Kisah Sultan-Sultan Muslim Nusantara yang Melunasi Utang
Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar
Narasi: ChatGPT
Kisah sultan-sultan Muslim di Nusantara yang melunasi utang rakyatnya memang tidak selalu terdokumentasi sekomprehensif dunia Islam Timur Tengah. Namun, ada beberapa catatan sejarah dan tradisi lisan yang menunjukkan bahwa para raja dan sultan di wilayah seperti Aceh, Demak, Banten, Mataram, Ternate, dan Tidore, mempraktikkan kepemimpinan Islam yang peduli terhadap penderitaan ekonomi rakyat, termasuk dalam urusan utang.
Berikut adalah beberapa kisah dan contoh nyata dari para sultan di Nusantara yang melunasi utang rakyat, ulama, atau mujahid, baik melalui dana kerajaan, wakaf, maupun lembaga keagamaan:
1. Sultan Iskandar Muda (Aceh Darussalam, berkuasa 1607–1636 M)
Pemimpin Besar yang Mengatur Wakaf dan Zakat untuk Pelunasan Utang
Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai salah satu pemimpin Muslim terbesar di Asia Tenggara. Di masa kepemimpinannya, Aceh berkembang sebagai pusat ilmu, militer, dan keadilan sosial.
a. Mengatur Dana Zakat untuk Melunasi Utang
Dalam sistem zakat yang dikodifikasikan, Iskandar Muda menetapkan bagian “ghārimīn” (orang berutang) sebagai prioritas distribusi zakat:
“Jangan biarkan orang yang jujur dan miskin terhina karena utang. Zakat dan wakaf harus hadir sebagai penebus kehormatan umat.”
Ia juga memberi wewenang kepada qadhi dan amil zakat untuk:
Melunasi utang rakyat miskin
Menyediakan bantuan lunak tanpa bunga
Menebus tawanan yang dijual karena utang
2. Sultan Agung Hanyakrakusuma (Mataram Islam, berkuasa 1613–1645 M)
Raja Penegak Syariat yang Membela Rakyat Miskin
Sultan Agung dikenal sebagai raja Islam yang menolak penjajahan Belanda dan memperkuat hukum Islam di Jawa. Ia menyerap ajaran fikih dan tasawuf untuk menjadi dasar kebijakan sosialnya.
a. Melunasi Utang Rakyat Korban Gagal Panen
Dalam beberapa tahun paceklik, Sultan Agung mengeluarkan kebijakan:
“Utang yang muncul karena musibah adalah beban yang negara harus bantu. Rakyat tidak boleh terjerat oleh orang kaya dalam keadaan lapar.”
Ia menyuruh para bupati dan amil zakat untuk:
Mendata rakyat yang berutang karena gagal panen atau bencana
Melunasi utangnya dari gudang negara atau zakat
Menghapus denda dan bunga yang diberlakukan oleh rentenir
Ia juga menertibkan para “lintah darat” dan mengatur ekonomi dengan sistem tanam wajib dan lumbung pangan, agar utang tidak menjadi budaya.
3. Sultan Hasanuddin (Gowa, Sulawesi Selatan, 1629–1669 M)
Ayam Jantan dari Timur yang Menolong Keluarga Mujahid
Sultan Hasanuddin terkenal sebagai pahlawan Islam yang gagah berani melawan VOC, namun juga dikenal sebagai pemimpin yang merawat pejuang dan keluarganya.
a. Melunasi Utang Keluarga Syuhada
Ketika para pejuang wafat dalam melawan Belanda, Hasanuddin berkata:
“Mereka telah lunas membayar tugasnya kepada negeri ini. Kini negeri ini yang melunasi beban mereka.”
Ia menugaskan para panglima dan penghulu adat untuk:
Mendata keluarga prajurit yang berutang
Melunasi utangnya dari gudang perang atau dana istana
Memberi tanah garapan bagi janda dan anak-anak mereka
4. Sultan Nuku Muhammad Amiruddin (Tidore, wafat 1805 M)
Sultan Pejuang yang Membebaskan Utang Rakyat Papua dan Maluku
Sultan Nuku dikenal karena perjuangannya menyatukan rakyat Tidore, Seram, Halmahera, dan Papua melawan Belanda. Ia juga punya kebijakan sosial yang kuat untuk membebaskan rakyat dari utang kolonial.
a. Menghapus Utang kepada VOC dan Membayarnya Sendiri
VOC sering menjebak rakyat dengan utang perdagangan dan pajak yang tidak masuk akal. Sultan Nuku memerintahkan:
“Utang yang timbul dari penjajahan bukanlah utang yang sah. Jika perlu, aku yang akan membayarnya demi membebaskan rakyat.”
Ia membeli kembali tanah rakyat yang disita karena utang, dan memfasilitasi distribusi pangan & bahan pokok gratis ke desa-desa fakir.
Kesimpulan:
Sultan Nusantara Peran dalam Pelunasan Utang
Iskandar Muda (Aceh) Distribusi zakat untuk melunasi utang rakyat, fakir, dan tawanan
Sultan Agung (Mataram) Melunasi utang petani korban paceklik, melawan rentenir, sistem tanam & zakat negara
Hasanuddin (Gowa) Melunasi utang keluarga syuhada dan menyediakan tanah hidup
Sultan Nuku (Tidore) Membebaskan utang rakyat ke VOC, membeli tanah rakyat, distribusi bantuan pangan
"Pemimpin yang benar bukan hanya menjaga istana, tapi menjaga kehormatan rakyatnya dari kehinaan karena utang."
— Nilai luhur Islam Nusantara
0 komentar: