basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story: Sirah Penguasa

Choose your Language

Tampilkan postingan dengan label Sirah Penguasa. Tampilkan semua postingan

Cawe-Cawe Sang Khalifah Agar Tidak Terjadi Politik Dinasti di Akhir Kekuasaannya Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dalam setiap momentu...

Cawe-Cawe Sang Khalifah Agar Tidak Terjadi Politik Dinasti di Akhir Kekuasaannya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dalam setiap momentum ada titik kritisnya, salah satunya di akhir kekuasaannya. Cinta kepada anak dan kerabat bagian ujian kepemimpinan. Kekhawatiran akan masa depan keturunannya merupakan godaan yang terus menghantui para penguasa hingga akhir zaman. Bukankah kualitas seseorang di akhir usianya, husnul khatimahkah? Maka kualitas kepemimpinan diliat dari bagaimana suksesi kekuasaannya.

Khalifah Umar bin Khatab terbaring sakit di pembaringannya. Ada yang harus dituntaskan sebelum wafatnya. Siapakah penggantinya? Agar urusan kaum Muslimin tetap terlayani, aman dan tentram. Tidak boleh satu hari pun tanpa seorang pemimpin. Sebab, akan menimbulkan kekacauan. Umar bin Khatab memanggil putranya, Ibnu Umar, soal suksesi kekuasaan. Apakah akan diserahkan kepada anak atau kerabatnya?

Umar bin Khatab menetapkan kriteria calon pengantinya. Pertama, Assabiquna Awalun, generasi pertama yang memeluk Islam. Kedua, mereka yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw. Berarti, putranya tersisih dari kriteria ini. Cawe-cawe sang khalifah dalam suksesi kepemimpinan bukan untuk menggolkan putranya sebagai penggantinya. Justru, menyisihkannya dari kursi kekuasaan.

10 orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw yang masih hidup saat khalifah Umar bin Khatab masih hidup adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abu Waqqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Said bin Zaid. Namun Umar bin Khatab mencoret Said bin Zaid dari nominasi calon penggantinya karena Said bin Zaid masih saudara ipar Umar bin Khatab dan dari kabilah yang sama dengan Umar bin Khatab. Jadi calon khalifah hanya 6 orang.

Khalifah Umar bin Khatab berusaha menjauhkan putra dan kerabatnya dari kekuasaan, padahal dari keluarganya ada yang ahli memegang kekuasaan. Ia menjauhkan putranya, Ibnu Umar dan kerabatnya, Said bin Zaid dari daftar calon khalifah.

Secara khusus, khalifah Umar bin Khatab memanggil putranya yaitu "hanya menghadiri" majelis musyawarah pemilihan khalifah, namun "tidak boleh ikut musyawarah tersebut". Perannya hanya menjadi hakim dari 6 orang peserta musyawarah tersebut, bila terbentuk 2 kelompok dengan suara yang imbang.

Dari 2 kelompok tersebut, Ibnu Umar diperbolehkan menetapkan satu kelompok sebagai calon kuat khalifah. Kelompok yang ditunjukkan tersebut yang memilih siapa yang layak menjadi khalifah. Bila masih deadlock juga, maka pilihlah kelompok yang ada Abdurrahman bin Auf.

Suksesi kepemimpinan harus mulus tanpa gejolak. Sedikit gejolak akan terjadi perebutan, pertikaian, polarisasi dalam masyarakat hingga perebutan kekuasaan yang berdarah-darah. Namun Umar bin Khatab melampaui itu semua dengan mencegah praktik politik dinasti di akhir era kekuasaannya juga.

Mengukur Nilai Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar Hidup itu hanya untuk menunaikan hak Allah dan hak seluruh makhluk-Nya. Hidup ...

Mengukur Nilai Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Hidup itu hanya untuk menunaikan hak Allah dan hak seluruh makhluk-Nya. Hidup itu hanya untuk menjalankan peran sebagai Hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Hanya itu saja. Sesederhana itu. Persoalannya manusia terjebak dengan hiasan dan saling berbangga.

Manusia yang mulia adalah yang bertakwa. Yang mulia adalah yang mulia di sisi Allah bukan di sisi manusia. Namun hakikat kemuliaan sudah dijungkirbalikkan oleh persepsi manusia yang bodoh. Manusia berlomba membangun kemuliaan menurut persepsinya sendiri. Yang terjadi hanya kerusakan dan kehancuran.

Karakter dunia itu, apa yang dibanggakan akan hancur dan usang. Semakin dibanggakan semakin menyibukkan dan melelahkan. Ambisi tak terbendung. Saling berkonfrontasi untuk memenangkannya. Bila berhasil memenangkannya, hanya bersifat sementara dan berdarah-darah. Semuanya terus bergulir tak ada yang abadi.

Namrudz sudah pergi. Firaun sudah pergi. Yunani sudah pupus. Romawi dan Persia sudah tak ada lagi. Banyak kerajaan yang telah hilang dari peta dunia. Banyak negara yang sudah terhapus hilang. Britania raya, Spanyol, Portugis, Perancis dan  Italia telah menjadi negara kecil padahal sebelumnya sebagai  penjajah dengan wilayah kekuasaan yang luas.

Romawi dan Persia ditopang oleh wilayah kekuasaan yang luas, kekayaan yang melimpah, militer dengan jumlah prajurit yang besar dan modern. Terakhir Inggris raya sang penguasa lautan. Sebentar lagi menyusul Amerika akan hilang pula. Sehebat dan sekuat apa pun, hukum perputaran dan peralihan akan terus berlaku.

Mengapa manusia menggenggam sesuatu yang pasti hilang? Mengapa manusia mempertahankan sesuatu yang tidak bisa dipertahankan? Masa tua pasti datang. Kematian pasti datang. Era kelemahan dan kehancuran pasti datang, tak ada yang bisa menahan dan menundanya. Mengapa manusia berjibaku di wilayah ini?

Berjibakulah dalam menunaikan peran sebagai Hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini. Berjibakulah menunaikan hak Allah dan seluruh makhluk-Nya. Eksistensi manusia diukur pada penunaian peran ini. Inilah nilai manusia yang sebenarnya.

Teruslah Berdoa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Kaisar Romawi dan Persia tidak akan ada lagi di muka b...

Teruslah Berdoa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Kaisar Romawi dan Persia tidak akan ada lagi di muka bumi. Itulah sabda Rasulullah saw. Di era Khalifatur Rasyidin para Sahabat berjihad dengan bermodalkan keyakinan pada hadist ini. Semuanya terwujud di era Umar bin Khatab. Utsman bin Affan bersiap mempersiapkan mewujudkan sabda Rasulullah saw berikutnya yaitu pembebasan Konstantinopel.

Utsman bin Affan dan Muawiyah bin Abu Sofyan membangun angkatan laut. Mulai membebaskan pulau-pulau dan negri-negri yang mengarah ke Konstantinopel. Abu Ayub Al-Anshori terus berdoa menjadi bagian jamaah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan. Dia berpesan agar dimakamkan di sekitar benteng.

Semua khalifah dan panglima perang Muslimin terus berdoa dan berjihad menjadi bagian yang membebaskan Konstantinopel. Walaupun baru terwujud setelah 800 tahun kemudian. Apakah doa-doanya sia-sia?

Para ulama bahu membahu membebaskan Nusantara dari penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Mereka terus berdoa dan berjihad. Kemerdekaan baru terwujud di 1945. Apakah doanya sia-sia?

Terus memunajatkan doa itu untuk menguji keyakinan pada Allah. Yakinkah dengan "Kun Fayakun" Nya Allah? Yakinkah dengan Maha Kuasa-Nya? Maha Mendengar dan Berkehendak-Nya? Berputus asakah dari rahmat-Nya?

Di Akhirat nanti, mereka yang doanya tidak terkabul justru lebih bahagia dari yang doanya terkabul. Balasan Allah terhadap yang tidak dikabulkannya doa di dunia justru lebih besar; membuat iri mereka yang dikabulkan doanya di dunia.  Yang terrealisasi doanya terkabul justru berkata, "Mengapa doanya terwujud di dunia?"

Teruslah berdoa. Berdoalah dengan memanjatkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut ukuran manusia. Bukan untuk berkhayal tetapi untuk menguji diri, apakah yakin dengan "Kun Fayakun" Nya Allah? Bukankah Allah yang memasukkan siang ke dalam malam? Memasukkan malam ke dalam siang? Bukankah Allah yang menundukkan alam semesta bagi manusia? Bukankah Allah itu pemilik, raja dan yang menggenggam alam semesta?

Awal solusi itu dari berdoa, bukan berfikir, ilmu, teknologi dan ikhtiar. Saat pemuda Musa dikejar oleh Firaun dengan dalih membunuh pemuda Mesir, yang dilakukan oleh Musa ada berdoa terlebih dahulu. Saat Nabi Ibrahim dibakar, yang dilakukan berdoa terlebih dahulu. Saat Nabi Yunus di perut ikan paus yang dilakukan berdoa terlebih dahulu.

Indikator Peta Kezaliman Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Bagaimana cara mendapatkan uang,  maka sepert...


Indikator Peta Kezaliman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Bagaimana cara mendapatkan uang,  maka seperti itu pula cara menghabiskannya. Uang yang haram melahirkan gaya hidup mewah, menghamburkan, menyia-nyiakan, mubazir, dan memamerkan. Allah akan menampakkannya. Mereka tak bisa menyembunyikannya.

Hati yang dengki akan ditampakkan dari raut wajah dam cara bicaranya. Hati yang kotor akan diperlihatkan dari prilaku dan akhlaknya. Semuanya akan ditampakkan dengan sangat jelas. Harta yang haram akan ditampakkan dari cara menggunakannya.

Memamerkan kekayaan tak bisa dicegah dan dilarang. Sebab, itulah hukuman bagi kekayaan yang diperoleh dari yang haram. Perhatikan Qarun yang memamerkan kemewahannya. Perhatikan para pembesar yang menentang para Nabi dan Rasul yang memamerkan kekayaannya.

Perhatikan bagaimana prilaku raja dan pejabat yang zalim? Perhatikan prilaku raja dan pejabat yang adil? Yang zalim selalu memamerkan kekayaannya. Hidup dalam kemewahannya. Yang adil, hidup dalam kesederhanaan bahkan hingga kekurangan. Begitu mudah memotret karakter kepemimpinan,  caranya apakah menonjolkan kemewahan kekayaannya?

Kezaliman penguasa terlihat jelas dari jurang kesenjangan kekayaan pejabat negara dengan potret kemiskinan rakyatnya. Semakin jauh kesenjangannya, berarti semakin zalim penguasanya.

Dimana perputaran uang terbanyak? Bila perputaran uang tertumpu di kalangan terbatas di kalangan para pejabat dan penguasa. Bila uang semakin banyak ditimbun  bertanda sebuah kezaliman merajalela.

Peta ketidakadilan. Peta kezaliman. Peta keharaman kekayaan sangat jelas. Kekayaan memiliki karakter. Karakternya mempengaruhi karakter pemiliknya. Bagaimana kekayaan itu diperoleh, akan mempengaruhi karakter pemiliknya.

Jiwa Penguasa dan Pejabat Publik Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Bila masih memandang bahwa kaya dan m...

Jiwa Penguasa dan Pejabat Publik

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Bila masih memandang bahwa kaya dan miskin itu berbeda. Bila masih melihat batu kerikil dan emas itu berbeda. Bila masih melihat kemuliaan itu pada kedudukan. Berarti belum layak menjadi penguasa dan pejabat publik.

Bila kekayaan semakin bertambah. Bila gaya hidup berubah semakin tinggi sejak menjadi penguasa dan pejabat publik. Bertanda belum siap menjadi penguasa dan pejabat publik. Bukankah Khalifatur Rasyidin, Umar bin Abdul Aziz dan Shalahuddin Al Ayubi justru bertambah miskin sejak menjadi penguasa dan pejabat publik?

Bila masih berhasrat pada dunia. Bila masih terpukau dengan perhiasan dunia. Bila masih bermegah-megahan dengan dunia, bertanda belum layak menjadi penguasa dan pejabat publik. Umar bin Khatab mendatangi rumah Abu Ubaidah bin Jarrah, panglima perang pembebas Masjidil Aqsha, ternyata di rumahnya tidak ada kekayaan sedikit pun.

Bila kebahagiaan masih memiliki syarat. Bila ketentraman masih memiliki syarat. Bila kesenangan masih memiliki syarat atas kepemilikan sesuatu dari dunia. Berarti belum memiliki syarat menjadi penguasa dan pejabat publik.

Bila orientasi hidup masih ingin mengumpulkan dan memiliki. Bila masih ada besitan hati untuk mengenggam dari sesuatu dari dunia ini. Bila masih ingin bersenang-senang dengan diri sendiri. Berarti belum layak untuk menjadi penguasa dan pejabat publik.

Bila penyebab kebahagiaan, kesenangan dan kesedihan masih berkaitan dengan diri sendiri, keluarga dan kerabat. Bila ukuran kesuksesan masih berkaitan dengan diri sendiri, dan sanjungan dan pujian berarti masih belum layak menjadi penguasa dan pejabat publik.

Penguasa dan pejabat publik adalah perantara antara Allah dengan yang dipimpinnya. Bila dihatinya masih banyak sesuatu selain Allah. Bila obsesinya masih banyak sesuatu selain Allah, bagaimana bisa menjadi perantara dengan Allah? Bagaimana bisa menyelesaikan persoalan yang dipimpinnya dengan rahmat Allah? Bagaimana bisa keberkahan terlimpah dari langit dan bumi?

Ragam Lembaga Kekuasaan, Cara Penghisaban Penguasa  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Membuka lembaran s...

Ragam Lembaga Kekuasaan, Cara Penghisaban Penguasa 


Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Membuka lembaran sejarah hidup para khalifah dan ulama masa lalu. Membuka lembaran kehebatan para legendaris panglima perang. Darimana strategi dan model pemerintahan dan pertempurannya? Darimana memperoleh keilmuannya?

Hasan bin Ali berijtihad memberikan kekuasaan kepada  Muawiyah bin Abu Sofyan. Umar bin Abdul Aziz menyerahkan kekuasaan kepada keturunan Abdul Malik. Padahal mereka sangat mumpuni dalam mengelola kekuasaan. Mereka dapat menunjuk penggantinya yang lebih baik. Titik krusial kekuasaan adalah persoalan peralihan kekuasaan. Kekacauan sering terjadi saat peralihan kekuasaan. Hasan bin Ali dan Umar bin Abdul Aziz sangat paham akan hal ini.

Ragam model peralihan kekuasaan dicontoh oleh Rasulullah saw dan para Sahabat hingga "diamnya" para Salafus Shaleh tentang peralihan kekuasaan secara turun temurun. Yang terpenting bukan strategi dan model kekuasaannya tetapi apa yang diisi dan apa hakikat dari ragam model kekuasaan. Tegakkannya keadilan dan tegakkan keseimbangan.

Manusia cenderung zalim, lalai dan bodoh. Bagaimana membangun model kekuasaan yang menghindari kezaliman, kelalaian dan kebodohan para penguasa? Bagaimana membangun keseimbangan ke dalam model kekuasaan sehingga para penguasa tetap berada di jalan yang lurus?

Imam Mawardi menulis kitab Ahkam Sultaniyah. Memuat syarat menjadi penguasa. Proses penunjukan penguasa. Pengelolaan lembaga kekuasaan agar keseimbangan dan keadilan tegak. Namun apapun model kekuasaan bisa dihancurkan oleh penguasa itu sendiri bila semua lembaga kekuasaan digenggam sempurna agar tidak bisa mengontrol kekuasaannya.

Imam Al Ghazali menulis kitab yang memuat nasihat untuk para penguasa. Yang ditulis di era Bani Saljuk. Sang imam menasihati adab bathiniah dan jiwa spiritual seorang penguasa. Bila adab bathin dan jiw spiritual sudah tuntas tersambung dengan Allah maka ragam strategi kekuasaannya akan melahirkan keadilan; apapun model kekuasaannya.

Ragam lembaga kekuasaan yang dibentuk pada dasarnya untuk membimbing, menasihati, meluruskan tabiat penguasa yang cendrung zalim, lalai dan bodoh. Ragam lembaga kekuasaan untuk meringankan pertanggungjawabannya dihadapan Allah. Dihisab di dunia sebelum dihisab di akhirat.

Pergeseran Peradaban  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Di Jepang, tingkat bunuh diri terus meningkat. D...

Pergeseran Peradaban 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Di Jepang, tingkat bunuh diri terus meningkat. Di Amerika, penembakan dan pembunuhan di ruang publik terus meningkat. Rasisme, penindasan terhadap minoritas di Eropa terus meningkat. Di Cina, India dan Myanmar penindasan terhadap minoritas terus meningkat. Rusia dan Yahudi Israel menjajah negri. Kemana arah peradaban dunia?

Peradaban Barat dan Timur, bila berkuasa memiliki karakter yang sama, eksploitasi, menguasai, mengeruk, menperbudak dan menghinakan bangsa dan negri yang dikuasainya atau yang lebih rendah darinya. Peradaban tanpa tauhid, dimana pun, kapan pun, pada zaman apa pun akan melahirkan karakter yang sama.

Para pembesar negri di zaman apa pun. Para penguasa di zaman apa pun memiliki karakter yang sama. Perhatikan para pembesar yang melakukan tipu daya dan usaha pembunuhan terhadap para Nabi dan Rasul. Perhatikan Namrudz dan Firaun, berbeda tempat dan zaman memiliki karakter yang sama. Itulah peradaban tanpa tauhid. Karakter penjajahan tetap sama walaupun topeng dan sarananya berbeda.

Peradaban tanpa iman, hanya membuahkan nafsu kebinatangan. Setinggi apa pun kecerdasan, ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa iman, semuanya akan berakhir pada peradaban berkarakter hawa nafsu. Semuanya tidak bisa membimbing, mengarahkan dan membimbing peradaban manusia, sebab semuanya hanya sarana bukan obsesi manusia. Obsesinya manusia hanya hawa nafsu atau Allah.

Sekarang, siapakah negara yang paling makmur? Siapakah negara yang paling aman? Siapakah negara yang paling ramah? Siapakah negara yang paling dermawan tanpa misi penguasaan dan eksploitasi? Wajah dunia terus bergeser. Ke arah mana pergeserannya?

Menurut Imam Hasan Al-Banna, yang lemah tak selamanya lemah. Yang kuat tak selamanya kuat. Bukankah kekuatan besar yang zalim bisa dihancurkan dengan doa yang terzalimi? Peradaban yang zalim, eksploitatif dan serakah akan pupus. Bagaimana proses kehancuran? Dengan proses sosial kemasyarakatan yang terjadi di tubuh peradaban tersebut.

Sebuah lembaga riset dunia memprediksi, bila semuanya berjalan seperti sekarang pun, Eropa, Amerika dan peradaban Barat akan tergerus dengan sendirinya oleh proses demografi dam kondisi sosial kemasyarakatan yang terjadi di Eropa dan Amerika sendiri.

Menuntaskan Peran, Walau Karya Tak Pernah Tuntas Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Pekerjaan manusia tid...

Menuntaskan Peran, Walau Karya Tak Pernah Tuntas

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Pekerjaan manusia tidak akan pernah tuntas. Selesai mengerjakan satu karya, akan muncul tantangan berikutnya. Oleh sebab itu, Allah tidak pernah menuntut karya, yang dimintai pertanggungjawaban hanya menuntaskan peran sebagai Hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

Berkarya hanya untuk menuntaskan peran. Walaupun berkarya tidak pernah tuntas, namun peran manusia harus tuntas di setiap helaan nafas. Karya Nabi Ibrahim dan Ismail hanya membangun kembali Kabah dan menyeru manusia untuk ke Kabah. Siapakah yang akan berdakwah ke seluruh Hijaz?

Rasulullah saw berdakwah ke seluruh Hijaz, siapakah yang melanjutkannya hingga ke Romawi dan Persia? Para Khalifah Rasyidin menuntaskan Persia dan sebagian Romawi Timur, siapakah yang melanjutkannya hingga keseluruhan pelosok bumi?

Rasulullah saw menuntaskan karya bangunan para Nabi dan Rasul, namun setiap Nabi dan Rasul sebelumnya sudah menuntaskan perannya sebagai Penyeru, Hamba dan Khalifah Allah di muka bumi pada setiap hembusan nafasnya.

Setiap detik, peran kehidupan harus dituntaskan, walapun karya terus datang silih berganti seperti air yang terus mengalir. Oleh sebab itu tugas utama para Nabi dan Rasul adalah menyiapkan generasi pelanjut. Mendidik dan menempa generasi pelanjut, agar karya kehidupan ada yang melanjutkannya.

Allah menurunkan ilmu dan hikmah secara bertahap sesuai zaman dan kebutuhannya, hingga seluruh goresan dan lembaran di Lauhul Mahfud tuntas ditutup. Oleh sebab itu tunaikan amanah karya sebaik mungkin walaupun kelak karya tersebut hanya menjadi seonggok rongsokan karena telah disempurnakan dan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.

Sebuah karya seperti tangga untuk membawa karya ke tingkat selanjutnya yang lebih baik dan sempurna. Namun karya itu takkan pernah tuntas. Berkarya dan mendidiklah. Itulah cara untuk menyempurnakan yang sudah dilakukan generasi sebelumnya dan mencerahkan generasi pelanjutnya.

Gerbang Kesuksesan, Tunaikan Hak Orang Lain Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Muhammad Ad Dakhili, salah...

Gerbang Kesuksesan, Tunaikan Hak Orang Lain

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Muhammad Ad Dakhili, salah satu panglima perang terhebat muslimin, mendapatkan tugas bagaimana memperluas wilayah di Eropa. Segala persiapan telah dilakukan. Tentara, peralatan perang, strategi. Namun mengapa tak bisa menebus Eropa?

Dalam perenungan yang panjang, dia menemukan solusinya. Apakah itu? Membuat daftar kezaliman yang masih ada. Apa kezaliman yang masih dilakukan terhadap rakyat dan prajuritnya? Apa hak rakyat dan prajurit yang belum ditunaikan?

Umar bin Abdul Aziz, memulai kekuasaannya dengan langkah sederhana, menghapuskan praktek kezaliman di tubuh kekuasaan Bani Ummayah. Dikembalikan seluruh hak rakyat, baik yang muslim maupun yang kafir. Tak ada kezaliman lagi pada rakyatnya.

Umar bin Khatab berkeliling di malam hari. Mendengarkan rintihan rakyatnya di malam hari. Di malam hari, yang tersembunyi menjadi terbuka. Yang halus menjadi kasat mata. Yang didengarkan adalah kegelisahan para ibu dan wanita. Umar bin Khatab menyelesaikan hak-hak rakyat yang tak terendus oleh struktur kekuasaan yang ada.

Bagaimana meraih kemenangan? Bagaimana membangun kemakmuran? Para Khalifatur Rasyidin memberikan resep yang sama yaitu jangan melakukan kemaksiatan. Bukan sekedar maksiat kepada Allah, tetapi juga pada manusia dan makhluk Allah lainnya, seperti hewan, tumbuhan, gunung, udara lautan dan yang lainnya.

Bagaimana membangun dan mengelola organisasi bisnis dan kekuasaan? Tunaikan hak orang lain terlebih dahulu. Tunaikan seluruh hak mitra usaha. Tunaikan seluruh hak rakyat, barulah menunaikan hak pribadi.

Mengapa Khalifatur Rasyidin membuat terobosan besar? Kemakmuran luar biasa? Allah tidak memberikan petunjuk pada mereka yang zalim. Saat hak tidak ditunaikan, maka Allah menutup pintu petunjuk.

Jejak Islam di Portugal, dari Dinasti Muawiyah hingga Moor TEMPO.CO, Jakarta - Bercerita kepada Al Jazeera, Abdulsattar mengatak...



Jejak Islam di Portugal, dari Dinasti Muawiyah hingga Moor



TEMPO.CO, Jakarta - Bercerita kepada Al Jazeera, Abdulsattar mengatakan bahwa ia melarikan diri dari perang di negara asalnya Irak. Ia mempertaruhkan nyawanya dengan berlayar dari Turki ke Yunani, dalam perjalanan yang berbahaya.


Begitu tiba di Yunani, ia ditawari pemukiman kembali di Portugal, sebuah negara yang hanya sedikit ia ketahui. Tetapi dia dapat menemukan beberapa fitur yang akrab dengan asalnya.

"Saya menemukan banyak kata-kata umum," ia menjelaskan sebelum mulai membuat daftar. Beberapa berhubungan dengan makanan, yang lain dengan kota atau daerah. Lalu ada ungkapan "oxala" (dilafalkan oshallah), keturunan langsung dari bahasa Arab "inshallah". Keduanya berarti "Insya Allah".

Apa yang ditemukan Abdulsattar, seharusnya tidak terlalu mengejutkan bahwa pengaruh Arab masih dapat ditemukan dalam bahasa Portugis. Selama berabad-abad, wilayah itu diperintah oleh Muslim berbahasa Arab yang dikenal sebagai Bangsa Moor.

Pada abad ke-8, umat Islam berlayar dari Afrika Utara dan mengambil kendali atas apa yang sekarang disebut Portugal dan Spanyol. Dikenal dalam bahasa Arab sebagai al-Andalus, wilayah ini bergabung dengan Kekaisaran Umayyah yang berkembang dan makmur di bawah pemerintahan Muslim. Tetapi warisan itu telah banyak dilupakan di negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik itu.


Di sekolah-sekolah Portugis, lima abad pemerintahan Muslim dipelajari hanya sebentar. Buku-buku pelajaran lebih menekankan pada "penaklukan kembali" kemenangan oleh penguasa Kristen, yang dibantu oleh tentara salib, yang berakhir pada abad ke-13.

Sejak saat itu, identitas Portugis dibangun untuk menentang bangsa Moor, yang secara historis digambarkan sebagai musuh. Tetapi tidak semua orang setuju dengan versi sejarah ini. "Sebagian besar penduduk memeluk Islam," jelas Filomena Barros, seorang profesor Sejarah Abad Pertengahan di Universitas Evora.

Penelitian menunjukkan bahwa pada abad ke-10, setengah populasi semenanjung Iberia adalah Muslim. Bagi Barros, Muslim yang berlayar dari Afrika Utara tidak lebih asing dari raja dan tentara Kristen dari Eropa utara, yang menaklukkan wilayah itu sebelum dan sesudah mereka.

"Semenanjung Iberia terus ditaklukkan," katanya. "Sangat menarik kami tidak berbicara tentang penaklukan Romawi, atau penaklukan Visigothic, tetapi kami selalu berbicara tentang penaklukan Islam," imbuhnya kepada Al Jazeera.

Sebelum pasukan Muslim tiba, wilayah itu diperintah oleh Visigoth, orang Jerman yang memerintah antara 418 dan 711. Buku pelajaran sejarah menekankan pertempuran yang dilakukan oleh penguasa Kristen melawan Muslim, tetapi kekalahan tentara Muslim tidak berarti mengakhiri kehadiran Muslim di Portugal.

"Penaklukan kembali orang Kristen tidak berarti orang Muslim kembali ke tanah mereka, karena tanah ini juga milik mereka," kata sejarawan itu. Namun, saat ini, kurang dari 0,5 persen dari populasi 11 juta adalah Muslim. Dan sedikit yang menyadari bahwa Muslim pernah menjadi proporsi yang jauh lebih besar dari populasi.


Membangun Identitas Eropa

Semua siswa di sekolah-sekolah Portugal diharuskan membaca The Lusiads, sebuah puisi epik abad ke-16 karya penyair Portugis, Luis Vaz de Camoes, yang merayakan kemuliaan raja dan penjelajah Portugal pada saat ekspansi kekaisaran.

Puisi itu bercerita tentang pelayaran pertama navigator Vasco da Gama ke India dan pertemuannya dengan Muslim, yang digambarkan sebagai licik dan berbahaya.

Vasco da Gama dianugerahi sebagai pahlawan nasional, karena membuka rute laut ke India yang memberi Portugal akses ke perdagangan rempah-rempah, yang telah dikendalikan oleh pedagang Arab sampai saat itu. Namun Vasco da Gama juga dituduh melakukan kampanye teror terhadap Muslim dalam perjuangan untuk kontrol perdagangan laut.

Sebagai balasan atas serangan terhadap Portugis, da Gama menangkap sebuah kapal dengan 200 peziarah Muslim yang kembali dari Makkah dan membakarnya, menewaskan ratusan orang di dalamnya. Tetapi pembantaian semacam itu tidak disebutkan dalam The Lusiads, atau dalam buku pelajaran sekolah Portugis, di mana umat Islam dipersalahkan atas sebagian besar serangan.

Dianggap sebagai salah satu penyair terhebat Portugal, Camoes mendapat penghormatan istimewa pada 10 Juni dalam hari libur nasional yang disebut Hari Portugal.

Liburan ini dulu dikenal sebagai "Hari Ras Portugis," dan dipromosikan oleh nasionalis konservatif Antonio de Oliveira Salazar, perdana menteri antara tahun 1933 dan 1968, sebagai perayaan nasionalis. Ini berlanjut sampai akhir rezim otoriter yang ia dirikan, "Estado Novo", pada tahun 1974.

Dengan Katolik sebagai inti dari narasi nasionalis, kediktatoran ultra-konservatif menggambarkan Muslim sebagai penjajah dan "musuh bangsa Kristen". Dengan Katolik sebagai inti dari narasi nasionalis, kediktatoran ultra-konservatif menggambarkan Muslim sebagai penjajah dan "musuh bangsa Kristen".

"Camoes tidak bertanggung jawab atas alokasi karyanya oleh nasionalisme," kata Barros. "Dia masih salah satu penyair Portugis terbesar." Tetapi, sejarawan itu menambahkan, The Lusiads adalah produk dari konstruksi ideologis masa itu, tentang identitas Eropa yang bertentangan dengan Muslim, dan mentalitas Perang Salib yang menggambarkan hubungan Kristen-Muslim dalam konteks konflik.

Menurut Barros, ketika puisi itu ditulis, Kekaisaran Ottoman menimbulkan ancaman bagi hegemoni para penguasa Kristen Eropa.

Sepanjang abad ke-15 dan ke-16, raja-raja Portugis terus berkembang ke Afrika Utara, di mana mereka mendirikan pangkalan militer dan terlibat dalam peperangan. Ini berlanjut sampai kekalahan tahun 1578 yang menghancurkan di kota Maroko, Ksar el-Kebir (dikenal dalam bahasa Portugis sebagai Alcacer Quibir) yang mengakhiri ambisi ekspansionis Portugal di Afrika Utara.

Moor menjadi stereotip "lain", Portugal ketika identitas Eropa dibentuk sebagai oposisi terhadap Islam. Meskipun istilah "Moor" secara tradisional merujuk pada Muslim yang berbahasa Arab di Afrika Utara, label itu sering digunakan untuk merujuk secara luas pada Muslim, mengurangi keragaman mereka menjadi massa perbedaan.

Namun sejarawan Filomena Barros menjelaskan bahwa, berbeda dengan versi sejarah yang dominan dan mitos yang sudah lama ada, umat Islam bukanlah orang luar, "Berbahaya jika kami melakukan ini untuk propaganda nasionalis," tambah sejarawan itu, terutama mengingat kebangkitan sayap kanan di Eropa.

Menghapus sejarah Muslim dan Yahudi Portugal

Pada 1249, Raja Afonso III dari Portugal berhasil merebut Faro, benteng Muslim terakhir di Algarve. Sebagian besar Muslim di sana terbunuh, melarikan diri ke wilayah yang dikuasai oleh Muslim atau masuk Kristen, tetapi minoritas kecil diizinkan untuk tinggal di lingkungan yang terpisah.

Pada 1496, Raja Manuel I memutuskan untuk mengusir semua orang Yahudi dan Muslim, mengubah kerajaan itu menjadi Kristen.

Tidak ada catatan pasti, tetapi perkiraan menempatkan jumlah orang Yahudi pada saat itu antara 20.000 dan 100.000, dan komunitas Muslim dianggap jauh lebih kecil. Setelah mereka diusir, sinagog dan masjid dihancurkan, diberikan kepada gereja Katolik atau diubah menjadi tempat tinggal pribadi, dalam upaya untuk melenyapkan keberagaman masa lalu dan berabad-abad kehadiran Yahudi dan Muslim.

Pengusiran minoritas Yahudi telah diakui oleh pemerintah Portugis dengan permintaan maaf publik dan undang-undang tahun 2015, dan menawarkan kewarganegaraan Portugis kepada keturunan orang Yahudi yang diusir. Namun Muslim yang diusir oleh dekrit 1496 yang sama tidak diberikan tempat yang sama.

Jose Ribeiro e Castro, seorang politisi konservatif yang merancang undang-undang restitusi, mengatakan kepada Al Jazeera awal tahun ini bahwa "pengusiran Muslim lebih terkait dengan penaklukan dan pertempuran daripada intoleransi agama."

Karena dugaan latar belakang konflik, para politisi berpendapat bahwa pengusiran Muslim Portugal tidak dapat dibandingkan dengan penganiayaan terhadap orang Yahudi, yang murni didasarkan pada kebencian dan kefanatikan.

Ketika minoritas agama diberi tiga pilihan nyata - pindah ke agama Kristen, meninggalkan Portugal atau menghadapi hukuman mati - sebagian besar Muslim melarikan diri ke Afrika Utara, di mana mereka berasimilasi dengan populasi lokal.

Mayoritas populasi Yahudi, bagaimanapun, tidak diizinkan meninggalkan kerajaan, karena Raja Manuel mengubah dekrit awal pengusiran menjadi dekrit konversi paksa. Beberapa anak Yahudi diambil dari orang tua mereka dan diadopsi oleh keluarga Kristen. Orang-orang Yahudi yang tersisa dibaptis secara paksa.

Sejarawan percaya bahwa umat Islam mungkin diizinkan meninggalkan kerajaan tanpa terluka, karena raja takut akan pembalasan dari negara-negara Muslim, sementara orang Yahudi tidak memiliki perlindungan seperti itu.

Mereka yang secara paksa bertobat hanya diizinkan meninggalkan Portugal setelah pembantaian Lisbon tahun 1506, ketika antara 1.000 dan 4.000 "Kristen Baru", sebagaimana orang-orang Yahudi yang bertobat dipanggil, terbunuh, banyak dari mereka dibakar di tiang pancang. Banyak yang melarikan diri ke kekaisaran Ottoman, membangun komunitas Yahudi yang hidup di kota-kota seperti Thessaloniki, Istanbul dan Dubrovnik.


Orang-orang Kristen Baru yang tetap di Portugal terus dianiaya setelah berdirinya Inkuisisi Portugis pada 1536. Undang-undang restitusi tahun 2015 dimaksudkan sebagai cara untuk mengakui kerugian yang terjadi pada komunitas Yahudi Portugal dan penghapusan warisan mereka.

Perbaikan Sejarah

Meskipun umat Islam tidak diberikan ganti rugi dalam bentuk hak kewarganegaraan, minat yang tumbuh di masa lalu Islam Portugal perlahan membuka jalan untuk berbagai jenis perbaikan sejarah.

Sama seperti Mustafa Abdulsattar, penulis Portugis Adalberto Alves membuat daftar kata-kata Portugis yang berasal dari bahasa Arab. Apa yang dimulai sebagai rasa ingin tahu belaka berubah menjadi proyek selama satu dekade, yang mengarah ke penerbitan kamus lebih dari 19.000 kata dan ungkapan Portugis dengan asal-usul Arab pada tahun 2013.

"Saya ingin mengatasi 'klise' antagonisme antara orang Kristen dan Muslim, serta pengabaian tentang peradaban Andalusia," Alves menjelaskan.

Tujuannya adalah untuk menekankan warisan bersama dan untuk memberikan visibilitas terhadap keberadaan umat Islam, yang telah lama diabaikan dan kontribusi mereka terhadap identitas dan sejarah negara. Alves ingin menunjukkan bahwa "yang lain" sebenarnya adalah bagian dari diri.

Alves percaya warisan budaya dan intelektual yang diwarisi dari Islam belum diakui di Eropa, karena umat Islam telah dihapuskan dari sejarah Eropa.

Untuk memperbaiki penghapusan sejarah ini, Alves telah menghabiskan 35 tahun terakhir untuk mendokumentasikan pengaruh al-Andalus di Portugal - dari puisi dan bahasa hingga musik, tenun karpet dan kue kering, hingga cerobong asap berbentuk menara. Usahanya diakui oleh UNESCO dengan penghargaan Sharjah Prize untuk Budaya Arab pada tahun 2008.

Warisan yang ditinggalkan oleh Muslim lebih luas daripada yang dibayangkan kebanyakan orang, Alves menjelaskan, menunjukkan bagaimana kekaisaran Portugis bergantung pada ilmu navigasi yang dikembangkan oleh orang Arab. Bahkan Vasco da Gama, yang perjalanan epiknya begitu banyak dirayakan di Portugal, diyakini mengandalkan nakhoda Muslim untuk mencapai India.

Tetapi mungkin dengan puisi bahwa Alves paling berkontribusi dalam mengubah cara warisan Islam dirasakan di Portugal. Dengan koleksi dan terjemahan puisi Arabnya dari periode Andalus ke dalam bahasa Portugis, penyair seperti al-Mu'tamid, penguasa Muslim terakhir Seville dan salah satu penyair Andalusia yang paling terkenal, kemudian dikenal sebagai penyair "lokal". Tahun ini, sebuah pameran yang diadakan di Lisbon di Perpustakaan Nasional merayakan karya Alves dan al-Mutamid.

"Saya mendedikasikan sebagian besar hidup saya untuk mencoba melakukan keadilan kepada penyair besar dan Raja al-Mutamid ibn Abbad," kata Alves, "mungkin karena kita memiliki asal-usul di kota yang sama, Beja."

Dekat dengan kota selatan Beja, di daerah di mana pengaruh Islam paling jelas, proyek perintis lain menghilangkan prasangka stereotip yang menyerang Arab-Muslim dan memulihkan masa lalu Islam sebagai elemen dasar identitas dan warisan Portugis.


Catatan Sejarah Pergulatan Negeri Maghribi Maroko dan Andalusia Spanyol Dahulu, Negeri Maghribi mencakup wilayah Afrika Utara ya...



Catatan Sejarah Pergulatan Negeri Maghribi Maroko dan Andalusia Spanyol


Dahulu, Negeri Maghribi mencakup wilayah Afrika Utara yang kini dihuni negara-negara seperti Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Penjelajahan dan perluasan dakwah Islam yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah sudah mencapai Eropa, di antaranya menyasar Andalusia dan Kepulauan Sisilia.

Ekspedisi ke Eropa pada masa Umayyah dikomandoi oleh Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair pada tahun 710 M. Awalnya, Musa mengutus Tharif, orang kepercayaannya untuk menuju kepulauan paling selatan benua Eropa. Semenanjung yang menjadi penjelajahan Tharif saat ini disebut Tarifa. Sejak saat itulah kawasan itu disebut Jazirah Tharif.

Keberhasilan Tharif membuat Musa bin Nushair menginginkan penjelajahan dikembangkan sehingga pada tahun 711 M, dia mengutus seorang budak Berber yang sudah dibebaskan, Thariq bin Ziyad. Thariq mendarat di dekat gunung besar yang kelak mengabadikan namanya, Jabal Thariq (Gibraltar). Saat ini, Maroko dan Spanyol dipisahkan oleh selat Gibraltar.

Singkat riwayat, Islam berkembang di daratan Andalusia dan memusatkan pengelolaannya di Kordova. Di kota tersebut juga dibangun masjid dan perpustakaan yang kelak menjadi Universitas Kordova yang masyhur hingga sekarang. Tahta pengelolaan pemerintahan Islam di Andalusia pada masa Umayyah runtuh akibat keluarga amir saling menjatuhkan satu sama lain. Secara umum, riwayat tersebut merupakan kebangkitan Dinasti Umayyah II.

Philip K. Hitti dalam History of The Arabs (2014) mencatat bahwa runtuhnya Umayyah di Andalusia memunculkan negara-negara kecil seperti Dinasti Murabithun dan Muwahidun. Kekuasaan Murabithun tidak hanya berkembang di Andalusia, tetapi juga mencakup wilayah Maghribi hingga ke Senegal.

Dari kekuasaan yang luas tersebut, Yusuf Ibnu Tasyfin yang merupakan salah satu pendiri Dinasti Murabithun sekaligus menjadi penguasa atau Raja Maghribi (Maroko, Aljazair, Spanyol). Yusuf Ibnu Tasyfin memerintah pada 1061-1106 M. Baik Murabithun maupun Muwahidun mengembangkan pusat-pusat kemajuan negara di beberapa kota seperti Granada, Sevilla, dan Murcia, selain Kordova pada masa Umayyah.

Runtuhnya pemerintahan kaum Muslimin di Andalusia di antaranya perpecahan. Meskipun dipimpin oleh para amir muslimin, konflik internal tidak bisa dielakkan. Salah satu perpecahan kepemimpinan Muslim di Andalusia ialah tidak adanya ideologi pemersatu sehingga terpecah menjadi 33 negara kecil. Dengan kondisi seperti itu, bangsa Eropa lebih mudah merebut dan menguasai kawasan Andalusia.


Bahkan, beberapa kawasan di Maroko seperti semenanjung Ceuta dan Melilla saat ini dikuasai oleh Kerajaan Spanyol. Dahulu, Thariq bin Ziyad mengerahkan sekitar 7.000 pasukan yang sebagian besar berasal dari Suku Berber untuk mengkspedisi Spanyol. Kapal-kapal Thariq dan pasukannya menurut beberapa riwayat disediakan oleh Julian, Pangeran Ceuta. 

Sampai di telinga Imam Al-Ghazali

Kondisi kaum Muslimin di Andalusia terdengar oleh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I (1058-1111 M). Sangat risau mendengar kekalahan dan penderitaan kaum Muslimin di Andalusia, Filosof yang dikenal dengan Imam Al-Ghazali tersebut menulis surat kepada Raja Maghribi, Yusuf Ibnu Tasyfin yang isinya cukup menggemparkan, sebagai berikut:


“Pilihlah salah satu di antara dua, memanggul senjata untuk menyelamatkan saudaramu-saudaramu di Andalusia atau engkau turun tahta untuk diserahkan kepada orang lain yang sanggup memenuhi kewajiban tersebut.” 


Isi surat dari penulis kitab Ihya’ Ulumiddin tersebut ditulis oleh B. Wiwoho dalam Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, dan Mengabdi (2006). Sikap tegas Al-Ghazali tentu tidak lepas dari konteks perjuangan Islam di Andalusia saat itu. Kelemahan dalam kepemimpinan, konflik internal, dan kekuatan musuh yang semakin banyak adalah di antara sebab jatuhnya masa-masa kejayaan Islam di Andalusia.


Al-Ghazali sendiri merupakan salah seorang ulama masyhur yang hidup ketika Islam di Andalusia mencapai kejayaan emasnya. Tercatat ilmuwan-ilmuwan Muslim yang lahir dari kemajuan peradaban Islam di Spanyol, Ibnu Bajjah, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan lain-lain. Kejayaan Islam di Andalusia tidak lepas dari perkembangan peradaban ilmu pengetahuan.


Sejumlah displin ilmu dan berbagai teori yang ditemukan oleh para ilmuwan Muslim merupakan pintu masuk bagi perkembangan Islam di Barat, khususnya Eropa. Namun, kepemimpinan yang lemah kerap menjadi faktor runtuhnya masa Islam. Meski demikian, ilmu pengetahuan yang dikembangkan ilmuwan-ilmuwan Muslim tetap masyhur meskipun saat ini masyarakat justru lebih banyak mengenal teori-teori pembaruan yang lahir dari para ilmuwan Barat.


Ketegasan Al-Ghazali dalam merespons kepemimpinan Islam di Andalusia merupakan kegelisahan seorang ulama kepada umara-nya. Kritisnya Imam Al-Ghazali tidak lebih dari perhatian dan kasih sayang kepada seorang pemimpin untuk tujuan yang lebih luas, kesejahteraan rakyatnya. Seorang pemimpin wajib melindungi rakyatnya jika mereka dalam kondisi menderita sebab perang. Seperti yang dimaksud Al-Ghazali dalam isi suratnya di atas.


Mengenai rakyat, penguasa, dan ulama, Al-Ghazali dalam kitab At-Tibbr al-Masbuk fi Nasihat al-Muluk atau Nasihat Bagi Penguasa menjelaskan bahwa watak dan perangai rakyat merupakan buah atau hasil dari watak dan perangai pemimpinnya.


Sebab menurut Al-Ghazali, keburukan yang dilakukan orang awam hanyalah meniru dan mengikuti perbuatan para pemimpinnya. Pemimpin di sini tidak hanya ditujukan kepada satu orang saja dalam pemerintahan, tetapi juga para pemangku kebijakan di segala sektor.

Tentang Yusuf Ibnu Tasyfin

Yusuf Ibn Tasyfin dikenal sebagai pendiri serta penguasa pertama Dinasti Murabitun yang berada di Maroko, Afrika Utara. Ketika masih memegang tampuk kepemimpinan, Ibn Tasyfin membawa Islam kembali berjaya di Andalusia setelah sebelumnya berada dalam ancaman kekuatan Eropa.


Kekuasaan Ibn Tasyfin berlangsung dari tahun 1061 hingga 1107. Dia bergelar Amir al-Muslimin dan Nasiruddin. Dalam upaya melegitimasi serta memperkuat kekuasaannya, dia meminta pengakuan dan restu dari khalifah Abu Abbas di Baghdad, Irak.


Baru setelah itu, dia melakukan upaya konsolidasi internal. Antara lain dengan membenahi dan menata struktur administrasi pemerintahan, mempersatukan serta mengoordinasikan kekuatan berbagai suku yang ada, dan juga membentuk satu formasi militer yang tangguh.


Namun persoalan besar menghadang. Saat berjayanya Dinasti Murabitun di bawah kepemimpinan Ibn Tasyfin, nun di seberang sana, kerajaan Islam Andalusia tengah berada di ambang kehancuran. Hal ini dipicu oleh perbutan kekuasaan dan pertentangan antar-muluk at-tawa'if (raja, penguasa kelompok suku). Selain itu, ancaman lebih besar dari kekuatan bangsa Eropa yang menunggu momentum untuk menyerang.


Pada tahun 1107, Ibn Tasyfin meninggal dunia dan langsung digantikan oleh putranya yang bernama Ali bin Yusuf (1107-1143). Sepeninggalnya berangsur-angsur popularitas dan kekuatan Dinasti Murabitun menurun. Dan pada masa pemerintahan Ishaq bin Ali (1146-1147), kekuatan dinasti ini pun hancur dan digantikan Dinasti Muwahidun.


Penulis: Fathoni Ahmad
Editor: Syakir NF


Tak Sadar Meremehkan Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Meremehkan dan menghina Allah tanpa disadar...

Tak Sadar Meremehkan Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Meremehkan dan menghina Allah tanpa disadari. Berprasangka buruk terhadap masa depan. Khawatir dan takut menghadapi masa depan. Bukankah manusia tidak tahu sedetik ke depan pun peristiwa yang akan terjadi? Mengapa langsung memvonis keburukan? Padahal Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Takut tidak makan? Takut kekurangan harta? Takut kemiskinan? Padahal sejak jagat raya diciptakan, ragam makhluk dari mikroorganisme hingga manusia, seluruh tumbuhan dari rumput hingga pohon besar dijamin rezekinya oleh Allah. Bukankah Allah pemilik perbendaharaan langit dan bumi?

Merasa tak bisa membalikkan keadaan. Merasakan tak bisa menghancurkan kezaliman yang ditopang oleh oligarki penguasa diktator, pengusaha hitam dan preman. Merasa tak bisa membalikkan keterhinaan dan ketertindasan menjadi kemuliaan dan memiliki harga diri. Padahal Allah Maha Kuasa dan Berkehendak atas segala sesuatu. Allah hanya cukup berfirman, "Jadilah." Maka jadilah yang dikehendaki-Nya.

Bacalah ketertindasan kaum Bani Israel oleh Firaun. Apa yang ditawarkan Nabi Musa dan Harun kepada Bani Israel? Kekuasaan Allah. Semua kekuatan di atas muka bumi sangat lemah tak berdaya dihadapan Maha Besar-Nya Allah.

Bacalah ketertindasan kaum Bani Israel oleh Firaun. Apa yang ditawarkan Nabi Musa dan Harun kepada Bani Israel? Kekuasaan Allah. Semua kekuatan di atas muka bumi sangat lemah tak berdaya dihadapan Maha Besar-Nya Allah.

Bila masih ada kosa kata, "Tidak Mungkin dan Mustahil." Berarti meremehkan dan merendahkan Maha Kekuasaan Allah. Bila tidak yakin akan "Kun Fayakun" Nya Allah, bertanda meremehkan Kemahaagungan dan Keperkasaan Allah.

Berprasangka buruk merupakan akhlak hati yang terburuk. Berputus asa terhadap rahmat Allah tanda tidak adanya keimanan. Bunuh diri berarti tak percaya dengan  kasih sayang Allah. Itu sebabnya, ganjarannya langsung neraka.

Strategi tipu daya manusia tak bisa menciptakan kemanfaatan dan keburukan. Kekuatan kekejaman dan kediktatoran tak bisa menciptakan keburukan pada yang dihinakan dan memberikan kemaslahatan pada golongannya. Mengapa masih takut menghadapi dan melawannya? Bila masih ragu  akan ketidakberhasilannya, bertanda telah meremehkan dan merendahkan Maha Kekuasaan Allah.

Fenomena Atheis, Proses Renaisance Terbaru di Barat Oleh : Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Apa yang sedang t...

Fenomena Atheis, Proses Renaisance Terbaru di Barat

Oleh : Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Apa yang sedang terjadi di benua Eropa dan Australia? Pemeluk agama Kristen berkurang menjadi dibawah 50%. Yang mengaku atheis meningkat menyentuh menjadi 30-40%, Umat Islam meningkat menjadi 4-5%. Fenomena apakah ini?

Fenomena atheis menunjukkan trend pencarian hakikat Tuhan yang memuaskan akal dan hatinya. Tuhan yang selaras dengan ilmu pengetahuan dan keingintahuannya. Bukankah ujung dari ilmu pengetahuan adalah menemukan hakikat Tuhan?

Fenomena atheis adalah menghancurkan kungkungan, ikatan yang sebelumnya pernah menjeratnya. Ikatan yang menyesakkan akal dan dada. Di Eropa dan Australia, apa yang sebelumnya mengikat mereka? Keyakinan dan agama apa?

Fenomena atheis sebuah titik nadir peradaban, setelah titik nadir, apa yang akan terjadi? Bisa jadi hancurnya sebuah kaum dan bangsa. Allah menggantinya dengan new generation yang terputus dengan masa lalu. New generation yang mencintai Allah dan Allah pun mencintainya.

Fenomena atheis merupakan peradaban yang paling lemah. Tak memiliki petunjuk. Tak tahu kebenaran. Tak ada pembimbing dan penolong.  Tak memiliki kekuatan. Atheis menciptakan keterlemahan ruh dan jiwa. Bila ruh dan jiwa lemah, maka akan melemah akal lalu jasad. Apa yang bisa dihasilkan dari peradaban seperti ini bagi manusia dan jagat raya?

Fenomena atheis, fenomena yang mengandalkan dirinya, self center. Apakah yang bisa diandalkan manusia? Akalnya yang bisa menghasilkan ilmu dan teknologi? Apakah manusia itu hanya terkukung oleh akal saja? Apakah manusia bisa hidup dengan mengandalkan logika saja? Akal itu lemah bila dihadapkan dengan hawa nafsu. Hawa nafsu hanya cukup membisikan sesuatu maka akal pun terbawa oleh khayalan fatamorgananya.

Peradaban Barat sudah memasuki tahapan yang terlemah dalam perjalanannya. Peradaban Barat akan memasuki peradaban baru yang memuaskan akal, ruh, jiwa dan raganya. Akan muncul renaisance kedua di Barat. Benturan Perang Salib membawa kecemerlangan akal, ilmu dan teknologi dari umat Islam. Benturan peradaban kali ini, akan membawa kecemerlangan hati dari umat Islam.

Kehancuran Peradaban di Rumah Sendiri Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Bacalah Al-Qur'an, perhatika...

Kehancuran Peradaban di Rumah Sendiri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Bacalah Al-Qur'an, perhatikan kehancuran sebuah kekafiran dan kezaliman. Hancur di rumah kediamannya sendiri. Pondasinya terjungkal, temboknya hancur dan atapnya roboh menimpa penghuninya. Seperti itulah proses kehancuran kekafiran dan kezaliman.

Bacalah sejarah kaum yang dihancurkan Allah. Bacalah kaum yang mendustakan para Nabi dan Rasul, dimana tempat kehancurannya? Bukan di negri orang. Bukan serbuan bangsa luar. Bukan dalam perjalanan. Tetapi hancur di tanahnya sendiri. Hancur di kandangnya sendiri. Bukankah kekalahan di kandang sendiri sangat menyakitkan?

Kisah pemilik kebun dalam surat Al-Qalam, hancur saat esok pagi akan panen. Tak tahu penyebabnya. Padahal di hari sebelumnya, buahnya ranum dan segar. Buahnya hancur di kebunnya sendiri.

Dimana kekalahan total Kafir Quraisy? Bukan berperang di luar Mekkah, tetapi terkalahkan di dalam kota Mekkah dalam peristiwa Futuh Mekkah.  Dimana kekalahan Persia dan Romawi Timur? Bukan di tanah Arab, tetapi di wilayahnya sendiri.

Bagaimana dengan Yahudi Israel dan Barat? Peradabannya  tidak hancur oleh serbuan atau serangan dari luar, tetapi dari gaya hidup, budaya, pemikiran dan pondasi peradaban yang telah dibangunnya sendiri. Peradabannya sendiri yang menghancurkannya.

Kehinaan Yahudi di era Nabi Musa pun dimulai saat mereka sudah menginjakkan kaki di bumi Palestina. Saat Yahudi Israel menjajah Palestina, pengulangan sejarah akan terjadi kembali. Di Palestina tempat kehancuran akhirnya. Tanah yang dianggap rumahnya sendiri.

 Perjalanan Kehancuran Yahudi Israel? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Yahudi Israel terkucil dalam kan...


 Perjalanan Kehancuran Yahudi Israel?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Yahudi Israel terkucil dalam kancah piala dunia di Qatar. Banyak penguasa negara-negara yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel, namun masyarakatnya justru terus semakin mengucilkannya. Bagaimana akhir Israel?

Tanpa dukungan Eropa, Amerika dan Rusia, dapatkah Yahudi mempertahankan penjajahannya di Palestina? Eropa dan Amerika sedang sibuk dengan krisis ekonomi. Rusia sibuk dengan peperangan dengan Ukrania. Masyarakatnya terus dilanda kemiskinan. Dengan kondisi seperti ini, bisakah menopang Yahudi Israel untuk terus menjajah Palestina?

Bagaimana dengan masyarakat Arab? Walaupun penguasanya akrab dengan Yahudi Israel, namum rakyatnya justru mendukung Palestina Merdeka. Ekspresi masyarakat internasional di Piala Dunia Qatar menunjukkan   kesadaran dunia internasional akan kemerdekaan Palestina akan terus bergulir seperti fenomena bola salju.

Penjajah Yahudi Israel membuat penjara bagi rakyat Palestina. Kelak penjara tersebut akan menjadi penjara bagi bangsa Yahudi Israel itu sendiri. Semuanya akan berubah. Yang memenjarakan akan menjadi yang dipenjara, seperti itulah hukumnya.

Kawasan mana yang terus tumbuh? Kawasan mana yang terus meredup? Di kawasan yang meredup, siapakah yang tumbuh secara tersembunyi? Para penopang Yahudi Israel terus meredup. Para penggelora kemerdekaan Palestina terus tumbuh.

Apa persoalan di kawasan Eropa dan Amerika? Salah satunya soal Demografi. Apa persoalan Yahudi Israel? Soal Demografi. Yahudi, ras bangsa yang sulit tumbuh. Eropa dirusak secara internal oleh masyarakatnya sendiri. Barat dihantui  percintaan dan perkawinan sesama jenis, tidak mau menikah demi kesenangan, kemewahan, konsumerisme dan glamour yang mengikis semangat berinvestasi. Bukankah investasi, menentukan nasib masa depan?

Mengapa golongan ultra kanan terus berkembang di Barat? Khawatir serbuan demografi muslimin. Tema kampanye utamanya soal demografi. Pada sisi lain, Barat diserang penyakit demografi yang stagnan. Belum lagi daya tahan Barat terhadap penyakit menular sangat rentan karen gaya hidupnya yang merusak walaupun fasilitas kesehatannya sangat lengkap. Itulah proses kehancuran Yahudi Israel di Palestina. Sebab Yahudi tidak akan hebat bila berdiri di atas kakinya sendiri, begitulah perjalanan sejarahnya.

Awal dan Berakhirnya Kekuasaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Yang sangat berharga justru dibuang, di...




Awal dan Berakhirnya Kekuasaan


Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Yang sangat berharga justru dibuang, dihinakan dan ditinggalkan. Ada calon pemimpin dengan integritas dan kapabilitas tinggi, yang dipilih dan diangkat justru yang tak paham tentang urusannya. Bagi yang memiliki banyak kepentingan pribadi, pemimpin yang bodohlah yang didambakan.

Dunia itu sampah, namun menjadi obsesi tertinggi manusia. Jadi jangan heran, bila kebanyakan pemimpin yang muncul adalah mereka yang bodoh dan tak peduli dengan urusan kepemimpinan. Ada masa, dibohongi adalah kenikmatan bagi rakyat dan terus ingin dibohongi walaupun harus melabrak perundangan.

Yang paling sensitif itu pendengaran. Pendengaran bisa mengalahkan penglihatan. Syetan menjerumuskan dengan bisikan. Dengan mengepung pendengaran, kebohongan bisa menjadi kebenaran. Kerja nyata itu tidak perlu, yang terpenting mengepung manusia dengan kebohongan.

Yang menipu akan tertipu. Sebab segalanya akan kembali kepada dirinya sendiri. Bagaimana seseorang berdiri, seperti itulah dia akan jatuh. Bagaimana seseorang meraih kekuasaan, akan seperti itu pula kejatuhannya.

Bagaimana kemunculan Bani Ummayah, seperti itu pula kehancurannya di tangan Bani Abbasiyah. Bagaimana kemunculan Bani Abbasiyah, seperti itu pula kehancurannya di tangan Mongol. Waspadalah dengan titik awal, titik awal menentukan perjalanan di titik akhir.

Perjalanan keris Empu Gandring di era Tumapel menuju Singasari menjadi model siklus kekuasaan. Di awali dengan pembunuhan, diakhiri dengan pembunuhan juga. Seperti itulah hukum awal dan akhir.

Bila kekuasaan diawali dengan kebohongan, maka akan berakhir dibohongi. Bila kekuasaan diawali dengan penipuan, maka diakhiri dengan ketertipuan. Bukankah penipu akan berkumpul dengan penipu. Bukankah pembohong akan berkumpul dengan para pembohong. Kata pepatah, seperti orang yang menepuk air didulang.

Ini Orang Pertama yang Rayakan Maulid Nabi Muhammad REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Maulid Nabi merupakan hari perayaan kelahiran Nab...

Ini Orang Pertama yang Rayakan Maulid Nabi Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Maulid Nabi merupakan hari perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal. Namun, dalam peringatan Maulid Nabi ini ada perbedaan pendapat di kalangan umat Islam, ada yang membolehkannya dan ada beberapa yang menghukuminya bid’ah.

Terlepas dari pembahasan hukum merayakan Maulid Nabi itu, bagaimana sejarah perayaan Maulid Nabi SAW ? Dan siapa yang merayakannya pertama kali? Jawabannya dapat ditemukan dalam kitab yang dikarang seorang ulama kelahiran Mesir, Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Imam as-Suyuthi lahir di Kairo pada 1 Rajab 849 Hijriah atau 3 Oktober 1445 Masehi.

Dalam kitabnya yang berjudul Husnul Muqshid Fi Amalil Maulid, Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi adalah Raja Irbil, yaitu Raja al-Mudzaffar Abu Said Kukburi bin Zainuddin Ali bin Biktikin (549-630 H). Dial ah yang memakmurkan Masjid Jami’ al-Mudzaffari di Safah Qasiyun.

Ia adalah seorang raja yang agung, besar dan mulia. Menurut as-Suyuthi, Raja al-Mudzaffar itu juga memiliki riwayat hidup yang baik. Dalam kitab Tarikh-nya, Ibnu Katsir juga berkata bahwa Raja al-Mudzaffar mengadakan Maulid Nabi di bulan Rabi’ul Awal dan melakukan perayaan yang besar.

Menurut Ibnu Katsir, Raja al-Mudzaffar merupakan sosok yang berhati bersih, pemberani, tangguh, cerdas akalnya, pandai dan adil. Semoga Allah merahmatinya dan memuliakan tempat kembalinya. Ibnu Katsir berkata,

“Syekh Abu Khattab Ibnu Dihyah telah mengarang kitab tentang Maulid Nabi dan diperuntukkan bagi Raja al-Mudzaffar yang ia beri nama at-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir. Lalu Raja al-Mudzaffar membalasnya dengan memberi hadiah sebesar 1.000 dinar atas karyanya itu. Ia diberi usia panjang dalam kekuasaannya hingga ia meninggal saat mengepung kota Prancis tahun 630 H. Ia terpuji sejarahnya dan perangainya.”

Sementara itu, cucu Ibnu al-Jauzi menjelaskan dalam Mi’raj az-Zaman bahwa sebagian orang yang hadir dalam jamuan perayaan Maulid Nabi oleh Raja al-Mudzaffar menceritakan bahwa beliau menyiapkan hidangan hingga 5.000 kepala kambing yang digoreng, 10.000 ayam, 100 kuda, 100.000 burung zabadiyah, dan 30.000 bejana besar yang berisi manisan.

“Orang-orang yang hadir dalam acara Maulid Nabi tersebut adalah para ulama besar dan ulama sufi. Ia bergabung dan bercengkrama dengan mereka. Raja al-Mudzaffar menyediakan jamuan untuk para ulama sufi mulai Dzuhur sampai Subuh. Ia menari bersama mereka,” jelas cucu Ibnu al-Jauzi dikutip dari buku terjemahan berjudul Tujuan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW terbitan Pustaka al-Muqsith.

Dia menambahkan, Raja al-Mudzaffar menghabiskan biaya dalam perayaan Maulid Nabi setiap tahunnya sebesar 100 ribu dinar. Ia memiliki rumah khusus tamu, yang disediakan bagi para tamu dari seluruh penjuru dan kalangan.

Di “rumah tamu” tersebut, ia menghabiskan seribu dinar setiap tahunnya yang diperuntukkan bagi para tamu.

Raja al-Mudzaffar juga memerdekakan budak dari Prancis setiap tahunnya dengan 200 ribu dinar.

Ia juga mengalokasikan dana untuk kota Makkah dan Madinah serta talang Ka’bah (mizab) setiap tahunnya sebesar 30 ribu dinar.

“Ini semua belum termasuk sedekah yang dilakukannya secara sembunyi-sembunyi (yang tidak diketahui),” ungkap cucu Ibnu al-Jauzi.

Tim Investigasi di Era Penguasa Pendusta Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Membentuk tim investigasi unt...

Tim Investigasi di Era Penguasa Pendusta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Membentuk tim investigasi untuk mencari fakta. Fakta kebenaran atau kumpulan fakta untuk merekayasa kebohongan? Bila penguasa nya pendusta, apakah tim investigasinya bisa mengungkapkan kebenaran? Pohon yang buruk tidak akan bisa menghasilkan buah yang baik. Tanah yang tandus tidak akan menumbuhkan pohon yang subur.

Sebelum tim investigasi dibentuk. Apa yang diungkapkan? Semoga tidak mendapat sanksi dari FIFA. Itulah orientasi terbesarnya. Bila orientasinya seperti ini, fakta apa yang akan diungkap? Pencarian dan pengumpulan fakta itu sesuai dengan maksud awalnya. Tujuan berbeda akan menciptakan pengumpulan fakta yang berbeda.

Sejumlah pembesar Quraisy mengendap untuk mencuri pendengaran bacaan Al-Qur'an Rasulullah saw setiap malam. Dalam hati dan pembicaraan internalnya, mereka mengakui kebenaran dan keindahan Al-Qur'an.  Namun apa yang harus disampaikan ke publik? Rasa takjub terhadap Al-Qur'an yang seharusnya diungkapkan sebagai mukjizat dari Allah, namun diungkapkan ke publik sebagai sihir. Fakta kebenaran diubah orientasinya.

Tim investigasi dan pencari fakta sebenarnya tidak berguna, bila dibentuk oleh para pendusta. Proses pengadilan, kehadiran hakim, saksi ahli dan jaksa, proses penyelidikan dan penyidikan, sebenarnya tak berguna bila keputusan berdasarkan pesanan penguasa dan berharta. Hasilnya sudah direkayasa sebelum proses pengadilan dimulai.

Penguasa hanya memanfaatkan legalitas formal dan prosedural untuk menguatkan kedustaannya. Struktur ketatanegaraan hanya untuk melegalkan kedustaan penguasa. Itulah hari-hari yang kita saksikan di negri ini. Kedustaan yang disahkan oleh undang-undang.

Firaun dan ahli sihir melihat langsung tongkat Nabi Musa menjadi ular besar yang memakan ular dari ahli sihir. Mengapa peristiwa yang sama menghasilkan pemikiran dan kesimpulan berbeda? Ahli Sihir, memandang ini bukan ilmu Nabi Musa. Firaun berkesimpulan bahwa ilmu sihir Nabi Musa sangat luar biasa. Tujuannya untuk menyesatkan rakyat Mesir. Fakta yang sama, bila orientasinya berbeda akan menghasilkan hal yang berbeda.

Lembaga negara, sistem hukum dan perundangan, sistem pemerintahan tak berguna bila penguasanya berjiwa pendusta. Semuanya dimanfaatkan untuk melegalkan kedustaannya.    Sistem hanya pencegah, saat penguasa mengisi pejabat diseluruh lembaga struktural dengan para pendusta maka sistem apa pun akan membuahkan kediktatoran.

Jejak Gemilang Alp Arslan OLEH HASANUL RIZQA  Perang Manzikert mungkin tidak akan terjadi kalau pihak Romawi Timur (Bizantium) t...

Jejak Gemilang Alp Arslan

OLEH HASANUL RIZQA 

Perang Manzikert mungkin tidak akan terjadi kalau pihak Romawi Timur (Bizantium) tidak mengusik wilayah Bani Seljuk, khususnya Armenia. Pada 1071 M, Kaisar Romanus IV berusaha merebut kembali negeri di kaki Pegunungan Kaukasus itu. Padahal, Bizantium masih terikat perjanjian damai yang ditandatangani dua tahun sebelumnya dengan kerajaan Muslim tersebut.

Waktu itu, sang pemimpin Dinasti Seljuk, Sultan Alib Arselan atau Alp Arslan, sedang sibuk menggempur Daulah Fathimiyah di Syam. Kabar yang datang dari Armenia tentu saja mengganggu konsentrasinya. Untuk mencegah pergerakan Bizantium lebih lanjut, sosok keturunan Turki Oghuz itu memimpin pasukannya ke utara. Di barat Armenia, ia hendak mencegat balatentara Romanus.

Kedua belah pihak bertemu di Lembah Manzikert. Secara jumlah, pasukan Romawi lebih banyak daripada Muslimin. Karena itu, sang kaisar dengan angkuh menolak opsi perundingan damai yang ditawarkan Alp Arslan.

Jumat pagi itu, tanggal 25 Agustus 1071. Manzikert akan menjadi gelanggang perang. Alp Arslan sempat merasa gelisah. Tidak pernah disangkanya, Seljuk akan melawan Bizantium dengan kekuatan “seadanya.” Sebab, segala persiapan yang telah disusunnya selama ini hanya untuk menghadapi Bani Fathimiyah, bukan yang lain.

Tidak ada gunanya menyesal. Kini, pilihan satu-satunya ialah maju. Guru Alp Arslan, Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik al-Bukhari al-Hanafi, menyampaikan nasihat penenang hati. “Sungguh, Anda berjihad untuk membela agama Allah. Dan Dia telah berjanji menolong agama-Nya dan akan memenangkan agama-Nya. Semoga Allah memenangkan pasukan Islam dalam pertempuran ini dengan perantaraanmu,” kata ahli fikih itu.

Saat shalat Jumat, Alp Arslan bermunajat sambil menangis. Begitu pula dengan seluruh pasukannya. Mereka dengan setulus hati berupaya mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Pertanda baik mulai bermunculan. Sebelum pertempuran pecah, sekira 25 ribu orang tentara bayaran membelot dari kubu Romanus. Orang-orang Turki itu memilih berada di pihak Seljuk dan berperang bersama Muslimin. Meskipun begitu, pasukan Alp Arslan belum sebanding dengan jumlah tentara Bizantium yang mencapai 200 ribu prajurit.

Pada 26 Agustus 1071, pasukan Romawi mulai bergerak. Alp Arslan pun mengerahkan pasukannya dengan formasi berbentuk bulan sabit. Lini tengah Bizantium terus merangsek maju, menangkis nyaris semua anak panah yang dihujankan kepada mereka.

Dengan cepat, Romanus menyergap tenda yang paling besar di kubu Seljuk. Ternyata, itu bukanlah tenda tempat sultan berada, melainkan hanya pancingan. Sempat terjebak, kaisar Bizantium itu lalu kehilangan kendali atas kedua lini sayap pasukannya. Alhasil, mereka kocar-kacir diguyur hujan panah dari arah Seljuk.

Berkali-kali, pasukan Bizantium memancing balatentara Seljuk untuk bertempur dari dekat. Namun, Alp Arslan tidak terkecoh dan terus mempertahankan jarak aman dengan Romawi. Saat sore tiba, Romanus menyuruh pasukannya untuk mundur teratur. Akan tetapi, lini yang semestinya menjaga sang kaisar dari serangan balik justru ikut-ikutan mundur.

Alp Arslan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Sang sultan memimpin pasukannya untuk menyerang dengan sekuat tenaga ke arah lini tempat Romanus berada. Sementara itu, sayap kanan dan kiri pasukan Bizantium terlanjur tidak berdaya akibat dihujani anak panah. Mereka tidak bisa berbuat banyak. Kaisar Romawi ini benar-benar terkepung.

Barulah keesokan paginya, sisa-sisa prajurit profesional yang semalaman mengawal Romanus dapat dilumpuhkan. Raja Bizantium itu pun langsung menyerah dan tertawan. Palagan di Manzikert ini akhirnya dimenangkan kaum Muslimin.

Romanus meminta Alp Arslan bersedia menerima tebusan untuk keselamatan dirinya. Sultan Bani Seljuk itu menyanggupi permintaan tersebut, asalkan dengan memenuhi tiga syarat. Pertama, semua tawanan yang Muslim di Bizantium harus dibebaskan. Kedua, Kaisar harus sanggup mengirimkan pasukan kepada Seljuk, kapan saja sang sultan menginginkannya. Ketiga, uang tebusan sang raja Romawi ialah sebesar 150 ribu dinar.

Semua persyaratan itu kemudian dipenuhi pihak Bizantium. Sebelum berpisah, Alp Arslan membekali Romanus dengan 1.000 dinar. Di samping itu, raja Muslim ini mengutus beberapa komandan Seljuk untuk menjaga dirinya hingga selamat kembali ke negeri asal. Dalam perjalanan, mereka mengibarkan panji-panji bertuliskan syahadat: “tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”

Tragisnya, raja Bizantium ini justru menghadapi persoalan yang pelik begitu tiba di istana. Rival politiknya, John Doucas, melancarkan kudeta. Istrinya dipaksa masuk biara, sementara Romanus ditahan di penjara Sisilia. Pada 1 Oktober 1071, ia terpaksa turun takhta dan menyingkir ke biara.

Namun, Doucas tetap menaruh curiga padanya. Paman dari kaisar baru, Michael VII Doukas, itu lantas menyuruh beberapa orang untuk menyusup ke dalam biara dan menangkap Romanus. Bekas raja Bizantium itu disiksa hingga buta kedua matanya pada Juni 1072. Tak lama sesudahnya, ia meninggal.

Menurut Dr Ali Muhammad ash-Shalabi dalam Ad-Daulah al-‘Utsmaniyyah (2003), kemenangan Alp Arslan dalam Perang Manzikert adalah peristiwa yang luar biasa. Hal itu tidak hanya disebabkan fakta bahwa sekitar 20 ribu prajurit berbalik unggul melawan 200 ribu pasukan Romawi. Sejak saat itu, pengaruh Bizantium di Asia Kecil atau Anatolia menyusut drastis. Kalangan sejarawan menyebut Pertempuran Manzikert sebagai awal dari Turkifikasi (Turkification) Anatolia. Puncaknya, Konstantinopel jatuh ke tangan daulah Turki Utsmaniyah pada 1453 M.



Sosok teladan

Ash-Shalabi mengatakan, Alp Arslan merupakan seorang pemimpin Muslim yang menunjukkan banyak keteladanan. Sosok yang bernama asli Muhammad bin Dawud Chagri itu mencintai rakyatnya. Begitu pula, umat pun menghormati dan mematuhi kebijakan-kebijakannya.

Salah satu karakteristiknya ialah peduli pada kaum fakir dan miskin. Sedekah adalah ibadah yang sangat digemarinya. Tiap bulan suci Ramadhan, Alp Arslan  bersedekah sebanyak 15 ribu dinar. Di tempatnya bekerja ada sekian nama orang melarat yang senantiasa ia santuni.

Karena menjauhi sifat serakah, kepemimpinannya pun menimbulkan rasa keadilan di tengah rakyat. Bahkan, sebut ash-Shalabi, pada masa pemerintahan sang sultan kriminalitas tidak marak terjadi atau bahkan tidak terasa sama sekali. Hukum tegak tanpa pandang bulu, sehingga membuat para pejabat takut untuk mencari-cari celah korupsi.

Sebagai pemimpin yang prorakyat, ia memfungsikan kas negara sebagaimana mestinya. Pajak yang dihimpun dari seluruh wilayah kekuasaan tak digunakannya untuk memperkaya diri dan golongan sendiri. Uang rakyat itu diperuntukkannya bagi pembiayaan banyak fasilitas publik, termasuk pendirian masjid, madrasah, universitas, rumah sakit, jalan-jalan, dan sistem irigasi. Di samping itu, pengelolaan dana negara juga dialokasikan untuk membayar gaji tentara serta membiayai jihad.

Tatkala memimpin Bani Seljuk, wilayah kekuasaannya membentang dari Pegunungan Hindu Kush di timur, lembah Amu Darya di utara, kawasan Kaukasus, sebagian besar Anatolia, Persia, Irak, Syam, hingga Hijaz di Semenanjung Arab. Kerajaannya itu merupakan vasal dari Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Bagaimanapun, para khalifah tidak memiliki pengaruh kecuali sekitaran Kota Seribu Satu Malam. Bahkan, mereka bertindak seolah-olah “boneka” bagi pemerintahan Seljuk.

Alp Arslan memimpin Kesultanan Seljuk dengan gemilang. Dinasti yang berdarah Turki Oghuz itu menjelma menjadi sebuah kekuatan yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Kekuatan militer daulah ini begitu perkasa sehingga tak ada kerajaan yang mampu menandinginya pada masa itu.

Semasa memerintah, Alp Arslan menunjukkan keterampilan dalam menerapkan birokrasi yang efektif. Dalam hal ini, sang sultan dibantu perdana menterinya yang setia, Nizam al-Mulk. Keduanya menjadi negarawan Muslim yang terkemuka di dunia pada abad pertengahan. Sang wazir berjasa besar dalam mendirikan lembaga-lembaga yang menangani urusan publik, semisal pajak, peradilan, dan edukasi. Institusi pendidikan yang diinisiasinya, Madrasah Nizamiyah, mencetak banyak sarjana. Sejumlah alim ulama brilian pernah mengajar di sana. Sebut saja, Imam al-Ghazali dan juga at-Tabari.

Sesudah sukses mengusir Fathimiyah dari Syam, Alp Arslan beralih ke kawasan timur wilayah kekuasaannya. Ia hendak menaklukkan seluruh area lembah Sungai Amu Darya, Asia Tengah. Pada akhir tahun 1072, sultan Seljuk ini harus menghadapi perlawanan dari kaum pemberontak setempat, yang dipimpin Yusuf al-Khawarizmi.

Pasukan Seljuk berhasil menangkap Yusuf. Gembong pemberontak ini hendak dihukum mati. Namun, sebelum panah algojo menembus lehernya, lelaki yang pernah menguasai sebagian Khawarizmi itu dengan cepat mencabut sebuah belati, lalu menusukkannya tepat ke dada sang raja Seljuk. Akibat luka yang dideritanya, Alp Arslan meninggal dunia beberapa hari kemudian, tepatnya pada 15 Desember 1072 M dalam usia 42 tahun. Sesuai wasiatnya, takhta kepemimpinan atas Bani Seljuk diwariskan kepada seorang putranya yang saat itu berumur 18 tahun, Malik Shah.

Sang Wazir yang Cendekia

Pada era kekuasaan Dinasti Seljuk, peradaban Islam kembali mengalami kejayaan. Seorang tokoh yang turut berjasa besar dalam mewujudkan kegemilangan ini ialah Nizam al-Mulk. Sosok kelahiran Tus, Iran, itu merupakan perdana menteri daulah tersebut saat dipimpin Sultan Alp Arslan (1063-1072) dan Malik Shah (1072-1092).

Lelaki yang lahir dengan nama Hasan bin Ali al-Tusi itu tumbuh besar di lingkungan religius. Sejak kecil, dirinya sudah piawai membaca dan menghafal Alquran. Kepandaiannya tampak jelas, terutama dalam bidang matematika dan sastra.

Ayahnya yang bernama Ali merupakan seorang pegawai pemerintah Ghaznawi di Khurasan. Sesudah daerah itu jatuh ke tangan Bani Seljuk, Ali memboyong keluarganya ke Ghazna. Di sanalah, Nizam melalui masa remaja hingga dewasa.

Mengikuti jejak bapaknya, ia menjalani karier sebagai birokrat. Tatkala seluruh Iran telah dikuasai Seljuk, lelaki ini hijrah ke Marwa (Merv), yang belakangan menjadi ibu kota daulah tersebut sejak tahun 1118.

Pada 1064, wazir Dinasti Seljuk Abu Ali Ahmad bin Shadhan wafat. Waktu itu, reputasi Nizam sudah dikenal luas di pemerintah pusat, dan bahkan sampai ke telinga Alp Arslan. Sang sultan pun tertarik untuk merekrut pegawai itu sebagai pengganti Abu Ali. Saat itu, dirinya telah menapaki usia 45 tahun.

Meskipun tidak ikut menyertai Alp Arslan di Perang Manzikert, Nizam tetap menjadi salah satu orang terdekat sang penguasa Seljuk. Berkat kehebatan dan kecakapannya sebagai pegawai negara, ia pun menjadi pejabat kaliber tinggi. Pendapat dan nasihatnya selalu didengar oleh Sultan.

Setelah raja tersebut meninggal dunia, perebutan kekuasaan sempat terjadi di antara kubu-kubu militer. Tanpa takut, Nizam mengumumkan wasiat almarhum, yakni takhta Seljuk hanya diberikan kepada Malik Shah, seorang putra Alp Arslan.

Sultan Malik Shah masih berusia 18 tahun kala itu. Alhasil, Nizam berperan besar. Ia dipercaya mengurus pemerintahan dan menjalankan keputusan politik. Bagi sang sultan, perdana menterinya itu bagaikan ayahnya sendiri.

Pada periode itu, Nizam menerapkan pelbagai kebijakan publik. Di antaranya ialah mendirikan sekolah-sekolah tinggi di banyak kota, termasuk Baghdad. Lembaga itu akhirnya dikenal sebagai Madrasah Nizamiyah. Sebagai penganut mazhab Syafii dan Asy’ariyah, ia pun berupaya menyebarkan kedua paham tersebut di setiap institusi madrasah.

Selain dunia pendidikan, perhatiannya juga pada sektor ekonomi dan keumatan. Di era kepemimpinannya, Nizam pernah menghapuskan pajak yang tidak dikenai sanksi syariat (khumus). Ia pun memperluas kawasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, serta membuat sekaligus mengamankan jalur perjalanan haji dari Irak ke Hijaz. Di sela-sela kesibukannya, wazir yang wafat pada 14 Oktober 1092 itu sempat menulis beberapa karya. Sebut saja, Siyasatnama (Buku Pemerintahan), yang berisi petuah-petuah untuk penguasa.



Perjalanan Rezim Pendusta Oleh: Nasrulloh Baksolahar  (Channel Yotube Dengerin Hati) Penguasa bermental budak. Apa cirinya? Peng...

Perjalanan Rezim Pendusta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Penguasa bermental budak. Apa cirinya? Penguasa yang selalu berdusta. Buya Hamka dalam bukunya Bohong di Dunia mengupas bahwa kedustaan itu lahir dari jiwa yang bermental budak.

Menurunkan Buya Hamka, jiwa budak itu terlihat dari kebiasaannya berbohong, kebiasaannya memungkiri janji, tidak bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan atau tidak mengakui perbuatannya sendiri. Bagaimana fenomena penguasa rezim saat ini?

Apa yang paling menyakitkan rakyat dari seorang penguasa? Kedustaannya. Menurut Buya Hamka, alangkah sakitnya, sakit sekali, jika bertemu dengan seorang pembohong, pendusta yang dihadapannya dan di hadapan kita telah bertumpuk bukti dan alasan atas suatu kesalahannya, namun orang itu mengelak dari tanggungjawabnya. Bagaimana dengan rezim penguasa saat ini?

Penguasa memiliki lembaga, struktur, dana dan sumber daya tak terbatas. Namun mengapa masih berbohong? Padahal seluruh kekuatan ada pada genggamannya. Dialah pengendali negri. Namun mengapa terus berdusta? Berarti memang tak bisa memimpin negri dan sengaja membuat kelalaian.

Rezim yang berdusta apakah tentram? Apakah alat kekuasaan dapat menutupi kedustaan? Menurut Buya Hamka, kedustaan disangka bisa melepaskan diri padahal justru menyusahkan diri. Jiwanya merana, terlihat dari raut wajah dan matanya. Perhatikan raut wajah dan sorotan wajah pemimpin rezim tertinggi saat ini?

Apakah rezim penguasa pendusta mampu menyelesaikan persoalan bangsa? Bila kekecewaan telah memenuhi hati rakyat, apakah mau berpartisipasi dalam membangun bangsa? Apakah mereka yang bersih hatinya, rela berjuang, cerdas, profesional dan amanah mau bergabung dengan rezim penguasa pendusta?

Dusta adalah pangkal segala dosa. Seperti itulah Rasulullah saw bersabda. Bila rezim penguasa selalu berdusta, bagaimana pengelolaan kekuasaannya? Akan banyak kebijakan yang  salah, merugikan, dan menghancurkan. Itulah perjalanan penguasa pendusta.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (130) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (48) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (6) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (219) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (164) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (1) Nabi Ibrahim (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Musa (1) Nabi Nuh (3) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (1) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (208) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (102) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (375) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (131) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (178) Sirah Sahabat (110) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (67) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)