basmalah Pictures, Images and Photos
11/15/22 - Our Islamic Story

Choose your Language

Tionghoa Muslim Di Balik Pendirian Kerajaan Majapahit? Oleh: Ali Romdhoni (Dosen Universitas Wahid Hasyim, Semarang) Dari catata...


Tionghoa Muslim Di Balik Pendirian Kerajaan Majapahit?


Oleh: Ali Romdhoni (Dosen Universitas Wahid Hasyim, Semarang)

Dari catatan sejarah kita bisa mengerti bahwa orang-orang penting di lingkaran istana Singasari telah menjalin komunikasi baik dengan kelompok Muslim dari negeri seberang. Kondisi yang demikian terus berlangsung sampai Singasari runtuh, dan akhirnya Majapahit berdiri. Mengenai hal ini, sangat menarik mencermati pemberitaan dalam Serat Pararaton.

Cerita bermula ketika kerajaan Singasari di Tumapel berhasil digulingkan oleh Adipati Gelang-gelang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1292. Awalnya Kertanegara tidak percaya bahwa Jayakatong, raja bawahan dan besannya sendiri berkhianat. Setelah melihat para prajuritnya bersimbah darah, raja yang bergelar Bhatara Siwa-Buddha (bertahta 1270-1292) itu mulai sadar, istana telah bobol.

Kertanegara memerintahkan menantunya, Wijaya untuk menghadang pemberontak dari arah utara Tumapel. Wijaya dilindungi para satria pilih-tanding Singasari: Banyak Kapuk, Rangga Lawe, Pedang, Sora, Dangdi, Gajah Pagon, Nambi, Peteng, dan Wirot.

Pasukan Daha dalam jumlah yang jauh lebih besar telah mengepung istana Singasari. Untuk melawan orang-orang Jayakatong itu jumlah tentara Singasari terlalu sedikit. Iya, sebagian dari mereka sedang diberangkatkan ke Sumatera untuk menaklukkan Melayu. Kelak peristiwa ini dikenal sbagai ekspedisi Pamalayu (1275).

Pasukan Wijaya kocar-kacir. Kertanegara gugur bersama Patih Kebo Tengah (Apanji Aragani), dan lebih banyak lagi dari pembesar Singasari. Wijaya bersama para pengikut setianya menjadi pelarian.

Atas saran Sora, Rangga Lawe, dan Nambi, seyogyanya Raden Wijaya lari ke Madura bagian timur, meminta perlindungan kepada Arya Wiraraja. Sora meyakinkan, Wiraraja bisa menolong.

Benar, Wiraraja menerima Wijaya yang sedang dalam pelarian dengan sangat baik. Puncaknya, Arya Wiraraja menyanggupi permintaan menantu bekas junjungannya itu. Ahli strategi dan penasehat politik Singasari itu kemudian mengatur langkah untuk mewujudkan keinginan Wijaya menjadi raja. Wiraraja menggunakan senjata pamungkasnya, meminta bantuan kepada raja Tatar di seberang utara (Mongolia).

“Saya bersahabat baik dengan raja Tatar. Saya akan berkirim surat ke Tatar, mengajak mereka untuk menyerang Daha,” kata Arya Wiraraja sebagaimana tertulis dalam serat Pararaton.

Dengan keahlian Arya Wiraraja dalam bidang diplomasi, politik, dan strategi kemiliteran, Raden Wijaya akhirnya berhasil menggulingkan Raja Jayakatong. Peristiwa ini terjadi tahun 1292.

Hal yang menarik dicermati dalah persahabatan Wiraraja dengan orang-orang Tatar. Asal-usul bangsa Tatar (kadang dilafalkan dengan ‘Tartar’) adalah orang-orang Turki. Mereka bermigrasi ke timur, sampai kemudian menjadi warga minoritas terbesar di Rusia. Ada juga kelompok suku Tatar yang tersebar di berbagai negara, mulai dari China, Jepang, Polandia, dan ke San Francisco. Nama Tatar mulai muncul pada abad pertengahan untuk menyebut salah satu suku Mongol. Pada awalnya, istilah Tatar atau Tartar digunakan oleh orang China untuk menyebutkan bangsa Mongol yang melewati negara China tanpa izin.

Di China, Tartar merupakan suku terkecil yang tinggal di Provinsi Xinjiang, di wilayah barat laut negeri itu. Mayoritas penduduk Xinjiang adalah warga etnis Uighur yang beragama Islam. Walaupun dikaitkan dengan Mongolia, pada kenyataannya suku Tartar lebih memiliki kemiripan budaya dan rupa (wajah) dengan orang-orang Eropa Timur. Mereka paling mashur dengan reputasi sebagai penunggang kuda terbaik.

Di Universitas Heilongjiang Harbin, China penulis memiliki seorang teman mahasiswa yang berasal dari suku Tatar. Dia seorang Muslim berkebangsaan Rusia. Kepada penulis, dia bercerita seputar tradisi keislaman orang-orang Tatar di kampung halamannya. Termasuk bagaimana suku Tatar belajar agama Islam, dan mengajari anak-anaknya.

Menurut kesan penulis, orang Tatar umumnya bisa membaca dan menulis aksara Arab dengan baik. Anak-anak di lingkungan suku Tatar mendapat pendidikan tata-cara shalat lima waktu hingga doa-doa penting keseharian. Ini menunjukkan, model keislaman mereka tidak berbeda jauh dari pendidikan keislaman tradisional di Indonesia.

Jadi, pengaruh pribadi seorang Arya Wiraraja yang bisa meyakinkan orang-orang Tatar untuk datang ke pulau Jawa, kemudian membantu penyerangan Wijaya ke Daha bukanlah kedekatan yang biasa. Artinya, pada saat itu bangsa Tatar telah percaya dengan setiap berita dan analisis politik Arya Wiraraja.

Di sisi lain, mayoritas orang Tatar beragama Islam. Iya, pasukan Angkatan Laut Tatar yang didatangkan dari daratan China itu semuanya terdiri dari orang-orang Muslim. Menurut cerita, setelah sampai di pinggiran pantai di dekat Surabaya, perahu-perahu membawa bala tentara yang dipesan Wiraraja itu menuju Tarik dengan menyusuri sungai Brantas (Wahid, 2010:2).

Mencermati kisah tentara Tatar dan orang-orang Tarik, kedekatan kedua pihak agaknya memiliki landasan (etika) nilai-nilai tertentu, mengingat mereka berasal dari dua negeri yang berbeda, bahkan berjauhan. Selanjtnya, bukan tidak mungkin prinsip (ajaran) yang dipegang kedua belah pihak saling bertemu dan mempengaruhi. Apakah Wiraraja sudah mengenal Islam, atau lebih jauh dari itu, semuanya memiliki kemungkinan.

Penulis juga mencatat ceramah-ceramah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, khususnya yang ada kaitannya dengan informasi sejarah. Dalam beberapa kesempatan Gus Dur mengatakan, hutan Tarik—yang kemudian dibuka oleh Wijaya, dan kelak menjadi kotaraja Majapahit—berasal dari kata thariqat (tarekat).

Artinya, wilayah hutan Tarik sejak awal sudah didiami oleh sekelompok orang yang mengamalkan ajaran tarekat. Mungkin juga, kerajaan Majapahit dibangun di atas landasan nilai-nilai sufistik yang bersumber dari ajaran tarekat. Bila benar demikian, sejak awal kerajaan Majapahit sebenarnya telah menjalankan nilai-nilai keislaman.

Kecurigaan penulis tentang kemungkinan kerajaan Majapahit sejak awal didirikan oleh orang-orang (muslim) penganut ajaran tarekat bukan tanpa dasar. Diceritakan, pada abad ke-10 telah ada komunitas muslim di Gresik, tidak jauh dari desa Tarik (hutan Tarik). Lahirnya masyarakat muslim itu dipelopori atau didirikan oleh Fatimah binti Maimun di desa Leran, dekat Gresik (Soedjatmoko, 2007:43).

Hingga berdirinya Majapahit berarti telah ada jeda waktu sekitar tiga ratus tahun. Dalam rentang waktu yang demikian panjang, sangat masuk akal bila masyarakat muslim telah berkembang menjadi kelompok yang kuat (Wahid, 2010:22).

Sampai di sini menjadi mudah dipahami, mengapa Arya Wiraraja meminta bantuan kepada pasukan angkatan laut Tatar ketika hendak mendirikan Majapahit.

Peristiwa lain yang memungkinkan orang-orang (tentara) Singasari bertemu dengan komunitas Muslim adalah ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275. Raja yang bertahta di Dharmasraya (Tanah Melayu) kala itu adalah Tribuwanaraja Mauliwarmadewa (1286–1316). Pada tahun 1286 raja ini menerima Arca Amoghapasa dari Raja Kertanegara. Delapan tahun kemudian, anaknya, Putri Dara Petak diboyong ke Majapahit dan diperistri Wijaya yang telah dinobatkan sebagai raja pertama Majapahit pada tahun 1294 (Muljana, 2007:4).

Di sisi lain, sudah sejak tahun 1028 M para saudagar asing yang berpusat di muara sungai Perlak dan Pasai (keduanya di dekat Aceh) berusaha memonopoli daerah penghasil lada di sungai Kampar kanan dan Kampar kiri (di Minangkabau). Mereka umumnya seorang Muslim beraliran Syi’ah, berburu buah lada di Pulau Sumatera dengan dukungan pemerintah Dinasti Fathimiah (909-1171 M) di Mesir.

Selain berdagang dan mengenalkan ajaran Islam, pada tahun 1128 M para pedagang ini menyeponsori berdirinya kesultanan Pasai, dan pada tahun 1161 M ikut mendirikan kesultanan Perlak. Sampai tahun 1168 M, tidak ada kelompok lain yang bisa menggeser pengaruh kaum perantau dari Mesir ini (Muljana, 2007:130).

Keberadaan kerajaan Islam di Sumatera ini juga disaksikan seorang pedagang dan penjelajah dari Venesia, Italia yang pernah menyusuri jalur sutera. Sekitar tahun 1292 M, Marco Polo singgah di Samudera Pasai. Menurut Marco Polo, di Pasai ada banyak orang yang sudah mengenal dan menyebarkan Islam. Catatannya tentang kisah-kisah menarik selama berperjalanan kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul The Travels of Marco Polo (New York, 1845).

Pertemuan pasukan Singasari dengan orang-orang dari Dinasti Fatimiyah di Tanah Melayu selama hampir dua puluh memungkinkan mereka saling bertukar-pengetahuan dan kebudayaan, termasuk nilai-nilai universal (agama).

Selain itu, sumber-sumber lama seperti Babad Tanah Djawi, Babad Demak Pesisiran, dan Babad Pajang mengabarkan, raja Majapahit terakhir memiliki seorang istri perempuan muslim anak seorang raja dari negeri Campa. Pernikahan Raja Brawijaya dengan Putri Campa melahirkan tiga anak. Keluarga Campa ini pendukung bagi kemudahan perkembangan Islam di Jawa pada masa-masa selanjutnya.

Dari paragraf-paragraf di atas bisa dipahami, pada akhir kekuasaan Singasari telah terjadi kontak politik antara elit istana Singasari dengan angkatan laut Tatar yang muslim. Pada masa-masa berikutnya, penguasa Majapahit memberi kelonggaran bagi tumbuh dan berkembangnya agama Islam di Jawa. Para pembawa agama Islam dari negeri seberang (Campa) diijinkan untuk menyiarkan syari’at, dan pada akhirnya dijadikan kerabat dekat istana.

Tanah pekuburan Muslim Troloyo yang berada tidak terlalu jauh dari pusat situs terbesar peninggalan kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur juga menjadi bukti bahwa Islam sudah berada di dalam Istana Majapahit. Sejumlah tokoh penting Majapahit yang ternyata seorang Muslim dimakamkan di tanah pekuburan itu.[]

Orang Islam di Majapahit Red: Muhammad Subarkah Oleh: Sunano* Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam salah satu tulisan yang dibukuka...


Orang Islam di Majapahit

Red: Muhammad Subarkah
Oleh: Sunano*

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam salah satu tulisan yang dibukukan dengan judul “Membaca Sejarah Nusantara, 25 Kolom Sejarah Gus Dur” (Yogyakarta: LKiS, 2010), pada halaman 22–24 menjelaskan tentang perang Jawa-Tiongkok.


Secara jeli Gus Dur menjelaskan tentang islamisasi Jawa. Bahwa alasan politik kekuasaan kurang rasional dalam perang Jawa-Tiongkok, yang mungkin adalah persamaan agama. Bahwa Raden Wijaya adalah seorang Muslim sehingga pasukan Muslim Tionghoa sudi membantu. Bahkan Gus Dur lebih lanjut menjelaskan bahwa Wijaya adalah nama yang dimilikinya, yaitu Oei atau Wie, yang dalam cabangnya disebut Wong atau Wang.


Jika benar apa yang dituturkan oleh Gus Dur, maka Majapahit didirikan oleh orang Islam dari etnis Tionghoa. Masalah sumber referensi memang tidak dijelaskan oleh Gus Dur, sehingga jika ada perdebatan sejarah mengenai bukti arkeologis atau bukti historis bahwa Raden Wijaya adalah Muslim akan susah dijelaskan.

