Islam, Agama Bagi Yang Sibuk
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw diperuntukkan bagi yang sibuk, bukan pemalas. Bukan yang berdiam diri. Sebab setelah shalat diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi. Berjalan ke masjid. Menunaikan haji dan umrah. Bersilaturahim dan berukhuwah.
Perintah berdakwah dan berhijrah. Perintah berzakat dan bersedekah. Mencari rezeki, menuntut ilmu, dan berjihad merupakan aktivitas yang penuh dengan gerak. Bukankah Allah menyebutkan diri-Nya selalu sibuk?
Tak ada yang diam. Gunung yang dikira diam, ternyata bergerak. Langit ternyata terus meluas. Lautan diciptakan Allah agar manusia mudah bergerak. Angin dan udara, agar burung dan pesawat bisa mengembara di angkasa.
Shalat bisa dilakukan di perjalanan, di atas hewan tunggangan dan kendaraan. Bisa sambil duduk selama perjalanan. Bisa diringkas dan digabung selama perjalanan. Bisa berwudhu dan menghilangkan hadas dengan batu, debu dan daun, bahkan dengan bersepatu sekalipun.
Berdzikir bisa sambil berdiri, duduk dan berbaring. Boleh tidak berpuasa bila dalam perjalanan. Sedekah dan berzakat bisa diberikan kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan.
Ada doa saat berangkat da pulang ke rumah. Doa bila melewati sebuah kampung. Doa di waktu jalan menanjak dan menurunkan. Doa saat melihat pemandangan dan peristiwa alam lainnya.
Dalam kesibukan bisa teguh beribadah. Dalam ibadah tidak menganggu kesibukan. Itulah sebabnya, mengapa yang menyebarkan agama Islam di Nusantara adalah para pedagang bukan ulama? Bergelut dengan kesibukan dunia ternyata tak menjadikannya berhaluan sekular. Karena Islam diturunkan bagi mereka yang sibuk untuk menjaga stamina kesibukannya.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif