Yang Lemah Menjadi Kuat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Salah satu butir penting dalam Piagam Madinah menyatakan: "Jaminan Allah Swt. adalah satu, Dia melindungi orang-orang yang lemah dari kekuasaan orang-orang yang kuat." Ini bukan sekadar perjanjian politik, tetapi sabda Rasulullah saw. yang mencerminkan prinsip abadi dalam kehidupan: bahwa kekuatan sejati berpihak pada kebenaran, bukan pada dominasi.
Sejarah telah membuktikan. Namrud dan Firaun, meskipun berkuasa dan kejam, akhirnya tumbang oleh kekuatan yang tampak lemah di mata manusia. Kaum tertindas yang mereka injak justru menjadi penyebab kejatuhan mereka. Jalut yang dikenal sebagai panglima besar dengan pasukan yang hebat pun akhirnya dikalahkan oleh Daud, seorang pemuda dengan kekuatan terbatas. Ini menegaskan satu hukum Allah yang tetap berlaku: "Berapa banyak pasukan kecil mengalahkan pasukan besar dengan izin Allah."
Lalu, mari kita lihat masa dakwah Rasulullah di Mekah. Bukankah kaum Muslimin saat itu tertindas dan tak berdaya? Namun dalam waktu yang tak lama, mereka justru berhasil membebaskan Mekah. Bahkan sebagian Jazirah Arab yang dikuasai oleh dua kekaisaran besar—Romawi dan Persia—akhirnya berhasil dibebaskan oleh bangsa Arab yang dulunya lemah dan terpecah.
Apa rahasianya? Yang lemah bisa menjadi kuat jika mereka tahu caranya. Lihatlah semut—makhluk kecil dan tampak rapuh. Namun, saat bersatu, mereka mampu mengangkat beban jauh lebih besar dari tubuhnya, membangun koloni raksasa, dan bertahan hidup dengan sistem sosial yang luar biasa. Semut tidak perlu menjadi makhluk kuat secara fisik; cukup bersatu dan saling menopang.
Hal yang sama berlaku pada lebah dan rayap. Mereka menghasilkan struktur yang menakjubkan—sarang lebah yang presisi dan bangunan rayap yang kokoh. Semua itu tercapai karena kerja sama, pembagian peran, dan tanggung jawab kolektif.
Bahkan dalam kisah Nabi Sulaiman, semut mampu menyelamatkan diri dari pasukannya hanya dengan cara sederhana: bersembunyi di celah-celah tanah, di balik batu dan pohon. Mereka lemah secara fisik, tetapi cerdas dalam bertahan.
Dalam setiap kelemahan, Allah telah menyisipkan potensi kekuatan dan cara menjadi kuat. Tanpa perlu mengubah jati diri untuk menjadi kuat. Cukup memahami peran, bersatu, dan bertawakal kepada-Nya. Kelemahan bukanlah akhir, melainkan awal dari kekuatan yang lebih besar—asal dijalani dengan kesadaran, strategi, dan iman.
0 komentar: