basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Tasawuf

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Tasawuf. Tampilkan semua postingan

Tasawuf dan Pendidikan Bisnis Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Tak disangka, ternyata Syekh Abdul Qadir...

Tasawuf dan Pendidikan Bisnis

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Tak disangka, ternyata Syekh Abdul Qadir Jailani memiliki cara tersendiri bagaimana mendidik anak-anak menjadi seorang pebisnis. Tasawuf sangat berkaitan erat dengan bisnis. Beberapa ulama Tasawuf seperti Junaid Al Baghdadi ternyata seorang pebisnis pula.

Syekh Abdul Qadir Jailani mewasiatkan saat pengajian paginya, pada akhir Dzulqa'idah 545 H, di Ribath. Yaitu, "Ajarilah anak-anakmu keterampilan kerja hingga anak-anakmu bisa belajar memungut batu." Apa maksudnya?

Bisa memungut batu maksudnya, sang anak sudah mengerti bahwa batu bisa difungsikan untuk sesuatu dan memiliki nilai jual. Maka itu berarti dia telah belajar dan sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Itulah wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani

Hal yang penting ditekankan tidak saja soal takwa tetapi juga kemandirian anak. Kemandirian anak menjadi prioritas kedua dalam pendidikan anak. Setelah itu, biarkan anak berjibaku dalam karyanya sendiri. Karena Allahlah yang akan melapangkan rezeki anak kita. Rezeki itu datangnya tepat pada waktu yang telah ditentukan Allah.

Anak yang mandiri, menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, tak lagi membutuhkan bantuan orang tuanya. Beralih kepada kebutuhannya pada Allah. Jadi bila anak terus merengek pada orang tuanya, berarti kita gagal mendidik anak.

Di saat anak telah mandiri maka fokus orang tua adalah menyibukkan diri bersama Allah. Jangan sia-siakan diri untuk mengurus anak-anaknya lagi. Bila anak terus menggandoli orang tuanya, menurut Syekh Abdul Aadir Jailani, berarti ada kemaksiatan orang tua yang harus ditaubati.

Syekh Abdul Qadir Jailani mengutip sabda Rasulullah saw, "Jika seorang hamba memendekan amal, maka Allah akan menimpakan kesusahan padanya." Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, Allah akan mengujinya dengan kesusahan yang tak terduga, problematika keluarga, penderitaan anak-istri, kemerosotan laba dalam bisnis, kedurhakaan anak dan pembangkangan istri.

Kuncinya, memunculkan sense bisnis adalah sang anak bisa menilai, memahami dan merubah fungsi sesuatu menjadi sesuatu yang lainnya yang memiliki nilai jual. Yang dicontohkan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani adalah batu.

Mendidik anak jangan hanya menghadirkan anak di bangku sekolah, tetapi juga mendidik keterampilan kerja dan berbisnis. Begitulah wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani 

Pohon Makrifat  Rasulullah SAW bersabda: ه آبي يوم القيامة باب الجنة فاستفتح، فيقول الخازن : من أنت ؟ فأقول : محمد، فيقول : بك أ...

Pohon Makrifat 

Rasulullah SAW bersabda:

ه آبي يوم القيامة باب الجنة فاستفتح، فيقول الخازن : من أنت ؟ فأقول : محمد، فيقول : بك أمرت أن لا أفتح لأحد قبلك »

"Aku datangi pintu syurga di hari kiamat, lalu aku dibukakan. Maka sang penjaga syurga bertanya, "Siapa anda?" Aku katakan, "Muhammad." Lalu dia berkata, "Demi dirimulah aku diperintahkan agar tidak membuka (pintu syurga) bagi siapa pun sebelum dirimu..." (Hr. Ahmad dan Muslim).

Ahlul Ilmi Billah (para Ulama Billah) telah mengetahui bahwa syurga adalah pintu kebajikan Ilahi yang abadi. Tidak akan dibuka kecuali dibuka oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan dialah sang pembuka bagi kebaikan dunia dan akhirat. Mengetahui akan perilakunya merupakan rahasia pengetahuan pada Allah Ta'ala. Siapa yang ingin dibukakan pintu-pintu kebaikan dunia dan akhirat, ia harus menggantung padanya. Karena disana tersembunyi rahasia ma'rifat.


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Hamba-Hamba Utama Diriwayatkan  bahwa Nabi Musa AS bermunajat, "Ya Tuhan, manakah hamba-hamba paling banyak kebajikannya da...

Hamba-Hamba Utama

Diriwayatkan  bahwa Nabi Musa AS bermunajat, "Ya Tuhan, manakah hamba-hamba paling banyak kebajikannya dan paling tinggi derajatnya dihadapan Mu?" Allah menjawab, "Yang paling mengetahuiKu..."

Imam Ali bin Abi Thalib Karromallahu wajhah mengatakan, "Orang yang paling tahu kepada Allah, adalah yang paling dahsyat pengagungannya, karena menghormati Laa Ilaaha Illallah..."

Abu ad-Darda' RA menegaskan, "Siapa yang bertambah ilmunya tentang Allah, aka akan bertambah rasa malunya..."

Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala memberikan wahyu kepada Nabi Dawud AS "Wahai Dawud, engkau tahu ilmu yang bermanfaat?"

"Oh Tuhanku, apakah ilmu yang bermanfaat itu?" jawab Dawud.

"Hendaknya engkau mengenal Kebesaranku, Keagunganku, Ketak-tertandingiKu, dan Kesempurnaan KuasaKu atas segala sesuatu. Itulah yang membuatmu dekat padaku. Dan Aku tidak menyilaukan orang yang bertemu denganKu dengan kebodohan..." jawab Allah Ta'ala.

Muhammad bin al-Fadhl as-Samarqandy RA ditanya, "Apakah yang disebut mengetahui Allah itu?" "Hendaknya anda melihat bahwa ketentuanNya pada makhluk itu pasti, segala mudharat, manfaat, kemuliaan dan kehinaan itu dariNya. Dan anda melihat diri anda hanya untuk

Allah. Segala sesuatu ada di GenggamanNya. Jangan memilih pilihan dari dirimu, bukan pilihanNya, dan anda berbuat benar benar hanya bagi ikhlas Allah." Begitu beliau menjawab.

Hai anak-anakku sekalian, tekunlah dalam menggali ilmu rahasia. Anda harus membenci dunia, dan kenalilah kehormatan orang-orang saleh. Hukumi perkaramu untuk kematian.

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan katakanlah, "Tuhanku, tambahilah diriku ilmu.." "Dan Allah memberikan ilmu padamu, pengetahuan yang belum pernah engkau tahu."

"Dan Kami telah memberikan pengajaran ilmu kepadanya dari Sisi Kami."

"Orang-orang yang berjuang tekun di dalam Kami, maka Kami bakal memberikan petunjuk jalan-jalan kami..."

Betapa banyak orang yang meriwayatkan hadits, tetapi dia bodoh terhadap Allah. Sesungguhnya ilmu ma'rifat itu merupakan anugerah Allah Ta'ala, diberikan olehNya kepada orang yang dipilih dari makhlukNya, dan dipilihnya untuk dekat denganNya.

Dalam hadits disebutkan, "Ilmu itu ada dua: Ilmu ucapan, yaitu argumentasi Allah atas hamba-hambaNya. Dan ilmu hati, yaitu ilmu yang tinggi, dimana seorang hamba Allah tidak pernah meraih rasa takut nan cinta pada Allah, kecuali dengan ilmu itu."

Beliau Nabi SAW juga bersabda:

"Yang paling dalam rasa takut dan cintanya kepada Allah adalah yang paling mengenal Allah."


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Hakikat Ilmu Makrifat Ilmu Makrifat adalah ilmu tentang Allah Ta'ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan p...

Hakikat Ilmu Makrifat

Ilmu Makrifat adalah ilmu tentang Allah Ta'ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan perilaku dan berbagai perilaku utama.

Dengan pengetahuan ma'rifat itu Allah memuliakan hati para cendekiawan, kemudian Allah merias dengan keindahanNya yang bajik, dan keagunganNya. Dengan ma'rifat pula, Allah mengistimewakan ahli kewalian dan pecintaNya.

Dengan ma'rifat Allah memuliakannya di atas seluruh ilmu mana pun. Manusia, mayoritas alpa atas kemuliaan ma'rifat, bodoh atas kelembutan-kelembutan ma'rifat, lupa atas keagungan getarannya, apalagi mereka juga lupa atas makna makna terdalamnya, yang tak akan ditemui kecuali oleh orang yang memiliki hati yang berserasi denganNya.

Ilmu ma'rifat ini merupakan asas, dasar, dimana seluruh ilmu pengetahuan dibangun. Dengannya pula kebajikan dua rumah dunia dan akhirat tergapai, kemuliaan terengkuh. Dengan ilmu ma'rifat, aib-aib diri terkuak. Anugerah Ilahi dikenal, keagunganNya diketahui, begitu pula keparipurnaan KuasaNya.

Dengan ilmu ma'rifat itu, rahasia hamba terbang dengan sayap-sayap ma'rifat, dalam kelembutan sutera Qudrat, berjalan menuju pangkal kemuliaan. Berwisata di taman Al-Quds. Maka seluruh ilmu manakala tidak berpadu dengan ma'rifat tidak pernah sempurna. Dan amal perbuatan tidak akan rusak kecuali jika ilmu ma'rifat itu sirna. Tidak ada yang menghuni pengetahuan itu kecuali hati yang dipandang oleh Allah Ta'ala, dengan pandangan Kasih dan Sayang. Kemudian Allah meneteskan hujan penghayatan pemahaman yang dalam, lalu menabur aroma yaqin dan kecerdasan. Allah menjadikannya sebagai tempat akal dan firasat, menyucikannya dari kotoran kebodohan dan kealpaan, meneranginya dengan dian-dian ilmu dan hikmah, Allah Swt. berfirman:

و يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات >

"Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dari kalian, dan orang-orang yang diberi ilmu (tentang Allah)."

Setiap 'arif pastilah takut penuh rasa cinta dan bertaqwa menurut kadar pengetahuannya pada Allah Ta'ala, karena firmanNya:

و إنما يخشى الله من عباده العلماء »

"Sesungguhnya yang takut penuh cinta pada Allah dari hamba-hambaNya adalah para Ulama (Billah),"

Dengan cahayaNya godaan syetan bisa dikenal, sekaligus bisa menjadi pertahanan atas tindak maksiat dan dosa, peringatan bagi bencana-bencana hasrat.

Allah Swt. berfirman:

"Bukankah orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah bagi Islam adalah orang yang berada dalam pancaran cahaya Tuhannya?" 

ه ومن لم يجعل الله له نورا فما له من ثور »

"Siapa pun yang Allah tidak menjadikan baginya cahaya,

maka baginya tidak mendapatkan cahaya." Dalam hadits dijelaskan, "Sebagian ilmu ada yang seperti perbendaharaan terpendam, di mana tidak diketahui kecuali oleh ahlul ilmi (Ulama) Billah, dan tidak diingkari kecuali oleh

kalangan yang terkena tipudaya."

Ada seseorang datang kepada Nabi Saw. lalu bertanya, "Amal apakah paling utama?" Nabi Saw. menjawab, "Mengetahui Allah."


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Derajat Ulama Sofyan At-Tsaury mengatakan, Ulama itu terbagi jadi tiga:  1. Orang alim yang tahu perkara Allah, tetapi tidak tah...

Derajat Ulama

Sofyan At-Tsaury mengatakan, Ulama itu terbagi jadi tiga: 

1. Orang alim yang tahu perkara Allah, tetapi tidak tahu Allah. Itulah alim yang dusta, yang tidak layak baginya kecuali neraka!

2. Orang alim yang mengenal Allah, tetapi tidak mengenal perkara Allah, itulah alim yang masih kurang.

3. Orang alim yang mengenal Allah, mengenal perkara Allah, itulah yang disebut Ulama sempurna. 

Sebagaian orang 'arif ditanya, "Apa jalan ma'rifat pada Allah itu?"
"Allah tidak dikenal dengan segala sesuatu. Tetapi segala sesuatu dikenal melalui Allah, sebagaimana Dzun Nuun al Mishry RA, mengatakan, Aku mengenal Allah melalui Allah, dan mengenal selain Allah melalui Cahaya Allah." Jawabnya.

Nabi Ibrahim AS bermunajat, "Ilahi, jika bukan karena Engkau, bagaimana aku mengenal siapa DiriMu..."

Hal senada juga disampaikan Rabi'ah al-Adawiyah, ketika bertanya kepada Dzun Nuun al-Mushry RA, "Bagaimana engkau kenal Allah?"

"Allah melimpahi rizki rasa malu padaku, dan memberikan pakaian muroqobah padaku. Ketika aku susah dengan musibah, aku mengingat kebesaran Allah, lalu aku sangat malu padaNya...", jawab Dzun Nuun.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Metafora Makrifat Metafora Makrifat itu seperti pohon yang memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan...



Metafora Makrifat

Metafora Makrifat itu seperti pohon yang memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan cabang-cabangnya tegak dengan iman dan tauhid. 

• Cabang pertama, Khauf (rasa takut) dan Raja' (harapan pada anugerah-rahmatNya) yang disertai dengan cabang perenungan.
• Cabang kedua, berlaku benar dan serasi dengan kehendak Allah, yang disertai dengan cabang Ikhlas.
• Cabang ketiga, Khasyyah (takut penuh cinta) dan menangis, yang disertai dengan cabang Taqwa.
• Cabang keempat, Qana'ah (menerima pemberian Allah) dan ridho, yang disertai cabang Tawakkal.
• Cabang kelima, Pengagungan dan rasa malu yang disertai dengan cabang ketentraman.
• Cabang keenam, Istiqomah dan berselaras dengan Allah yang disertai dengan cabang cinta dan kasih.

Setiap cabang dari masing-masing akan bercabang pula sampai tiada hingga dalam jumlah kebajikan, dalam tindakan benar dan perbuatan, kemesraan berdekat-dekat dengan Allah, kesunyian Qurbah, kebeningan waktu dan segala sepadan yang tak bisa disifati oleh siapa pun juga.

Di setiap cabang yang ada akan berbuah bermacam-macam, yang satu sama lainnya tidak sama, rasanya, yang di bawahnya ada cahaya-cahaya taufiqNya, yang mengalir dari sumber anugerah dan pertolonganNya. 
Dalam hal ini manusia berpaut paut dalam derajat dan berbeda-beda dalam kondisi ruhani, Di antara mereka :

1. Ada yang mengambil cabangnya saja, tapi alpa dari akarnya tertutup dari pohonnya dan tertirai dari rasa manis buahnya.
2. Ada yang hanya berpegang teguh pada cabangnya belaka.
3. Adapula yang berpegang pada akar aslinya, dan meraih semuanya (pohon, cabang dan buah) tanpa sedikit pun menoleh pada semuanya, tetapi hanya memandang yang memilikinya, Sang Penciptanya.

Siapa yang tak memiliki cahaya dalam lampu pertolongan Ilahi, walaupun telah mengumpulkan, mengkaji semua kitab dan hadits, kisah-kisah, maka tidak akan bertambah kecuali malah jauh dan lari dari Allah, sebagaimana keledai yang memikul buku-buku.

Ada seseorang yang datang kepada Imam Ali KarromAllahu Wajhah:

"Ajari aku tentang ilmu-ilmu rahasia..." pintanya.
"Apa yang kau perbuat perihal ilmu utama?" kata Sayyidina Ali.
 "Apakah pangkal utama ilmu?" orang itu balik bertanya.
"Ya.." jawabnya.
"Apakah kamu mengenal Tuhanmu?" Tanya beliau. 
"Apa yang sudah kau lakukan dalam menjalankan kewajibanNya?"
"Masya Allah..." jawab orang itu.
 "Berangkatlah dan teguhkan dengan itu (hak dan kewajiban),
jika kamu sudah kokoh benar, kamu baru datang kemari, kamu akan saya ajari ilmu-ilmu rahasia..." Jawab beliau.

Ada yang mengatakan, "Perbedaan antara ilmu ma'rifat dan ilmu lainnya adalah seperti perbedaan antara hidup dan mati".

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Ucapan  Kaum Arifin  Siapa pun yang ingin bicara dengan lisan ahli ma'rifat, hendaknya menjaga adab ucapan mereka, karena wi...

Ucapan  Kaum Arifin 


Siapa pun yang ingin bicara dengan lisan ahli ma'rifat, hendaknya menjaga adab ucapan mereka, karena wilayah ma'rifat itu tidak bisa tersingkap detilnya kecuali ahlinya.

Jangan pula membebani murid dengan ucapan di luar batas kemampuannya, juga jangan mencegah untuk mengungkapkannya manakala memang orang itu berkompeten dengan kema'rifatan, sehingga ucapannya terungkap bersama ahli ma'rifat, melalui lisan ahli ma'rifat pula.

Jika dengan kalangan kaum Sufi, hendaknya dengan ungkapan sufistik. Jika dengan para pecinta, hendaknya dengan bahasa cinta.
Jika dengan kalangan ahli zuhud, hendaknya dengan wacana mereka. Setiap kalangan, ungkapan terapresiasi sesuai dengan martabat dan derajatnya, menurut kadar akal mereka. Allah Swt. menjadikan kaum 'arifin dengan bahasa-bahasa seperti itu.

Memang semua itu akan lebur manakala limpahan Kuasa Allah Ta'ala yang turun, maka tidak seyogyanya mengucapkan ungkapan yang tidak selaras dengan kemampuan pendengar, yang bisa menimbulkan fitnah. Karena mayoritas publik itu bodoh (dalam konteks kema'rifatan) karena mereka lebih banyak terpaku pada pengetahuan lahiriyah, dan meninggalkan pengetahuan batin, sehingga mereka tidak mampu menerima beban pandangan ungkapan kaum 'arifin yang lembut sekali. Kalam kaum 'arifun itu sangat teosofik (Lahutiyah), dan isyaratnya sangat suci, wacananya begitu Azaly. Bagi para pendengar wacana mereka, sudah seharusnya terpancar lampu lampu Ilahi dan cahaya keabadian.

Disebutkan, "Lisan perilaku ruhani itu lebih fasih ketimbang bahasa lisan. Siapa yang rela dengan perilaku ruhani, bukan rela pada Sang Penguasa Kondisi Ruhani, maka orang tersebur terhinakan dari kondisi ruhani itu sendiri dan ia terhijab dari Yang Maha agung. "

Manakah yang lebih dahsyat ketimbang kedahsyatan kaum 'arifun? Jika ia bicara tentang kondisi ruhaninya, malah ia hancur. Jika ia diam, malah terbakar. Bila hatinya mendapatkan warid Hadrah Ilahi, lisannya malah kelu. Dan jika hatinya sirna dari Hadhrah malah banyak bicaranya.

Dzun Nuun al-Mishry RA berkata, "Saya tak pernah melihat orang bicara dari kalangan sufi, yang bicara dengan hati yang alpa dari mengingat Allah, melainkan malah bicara seperti itu menambah kekerasan hati."

Sebagian mengatakan, "Diamnya sang 'arif merupakan
hikmah, dan bicaranya adalah nikmat."
Dikata "Tidak dibenarkan dalam pembenaran kema'rifatan bagi orang yang bicara mengenai kema'rifatan pada generasi akhirat. Nah, bagaimana bicara ma'rifat dengan generasi dunia?"

Aku tak pernah bicara dengan satu pun orang, kecuali aku terlebih dulu berdoa kepada Allah Ta'ala, kemudian aku baru bicara.
Siapa yang yang tidak merasakan manisnya ma'rifat, dan melihat anugerah, serta mensyukuri nikmat, kenikmatan qurbah, ketakutan pisah, kemesraan bergabung denganNya, keikhlasan beribadah, kebahagiaan hidayah, maka ia tidak boleh bicara mengenai dengan ungkapan ahli ma'rifat. Jika ia bicara, kaum ma'rifat tidak melebihi batas kemampuan audiens, tidak pernah menghalangi kalangan yang sangat membutuhkan, dan tidak menelantarkan kaum yang alpa.

Suatu ketika seseorang mendatangi sang 'arif, sembari memohon, "Bicaralah padaku...!" Sang 'arif menjawab, "Orang sepertiku ketika bersamamu, seperti seseorang yang jatuh dalam kotoran, lalu menuju ke tukang parfum, dan mengatakan, "Manakah aroma yang bagus?" Tukang parfum menjawab, "Pergilah kalian, beli alat pencuci (semacam sabun dsb. Pent.), bersihkan dirimu dan pakaianmu, lalu kemarilah untuk berparfum..."

Begitu juga anda, ketika anda berjibrat najis-najis dosa dalam dirimu, maka ambillah pencuci remuk redammu dan Lumpur penyesalanmu, dan ambillah air taubat dan inabat, lalu sucikan badanmu dengan tempat atau kolam rasa takut dan harapan dari najis dosa dan kealpaan. Lalu pergilah ke kamar mandi zuhud dan ketaqwaan, bersihkan dirimu dengan air kebeningan dan kejujuran, lalu datanglah kepadaku, nanti aku beri wewangian dengan parfum ma'rifatku!"
Sebagaian orang bertanya pada sang 'arif. "Aku tidak mengerti ucapanmu...!"
"Ucapan orang yang bisu tidak bisa diketahui oleh ibunya!" jawab sang 'arif.

Di antara ucapan Nabi Isa AS "Hai pemilik ucapan hikmah, jadilah dirimu seperti dokter yang menasehati, yang memberikan obat menurut manfaatnya, dan mencegah penyakitnya manakala penyakit itu mengancamnya."

Jangan sampai kita mengurai hikmah bukan pada ahlinya, hingga anda malah bodoh, dan jangan menghalangi hikmah dari ahlinya, anda malah dzalim. Jangan membuka rahasiamu pada setiap orang, malah anda jadi ternoda. Dzun Nuun ra mengatakan, "Aku pernah melihat orang hitam sedang tawaf di Baitullah, orang itu mengatakan, "Engkau... Engkau... Engkau..."

Tak ada kata lain selain kata itu saja. "Hai hamba Allah, apa yang anda maksud dengan kata-katamu itu?"
Orang hitam itu kemudian membaca syair:
Diantara para pecinta ada rahasia
Tak ternodakan oleh tulisan dan pena
Hingga harus mengisahkannya Api yang berbaur dengan kemesraan
Yang dileburi cahaya hingga terungkapkan pada yang lain
Rinduku padaNya, dan aku tak pernah meminta Gantinya
Inilah rahasia-rahasia terpendam Engkau munajat kepadaNya. 


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Tradisi Ahli Ma'rifat Diriwayatkan oleh Abu Dzar, Rasulullah Saw. bersabda: إني لأعلم أخر أهل الجنة دخولا الجنة، وآخر أهل ال...

Tradisi Ahli Ma'rifat

Diriwayatkan oleh Abu Dzar, Rasulullah Saw. bersabda:

إني لأعلم أخر أهل الجنة دخولا الجنة، وآخر أهل النار خروجاً منها : رجل يؤتى به يوم القيامة، فيقال : أعرضوا عليه صغار ذنـويه، وأرفعوا عنه كبارها، فيعرض عليه صغارها، فيقال له : عملت يـوم كذا وكذا: كذا وكذا، وعملت يوم كذا وكذا: كذا وكذا؟ فيقول : نعم، لا يستطيع أن ينكر، وهو مشفق من كبار ذنوبه أن تعرض عليه، فيقال له : فإن لك مكان كل سيئة حسنة. فيقول : رب ! قد عملت أشياء لا أراهـا هـا هنـا ! قال : فلقد رأيت رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم ضحك حتى بـدث تواجده . ثم تلا : ( فأولئك يبدل الله سيئاتهم حسنات ؟ .

"Sungguh aku lebih tahu siapa yang masuk syurga paling akhir, dan siapa ahli neraka yang terakhir keluar dari neraka. Yaitu seseorang yang pada hari kiamat besok didatangi, den dikatakan: "Beberkan padanya dosanya paling kecil dan hapuslah dosa-dosa besar darinya. Kemudian dosa-dosa kecilnya dibeberkan, kemudian dikatakan: 'Anda melakukan perbuatan pada hari ini dan itu, demikian dan demikian, dan anda melakukan dosa itu pada hari ini dan itu, demikian dan demikian?' Orang tersebut menjawab, "Ya... Sungguh ia tak bisa memungkiri. Dan Allah Swt. sangat kasihan atas banyaknya dosa besar yang dilakukan, manakala dosa-dosa itu dibeberkan padanya. Maka dikatakan padanya, "Maka sesungguh bagi anda adalah setiap tempat keburukan diganti dengan tempat kebaikan." Orang itu bermunajat, "Oh Tuhan, aku sungguh telah melakukan berbagai perbuatan sampai aku tak tahu di sana..!"

Perawi hadits ini berkata, "Sungguh aku melihat Rasulullah Saw. (ketika itu) tertawa, hingga tampak gigi-gigi gerahamnya Kemudian beliau membaca ayat, "Mereka itulah yang Allah gantikan keburukannya (dosa-dosa) dengan kebaikan kebaikan.

Rasa kasihan di atas, adalah sesuatu yang merupakan rahasia yaqin kepada Allah Ta'ala, sekaligus merupakan kondisi ruhani dari kekuasanNya yang dilimpahkan pada ahli ma'rifat.

Dalam hadits mulia ini ada perkara agung yang menjelaskan tentang kemurahan Ilahi lebih dari ungkapan yang hanya dikenal kaum 'arifin, namun membuat tergelincirnya mereka yang alpa, dan membuat bertambah takutnya orang-orang yang berselaras dengan Allah Ta'ala.


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Sumber Kebijaksanaan  Dalam sebuah hadist disebutkan, "Siapa yang ingin ilmu oleh Allah tanpa belajar, mendapatkan petunjuk...

Sumber Kebijaksanaan 

Dalam sebuah hadist disebutkan, "Siapa yang ingin ilmu oleh Allah tanpa belajar, mendapatkan petunjuk tanpa hidayah, maka zuhudlah dari dunia."

Setiap hikmah ada ahli dan zamannya, dan zaman itu telah berlalu dengan sejumlah besar ahlinya, sedangkan yang tersisa kini hanyalah musibah. Maka kami kepada Allah, dan kami kepadaNya kembali.

Carilah lampu-lampu kalam kaum 'arifin sebelum mereka wafat, suatu nikmat yang kalian rasakan kemuliaannya, keutamaannya yang paripurna dan Luqman dipilih oleh Allah dengan hikmah, karena kemuliaan hikmahnya. Hikmah itu shiddiqun, kebanggaan muttaqun, firadus para 'arifin, warisan para nabi dan Mursalun. Burulah sebelum sirna.

Dian-dian cahaya manusia di setiap bumi Merekalah Ulama generasi mulia Ilmunya memancarkan cahaya di setiap lembah Bagai purnama yang membias tanpa awan.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Visi Orang-orang Shaleh  Abu Said al-Balkhi ditanya: "Kenapa ucapan orang pendahulu (salaf) lebih utama dibanding orang akh...


Visi Orang-orang Shaleh 

Abu Said al-Balkhi ditanya: "Kenapa ucapan orang pendahulu (salaf) lebih utama dibanding orang akhir (khalaf)?" "Karena kehendak mereka adalah memuliakan Islam, menyelamatkan jiwa, kasih sayang pada sesama saudara dan ridho kepada Ar-Rahman..." jawabnya.

"Sedangkan kehendak kita adalah memanjakan hawa nafsu, mencari pujian orang dan mencari kenikmatan dunia." tambahnya lagi.

Seorang hamba manakala taat pada Tuhannya Allah memberinya rizki seteguk air dari sumber ma'rifat, lalu ia mengucapkan dengan lisannya.

Namun jika ia meninggalkan taatnya, ia tidak akan merusak taat itu, namun tetap tersimpan di hatinya, dan tidak mengucapkannya dengan lisannya, agar ia tetap dalam sesalnya dan menjadi cobaan dengan berbagai ujian. Tiada dua orang beriman yang bertemu, yang keduanya berdzikir kepada Allah, melainkan Allah menambah cahaya ma'rifatullah pada kedua hatinya, sebelum keduanya berpisah. Sesungguhnya Allah memunculkan ahli ma'rifat di atas puncak gelombang lautan intuisi qalbu dan memuliakan mereka di atas perbendaharaan rahasia serta rahasia pengetahuan yang tak terhingga jumlahnya, tidak pernah putus uraiannya, tidak pernah ditemukan ujung dalaninya, tidak sirna keajaibannya, hingga mereka menyelami cahaya ma'rifat, dalam kedalaman isyarat yang terpendam, dalam makna-maknanya yang tersembunyi, hingga keluar dengan keajaiban satriguna dan kelembutan bekal-bekal melimpahnya, hakikat-hakikat dan isyaratnya, yang membakar qalbu para pecinta, memesrakan ruh para penempuh. Itulah cahaya dari cahaya hidayah, dimana seorang hamba meraih petunjuk dari kebajikan ri'ayah (penjagaan jiwa) jika meraih Taufiq dan 'inayah.

Yahya bin Mu'adz RA berkata, "Aku bertemu kaum 'arifin yang dilimpahi hikmah, aku temukan mayoritas mereka tidak memiliki apa-apa, malah mereka dibiayai yang lain."

Laits al-Mishry RA punya saudara yang ada di Iskandariyah, ketika ia datang, saudaranya menjawab, "Aku sedang menghadap Allah." "Mana faedah dari penghadapanmu pada Tuhanmu?" Saudaranya diam, Lalu Laits mengatakan, "Sang hamba jika menghadap pada Allah dengan keselarasan yang benar, Allah memberikan faedah-faedah yang tak pernah terlintas di hati manusia.

Yahya bin Mu'adz, manakala bicara suatu hari, tiba-tiba ada orang yang berteriak keras di sembari merobek-robek bajunya. "Hai! Apa yang kamu katakan?!
"Kalam ahli ma'rifat, ketika muncul dari sumber rahasia kemanunggalan, ia menggali hati orang yang dibakar rindu dan cinta dengan apinya, lantas sifat-sifat manusiawi sirna."

Karena itu kalimat orang yang bertaqwa itu posisinya mendekati wahyu. Suatu ketika ada kata-kata terucap dari mereka, lalu ditanya, "Apa yang membuatmu bicara seperti ini?"

"Hatiku mengatakan demikian, bermula dari fikiranku, dari rahasia jiwaku, dari Tuhanku..." katanya.

Sandaran hikmah adalah wujudnya hikmah, yaitu barang berharga yang hilang dari penempuh, ketika ditemukan ia ambil. Ia tak peduli darimana pun wadahnya, dari mana pun diucapkannya, dari hati mana dinukil atau dari dinding mana terukir atau dari kafir mana di dengar.


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Malunya Kaum 'Arifin Rasulullah SAW bersabda: الحياء من الايمان » "Malu itu sebagian dari iman." (Hr. Muslim) MALU...

Malunya Kaum 'Arifin

Rasulullah SAW bersabda:

الحياء من الايمان »

"Malu itu sebagian dari iman." (Hr. Muslim)

MALU yang yang biasanya terekspresi pada wajah manusia merupakan gambaran tentang malu yang ada dalam hati manusia, yaitu malu karena sesuatu dari Allah Ta'ala.

Sehingga malu terekspresikan dari Malu Wajah dan Malu Qalbu, merupakan bagian dari iman kepada Allah Ta'ala, dimana kaum 'arifin menjadikannya sebagai orientasi atas kelemahan dan cacat rahasia hatinya di hadapan Allah Ta'ala.

Karena itulah, qalbu kaum 'arifin merupakan perbendaharaan Allah Ta'ala di muka bumi. Di dalam qalbu itu ada titipan rahasiaNya, kelembutan hikmahNya, kelembutan cintaNya, cahaya-cahaya ilmuNya dan amanah kema'rifatanNya.

Wacana kaum 'arifin senantiasa muncul dari musyahadah qalbunya, aksentuasi dari pengetahuan rahasia, dan penjelasan mengenai amaliyah batin, berupa penjelasan mengenai pemisahan perkara dengan wushul, penjelasan faktor-faktor yang menganggu hubungan dengan Allah Ta'ala, dan faktor faktor yang yang mendorong menuju Allah Ta'ala.

Faktor pendorong pada kepentingan makhluk (selain Allahi adalah: Dunia, Nafsu dan Makhluk itu sendiri. Sedangkan faktor yang mendorong kita menuju Allah Ta'ala adalah: Akal, Yaqin, dan Ma'rifat, sebagaimana disebutkan dalam hadits: "Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya." Yakni siapa yang mengenal apa yang mesti dilakukan untuk dirinya, ia mengenal apa yang harus dilaksanakan untuk Tuhannya.

Ungkapan para 'arifin, berkisar pada lima arah:

1. Bihi (bersama Allah)
2. Lahu (bagi Allah)
3. Minhu (dari Allah)
4. Ilaihi (menuju Allah) 
5. 'Alaihi (bersandar pada Allah).

Dalam ucapan mereka tidak ada kata seperti: Aku, sesungguhnya diriku, kami, bagiku dan denganku... Karena kata kata mereka bersifat manunggal (fardaniyah), Geraknya adalah serba bergantung padaNya (Shomadaniyah), Akhlaq mereka senantiasa merupakan manifestasi Robbaniyah, Kehendak mereka adalah kemanunggalan (Wahdaniyyah), Isyarat mereka tidak akan dikenal kecuali oleh orang yang hatinya membara kepadaNya, yang didalamnya ada rahasia-rahasia tersembunyi, mutiara-mutiara suci, pancaran-pancaran cahaya, lautan kasih, kunci-kunci keghaiban rahasia, wadah kerinduan dan taman kemesraan.

Yahya bin Mu'adz RA mengatakan: Hati itu seperti periuk, wadah ciduknya adalah lisan. Setiap lisan senantiasa menciduk apa yang ada di periuk hatinya."

Abu Bakr al-Wasithy RA ditanya tentang pendapatnya seputar ucapan ahli ma'rifat. Ia menjawab, "Gambaran tentang ma'rifat seperti cahaya dalam lampu dan lampu itu digantung di dalam rumah, sepanjang lampu itu ada dalam rumah, sepanjang itu pula terang. Ketika pintu rumah dibuka, maka cahaya lampu itu akan menerangi halaman." Kalau kaum 'arifin senantiasa memancarkan cahaya kepada ahli cahaya, hingga air mata mereka meleleh dan lisannya berdzikir.

Allah Ta'ala berfirman:

ه وإذا سمعوا ما أنزل إلى الرسول تـرى أعينهم تفيض من الدمع مما عرفوا من الحق، يقولون ربنا آمنا فاكتبنا مع الشاهدين »

"Bila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu melihat air mata mereka meleleh, karena ma'rifat mereka terhadap Allah, mereka mengatakan, "Oh Tuhan kami, kami beriman dan catatlah kami bersama orang-orang yang menyaksikan(Mu)." (QS. Al-Maidah 83).

Metafor jiwa kaum 'arif seperti rumah, hatinya seperti lampu, minyaknya adalah rasa yaqin, airnya dari kejujuran hati, pintalannya dari ikhlas, kacanya dari kebeningan dan kerelaan hati, dan gantungannya dari akal. Khauf itu adalah api dalam cahaya. Sedangkan Raja (harapan) adalah cahaya dalam api. Ma'rifat seperti cahaya dalam cahaya. Lampu itu digantung dipintu lobang, jika seorang arif membuka mulutnya, muncul hikmah dari dalam hatinya, mengalirlah cahaya hati lewat mulutnya, lalu cahaya itu membisa kepada mereka yang siap disemai cahaya, lalu cahaya saling bergantungan dengan cahaya.

Ada sebagian ucapan lebih dahsyat dibanding cahaya matahari, dan sebagian lebih gulita dibanding gelapnya malam. Kalam ahli ma'rifat senantiasa adalah perbendaharaan Tuhan Yang Maha Suci, dimana sumber-sumbernya adalah qalbu kaum 'arifin, dimana Allah memerintahkan agar menginfaqkan cahaya itu kepada yang lain yang berhak menerimanya, dalam firmanNya:

و ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن، إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين» .

"Ajaklah mereka ke Jalan Tuhanmu dan dengan hikmah dan nasehat yang bagus berilah argumentasi dengan argument yang lebih bagus. Sesungguhnya Tuhanmu Dia lebih Tahu pada orang yang tersesat dari jalannya, dan ia Maha Tahu pada orang yang diberi hidayah." (Qs. An-Nahl 125).

Sebagian 'arifin ditanya,
"Manakah cahaya yang lebih hebat ketimbang matahari?" "Ma'rifat," jawabnya. 
"Apa yang lebih berguna dibanding air?"
"Ucapan ahli ma'rifat." katanya. "Apa yang lebih harum aromanya ketimbang minyak kesturi?"
"Waktunya orang 'arif."
"Apa pekerjaan orang 'arifin?"
"Memandang pekerjaan Rububiyah dan panji-panji kelembutan qudrah." jawabnya.


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Makna Marifat Ma'rifat itu terdiri dari lima huruf, siapa yang menemukan dalam dirinya makna kema'rifatan itu, ketahuila...

Makna Marifat


Ma'rifat itu terdiri dari lima huruf, siapa yang menemukan dalam dirinya makna kema'rifatan itu, ketahuilah bahwa ia tergolong mereka:

1. Mim: Malaka Nafsah (Menguasai dirinya). 
2. 'Ain: 'AbadAllah 'ala shidqil wafa' (Beribadat kepada Allah dengan keselarasan jiwa yang benar). 
3. Ra': Raghiba ilAllah bil kulliyah (Total mencintai Allah).
4. Fa: Fawwadlo Amrahu ilAllah (Menyerahkan total masalahnya kepada Allah).
5. Ha': Haraba min kulli maa duunAllah ilAllah (Lari dari selain Allah menuju Allah).


• Setiap 'arif menguasai dirinya menurut ma'rifatnya atas sifat Kebesaran Allah Ta'ala dan KeagunganNya.
• Beribadat kepada Tuhannya menurut kadar kema'rifatan atas RububiyahNya.
• Mencintai total kepada Allah Ta'ala menurut kadar kema'rifatan atas karunia dan keutamaanNya. 
• Menyerahkan total masalahnya melalui kema'rifatan atas KuasaNya. 
• Lari dari selain Allah menuju Allah dengan kema'rifatan atas Kerajaan dan KepenguasaanNya. Dialah sang 'arif.


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Hati yang Bergantung kepada Allah  Imam Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS ketika sedang berjalan di t...

Hati yang Bergantung kepada Allah 

Imam Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS ketika sedang berjalan di tengah suatu perjalanannya, tiba-tiba Nabi Yahya melukai seorang perempuan. Nabi Isa AS menegurnya, "Hai anak bibiku, kau telah berbuat dosa besar hari ini."

"Dosa apa itu?".

"Wanita yang kau lukai," Kata Nabi Isa AS

"Aku tidak merasa melukainya..." jawab Nabi Yahya AS "Subhanallah, anda kan bersama saya, ke mana hati dan ruhmu?"
 "Hati dan ruhku bersama Allah wahai Isa, bahkan jika hati dan ruhku bersama Jibril saja atau bersama salah satu dari selain Allah sekejap mata saja, pasti aku tidak ma'rifat kepada Allah secara benar." Kata Yahya AS


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Tanda Sang Arif Rabiah Adawiyah ditanya, "Apa yang menjadi tanda kesempurnaan sang 'arif?" la menjawab, "Terb...

Tanda Sang Arif

Rabiah Adawiyah ditanya, "Apa yang menjadi tanda kesempurnaan sang 'arif?" la menjawab, "Terbakarnya jiwa karena cintanya kepada Tuhannya".

Tandanya:

• la yang lebih puas kepada Sang Pemberi dibanding pemberianNya.
• Lebih puas pada Sang Pencipta dibanding ciptaanNya. 
• Tenggelam dalam lautan kebahagiaan dan kehangusan leburnya.
• Hatinya tentram bersamaNya disertai membiarkan pilihanNya. 
• Tidak pernah terkejut dengan bencana maupun cobaan yang dahsyat. 
• Mengetahui bahwa Allah adalah yang paling dekat dibanding lainnya. 
• Allah lebih cinta padanya dibanding siapa pun.
• Allah lebih mulia dan lebih agung dibanding segalanya
• Segalanya ditinggalkan selain Allah Ta'ala. 
• Segalanya yang kau hilangkan, kau abaikan.
• Segalanya demi sang kekasih, kau tinggalkan.
• Sang 'arif akan tahu membedakan:
- Mana bisikan nafsu dan mana bisikan ruhani.
- Mana hasrat duniawi dan mana hasrat ukhrawi
- Mana citarasa keluhuran dan mana citarasa kerendahinaan. 

Siapa yang diberi rizki taufiq, ia senantiasa menjaga garis batas kebenaran selarasnya ubudiyah, berdiri tegak memenuhi syarat syaratnya, menemukan jalan menuju pemeliharaan hakikatnya. Ia mengingatNya, lalu bersyukur padaNya, mensyukuri syukurNya, lalu ia menjadi diri tanpa diri, menjadi ruh tanpa ruh, bersama makhluk tanpa makhluk.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Model Para Penempuh Jalan Makrifat  Saya mengetahui dari kabar sejarah, bahwa Nabi Isa bin Maryam AS, suatu hari melewati sekelo...

Model Para Penempuh Jalan Makrifat 


Saya mengetahui dari kabar sejarah, bahwa Nabi Isa bin Maryam AS, suatu hari melewati sekelompok orang yang badannya kurus-kurus kering dan warna kulitnya berubah.

"Apa yang membuatmu jadi demikian?" tanya Nabi Isa AS. Mereka menjawab, "Karena takut dengan neraka." Lalu Nabi Isa AS, berkata, "Pasti, Allah akan mengamankan orang yang takut."

Lalu suatu saat bertemu lagi dengan sekelompok manusia yang lebih kurus kering dan warnanya lebih berubah.

"Apa yang menimpa kalian sampai seperti ini?" tanya Nabi Isa, AS. Mereka menjawab, "Karena rindu pada syurga." Lalu Nabi Isa AS, mengatakan, "Benar. Allah akan memberikan apa yang kalian harapkan..." 

Dan sekelompok yang dijumpai berikutnya, lebih kurus lagi dan lebih kering lagi dengan perubahan wara fisik yang mengenaskan.

"Apa yang menimpa kalian semua?" tanya Nabi Isa AS. "Sangat mencintai Allah dan rindu kepadaNya." Jawab mereka. "Kalianlah orang-orang muqorrobun," kata Nabi Isa AS. diulang tiga kali.

Ahli ma'rifat di dunia ini dalam tiga kategori:

1. Ada satu kelompok yang berjalan dengan jejak rasa butuh kepada Allah dan dalam kondisi sangat terdesak. 
2. Satu kelompok lagi berjalan di atas pijakan pembelajaran jiwa dan remuk redam hati. 
3. Satu kelompok berjalan dengan pijakan kebanggaan dan ekspresi kegembiraan.

Allah Ta'ala berfirman:

ه فمنهم ظالم لنفسه، ومنهم مقتصد، ومنهـم سابق

بالخيرات بإذن الله »

"Diantara mereka yang merasa dzalim terhadap dirinya sendiri, dan diantara mereka ada yang tengah-tengah, dan diantara mereka ada yang bergegas dengan kebajikan, dengan izin Allah." (Qs. Fathir: 32).

Dalam titik pandang kema'rifatan, manusia ada di dua martabat: Kadang dalam kesadaran ma'rifat, dan mereka berada di pangkuan kewalian lalu mereka pandang segalanya sebagai kemuliaan Ilahi, kadang dalam tidur kealpaan, dan mereka dalam didikan musuh jiwa, dan mereka terlihat berada dalam kematian jiwa, kecuali yang dirahmati oleh Sang Pemberi Rahmat.

Maka Maha Suci Allah yang memberikan keistimewaan pada hambaNya dan memberikan anugerah pada mereka, kemudian Allah memanggil mereka dengan anugerah utamanya, dengan berfirman, "Dan kembalilah kalian kepada Tuhanmu." Lantas mereka jawab, dan mereka pun kembali.

Bagi mereka yang kembali kepada Allah terdiri dari berbagai level ruhani:

1. Orang yang bertobat berjalan dengan langkah penyesalan, dengan telapak rasa malu. 
2. Orang yang zuhud berjalan dengan langkah tawakal diatas telapak rasa ridho.
3. Orang yang takut kepada Allah berjalan dengan langkah Kharisma Ilahiyah di atas telapak keselarasan.
4. Orang yang mencintaiNya berjalan dengan langkah kerinduan di atas telapak kebeningan jiwa.
5. Orang yang ma'rifat berjalan dengan langkah Musyahadah di atas telapak kefanaan.

Ma'rifat adalah makanan yang diberikan Allah Ta'ala kepada hambaNya yang dikehendakinya, Diantaranya:

1. Ada yang merasakannya saja, Ada yang merasakannya sepuasnya,
2. Ada yang merasakannya dengan penuh kecukupan, dan 
3. Ada yang makan dengan kenyang.

Wilayah kema'rifatan juga macam-macam. Ada yang posisinya seperti kampung, ada yang seperti desa, ada pula seperti kota, ada pula yang sebesar dunia dan akhirat.

Riwayat dari Nabi SAW beliau bersabda: "Manakala hari kiamat datang, ada suara yang menggema: "Keluarkan semua dari neraka orang yang mengucapkan "Laa illaaha IllAllah" (Tiada Tuhan Selain Allah) dan di dalam hatinya ada seberat biji (paling kecil) dari ihsan."

Dan Rasulullah SAW. telah bersabda:

. . . . الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه ، فإن لم تكن تراه فإنه يراك» . . . .
 "Ihsan itu hendaknya engkau menyembah Allah seakan akan engkau melihat Allah, maka bila tidak mampu melihatNya sesungguhnya Dia melihatmu." 

Dan penglihatan itulah tidak lain kecuali hakikat ma'rifat, maka Allah berfirman kepada mereka:

"Kalian semua adalah hambaKu yang benar, karena telah lama rindumu kepadaKu dan rinduKu kepadamu. Salam sejahtera wahai hambaKu, Lihatlah sekarang Aku kekasihmu. Maka demi kebesaranKu, Aku tidak menciptakan syurga

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Beribadah Demi Mencintai-Nya Dikisahkan bahwa Malik bin Dinar dan Tsabit al-Bannany -semoga Allah merahmati keduanya masuk pada ...

Beribadah Demi Mencintai-Nya


Dikisahkan bahwa Malik bin Dinar dan Tsabit al-Bannany -semoga Allah merahmati keduanya masuk pada ruang Rabi'ah Al-Bashriyah, lalu Rabi'ah bertanya tiba-tiba kepada Malik: "Ceritakan kepadaku kenapa kalian menyembah Tuhanmu?"

"Karena hasrat pada syurga." Jawab Malik. Lalu bertanya kepada Tsabit: "Kalau kamu hai anak muda? "Takut pada neraka!" jawab Tsabit.

Lantas Rabi'ah berkata: "Kamu hai Malik tak lebih seperti pekerja yang buruk. Tidak mau bekerja kecuali dengan harapan harapan. Dan kamu hai Tsabit seperti hamba sahaya yang buruk, mau bekerja kalau dipukul."

Lalu dua orang itu berkata, "Sedangkan kamu hai Rabi'ah."
"Demi cinta kepada Allah Ta'ala dan rindu kepadaNya."

Dan dikisahkan, suatu hari Dzunun Nuun al-Mishry RA ketika menasehati orang-orang, mereka menangis semua, namun ada seorang pemuda yang tertawa terbahak bahak.

Lalu Dzun Nuun bertanya, "Kenapa anda hai anak muda?" lantas pemuda itu berdiri sambil mendendangkan syair:

Semua menyembahNya karena takut neraka
Mereka melihat keselamatan sebagai balasan Atau menghuni syurga, lalu berada dalam taman dan air yang mengalir Sungguh dalam syurga abadi bukan hasratku Aku tak ingin mengganti kekasihku.

Tingkatan  Kaum 'Arifun Kaum 'arifin itu bertingkat dan beragam dan dengan tangga yang berjenjang-jenjang, serta derajat...

Tingkatan  Kaum 'Arifun

Kaum 'arifin itu bertingkat dan beragam dan dengan tangga yang berjenjang-jenjang, serta derajat yang berbeda berwarna, serta posisi yang bermacam macam.

1. Di antara mereka ada yang mengenal Allah melalui Sifat qudrot, maka dia sangat takut kepadaNya

2. Ada yang mengenal Allah melalui Sifat KaruniaNya, maka dia sangat berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah.

3. Ada yang mengenalnya melalui Muroqobah, maka dia mengokohkan kebenaran hatinya. 

4. Ada yang mengenalnya melalui KeagunganNya, lalu ia meneguhkan rasa takut dan cinta.

5. Ada yang mengenalNya melalui Sifat Maha Mencukupi, lalu ia sangat fakir kepadaNya.

6. Ada yang mengenalNya melalui Sifat Maha SendiriNya, lalu ia meneguhkan kebeningan hatinya.

7. Ada yang mengenalNya melalui Allah, lalu dia bersambung terus menerus denganNya.

Karena itu:

1. Kualitas kema'rifatan rasa takut, tergantung kadar kema'rifatannya atas QudrotNya.

2. Kualitas rasa Husnudzon, tergantung pada kadar kema'rifatannya pada Sifat Anugerah Ilahi.

3.  Kualitas rasa pembenaran dengan kejujuran hati
tergantung kadar kema'rifatan Muroqobahnya. 

4. Kualitas rasa takut penuh cinta, tergantung kema'rifatannya atas Keagungan Allah.

5. Kualitas rasa butuh kepada Allah, tergantung kema'rifatannya atas maha MencukupiNya.

6. Kualitas rasa bening jiwa, tergantung kadar kema'rifatan atas Sifat Maha Sendirinya Allah. 

7. Kualitas wushul, tergantung kadar kema'rifatannya kepada Rabb Ta'ala.

Begitu pula kalangan "Ahli Langit" dalam beribadah, dalam dataran derajat maqom yang berbeda. Ada sebagian maqomnya adalah Rasa Malu, Rasa Hormat, ada pula maqomnya adalah taqarrub dan kemesraan, ada pula yang maqomnya memandang Anugerah. Bahkan ada yang Muroqobah, Haibah, sebagaimana firman Allah Ta'ala:

ه وما منا إلا له مقام معلوم »

"Dan tak ada dari Kami melainkan baginya adalah Maqom tertentu.." (Qs. Ash-Shoffaat 164).

Kalangan ahli ma'rifat pada umumnya (awam), mengenal Allah mengikuti jejak Rasulullah Saw. dan membenarkan dalam hati mereka, mengamalkan dengan badan mereka, namun kadang mereka berbuat dosa dan maksiat, lalu hidup di dunia penuh dengan kebodohan dan sembrono, dan kala itu mereka dalam bahaya besar, kecuali jika Allah merahmati mereka.

Ada kalangan manusia di atas mereka, yang mengenal Allah melalui dalil bukti, yaitu kalangan ilmuwan, pemikir dan filsuf, yang meyakiniNya dengan Tauhid melalui argumen dan efek Sifat RububiyahNya, di mana mereka mengambil dalil dengan sesuatu yang nyata atas yang tersembunyi, dan mereka meyakini keabsahan dalil pembuktian itu.

Mereka berada dalam jalan yang baik, namun mereka ini sering terhijab dari Allah Ta'ala karena lebih terdindingi oleh dalil pembuktian mereka sendiri.

Sedangkan kalangan khusus dari ahli ma'rifat adalah dari mereka yang memiliki rasa yaqin, mengenal Allah melalui Allah Swt. Mereka bersiteguh dengan ma'rifatnya, sama sekali tidak disertai argumen dalil atau dilatari oleh sebab akibat. Dalil mereka hanya Rasulullah Saw. Imam mereka hanyalah Al Qur'an. Cahaya mereka senantiasa melimpah di arena mereka.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Kriteria Berguru Rasulullah Saw bersabda: د ذو الوجهين في الدنيا ، ذو لسانين في النار » "Orang yang berwajah dua di dunia, ...

Kriteria Berguru

Rasulullah Saw bersabda:

د ذو الوجهين في الدنيا ، ذو لسانين في النار » "Orang yang berwajah dua di dunia, berlisan dua, berada dalam neraka." (Hr. Abu Dawud dan Ibnu Hibban)

Berdasarkan hadits di atas itulah, kaum 'arifin hanya memalingkan wajahnya kepada Allah Ta'ala. Tak ada dua wajah bagi kaum 'arifin. Dari rahasia ini pula, kaum 'arifin mengambil kesimpulan bahwa mereka tidak boleh mengambil dua guru Mursyid dalam thariqatnya. 

Mereka mengatakan, manakala dijumpai seorang Mursyid lebih kamil dan lebih utama dalam thariqat menuju Allah yang lebih benar dalam mengikuti jejak Rasulullah Saw, maka seorang murid harus berpegang pada Mursyid yang utama tadi. Bahkan para syeikh dan anak-anaknya sekalipun harus mengikuti jejak Mursyid yang utama tadi dalam thariqat. Hal ini merupakan bagian dari keagungan ma'rifat kepada Allah Ta'ala.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Sifat Kaum Arifin Bibir mereka senantiasa tersenyum kepadaNya. Mata mereka senantiasa memancar kepadaNya, Qalbu-qalbu mereka ter...

Sifat Kaum Arifin

Bibir mereka senantiasa tersenyum kepadaNya. Mata mereka senantiasa memancar kepadaNya, Qalbu-qalbu mereka terus bergelayut kepada Allah Swt, hasrat mereka sinambung kepadaNya, rahasia batin mereka terus menerus memandangNya. Mereka melemparkan dosa-dosa mereka ke samudera taubat dan mereka menghamburkan kepatuhannya ke samudera anugerah.

Mereka buang gerak gerik batinnya ke lautan Keagungan. Dan kehendak mereka terlempar ke lautan sucinya jiwa, bahkan hasrat mereka adalah samudera mahabbah. Di medan khidmah kepadaNya mereka berlalu lalang. Di bawah payung kemuliaan mereka saling merenda keindahan.

Dan di taman rahmatNya mereka merambat, lalu mereka mencium aroma anugerah yang wangi. Mereka memandang dunia dengan mata perenungan, memandang akhirat dengan mata penantian, memandang nafsunya dengan mata hina, memandang taatnya dengan mata penuh kekurangan, bukan dengan mata merasa amal.

Mereka memandang ampunan dengan mata kebutuhan, memandang ma'rifat dengan mata kegembiraan, memandang yang Dima'rifati Allah Swt. dengan mata kebanggaan. Mereka melemparkan nafsunya dalam negeri cobaan, dan melemparkan ruhnya ke negeri akhirat, kemudian qalbu-qalbu mereka menuju keluhuran dan kharisma, lisan mereka sumber puja dan pujian, ruh mereka adalah tempat-tempat rindu dan cinta, sedangkan nafsu mereka dikendalikan oleh akal dan kecerdasan.

Hasrat mereka lebih banyak untuk kontemplasi dan tafakkur. Ucapan terbanyak mereka adalah memuja dan memujiNya. Amal mereka adalah taat dan khidmah. Pandangan mereka hanya kelembutan di balik ciptaan Rabbul Izzah Swt.

Di antara mereka anda lihat pucat menguning wajahnya karena rasa takut pisah denganNya, sendi-sendinya gemetar karena Kharisma KebesaranNya. Begitu panjang mereka menunggu penuh rindu bertemu denganNya. Mereka menempuh jalan Al-Musthafa. Mereka lempar dunia ke belakang tengkuknya. Mereka rasakan kesenangan nafsu sebagai konsumsi kehampaan. Mereka lebih berteguh pada pijak telapak keserasian yang benar. 

Sumber : 
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Sumber Jiwa Yang Kharismatik  Yahya bin Muadz  Raditanya, "Bagaimana pekerti kaum 'arifin bisa menjadi elok wajahnya da...

Sumber Jiwa Yang Kharismatik 

Yahya bin Muadz  Raditanya, "Bagaimana pekerti kaum 'arifin bisa menjadi elok wajahnya dan lebih kharismatik dibanding yang lain?"

"Karena mereka menyendiri bersama Allah penuh dengan kemesraan. Mereka mendekat kepada Allah Swt, menghadap total dan berangkat kepadaNya penuh kepatuhan. Maka Allah Swt memberikan pakaian cahaya ma'rifatNya kepada mereka yang di dalamNya mereka bicara dan bagiNya mereka beramal, dariNya mereka mencari, kepadaNya mereka bersukacita."

"Merekalah kaum istimewaNya (khawash) yang terdepan. Langkahnya dalam taat kepada Allah Swt tanpa sedikit pun bergantung pada lainNya dan mereka menasehati khalayak umum tanpa sedikit pun ada pamrih."

"Mereka senantiasa merindu, kembali kepada Allah Swt qalbunya penuh rasa takut, jiwanya penuh rasa gentar, hati mereka adalah IstanaNya, akal mereka terselubungi, ruh mereka membubung luhur, dan semuanya terlindungi dengan hatinya dari fitnah manusia."

"Dzikir mereka menjaganya dari was-was buruk, dadanya melapang luas, dan jasadnya terbuang dari khalayak, qalbunya terluka, sedang pintu-pintu alam malakut senantiasa terbuka bagi mereka. Qalbu mereka bagai pelita, anggota badan mereka tunduk bagai terikat kuat, lisannya sibuk membaca Al-Qur'an, romannya menguning karena ketakutan akan jauh dari Allah Swt dan jiwanya tercurah bagi khidmah pada Ar-Rahman, hatinya terpancarkan cahaya iman, jiwanya sibuk mencari, ruhnya sibuk mendekat Tuhan."

"Sedang pada ucapannya ada sifat menunjukkan kepada Ketuhanan Allah Swt pada tiang-tiang dirinya penuh kelanggengan khidmah dan pada jiwanya ada pengaruh kehambaan, dalam hatinya ada kharisma Fardaniyah, dalam rahasia batinnya ada hasrat membubung ke Uluhiyah, sedang dalam ruhnya ada keterpesonaan pada Wahdaniyah."

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)