Pakar sejarah Nusantara, Denys Lombard dalam buku “Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia”  (Jakarta: Gramedia, 2005) menjelaskan bahwa sejak awal abad ke-13 terjadi revolusi bahari dan telah mendorong berbagai pelabuhan di Sumatera dan Jawa menjadi pusat perdagangan penting dan sangat ramai. Bersamaan waktu, Islam menyebar di semua pusat perdagangan, pelabuhan, dan mencapai puncak kejayaan dalam bentuk kesultanan Islam.


Lombard mengistilahkan, selama dua abad, Samudera Hindia menjadi lautan bersuasana Islam, tempat perdagangan Lautan Tengah dan Laut Cina Selatan menyatu secara alamiah.

Lombard lebih jauh menjelaskan bahwa banyak elite militer Dinasti Mongol yang sudah diislamkan telah mendorong para penasihat Kubilai Khan untuk mengadakan ekspedisi besar-besaran ke arah Jepang, Champa, Vietnam, dan Jawa. Pasukan tempur ini terdiri atas para pedagang, petani, dan tukang kayu Tiongkok Selatan yang sudah akrab dengan pelayaran ke Asia Tenggara.

Hal tersebut terwujud dalam catatan sejarah tentang kedatangan militer Tiongkok ke Indonesia dalam jumlah sangat besar pada waktu Dinasti Yuan berkuasa. Jumlah pasukan Mongol untuk menyerang Jawa dengan perkiraan mencapai 20.000 orang, yang terdiri atas banyak tentara Muslim. Upaya damai penaklukan kerajaan Jawa dilakukan dengan mengutus Men-Shi sebagai wakil Kubilai Khan agar raja Jawa tunduk kepada kekuasaan Mongol. Namun, upaya ini malah dicederai dengan melukai wajah dan memotong telinga utusan resmi tersebut.

Kronik peperangan antara Jawa dan Tiongkok pada masa Dinasti Yuan yang ditulis oleh WP. Groeneveldt dalam buku “Historical Notes Indonesia and Malaya Compiled From Chinese Sources” (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009) menjelaskan tentang penyerangan pasukan Mongol.

Pada tahun 1293, Kaisar Kubilai Khan mengirim pasukan untuk menghukum Raja Singasari yang dipimpin oleh tiga jenderal; Shih-Pi, biasa dipanggil Tarkun yang berasal dari Po Yeh Disktrik Li Chou (Provinsi Chih Li). Merupakan wakil Kubilai Khan untuk menaklukkan Jawa. Selama Dinasti Yuan, menjadi kebiasaan orang Semu (orang Arab, Persia dan Turki), yang merupakan leluhur komunitas Hui, memakai nama Han China sebagai tambahan nama etnis mereka. Karena itu, sangat diyakini bahwa Shih-pi adalah jenderal Muslim.

Ike Mese yang berasal dari Uighur (Provinsi Xinjiang), yang merupakan suku terpandang, paling cerdas, dan berkebudayaan tinggi di antara suku-suku Turkistan lainnya. Xinjiang pada masa Dinasti Yuan merupakan salah satu provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Jenderal ketiga adalah Gaoxing (Kau Shing) yang berasal dari Ts’ai Chou yang merupakan seorang dari bangsa Han.

Kedatangan militer Mongol tersebut membawa dampak signifikan terhadap jumlah populasi Tionghoa dan orang Islam di pulau Jawa dan Sumatera. Kegagalan penyerangan tentara Mongol menyebabkan banyak pasukan bisa kembali ke Tiongkok.

Mereka menyebar dan menetap di kota-kota sepanjang pantai utara Jawa dan pesisir timur Sumatera. Sisa pasukan Mongol tersebut banyak mengembangkan teknologi kapal, pertanian, dan pertukangan yang sudah sejak lama maju di Tiongkok. Mereka juga membangun jaringan perdagangan antar pulau dan luar negeri.

Komunitas Muslim Tionghoa yang bermukim di Jawa terekam secara jelas oleh Ma-Huan yang membuat catatan perjalanan ekspedisi Laksamana Cheng Ho selama tujuh kali (1405–1433). Catatan tersebut menginformasikan komunitas Muslim Tionghoa di berbagai bandar pelabuhan yang dikunjungi Cheng Ho.

Di bandar pelabuhan Tuban, orang Tionghoa merupakan sebagian besar dari penduduk yang menurut taksiran mencapai “seribu keluarga lebih sedikit”. Di bandar pelabuhan Gresik, juga banyak orang Tionghoa menetap dan berdagang emas, batu mulia, barang impor. Banyak di antara mereka sudah menjadi pedagang kaya.

