basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Menghalangi Kepergian ke Ka'bah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Musyrikin Quraisy pernah menghalangi Rasulullah saw. dan para sah...

Menghalangi Kepergian ke Ka'bah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Musyrikin Quraisy pernah menghalangi Rasulullah saw. dan para sahabat yang hendak melaksanakan umrah dari Madinah ke Mekah. Meski beberapa utusan Quraisy memastikan bahwa perjalanan itu murni demi ibadah, mereka tetap bersikeras melarang kaum Muslimin memasuki Mekah. Dari ketegangan inilah lahir Perjanjian Hudaibiyah. Apakah sejarah semacam ini tidak terulang?

Pada tahun 1187, di masa Perang Salib, Raynald dari Chatillon berulang kali menyerang jamaah haji yang melintas di sekitar Yerusalem. Ia tidak hanya menjarah dan membunuh mereka, tetapi bahkan mengancam akan menyerang Ka'bah dan menghancurkan Tanah Suci Mekah.

Lima abad kemudian, pada tahun 1502, Raja Manuel I dari Portugis mengirim Vasco da Gama ke India dengan armada besar. Misinya bukan sekadar penjelajahan, tetapi juga untuk memperkuat dominasi Portugal dan menyingkirkan pedagang Muslim dari jalur perdagangan utama.

Dalam pelayarannya yang kedua, da Gama melakukan kekejaman brutal: menyerang kapal-kapal dagang Muslim, menghancurkan pelabuhan di sepanjang pantai timur Afrika, bahkan membakar sebuah kapal yang penuh dengan jamaah haji, menewaskan ratusan penumpang tak berdosa.

Tahun 1566, Sultan Alauddin dari Aceh menulis surat kepada Sultan Sulaiman dari Turki Utsmani, memohon bantuan atas gangguan Portugis yang semakin masif. Dalam suratnya, Sultan Alauddin mengadukan bahwa Portugis bukan hanya menghalangi jalur haji, tetapi juga menangkap dan memperbudak para jamaah, serta menenggelamkan kapal-kapal mereka.

"Demi Allah dan Nabi Muhammad, tolonglah kami dan jamaah haji dalam perjalanan ke Mekah sebelum kekuatan Portugis datang," tulisnya.

Kini, di era modern, sejarah itu tampaknya kembali terulang. Israel melancarkan serangan udara ke Yaman untuk menghancurkan pesawat yang akan digunakan para jamaah haji. Di Tepi Barat, sebuah bus rombongan haji dihancurkan dengan sengaja oleh kendaraan militer Israel, bahkan dua jamaah ditangkap.

Sejarah mencatat akibat dari kezaliman seperti itu. Musyrikin Quraisy dikalahkan dalam peristiwa Fathu Makkah. Tentara Salib tumbang dalam Perang Hittin. Portugal takluk oleh Inggris dalam pertempuran laut di Suvali, India, pada 29 November 1612.

Bagaimana dengan Israel? Kekalahan mereka pun hanya tinggal menunggu waktu. Sebab siapa pun yang menghalangi perjalanan ke Ka'bah, akan menanggung akibat yang sama seperti para pendahulunya.

Perang Tanding yang Diabadikan dalam Al-Qur’an Oleh: Nasrulloh Baksolahar Pertempuran antara Daud dan Jalut adalah satu-satunya ...


Perang Tanding yang Diabadikan dalam Al-Qur’an

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Pertempuran antara Daud dan Jalut adalah satu-satunya perang tanding satu lawan satu yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Peristiwa ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi titik balik peradaban—suatu momentum yang terus berulang dalam berbagai bentuk sepanjang zaman.

> “Maka mereka (pasukan Thalut) mengalahkan mereka (pasukan Jalut) dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut, lalu Allah memberinya kerajaan dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Kalau bukan karena Allah menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Akan tetapi Allah memiliki karunia atas seluruh alam.”
(QS. Al-Baqarah: 251)



Titik Balik Sejarah

Mengapa peristiwa ini besar? Karena inilah momen pembebasan Bani Israil dari keterpurukan sejarah panjang mereka, sejak mereka menolak memasuki Palestina di masa Nabi Musa. Penolakan itu membuat mereka terlunta-lunta di padang Sinai, menanti pemimpin dan nabi baru.

Pertempuran ini juga luar biasa karena bertentangan dengan logika umum: yang kecil mengalahkan yang besar, yang sederhana menundukkan yang kuat, dan yang tak bersenjata berat mampu merobohkan yang bersenjata lengkap.

Kekuatan Jalut, Keperkasaan yang Dihancurkan

Jalut adalah prajurit elit tanpa tanding. Ia mengenakan baju zirah tembaga seberat 57 kg, melindungi tubuh atasnya dari senjata tajam mana pun. Ketopong tembaganya menjaga kepala dari serangan langsung. Ia dipersenjatai dengan tombak besar yang ujung besinya mencapai 7 kg—cukup untuk menembus zirah mana pun. Selain itu, ia membawa pedang dan perisai kecil, menjadikannya berbahaya baik dalam serangan jarak jauh maupun dekat.

Namun, ternyata lawan yang dihadapinya tak terduga: seorang pemuda gembala, lincah, cepat, dan sangat terampil menggunakan umban—alat pelempar batu. Dengan satu lemparan, sebutir batu melesat ke arah dahi Jalut, satu-satunya titik lemah yang tak tertutup zirah. Batu itu menghantam tepat sasaran, dan Jalut pun roboh.

Hukum Abadi: Yang Zalim Pasti Tumbang

Apakah peristiwa ini hanya berlaku di era Daud dan Jalut? Tidak. Ini adalah hukum abadi Tuhan: bahwa kezaliman, sekuat apa pun, pasti akan tumbang, dan yang lemah secara duniawi bisa menang dengan iman dan keberanian.

Hari ini, kita menyaksikan ulang kisah itu. Penjajah Israel, dengan sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome, David’s Sling, dan THAAD bantuan Amerika, tak mampu membendung serangan roket dari pejuang Gaza, Yaman, dan Lebanon.

Tank-tank baja, kendaraan militer, dan buldoser lapis baja yang dilengkapi sistem perlindungan otomatis, dihancurkan oleh senjata panggul Yasiin 105 milik pejuang Palestina.

Allah Swt menghadirkan para pejuang Palestina sebagai sosok Daud zaman ini, untuk menegaskan firman-Nya yang kekal:

> "Kalau bukan karena Allah menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini."
(QS. Al-Baqarah: 251)

Bangsa Penjajah yang Pernah Dijajah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Karakter penjajah dari masa ke masa ternyata tidak berubah. Meski...


Bangsa Penjajah yang Pernah Dijajah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Karakter penjajah dari masa ke masa ternyata tidak berubah. Meskipun pelakunya berasal dari bangsa yang berbeda dan hidup dalam zaman yang berjauhan, wataknya tetap sama: kezaliman dan perusakan. Lihatlah Firaun, Nebukadnezar, hingga bangsa-bangsa Eropa saat menjajah wilayah lain—semuanya menunjukkan sifat yang serupa.

Lalu bagaimana jika bangsa penjajah itu dulunya pernah dijajah, bahkan pernah memimpin peradaban dunia? Ternyata, pengalaman masa lalu tidak serta-merta mengubah watak penjajahan. Mereka tetap membawa luka sejarahnya, namun kini menimpakannya pada bangsa lain.

Ambil contoh Israel. Saat ini, dunia menyaksikan bagaimana mereka melakukan genosida terhadap bangsa Palestina: pengeboman setiap hari, pembunuhan, penghancuran pemukiman, pelarangan bantuan kemanusiaan, hingga penyiksaan brutal di penjara. Kezaliman ini berlangsung terang-terangan di depan mata dunia.

Ironisnya, Israel adalah bangsa yang sejarahnya dipenuhi luka akibat penindasan. Mereka pernah mengalami genosida pada masa Firaun, Nebukadnezar, Heraklius, Ferdinand-Isabel, hingga terakhir di tangan Nazi di Eropa. Mereka pernah terusir dari berbagai wilayah, dan kini mereka yang mengusir rakyat Palestina secara paksa ke kamp-kamp pengungsian dan negara lain, dengan kekerasan dan penindasan.

Bukankah mereka yang pernah merasakan pedihnya genosida? Bukankah mereka yang setiap tahun memperingati tragedi Holocaust dengan penuh kesedihan dan perenungan? Mengapa kini mereka justru melakukan hal yang sama terhadap bangsa lain—hal yang seharusnya mereka pahami sebagai luka yang tak patut diwariskan?

Bani Israil, yang merupakan bangsa paling banyak menerima para nabi dan rasul, dahulu pernah menjadi pusat peradaban ketika kitab sucinya dijadikan pedoman hidup. Namun kini, mengapa justru berubah menjadi bangsa yang tampak tak lagi membawa nilai-nilai wahyu? Mengapa mereka melakukan kejahatan kemanusiaan seolah-olah tidak pernah menerima bimbingan langit?

Sejarah dan pengalaman masa lalu ternyata tidak cukup untuk mencegah seseorang atau sebuah bangsa dari mengulangi keburukan yang sama. Ketika nafsu penjajahan menguasai, maka nurani pun dibungkam. Luka sejarah pun berubah menjadi senjata untuk melukai yang lain.

Huru-Hara Hari Kiamat di Dunia Bisnis Oleh: Nasrulloh Baksolahar Huru-hara diartikan sebagai kekacauan besar yang melanda secara...


Huru-Hara Hari Kiamat di Dunia Bisnis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Huru-hara diartikan sebagai kekacauan besar yang melanda secara umum. Dalam kondisi ini, tidak ada lagi pola yang terstruktur dan logis. Segala sesuatu menjadi serba tak menentu. Struktur yang sebelumnya mapan dan stabil tiba-tiba runtuh. Semuanya berubah dengan sangat cepat—secepat apa yang dipikirkan dan diciptakan oleh manusia.

Namun, benarkah huru-hara hari Kiamat hanya dimaknai sebagai kehancuran alam semesta, yang ditandai dengan perubahan arah lintasan matahari, dari timur ke barat, lalu bergeser dari barat ke timur?

Ataukah hanya terbatas pada kisah pertempuran Armagedon, ketika "golongan putih" yang dipimpin Imam Mahdi melawan "golongan hitam" di bawah komando Dajjal—perang besar berskala global yang melibatkan banyak bangsa?

Sesungguhnya, huru-hara bisa terjadi dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk dunia bisnis. Dalam terminologi modern, huru-hara semacam ini disebut sebagai disrupsi: perubahan drastis yang mengganggu tatanan atau model bisnis yang telah lama mapan.

Mengapa disrupsi bisa terjadi?
Karena inovasi atau perubahan mendasar muncul dan menggantikan cara lama dalam menjalankan bisnis. Pelaku lama tergeser, struktur pasar berguncang, dan cara-cara baru bermunculan sebagai norma baru.

Contohnya sangat nyata. Dahulu, hanya perusahaan besar seperti Blue Bird yang bisa menjalankan layanan transportasi. Kini, siapa saja bisa melakukannya lewat aplikasi seperti Gojek dan Grab.

Bahkan kekacauan politik dan kemanusiaan dapat memicu disrupsi. Genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, misalnya, telah memicu gerakan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengannya. Di sisi lain, muncul semangat untuk menggunakan produk lokal sebagai bentuk perlawanan ekonomi sekaligus alternatif yang lebih etis.

Lalu, bagaimana menghadapi disrupsi?

Jika dalam narasi hari Kiamat hanya mereka yang beriman yang akan selamat, maka dalam dunia bisnis pun hanya mereka yang memiliki akar nilai, fleksibilitas, dan ketangguhan yang mampu bertahan. Seperti pohon yang dihempas badai: batang dan daunnya bisa rontok, tetapi selama akarnya menghujam ke dalam tanah, ia akan tetap berdiri dan tumbuh kembali.

Pada akhirnya, hanya bisnis yang berakar pada nilai akan tetap hidup meski dunia terus berguncang.

Kemudahan Itu Selalu Tersedia Oleh: Nasrulloh Baksolahar Allah Swt. tidak pernah membebani seseorang melampaui batas kemampuanny...


Kemudahan Itu Selalu Tersedia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Allah Swt. tidak pernah membebani seseorang melampaui batas kemampuannya. Inilah hukum ilahi yang berlaku secara universal. Karena itu, setiap kesulitan pasti disertai dengan solusi, dan kemudahan selalu tersedia bagi mereka yang mau bersabar dan berjuang.

Allah Swt pun telah menuliskan takdir di Lauhul Mahfudz bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Jadi bila ingin mudah, tempuhlah jalan kesulitan.

Lihatlah kisah Bilal bin Rabah. Ia disiksa dengan kejam: diterlentangkan di bawah terik matahari padang pasir, lalu dibebani batu besar di dadanya. Majikannya berkata dengan angkuh, “Beginilah nasibmu sampai mati, kecuali engkau ingkar kepada Muhammad dan kembali menyembah Latta dan Uzza.” Namun, di puncak penderitaannya, datanglah Abu Bakar untuk membebaskannya. Bantuan itu datang tepat waktu. Inilah bukti bahwa kasih sayang Allah tidak pernah terlambat.

Begitu pula dalam kisah Nabi Musa. Saat beliau berada di titik kelelahan, kelaparan, dan kehausan setelah melarikan diri dari Mesir, datanglah dua putri Nabi Syuaib yang kemudian membawanya kepada ayah mereka. Di balik keterbatasan dan penderitaan, Allah selalu mengirim pertolongan.

Kemudahan dari Allah bukanlah hadiah yang datang tanpa sebab. Ia sering kali “dipancing” melalui pengorbanan, keberanian mengambil risiko, dan kesungguhan dalam perjuangan. Karena itu, Allah menegaskan dalam Al-Qur'an:

> "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah: 286)



Dan dalam surat yang lain:

> “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)



Maka, siapa yang ingin meraih kemudahan, harus berani menempuh jalan kesulitan. Rasulullah saw. dan para sahabat hijrah ke Madinah meninggalkan harta dan keluarga mereka. Mereka bahkan dikejar untuk disiksa dan dibunuh. Namun, di balik jalan yang berat itu, Allah bukakan pintu kemudahan yang luar biasa: terbentuknya masyarakat Madinah yang kuat, merdeka, dan beriman.

Kemudahan tidak datang kepada orang yang mencari jalan pintas atau menghindari tanggung jawab. Allah Swt. berfirman:

> “Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki dan sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?”
(QS. Al-Balad: 11–12)



Jalan yang mendaki adalah jalan kebajikan dan perjuangan. Jalan ini mengharuskan seseorang mengambil tanggung jawab yang melebihi batas nyamannya. Tapi di situlah letak kunci kekuatan sejati: kemampuan akan tumbuh ketika kita berani melangkah lebih jauh daripada batas kita hari ini.

Lihatlah para Nabi: Nabi Ibrahim diuji saat menghadapi Namrud; Nabi Musa dan Harun menghadapi Firaun; para Rasul lainnya menghadapi penentangan keras dari kaumnya. Dan mukjizat—kemudahan terbesar dari Allah—turun justru pada saat mereka mencapai puncak tantangan.

Salah satu bentuk tertinggi dari jalan yang sukar adalah jihad, baik dalam arti luas—berjuang menegakkan kebenaran—maupun dalam bentuk pertahanan diri dari penindasan. Di jalan jihad, umat Islam menanggung beban yang melebihi kemampuan manusia biasa. Namun, di situlah peran Allah hadir: Dia yang akan menyelesaikan apa yang tak mampu kita selesaikan sendiri.

Yang Lemah Menjadi Kuat Oleh: Nasrulloh Baksolahar Salah satu butir penting dalam Piagam Madinah menyatakan: "Jaminan Allah...


Yang Lemah Menjadi Kuat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Salah satu butir penting dalam Piagam Madinah menyatakan: "Jaminan Allah Swt. adalah satu, Dia melindungi orang-orang yang lemah dari kekuasaan orang-orang yang kuat." Ini bukan sekadar perjanjian politik, tetapi sabda Rasulullah saw. yang mencerminkan prinsip abadi dalam kehidupan: bahwa kekuatan sejati berpihak pada kebenaran, bukan pada dominasi.

Sejarah telah membuktikan. Namrud dan Firaun, meskipun berkuasa dan kejam, akhirnya tumbang oleh kekuatan yang tampak lemah di mata manusia. Kaum tertindas yang mereka injak justru menjadi penyebab kejatuhan mereka. Jalut yang dikenal sebagai panglima besar dengan pasukan yang hebat pun akhirnya dikalahkan oleh Daud, seorang pemuda dengan kekuatan terbatas. Ini menegaskan satu hukum Allah yang tetap berlaku: "Berapa banyak pasukan kecil mengalahkan pasukan besar dengan izin Allah."

Lalu, mari kita lihat masa dakwah Rasulullah di Mekah. Bukankah kaum Muslimin saat itu tertindas dan tak berdaya? Namun dalam waktu yang tak lama, mereka justru berhasil membebaskan Mekah. Bahkan sebagian Jazirah Arab yang dikuasai oleh dua kekaisaran besar—Romawi dan Persia—akhirnya berhasil dibebaskan oleh bangsa Arab yang dulunya lemah dan terpecah.

Apa rahasianya? Yang lemah bisa menjadi kuat jika mereka tahu caranya. Lihatlah semut—makhluk kecil dan tampak rapuh. Namun, saat bersatu, mereka mampu mengangkat beban jauh lebih besar dari tubuhnya, membangun koloni raksasa, dan bertahan hidup dengan sistem sosial yang luar biasa. Semut tidak perlu menjadi makhluk kuat secara fisik; cukup bersatu dan saling menopang.

Hal yang sama berlaku pada lebah dan rayap. Mereka menghasilkan struktur yang menakjubkan—sarang lebah yang presisi dan bangunan rayap yang kokoh. Semua itu tercapai karena kerja sama, pembagian peran, dan tanggung jawab kolektif.

Bahkan dalam kisah Nabi Sulaiman, semut mampu menyelamatkan diri dari pasukannya hanya dengan cara sederhana: bersembunyi di celah-celah tanah, di balik batu dan pohon. Mereka lemah secara fisik, tetapi cerdas dalam bertahan.

Dalam setiap kelemahan, Allah telah menyisipkan potensi kekuatan dan cara menjadi kuat. Tanpa perlu mengubah jati diri untuk menjadi kuat. Cukup memahami peran, bersatu, dan bertawakal kepada-Nya. Kelemahan bukanlah akhir, melainkan awal dari kekuatan yang lebih besar—asal dijalani dengan kesadaran, strategi, dan iman.

Hari Nakbah dan Izzudin Al-Qassam: Makna Sejarah Bagi Rakyat Palestina Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apa arti sejarah bagi suatu ba...

Hari Nakbah dan Izzudin Al-Qassam: Makna Sejarah Bagi Rakyat Palestina

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Apa arti sejarah bagi suatu bangsa, khususnya bagi rakyat Palestina? Sejarah menjadi fondasi kesadaran kolektif dan sumber kekuatan internal. Ia membangun legitimasi atas hak keberadaan rakyat Palestina di tanah air mereka, sekaligus menjadi daya dorong bagi mobilisasi perjuangan yang lahir dari kesadaran, bukan paksaan.

Secara eksternal, sejarah berfungsi memperkuat posisi Palestina di mata dunia. Ia menjadi dasar tuntutan keadilan di forum internasional, serta menjadi senjata moral untuk mendapatkan solidaritas global dalam mengusir penjajahan dan menuntut hak-haknya yang dirampas.

Dua simbol sejarah yang tetap hidup dan terus menginspirasi rakyat Palestina adalah Hari Nakbah dan sosok pejuang Izzudin Al-Qassam. Keduanya bukan sekadar kenangan, melainkan sumber semangat perjuangan yang terus menyala, bahkan ketika dunia menutup mata.

Hari Nakbah—yang diperingati setiap tahun—menjadi penanda penderitaan kolektif akibat peristiwa tragis 1948. Sementara Izzudin Al-Qassam diabadikan dalam nama sayap militer Hamas, sebagai lambang perlawanan. Inilah cara rakyat Palestina menjadikan sejarah sebagai kekuatan yang menumbuhkan dan mempertahankan semangat juang, meskipun mereka sering berjuang sendirian, tanpa dukungan luas dari kekuatan besar dunia.

Menurut catatan sejarah yang banyak dikutip, termasuk dari Wikipedia, Nakbah 1948 adalah peristiwa pembersihan etnis terhadap warga Arab Palestina, melalui pemindahan paksa, perampasan tanah dan harta benda, serta penghancuran komunitas dan identitas budaya mereka. Sekitar 750.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka, baik oleh kelompok paramiliter Zionis maupun oleh militer Israel setelah negara itu berdiri.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa rakyat Palestina adalah pemilik sah tanah Palestina, sedangkan gerakan Zionis hadir sebagai penjajah yang mengusir penduduk asli dari tanah kelahiran mereka.

Lebih jauh ke belakang, sejarah mencatat sosok Izzudin Abdul Qadir al-Qassam (1882–1935), seorang ulama kelahiran Suriah yang menjadi simbol perlawanan terhadap imperialisme. Ia memimpin perjuangan rakyat melawan Mandat Britania atas Palestina serta Mandat Prancis atas Suriah dan Lebanon. Ia juga aktif memerangi awal mula gerakan Zionis pada era 1920-an hingga wafatnya pada 1935.

Dari perjuangannya, rakyat Palestina mendapatkan inspirasi model perlawanan yang berlandaskan iman, keteguhan hati, dan keberanian melawan penindasan. Izzudin Al-Qassam bukan hanya nama, tetapi warisan strategi, keberanian, dan visi kemerdekaan.

Inilah makna sejarah bagi Palestina. Ia bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan obor penerang bagi masa depan. Sejarah menjadi identitas, arah perjuangan, dan energi moral untuk terus bertahan—sekaligus melawan.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (356) Al-Qur’an (3) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (249) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (533) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (451) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (486) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (230) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (219) Sirah Sahabat (138) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (142) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)