basmalah Pictures, Images and Photos
01/25/22 - Our Islamic Story

Choose your Language

Menghadapi Rencana Jahat Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bila masih ada keresahan, tanyakan keyakinan...

Menghadapi Rencana Jahat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Bila masih ada keresahan, tanyakan keyakinanmu? Keresahan tanda lemahnya keyakinan. Keyakinan yang bisa menghilangkan efek buruk dari semua musibah. Keyakinan yang membuat orang bangkit dari semua kesulitan.

Jangan resah dengan semua rencana jahat, karena semua rencana jahat akan menimpa pada orang yang merencanakannya. Itulah hukum abadi sebuah rencana jahat. Allah Maha Mendengar semua rencana jahat manusia yang terbesit di dalam dada manusia, di ruang dan lembaga yang sangat rahasia sekalipun. Mengapa harus dipusingkan dengan rencana jahat yang tertuju kepada kita?

Mereka yang membuat rencana jahat sebenarnya telah melawan rencana Allah. Allah yang mereka sedang hadapi, bukan kita. Begitulah Allah menjelaskan dalam Al Qur'an. Jadi fokuslah berbuat kebaikan, dan menghalau kezaliman. Seperti para Nabi dan Rasul yang tidak pernah peduli dengan segala strategi para pelaku kezaliman.

Biarkan mereka mengerahkan semua straregi, sumber daya dan kaki tangannya. Fokuslah terus menebarkan kebaikan dan membungkam kezaliman. Karena tipu daya rencana jahat itu sangat lemah, begitulah karakter rencana jahat yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an.

Kejahatan itu sangat lemah, walau ditopang oleh semua kekuatan terdahsyat di dunia ini. Kejahatan dengan segalanya kekuatannya hanya seperti sarang laba-laba. Tugas kita hanya menghadirkan keberanian untuk melawannya, lalu Tangan-Tangan Allahlah yang bekerja. Seperti dalam sebuah firman Allah, "Biarkan Aku yang mengurus mereka"

Adakah kejahatan yang abadi? Karakter kejahatan itu tersembunyi. Tersembunyi karena kelemahan walau ditopang kekuatan sedahsyat  sekali pun. Akhir kejahatan adalah kehancuran walau ditopang dan dilindung oleh kekuatan yang paling kuat sekali pun. Betapa rugi para pembelanya?

Para pelaku kezaliman, para pelaku ketidakadilan, dan para pelaku kejahatan, kalian hidup dalam selemah-lemahnya kekuatan, walau kalian terlihat gagah dengan kesewenangan. Walau kalian bisa melakukan apa saja, maka sebenarnya itulah cermin ketakutan. Kesewenangan tanda ketakutan. Penakut adalah tanda kelemahan.

Mengapa Firaun melakukan kesewenangan? Padahal dia memiliki kekuasaan, tentara yang kuat, kekayaan dan pendukung yang banyak? Semua hanya ketakutan akan sebuah mimpi saja. Takut akan ketergulingan kekuasaan. Wajah ketakutan para pemegang super power adalah kesewenangan, itulah tanda dari rentetan sejarah manusia.

Firaun dikalahkan oleh sebuah mimpi. Seorang raja diraja, ternyata resah sepanjang hidupnya karena kekhawatiran akan sebuah mimpi. Namun Firaun sendirilah yang membuat mimpi itu menjadi sebuah kenyataan. Firaun dihancurkan oleh prilakunya sendiri. Begitulah perjalanan abadi sebuah kezaliman dan ketidakadilan.

Pendeki, Manusia Paling Merana Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bila masih ada hasad, bertanda jiwa, il...

Pendeki, Manusia Paling Merana

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Bila masih ada hasad, bertanda jiwa, ilmu dan mimpimu masih tertuju pada dunia, masih tertuju pada apa yang berada di tangan manusia. Inilah hidup yang paling menyedihkan, menginginkan apa yang ada pada orang lain.

Hasad akan terkikis, bila perhatian jiwa, ilmu dan cita-cita tertuju hanya pada Allah. Adakah kemuliaan selain bersujud dan melihat wajah Allah? Semua penyakit hati bersumber pada cinta dunia. Semua yang mengobati hati tertuju pada Allah.

Orang yang hasad, bertanda rendah ilmu dan cita-citanya. Dia menginginkan apa yang telah diraih orang lain. Dia tidak bisa menciptakan jalan baru kesuksesan untuk dirinya sendiri. Dia tidak bisa menikmati kesuksesan dirinya sendiri. Hasad sebuah indikator kerendahan diri, bahwa orang lain lebih baik dari dirinya sendiri.

Level kekayaan boleh berbeda. Level kesuksesan boleh berbeda. Level jabatan boleh berbeda. Namun level kebahagiaan harus melampaui kebahagiaan yang sudah ada. Kebahagiaan itu tak bisa dirampas, karena hanya kita yang bisa menciptakan untuk diri kita sendiri. Bahagia itu tidak bisa ditransfer, harus diciptakan oleh dirinya sendiri. Bahagia itu tidak terkait dengan pihak eksternal, semuanya dalam kekuasaan internal manusia.

Bila kebahagiaan masih distimulus oleh eksternal, itu bukan kebahagiaan, tetapi masih berupa kesenangan hawa nafsu manusia. Hawa nafsu masih butuh sesuatu yang harus dipenuhi, bahagia hanya butuh cinta dan rindu pada Allah.

Hasad itu penghancur kebahagiaan. Para pemilik hasad tidak akan pernah merasakan bahagia, karena sumber kebahagiaannya berada di tangan orang lain. Orang yang paling tersiksa hidupnya adalah para penghasad, karena dia tidak pernah menemukan esensi dirinya. Dia selalu berusaha menjadi orang lain.

Sibukan dirimu pada dirimu sendiri. Sibukan dirimu dengan cita-cita dirimu sendiri, Sibukan dengan ikhtiar dan target diri sendiri. Sibukan dirimu dengan Allah. Itulah cara memalingkan dirimu dari melihat orang lain. Itulah cara mengalihkan dirimu dari dunia dan apa yang dimiliki orang lain.

Penguasa Tanpa Ulama Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bila penguasa sudah di batas kezaliman maka lawan...

Penguasa Tanpa Ulama

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bila penguasa sudah di batas kezaliman maka lawan yang seimbang adalah ulama. Begitulah zaman selalu bercerita. Setiap hadir pemimpin yang zalim, Allah mengutus para Nabi dan Rasul. Karena Nabi dan Rasul sudah tidak ada lagi, maka Allah menghadirkan ulama untuk meluruskannya. Penguasa sebagai wakil bumi dan ulama sebagai wakil langit.

Sejarah selalu bercerita, kemajuan umat Islam ketika penguasa dan ulama disandingkan sebagai kesejajaran, bukan alat kekuasaan. Ulama sebagai pembimbing dan penggerak, penguasa sebagai eksekutor.

Bila membaca seluruh perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan, kita akan menemukan fakta luar biasa. Dibalik semua perlawanan ada ulama yang mengobarkan, ada ulama yang menggerakkan, ada ulama yang berkorban hingga tetes darah terakhir.

Ulama tak memiliki aparat, dana dan persenjataan. Tetapi ulama memiliki ketersambungan dengan Allah. Ulama memiliki kekuatan yang bisa menyentuh pemikiran dan hati. Penguasa hanya bisa menggerakkan orang yang mabuk terhadap dunia dan kekuasaan. Dengan harta dan jabatan, penguasa menggerakkan rodanya. Mana yang lebih kuat?

Ulama memahami masa lalu dengan sejarah para pendahulunya. Membaca masa depan melalui basyirahnya. Penguasa memahami segalanya dari kepentingan hari ini, hanya melanggengkan kekuasaan. Ulama bahagia bila manusia tunduk pada Allah. Penguasa semakin pongah ketika semua orang mengakui  dan menghinakan diri pada kekuasaannya.

Ketika penguasa sudah mengkriminalisasikan ulama, tandanya menghancurkan jiwa kekuatannya sendiri, menghancurkan jantung dan hatinya kekuasaan. Esensi kekuasaan itu keadilan. Adil itu menimbang dengan ilmu, kepahaman dan kebijaksanaan, yang bersumber dari energi Allah Yang Maha Adil dan Bijaksana. Ego kepentingan dan kekuasaan takkan bisa menciptakan keadilan.

Rentang sejarah selalu bercerita, tanpa energi langit semua kekuasaan hanya menghasilkan penindasan dan kezaliman. Akal manusia tak bisa menimbang keadilan. Wahyu Allah yang bisa menciptakan keadilan di muka bumi.

Dalam keadilan ada ketentraman. Dalam kezaliman ada perseteruan. Itulah fitrah manusia yang terrekam dalam sejarah perjalanan manusia. Namun mengapa para penguasa lebih menikmati kezaliman?

Terperosok pada cinta dunia dan kekuasaan, itulah fitnah yang mengepung para penguasa. Bila ulama dimuliakan, maka ulama yang akan mengikis dan meminimalisirkannya. Bila ulama dikriminalisasi, bertanda cinta dunia dan kekuasaan sedang menyelimuti jiwa penguasa.

Penguasa tanpa Ulama, wajah kekuasaan seperti api yang menghanguskan.

Menghadirkan Sejarah Para Rasul dengan Doa Mereka  Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Zainal Abidin, Cici...

Menghadirkan Sejarah Para Rasul dengan Doa Mereka 

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Zainal Abidin, Cicit Rasulullah saw dari perkawinan Husein dengan putri Kaisar Persia, memiliki titik tekan khusus pada ibadahnya. Dia lebih menekankan doa untuk merendahkan diri kepada Allah. Doanya dihiasi tangisan yang lirih dan mendalam. Hingga yang lain merasakan kesedihan pula. Bagaimana cara menikmati doa?

Memahami arti, melantunkan dengan berkali-kali dengan suara lirih dan lantang. Agar lebih membekas,  perlu juga memahami asbabul nuzul doa itu. Memahami suasana kejiwaan dari doa tersebut. Itulah yang bisa menciptakan tangisan dalam berdoa.

Kelebihan doa-doa yang diambil dalam Al Qur'an adalah mempelajari sejarah juga doa-doa spesial dan mustajab para Nabi dan Rasul.  Imajinasikan doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim saat terkepung api? Seandai kita melantunkan doa tersebut sambil berimajinasi dalam kepungan api?

Imajinasikan doa ketika Nabi Ibrahim meninggal Siti Hajar dan Ismail sendiri di padang pasir yang tandus. Imajinasikan doa Nabi Adam, ketika dia diturunkan dari Surga dan menginjakkan kaki di Bumi? Imajinasikan doa Nabi Yunus yang memanjatkan doa didalam perut ikan paus? Imajinasikan doa Thalut yang tengah menghadapi pasukan Jalut yang kuat dan besar? Berdoa harus dibarengi dengan mempelajari sejarah doa itu dipanjatkan. Itulah yang bisa membongkar kebekuan dan kekerasan hati saat berdoa.

Imajinasikan doa ketika nabi Musa dikejar oleh pasukan Firaun dan menghadapi debat terbuka dengan Firaun. Andai kita bisa menghubungkan doa dengan peristiwa riil saat doa tersebut dipanjatkan pertama kali, maka untaian doa bukan untaian kata, tetapi sebuah pengulangan sejarah dan persitiwa, seolah kita tengah berada dibarisan para Nabi dan Rasul.

Bagaimana merasakan doa Rasulullah saw yang dikepung oleh 10.000 pasukan? Bagaimana merasakan doa Rasulullah saw saat diusir dan dilempari batu oleh penduduk Thaif? Ketika doa-doa tersebut dipanjatkan okeh kita sejarang, maka rasakanlah seolah-olah kita tengah berada di samping Rasulullah saw. Kita merasakan kebersamaan bersama Rasulullah saw dalam perjuangan beliau.

Memanjatkan doa-doa para Nabi dan Rasul. Membaca sejarah ketika doa itu dipanjatkan pertama kali oleh para Nabi dan Rasul. Disitulah kita memulai sebuah interaksi imajiner dengan Nabi dan Rasul. Situlah kita melihat, menyapa, membersamai perjuangan para kekasih Allah di muka bumi. Bertemu dengan mereka dalam imajinasi, semoga menjadi bagian umat mereka di akhirat nanti.

Terperdaya Bisikan, Potret Kelemahan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bila dikalahkan hanya sebuah bis...

Terperdaya Bisikan, Potret Kelemahan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bila dikalahkan hanya sebuah bisikan, bagaimana dapat menghadapi persoalan hidup yang lainnya? Manusia terlemah adalah manusia yang terkalahkan oleh bisikan.

Bila tertipu oleh sebuah bisikan, bagaimana bisa menghadapi tipu daya kehidupan lainnya? Dunia luar katanya sangat keras, bila tertipu oleh sebuah bisikan, bagaimana bisa menghadapi kerasnya kehidupan?

Syetan dan hawa nafsu menjungkalkan manusia hanya melalui bisikan dan tipu daya. Maka, bila dengan yang paling lemah saja terkalahkan, bagaimana memenangkan pertarungan kehidupan?

Bila melawan ngantuk saja tidak bisa. Bila Tahajud saja dikalahkan oleh rasa ngantuk, bagaimana akan diamanahkan tanggungjawab kehidupan?  Bila diri dikalahkan oleh rasa malas, bagaimana bisa mengalahkan kekuatan yang lebih besar?

Berinteraksi dengan diri sendiri, itulah awal berinteraksi dengan kehidupan. Berinteraksi dengan diri sendiri adalah training center sebelum menghadapi kehidupan.

Allah menciptakan hawa nafsu dan syetan untuk melihat jiwa kepribadian, kokoh atau lemah? Berdaya atau lunglai? sebelum menghadapi realitas kehidupan.

Allah berfirman bahwa bertahajud adalah persiapan menghadapi perkataan yang berat? Tahajud adalah sebuah perlawanan terhadap bisikan dan ngantuk. Bila bisa menaklukan bisikan kemalasan dan ngantuk, maka bisa menjadi pemanasan untuk menghadapi persoalan kehidupan yang lebih besar.

Allah menempa Rasulullah saw dan para Sahabat ra. dengan bertahajud sebelum menghadapi ujian dakwah di tengah masyarakat. Itulah penempaan awal menghadapi tantangan.

Puncak Ilmu yang Semu Oleh: Nasruloh Baksolahar  (Channel Youtube Dengerin Hati) Puncak ilmu, bukan menjadi gudang pengetahuan, ...

Puncak Ilmu yang Semu

Oleh: Nasruloh Baksolahar 
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Puncak ilmu, bukan menjadi gudang pengetahuan, gudang wawasan, gudang pemikiran. Bukan pula menjadi pribadi yang membuat orang selalu bertanya padanya, bukan menjadi tempat meminta nasihat, motivasi, solusi dan inspirasi. Bukan untuk itu kita berilmu.

Menjadi orang berilmu, bukan untuk menjadi orang yang mulia dan dimuliakan. Bukan untuk menjadi orang terhormat dengan embel-embel jabatan dan posisi. Bukan agar kekayaan dan dunia dalam genggaman. Ilmu bukan untuk membuka pintu-pintu dunia.

Bila tujuan ilmu soal kehebatan diri, maka ilmu akan menjadi sumber kerusakan yang dahsyat.  Ilmu akan menjadi ego.

Tidak semua bisa dipecahkan oleh ilmu. Ada ruang, dimana ilmu tak bisa menjangkaunya. Ada ruang dimana Ilmu berhenti di sebuah titik karena kebodohan ilmu terhadap hal tersebut. Ilmu yang luar biasa pun ada keterbatasannya. Ilmu yang paling mumpuni pun masih diliputi kebodohan yang nyata.

 Adakah ilmu yang menjangkau masa depan? Adakah ilmu yang bisa menjangkau ruh? Adakah ilmu yang bisa menjangkau besitan hati dan lintasan pikiran?

Saya pernah belajar ilmu manajemen Inventory,  Mengapa ada stock dan gudang? Karena manusia tidak bisa tepat memprediksi kebutuhan manusia di hari esok, inilah salah satu keterbatasan ilmu. Seorang auditor yang yang hebat pun tak bisa memprediksi besitan kejahatan yang berada di dalam dada manusia. Itulah mengapa kita diminta wirid surat Al Falaq dan Annas.

Puncak ilmu dan pengalaman adalah Tauhid, lailahaillallah, tiada tuhan selain Allah. Puncak ilmu adalah lahaula walaquwata ilabilahi aliyulazim, tiada daya upaya kecuali seijin Allah.  Bila ilmu belum menemukan esensi keduanya, maka hawa nafsu masih menyelimuti ilmu. Puncak segala ilmu adalah mengenal ke Maha Agungan Allah.

 Puncak dari ilmu terangkum dalam asmaulhusna Allah.

Musibah, versi Ego? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Musibah, apakah dirasakan saat tidak menunaikan shalat wajib? Musibah bukan seke...

Musibah, versi Ego?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Musibah, apakah dirasakan saat tidak menunaikan shalat wajib? Musibah bukan sekedar ditimpa bencana, sakit dan kekurangan, dihindarkan Allah dari ketaatan pun sebuah musibah.

Tidak membaca Al Quran, tidak puasa, tidak bertahajud, tidak berzakat dan shadaqah, itu pun musibah. Ini musibah terbesar dalam hidup kita. Definisi musibah kita masih berkaitan dengan nafsu, belum menjurus pada musibah hati. Definisi musibah masih menjurus pada cinta dunia, belum menjurus pada cinta akhirat. Yang menjauhkan diri pada Allah, itulah musibah sesungguhnya.

Menangis, meratap, dan memohon bantuan, saat musibah dunia mendera. Namun bersenang-senang, tertawa terbahak-bahak saat musibah akhirat menimpa. Kita meninggalkan ketaatan kepada Allah sambil tertawa dan berbangga. Hati yang tertuju pada Allah takkan merasakan musibah dunia. Hati yang tertuju pada dunia takkan merasakan musibah akhirat. Begitulah hukum dunia dan akhirat dalam dada manusia.

Bila masih bersedih dengan kekurangan harta, kesulitan dan penderitaan, tanda jiwa masih tertuju pada dunia. Bila tak ada kesedihan saat meninggalkan ketaatan, tanda jiwa masih terbenam oleh dunia.

Orang yang paling rapuh jiwanya, merekalah yang menghamba pada dunia. Kekurangan minuman sedih. Kekurangan makan sedih. Dicaci bersedih. Sekecil apapun yang tak diinginkannya terjadi maka kesedihan akan menderanya. Kecintaan pada dunia membuat kesedihan berkepanjangan di dunia dan akhirat.

Yang disedihkan oleh pecinta akhirat hanya satu, apakah Allah murka padanya? Seperti rintihan Rasulullah saw saat diusir dari Thaif, "Ya Allah, apakah Engkau murka kepadaku? Bila bukan murka maka aku sanggup menjalaninya." Bila kesedihannya hanya murka Allah, maka takkan ada yang mengguncangkan dirinya. Inilah sumber kekuatan hidup yang sejati.

Menjauh dari Allah. Dijauhkan dari Allah. Itulah musibah sebenarnya dari kehidupan ini. Bukankah seluruh kehidupan dalam genggam-Nya?

Malamnya Sang Pemimpin Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) How to train the dragon 3, filem yang berbicar...

Malamnya Sang Pemimpin

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


How to train the dragon 3, filem yang berbicara tentang kepemimpinan. Bagaimana malam-malamnya para pemimpin? Tidak tidur mendengkur, tidak menikmati hangatnya selimut, tidak menikmati empuknya kasur. Tidak juga menikmati hip-hopnya malam dengan beragam kesenangan dunia. Pemimpin bukan penikmat hawa nafsu.

Apakah kita seorang pemimpin? Lihatlah bagaimana cara kita mengisi malam-malamnya? Malam ada ukuran kualitas kepemimpinan. Malam momentum mendapatkan ilham, mendengarkan suara hati, memahami persoalan dengan hati. 

Hiicup pemimpin muda Viking dalam filem How to train the dragon, sudah belajar dari ayahnya cara pemimpin mengisi malam-malamnya. Saat rakyatnya tertidur, sang pemimpin terbangun. Duduk di sebuah tempat khusus, menghidupkan pikiran dan jiwa,  merancang masa depan, menemukan solusi di keheningan malam. Siang harinya, bermunculan inovasi-inovasinya. Kecermelangan siang hari tergantung perenungan di malam hari.

Para ulama salaf selalu memiliki mihrab. Tempat dia shalat, sujud, berdoa, menangis dan berharap kepada Allah. Ada perpustakaan pribadi, tempat dia menggali ilmu dari pendahulunya lalu disambungkan dengan inspirasi hari ini dan tantangan hari ini. Begitulah peran pemimpin sebagai penyambung khazanah masa lalu dengan masa kini.

Ketika Hiicup tertimpa masalah dengan semakin banyaknya naga di perkampungannya, dia mengingat pesan ayahnya, membaca buku di keheningan malam dan mendengar suara rakyatnya. Itulah cara pemimpin meramu kehidupan. Menghimpun hikmah dan ilmu dari berbagai saluran informasi lalu dibuat keputusan, itulah peran akal seorang pemimpin.  Lalu agamalah yang menimbangnya.

Pemimpin menikmati kesendirian untuk menyelami samudera ilmu dan kebijaksanaan di malam hari. Pemimpin menikmati kebersamaan bersama rakyatnya untuk mencerahkan dan menyelesaikan persoalan di siang hari. Itulah waktu-waktu sang pemimpin.

Berkah Gosok Gigi dan Mandi Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Gosok gigi kita, apa bedanya dengan gosok ...

Berkah Gosok Gigi dan Mandi

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Gosok gigi kita, apa bedanya dengan gosok gigi para ulama salaf?

Gosok gigi kita untuk menghilangkan bau mulut. Gosok gigi para ulama salaf untuk menyiapkan diri menghadap Allah sebelum shalat. Beda kelas, beda kualitas, beda juga efeknya, itu dari hanya sebuah aktifitas gosok gigi.

Bagaimana cara menggosok gigi kita? Mungkin mengikuti cara bintang iklan, mungkin hanya mengikuti saran dokter. Namun gosok gigi para ulama salaf mengikuti sunah Rasulullah saw. Dari gosok gigi, para ulama mencoba meraih keberkahan cara dan sarana. Dari gosok gigi, para ulama salaf mengetuk pintu langit untuk mendapatkan syafaat Rasulullah saw, berkah dan kerahmanan Allah.

Gosok gigi para ulama salaf tidak hanya berefek pada kesehatan, tetapi juga kebersihan jiwa dan keberkahan ilmu. Dalam kitab Talim Mutaalim, salah satu meraih kemudahan menuntut ilmu adalah dengan menggosok gigi.  Dengan gosok gigi, hati menjadi bersih, maka ilmu pun menjadi mudah untuk dipahami.

Berbeda jauh, orang yang shalat tanpa bergosok gigi dengan bergosok gigi baru menunaikan shalat. Gosok gigi menjadi sarana melipatgandakan pahala shalat. Gosok gigi menjadi sarana menyiapkan diri menghadap Allah.

Untuk apa mandi kita? Para ulama salaf, mandi bukan untuk membersihkan, mengharumkan dan menyegarkan badan. Tetapi untuk menyambut kegembiraan. Mandi untuk menyiapkan diri menghadap Allah.

Ulama Salaf  mandi untuk menyambut bulan Ramadhan, menyambut hari Jumat, menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Mandi untuk bersiap shalat. Itulah cara meraih keberkahan dari mandi.

Mungkin secara kasat mata, apa yang dilakukan oleh ulama Salaf sama dengan yang dilakukan kita hari ini, namun mengapa kualitas hidupnya berbeda? Mengapa kejayaannya berbeda? Mengapa keberkahan hidupnya berbeda? Mengapa keilmuannya berbeda? Berarti ada esensi lain yang tidak pernah kita lakukan.

Berkarya, Rengekkan Kepada Allah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Jalan yang kau pilih? Seperti apa? Ja...

Berkarya, Rengekkan Kepada Allah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Jalan yang kau pilih? Seperti apa? Jalan menuju Allahkah?  Kuatkah menjalaninya? Itu persoalannya. Jalan yang dipilih berresikokah?  Sangat sedikit yang mau dan bisa menempuh jalan ini. 

Dari sekian banyak jalan hanya Ahlussunnah wal jamah yang benar. Dari bermilyar manusia hanya puluhan ribu yang masuk surga tanpa hisab. Menurut Syeikh Abdul Qadir Jailani, dari 1 juta orang hanya 1 orang yang bisa mencapai cinta dan rindu kepada Allah. Betapa sulitnya jalan ini? Betapa sangat khususnya jalan ini?

Manusia tidak mampu menempuh jalan menuju Allah kecuali yang dikehendaki Allah. Dia yang Maha Mengetahui siapa yang layak untuk menempuh jalan ini. Dengan kebijaksanaan-Nya, Dia memilih manusia yang layak untuk menempuh jalan ini. Siapakah dia? Apa syaratnya?

Orang yang mendapatkan rahmat Allahlah yang bisa menempuh jalan ini. Orang yang mendapatkan pertolongan Allahlah yang dapat menempuhnya. Sangat sedikit yang tegar. Sangat sedikit yang tetap berjalan ditengah kesulitan dan tantangan. Siapakah yang berpeluang meraih rahmat Allah?

Sayid Qutb,dalam tafsir Fizilalil Quran, membeberkan mereka yang berpeluang mendapatkan rahmat Allah. Yaitu, orang yang mencari perlindungan Allah, orang yang mencari pertolongan Allah dengan ketaatan, dan memohon taufik-Nya agar diberi petunjuk.

Karya, kerja keras dan perjuangan di kehidupan ini bukan untuk menunjukkan kehebatan dan kepintaran diri di hadapan manusia, tapi sebuah rengekkan, sebuah ibaan kepada Allah agar menurunkan pertolongan-Nya, perlindungan-Nya dan taufik-Nya. Tiada daya upaya kecuali atas pertolongan Allah. Itulah puncak kecerdasan, karya dan kerja keras kita.

Titik Awal Perjuangan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Perjuangan hidup, kapan dimulai? Sejak tersadark...

Titik Awal Perjuangan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Perjuangan hidup, kapan dimulai? Sejak tersadarkan dari tidur di waktu sebelum Subuh, disitulah perjuangan dimulai. Ada 3 belenggu yang harus dilepaskan dan dihancurkan. Kesuksesan hidup tergantung kemampuan kita melepaskan semua belenggu-belenggu.

Pejuangan melepaskan belenggu sejak kelopak mata pertama kali terbuka. Berdoa melepaskan belenggu pertama. Berwudhu melepaskan belenggu ke dua. Shalat melepaskan belenggu ke tiga. Berdoa, berwudhu dan shalat itulah cara melepaskan belenggu berbaring untuk bangkit.

Perjuangan pertama kali adalah  melawan ngantuk, melawan keempukan kasur, melawan kehangatan selimut. Itulah belenggu di strat awal hari-hari kita. Selanjutnya, kita akan menghadapi beragam belenggu kehidupan lainnya. Sukses di awal, akan sukses di akhir. Seorang ulama Iraq, Muhammad Ahmad Rasyid, mengatakan bahwa keistiqamahan kehidupan dimulai dari kebenaran di titik permulaannya.

Diterima amal tergantung dari niat awalnya. Ujian yang paling berat, kesabaran yang paling berat adalah pada pukulan pertamanya. Begitulah Rasulullah saw bersabda. Awal menentukan akhir. Menjaga niat awal hingga di akhir sebuah amal.

Titik awal yang terbaik dalam kehidupan dan hari kita adalah ucapan Segala Puji bagi Allah. Titik awal terbaik adalah merendahkan jiwa, akal dan raga dengan pengakuan Allah adalah  Penguasa Semesta Alam.  Titik awal terbaik adalah bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan hidup kembali. Adakah titik awal yang lebih baik dari itu semua?

Imam Hasan Al Banna menghimpun semua pengakuan ini dalam kumpulan doa pagi dan petang yang bernama Al-Ma'tsurat. Doa adalah pengakuan ketauhidan. Doa adalah pengakuan penyerahan diri. Doa adalah pengakuan kebutuhan dan kekuasaan Allah. Itulah, titik awal hari, titik awal semua aktifitas adalah doa. Titik awal manusia di muka bumi pun doa nabi Adam yang mengakui kezaliman diri manusia.

Doa, menyertakan Allah dalam semua nafas kita. Jadi, adakah keberhasilan tanpa pertolongan Allah? Lebih banyak peran Allah dalam semua keberhasilan dan karya kita dibandingkan yang kita usahakan sendiri.

Kasih Sayang Allah pada Kemaksiatan Kita Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Kasih sayang Allah pun tercur...

Kasih Sayang Allah pada Kemaksiatan Kita

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Kasih sayang Allah pun tercurah pada ahli maksiat. Baik dalam menyembunyikan kemaksiatan mereka, atau pun mencegahnya. Sudah dicegah, bila tetap dilakukan maka disembunyikan Allah, hingga mereka sendiri yang membuka aibnya secara terang benderang.

Allah mencegah kemaksiatan dengan fitrah, nurani dan hati. Sebelum bermaksiat, mereka harus melawan fitrahnya sendiri. Membunuh jiwa nuraninya sendiri. Setelah membunuh akal sehatnya, membunuh rasa malu, membunuh rasa sakitnya raga dan persepsi masyarakat terhadap sebuah kemaksiatan. Kemaksiatan sebenarnya penghancuran total sosok manusia. Itulah cara Allah mencegah manusia dari dalam diri mereka sendiri.

Allah mencegah kemaksiatan manusia melalui perjalanan sejarah manusia. Bacalah sejarah bagaimana akhir kesudahahan para ahli maksiat. Dari kehidupan kesehariannya, kematiannya hingga penghancuran total mereka. Allah menjaga kisah-kisah sejarah masa lampau agar manusia tercegah dari kesalahan yang sama. Sayang, masa lalu dianggap takkan terulang lagi. Sayang, masa lalu dianggap sebuah dongeng belaka. Itulah yang menyebabkan khazanah keilmuan dari para pendahulu menjadi sia-sia.

Ketika maksiat merebak, Allah tak menghancurkan para ahli maksiat sebelum datangnya orang yang memberikan peringatan. Inilah penangguhan waktu. Inilah peluang waktu yang diberikan Allah agar mereka memperbaiki diri. Ketika peringatan sudah disampaikan, lalu tetap menolak, disitulah eksekusi Allah terhadap ahli maksiat terjadi.

Pintu taubat masih terus terbuka hingga hari kiamat. Pintu Allah terbuka hingga saat kematian tiba. Berapa lama, Allah menunggu keinsyafan manusia dengan kasih sayang-Nya? Allah menunggu manusia sadar sepanjang usia manusia. Masya Allah.

Allah tak memperdulikan banyaknya kemaksiatan. Seandainya dosa manusia seberat langit dan bumi. Seandainya dosa manusia sebanyak partikel yang ada di planet ini, Allah mengampuni semua dosa tersebut. Betapa Maha Sayang-Nya Allah pada ahli maksiat.

Berkat kasih sayang-Nya, didatangkan sakit dan beragam kesulitan untuk menghapus dosa-dosa manusia di muka bumi agar tak ada lagi penghapusan dosa dengan api neraka di dunia. Hudud dan rajam, cara Allah agar dosa besar bisa dibersihkan di dunia bukan dengan neraka.

Satu kebaikan diberi 10 pahala. Niat yang baik diberi 1 pahala. Satu kemaksiatan dihitung 1 dosa. Inilah kasih sayang Allah agar dosa kemaksiatan tidak bisa melampaui pahala kebaikan. Bila semua kasih sayang Allah masih membuat dosa manusia melampaui pahalanya, berarti bukan "Sistem" Allah yang salah, tetapi manusialah yang sudah menzalimi dirinya sendiri.

Renungkan kasih sayang Allah pada kemaksiatan-kemaksiatan kita. Agar paham Rahman-Rahim-Nya.

Memeriksa Ketakwaan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sayid Qutb datang ke tiang gantungan dengan senyum...

Memeriksa Ketakwaan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Sayid Qutb datang ke tiang gantungan dengan senyuman dan lambaian tangan penuh ketenangan. Umar Mukhtar pahlawan dari Libiya datang ke tiang gantungan di hadapan penjajah Italia dengan ketentraman. Mereka menjalani semua takdir dengan ketenangan yang luar biasa. Apa rahasianya? Selama iman tak tercabut, semua bukanlah penderitaan dan kesulitan.

Definisi penderitaan dan kesulitan hanya diartikan sesuatu yang tidak selaras dengan keinginan dan harapan. Harapan kita standarnya. Keinginan kita ukurannya. Bila seperti itu rubah saja persepsi keinginan dan harapan? Maka takkan ada lagi penderitaan dan kesulitan? Begitu mudah menghilangkan penderitaan dan kesulitan, hanya sekedar merubah persepsi saja.

Penderitaan dan kesulitan bisa saja diartikan segala hal yang tak bisa memuaskan hawa nafsu kita. Mengapa kesempitan makanan, minumam, pakaian, harta, dan sakit, dianggap kesulitan dan penderitaan? karena ukurannya nafsu yang tak  terpuaskan. Bila diri merasakan kesulitan, tanyakan kembali, soal perutkah? Soal kenyamanan hidupkah? Soal sedikitnya hartakah? Bila masih dalam lingkaran itu, maka definisi kesulitan masih dalam kubangan tak terpuaskannya nafsu saja. Allah mencabut semuanya agar manusia tak berkubang dalam nafsu yang menjerumuskan.

Para Rasul, Sahabat dan Ulama Shaleh tak pernah merasakan penderitaan dan kesulitan soal dunia. Karena keinginan, cita-cita dan harapan mereka sudah selaras dengan takdir-takdir Allah. Kehendak mereka sama dengan kehendak Allah. Mereka tak lagi peduli dengan semua yang dialami di dunia, selama ujian itu tidak mengenai agama dan akhlak. Sebab itulah, permohonan mereka jangan sampai musibah itu menimpa agama mereka. Permohonan mereka, jangan jadikan dunia sebagai puncak dari cita-cita. Bukan pula puncak dari ilmu mereka. Bukan puncak dari khayalan dan angan-angan.

Bila permintaan doa masih berkutat soal dunia, maka segala hal akan bisa mengguncangkan jiwa. Bila permintaan doa menginginkan cinta dan rindu bertemu Allah, maka takkan ada yang membuatnya sedih apalagi terguncang. Semua  peristiwa dunia dianggap permainan dan senda gurau, takkan ada yang menusuk hati dan merisaukan jiwa.

Andai takwa ada di dada, bukankah Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tak terduga? Bila takwa di dada, bukankah Allah akan memudahkan seluruh urusan? Bila takwa ada di dada, bukankah Allah akan menganugerahkan kekuasaan dan kepemimpinan di dunia? Andai semua itu belum tercapai, periksalah ketakwaanmu, ada yang salah dengan ketakwaanmu.

Hidup Itu sebuah tamasya manusia sebelum ke Surga. Hidup itu sebuah perjalanan hiburan sebelum ke Surga. Kecintaan manusia pada belenggu dunialah yang menyebabkan kehidupan ini terasa menyulitkan dan penuh penderitaan.

Bila dengan ketakwaan banyak orang yang merintangmu. Tenang sajalah. Karena Allah yang akan mengurus mereka. Allah yang akan mengurus tipu daya mereka. Seperti Allah memperlakukan Namrudz, Firaun, Qarun, dan menghancurkan beberapa kaum. Begitulah Allah berjanji dalam surat Muzamil ayat 11. Lalu, apa yang membuatmu menderita?

Ikhlas, Pembangun Jiwa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ikhlas, menurut Sayid Qutb dalam tafsir Fizila...

Ikhlas, Pembangun Jiwa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ikhlas, menurut Sayid Qutb dalam tafsir Fizilalil Quran, memiliki dimensi lain, bukan sekedar syarat diterima amal, tetapi energi membangun dari dari dalam. Ikhlas akan membangun mindset dan persepsi dari dalam. Ikhlas pula yang membentuk kehendak manusia sejalan dengan kehendak Allah. Hidupkan api keikhlasan, maka energi dari dalam akan membangun jiwa manusia.

Imam Al Ghazali mengibaratkan jiwa manusia seperti danau yang menampung air. Ada air yang bersumber dari sungai ada pula yang bersumber dari mata air yang ada di danau itu sendiri. Yang paling bersih dan segar adalah yang bersumber dari mata air, bukan sungai yang kadang sudah tercampur oleh sampah-sampah. Mata air bersih itu bernama keikhlasan.

Keikhlasan inilah yang akan menjadi sumber mata air hikmah, ilmu, solusi, kreatifitas dan pemikiran yang lahir dari jiwa-jiwa manusia itu sendiri. Keikhlasan yang memberikan kontribusi bagi kehidupan, kebangkitan dan kegairahan jiwa. Tanpa keikhlasan, jiwa manusia akan mati dan  kering kerontang.

Keikhlasan tidak hadir dari sekedar banyak beribadah. Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, yang pertama harus diperhatikan adalah kehalalan harta, dari mana memperoleh harta? Untuk apa dibelanjakan? Meneliti makanan yang dimakan dan diminum. Meneliti pakaian, kendaraan dan rumah yang ditempati. Dari harta halalkah?

Mari berkaca pada Abu Bakar, Utsman bin Affan dan generasi asabiquna awalun lainnya, mereka cepat merespon hidayah dan seruan Rasulullah saw, karena di masa Jahiliyah mereka tetap menjaga kehalalan harta. Kehalalan hartalah yang membentuk kejernihan hati, yang kemudian menjadi tanah subur bagi memancarnya keikhlasan.

Keikhlasan membangun karakter yang kokoh. Kekuatan yang paling kuat di semesta ini adalah keikhlasan. Bila ikhlas sudah bersemayam, maka jiwa tersebut menjadi pribadi yang paling dahsyat. Begitulah sabda Rasulullah saw. Tak perlu pusing bagaimana membangun jiwa, cukup hadirkan keikhlasan saja maka Allah yang akan membangun jiwa kita.

Seni Beristiqamah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Semakin panjang usia, semakin sulit beristiqamah. Ad...

Seni Beristiqamah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Semakin panjang usia, semakin sulit beristiqamah. Ada kisah  rahib Bani Israel yang sudah beribadah 100 tahun, namun di usia 100 tahun itulah dia terjerumus pada dosa besar.  Ya Allah, panjang usia bila bertambahnya usia semakin mencintai dan merindukan-Mu. Wafatkanlah bila bertambahnya usia justru  bertambah kedurhakaan kepada-Mu.

Ketaatan, ketundukan dan penghambaan diri kepada Allah, bukan semata kerja keras dan perjuangan kita sendiri. Allahlah yang memberikan hidayah. Allahlah yang membimbing. Allahlah yang menggerakkan. Sedikit andil kita. Bila semua ibadah karena perjuanganmu, disitulah muncul rasa sombong dan bangga. Disitulah awal penggerogotan istiqamah.

Bukankah Abu Thalib yang telah berjuang bersama Rasulullah saw tidak mendapatkan hidayah? Bukankah ada seorang Sahabat yang berjuang bersama Rasulullah saw akhirnya murtad di tangan Musailamah Al Khazab? Bukankah ada yang berjuang dan berhijrah bersama Rasulullah saw akhirnya tak diterima amalnya? Kita harus lebih takut dan lebih berharap kepada Allah ketika dalam ketaatan. Kita harus lebih bergantung kepada Allah ketika dalam beribadah. Inilah seni menjaga keistiqamah.

Syetan takkan ridha dengan ketaatan seseorang. Semua strategi diluncurkan untuk menjerumuskan. Bila sudah mencapai ketaatan tertentu, bersiaplah menghadapi godaan dan bisikan syetan yang baru, yang lebih menipu, lebih halus kamuflasenya, lebih tak terasa bisikannya. Hingga merasa dalam ketaatan namun sebenarnya penyimpangan. Inilah seni menjaga kewaspadaan seperti yang didefinisikan oleh Umar Bin Khatab bahwa takwa adalah kehati-hatian.

Ketaatan bukanlah level tertinggi, bukan pula perhentian terakhir. Bila ini ada, bersiaplah keistiqamah akan tercabut tanpa sadar. Ketaatan dan penghambaan adalah ungkapan rasa syukur. Bila rasa syukur sudah ada, maka kita harus bersyukur atas dilimpahkan rasa syukur oleh Allah. Bersyukur atas rasa syukur. Beristighfar atas istighfar kita, itulah ungkapan Al Adawiyah.

Agar tak terjebak pada stagnasi ibadah, maka ada rukun Iman, rukun Islam, bila sudah meraih seluruhnya apakah ada Ihsan dalam jiwa kita? Bila sudah meninggal yang haram, apakah bisa meninggalkan yang makruh? Apakah sudah bisa meninggalkan yang subhat?

Bila sudah meraih yang halal, apakah sudah berhati-hati terhadap yang halal? Sudahkah mencapai kewaraan? Para Sufi mencoba membuat maqam dalam ibadah dari syariat, hakikat lalu hakikat? Imam Al Ghazali membuat  tangga-tangga ketaatan seseorang dalam kitab Minhajul Abidinnya. Ibnu Qayyim membedah tingkatan ibadah dalam kitab Madarijus Salikinnya. Tak ada tempat perhentian terakhir dalam ketaatan. Karena perhentian terakhir adalah melihat wajah Allah. Inilah seni beristiqamah.

Keadilan, Menentramkan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dalam kemarahan ada akhlak. Dalam peperangan ad...

Keadilan, Menentramkan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Dalam kemarahan ada akhlak. Dalam peperangan ada akhlak. Dalam kekacauan ada akhlak. Itulah cara melihat hakikat seseorang dan sebuah ideologi. Dalam ketentraman ada akhlak itu hal yang biasa. Dalam kedamaian ada akhlak, itu hal biasa.

Hajjah Ats Tsaqafi memerangi lawan politiknya dengan penangkapan, penjara, tiang gantungan  dan penghancuran. Umar Bin Abdul Aziz yang hidup di era yang sama, memerangi lawan politiknya dengan pedang keadilan. Mana yang berpengaruh lebih besar? Keadilan menembus hati, jiwa dan pemikiran. Keadilan, seni menaklukan yang sempurna.

Syarat kemakmuran adalah keadilan. Syarat kesejahteraan adalah keadilan. Cara melihat keadilan pemimpin lihatlah ketika dia sedang marah. Menjadi diktatorkah? Menjadi otoriterkah?

Melihat keadilan pemimpin, lihatlah bagaimana memainkan payung hukum dan konstitusional. Hukum untuk memberangus lawan politiknya, sesuai persepsi pribadinya? Atau hukum memang ditegakkan untuk menjaga kemaslahatan? Hukum bukan sekedar timbangan tekstual tetapi juga konstektual, itulah sikap keadilan.

Keadilan adalah penyanggah utama kehidupan, harus disemai kepada semua pihak, kepada semua yang hidup. Keadilan harus dirasakan kepada yang beriman dan ahli maksiat. Keadilan harus dirasakan kepada muslim dan kafir. Keadilan harus disemai kepada hewan dan tumbuhan. Yang diharapkan rakyat dari pemimpin adalah keadilannya.

Rasulullah saw tidak menghukum penzina karena yang melihat perzinahan tersebut hanya satu saksi. Rasulullah saw memohonkan surga kepada penzina setelah dihukumi rajam. Kepada ahli maksiat pun Rasulullah saw berlaku adil. Menegakkan hukum itu memang harus ada syarat-syaratnya, bukan sekadar menegakkan kebaikan saja.

Kebaikan dan kebenaran tidak bisa ditegakkan dengan menghalalkan segala cara. Namun harus ditegakan dengan keadilan. Saat Rasulullah saw berperang, beliau membuat beragam perjanjian pendahuluan. Menawarkan syarat-syarat perdamaian. Umar bin Abdul Aziz  memanggil seluruh pejabat, panglima dan tentaranya, agar keluar dari daerah tersebut,  saat mengetahui bahwa daerah tersebut dahulunya tidak dibebaskan dengan syarat-syarat  yang tetapkan syariat.

Umar Bin Abdul Aziz pernah menghapus seluruh pungutan yang dibebankan kepada masyarakat non muslim karena penerapannya tidak sesuai syariat Islam. Namun mengambil harta kekayaan keluarga besarnya yang diambil  dengan kezaliman ke kas negara. Keadilanlah yang akan menyatukan hati rakyat sebuah bangsa, bukan gembar gembor ideologi yang hampa.

Dalam catatan sejarah, hiruk pikuk rakyat, perpecahan rakyat, benturan rakyat, ketidaktentraman terlahir karena ketidakadilan pemimpinnya. Kehancuran sebuah bangsa karena masyarakatnya tidak mampu menghadirkan pemimpin yang berkeadilan. Kerusakan seluruh sendi bangsa dan masyarakat karena ketidakadilan pemimpinnya. Kezaliman akan menghancurkan kehidupan manusia.

Bila hari ini penuhi hoax, bila hari ini penuh ujaran kebencian, bila hari ini penuh hujatan, mari kita lihat para pemimpinnya. Karena keadilan pemimpin akan menciptakan ketentraman di sanubari jiwa bangsanya. Semua ini bukan soal Pilpres, tetapi soal rasa keadilan.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (208) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (225) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (283) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (46) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (2) Nabi Isa (2) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (2) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (191) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (431) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (155) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (195) Sirah Sahabat (114) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (95) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)