Mereka juga banyak yang menganut agama Islam dan mentaati aturan agama. Oleh Groeneveldt lebih rinci menjelaskan bahwa di ibukota Majapahit, penduduk terbagi menjadi tiga, orang Hui yang merujuk pada komunitas Arab, mereka makan dan berpakaian sangat layak dan bersih, orang Tionghoa yang banyak memeluk Islam dan Pribumi yang sangat kotor dan jelek.


Komunitas Islam di Majapahit jika merujuk pada sumber primer berupa situs makam sudah ada sejak Raja Hayam Wuruk. Kompleks makam raja-raja dan bangsawan Majapahit di Troloyo sebagai pemakaman Islam bagi keluarga raja. Kompleks makam Troloyo berada di selatan keraton berdekatan dengan perumahan bangsawan dan keluarga Raja Hayam Wuruk.

Seperti ditulis Adrian Perkasa dalam “Orang-Orang Tionghoa & Islam di Majapahit” (Yogyakarta: Ombak, 2012), menjelaskan bahwa kuncup makam pada kompleks makam Kubur Pitu (makam tujuh) menggunakan lambang surya Majapahit dan bertuliskan Arab “la ilaha illahu mukhammadun rasawlu allahu” dengan inskripsi angka tahun meninggal 1397, 1407, 1427, 1467, 1476 M.

Maka, jika melihat tahun meninggalnya, berarti merupakan makam keluarga raja sejak Hayam Wuruk, Wikramawardhana hingga Ratu Suhita. Penggunaan simbol surya Majapahit menandakan kedekatan hubungan dengan keluarga raja atau orang yang sangat penting.

Bukti nisan bertuliskan arab di kompleks pemakaman Troloyo menjelaskan bahwa Islam sudah berkembang pada puncak kejayaan Majapahit.

Catatan sejarah yang dipercaya sampai sekarang memang tidak ada yang menyebutkan bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam, tetapi Islam sudah mulai berkembang sejak awal berdiri. Komunitas Islam dari Arab dan Tiongkok memiliki posisi cukup penting sebagai ahli pertukangan dan saudagar kaya yang menguasai perdagangan eksport Majapahit.

 

*Sunano, penulis buku 'Muslim Tionghoa di Yogyakarta'.

Alam Rahim, Alam Dunia Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Saat manusia di alam rahim, Allah mengambil jan...

Alam Rahim, Alam Dunia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Saat manusia di alam rahim, Allah mengambil janji pada manusia untuk menyembah dan taat kepada Allah. Hanya itu saja bekalnya. Bekal ini yang akan menyelamatkan manusia dari liku-liku kehidupan ini. Satu bekal yang membuat manusia bahagia dan tentram.

Saat para Nabi dan Rasul akan wafat, yang dipesankan kepada anak keturunan dan umatnya hanya menyembah dan taat kepada Allah saja. Mengapa bukan ilmu, teknologi dan ragam sumber daya? Satu bekal untuk mengarungi bahtera pernak-pernik kehidupan.

Manusia baru mempelajari liku-liku kehidupan saat sudah aqil balig. Sambil mengarungi kehidupan, manusia belajar liku-liku kehidupan. Itulah sebab, semua kemaksiatan dan dosa seberat dan sepenuh isi bumi pun akan diampuni. Kecuali menyekutukan Allah.

Allah menurunkan Kitab Suci, Para Nabi dan Rasul untuk belajar dan mengamalkannya. Ada pahala dan dosa. Ada ampunan dan ujian. Belajarnya bukan saja tentang hiruk-pikuk ujian dunia, tetapi juga hiruk-pikuk perjalanan setelah kematian. Disinilah perbedaan di alam rahim dan alam dunia.

Di alam rahim hanya diajarkan bekal saja, namun tak dibekali pengetahuan tentang liku-liku perjalanan dunia. Namun di alam dunia, manusia tidak hanya dibekali bekal di akhirat namun juga liku-liku perjalanan akhirat, sejak kematian, Hari Kiamat, Hari Pembalasan hingga pertemuan dengan Allah.

Perjalanan akhirat sangat jelas dan detail, baik tahapannya, fragmen peristiwanya, para pelakunya hingga dialog-dialognya. Sebuah sinopsis filem dan novel pun tak sedetail seperti ini. Mengapa gambaran akhirat sangat jelas? Seolah-olah sedang mengalaminya dan hadir di dalamnya.

Alam rahim, bekal untuk menghadapi perjalanan dunia. Bekalnya hanya tunaikan janji saat di alam rahim. Alam dunia, bekal untuk menghadapi perjalanan akhirat, bekalnya hanya mentaati Allah dan Rasul di setiap sendi kehidupan. Hanya itu saja. Mudahkan?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (242) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (364) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (229) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (442) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (136) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)