Hari Nakbah dan Izzudin Al-Qassam: Makna Sejarah Bagi Rakyat Palestina
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Apa arti sejarah bagi suatu bangsa, khususnya bagi rakyat Palestina? Sejarah menjadi fondasi kesadaran kolektif dan sumber kekuatan internal. Ia membangun legitimasi atas hak keberadaan rakyat Palestina di tanah air mereka, sekaligus menjadi daya dorong bagi mobilisasi perjuangan yang lahir dari kesadaran, bukan paksaan.
Secara eksternal, sejarah berfungsi memperkuat posisi Palestina di mata dunia. Ia menjadi dasar tuntutan keadilan di forum internasional, serta menjadi senjata moral untuk mendapatkan solidaritas global dalam mengusir penjajahan dan menuntut hak-haknya yang dirampas.
Dua simbol sejarah yang tetap hidup dan terus menginspirasi rakyat Palestina adalah Hari Nakbah dan sosok pejuang Izzudin Al-Qassam. Keduanya bukan sekadar kenangan, melainkan sumber semangat perjuangan yang terus menyala, bahkan ketika dunia menutup mata.
Hari Nakbah—yang diperingati setiap tahun—menjadi penanda penderitaan kolektif akibat peristiwa tragis 1948. Sementara Izzudin Al-Qassam diabadikan dalam nama sayap militer Hamas, sebagai lambang perlawanan. Inilah cara rakyat Palestina menjadikan sejarah sebagai kekuatan yang menumbuhkan dan mempertahankan semangat juang, meskipun mereka sering berjuang sendirian, tanpa dukungan luas dari kekuatan besar dunia.
Menurut catatan sejarah yang banyak dikutip, termasuk dari Wikipedia, Nakbah 1948 adalah peristiwa pembersihan etnis terhadap warga Arab Palestina, melalui pemindahan paksa, perampasan tanah dan harta benda, serta penghancuran komunitas dan identitas budaya mereka. Sekitar 750.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka, baik oleh kelompok paramiliter Zionis maupun oleh militer Israel setelah negara itu berdiri.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa rakyat Palestina adalah pemilik sah tanah Palestina, sedangkan gerakan Zionis hadir sebagai penjajah yang mengusir penduduk asli dari tanah kelahiran mereka.
Lebih jauh ke belakang, sejarah mencatat sosok Izzudin Abdul Qadir al-Qassam (1882–1935), seorang ulama kelahiran Suriah yang menjadi simbol perlawanan terhadap imperialisme. Ia memimpin perjuangan rakyat melawan Mandat Britania atas Palestina serta Mandat Prancis atas Suriah dan Lebanon. Ia juga aktif memerangi awal mula gerakan Zionis pada era 1920-an hingga wafatnya pada 1935.
Dari perjuangannya, rakyat Palestina mendapatkan inspirasi model perlawanan yang berlandaskan iman, keteguhan hati, dan keberanian melawan penindasan. Izzudin Al-Qassam bukan hanya nama, tetapi warisan strategi, keberanian, dan visi kemerdekaan.
Inilah makna sejarah bagi Palestina. Ia bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan obor penerang bagi masa depan. Sejarah menjadi identitas, arah perjuangan, dan energi moral untuk terus bertahan—sekaligus melawan.
0 komentar: