? Juga siapa para pendusta? Ada yang menjadi pendusta di saat lapang, ada juga di waktu sempit.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif