basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Konflik Internal dalam Masyarakat Israel: Retakan yang Kian Terbuka Oleh: Nasrulloh Baksolahar Israel adalah negara yang dibentu...

Konflik Internal dalam Masyarakat Israel: Retakan yang Kian Terbuka

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Israel adalah negara yang dibentuk oleh imigran Yahudi dari berbagai penjuru dunia—beragam dalam asal-usul, budaya, bahasa, dan terutama ideologi. Meskipun dari luar tampak bersatu menghadapi musuh bersama, realitas sosial internalnya penuh dengan konflik dan friksi antar kelompok.

Di tengah situasi politik, militer, dan sosial yang makin tegang, konflik internal antarkelompok Yahudi dan warga negara Israel sendiri justru memperlihatkan betapa rapuhnya fondasi masyarakat mereka. Berikut lima jenis konflik utama yang memperlihatkan keretakan tersebut.


---

1. Konflik Yahudi Sekuler vs Haredim (Yahudi Ultra-Ortodoks)

Contoh Konflik:

Penolakan wajib militer oleh komunitas Haredim.

Demonstrasi besar menentang kurikulum sekolah nasional.

Blokade jalan oleh kelompok Haredi untuk menolak perintah pengadilan.


Seberapa Sering:

Rutin terjadi, terutama saat kebijakan militer atau pendidikan hendak diberlakukan secara menyeluruh.


Akar Masalah:

Haredim menolak Zionisme sekuler dan negara Israel dalam bentuk sekarang.

Mereka tidak bekerja secara formal, tidak ikut wajib militer, namun mendapatkan tunjangan besar dari negara.

Yahudi sekuler merasa tertindas secara ekonomi dan politik oleh dominasi suara religius di parlemen.


Dampaknya:

Meningkatnya polarisasi politik dan sosial.

Kemarahan masyarakat sekuler yang merasa dieksploitasi.

Ancaman disintegrasi sosial jangka panjang.



---

2. Konflik Yahudi Sekuler vs Pemukim Ilegal Yahudi

Contoh Konflik:

Bentrokan antara tentara IDF (yang sebagian besar dari kalangan sekuler) dan pemukim radikal saat pembongkaran pos ilegal (misalnya Amona 2017).

Pemukim menyerang warga Palestina, menyebabkan tekanan diplomatik internasional terhadap Israel.


Seberapa Sering:

Meningkat terutama di wilayah Tepi Barat dan saat ada desakan internasional untuk menertibkan permukiman ilegal.


Akar Masalah:

Pemukim sering mengabaikan hukum Israel sendiri dan lebih setia pada ideologi religius nasionalis.

Sekuler menilai tindakan mereka merusak citra internasional Israel dan memperburuk konflik.


Dampaknya:

Memburuknya citra Israel secara global.

Membelah masyarakat Yahudi antara kelompok legalis dan ekstremis religius.

Mengancam supremasi hukum negara itu sendiri.



---

3. Konflik Yahudi Sekuler vs IDF (Tentara Israel)

Contoh Konflik:

Aksi mogok ribuan tentara cadangan saat protes terhadap reformasi yudisial tahun 2023.

Penolakan beberapa warga untuk menjalani dinas militer karena kecewa terhadap arah politik negara.


Seberapa Sering:

Terjadi dalam situasi krisis politik, tetapi makin sering sejak 2023.


Akar Masalah:

Ketidakadilan sistem: Hanya kelompok sekuler yang diwajibkan militer, sementara Haredim dibebaskan.

Kekecewaan terhadap militer yang dianggap terlalu digunakan untuk menekan warga Palestina dan melayani kelompok pemukim ilegal.


Dampaknya:

Merosotnya moral militer.

Ancaman terhadap kesatuan IDF.

Kemungkinan munculnya gerakan pembangkangan sipil militer lebih luas.



---

4. Konflik Yahudi Sekuler vs Penguasa (Pemerintah/Koalisi Ultra-Ortodoks)

Contoh Konflik:

Demonstrasi berjilid-jilid menolak reformasi yudisial yang dianggap membungkam Mahkamah Agung.

Gerakan “Selamatkan Demokrasi Israel” yang didukung oleh jutaan warga, termasuk akademisi, perwira militer, hingga pengusaha teknologi.


Seberapa Sering:

Sangat sering dan intens sejak pemerintahan sayap kanan koalisi Netanyahu mendominasi sejak 2022.


Akar Masalah:

Kekecewaan warga sekuler terhadap pengaruh partai ultra-Ortodoks yang mengendalikan parlemen.

Ketakutan terhadap hilangnya sistem checks and balances di Israel.


Dampaknya:

Fragmentasi politik tajam.

Menurunnya kepercayaan terhadap sistem demokrasi Israel.

Gelombang emigrasi warga sekuler ke luar negeri.



---

5. Protes terhadap Perang di Gaza

Contoh Protes:

Demonstrasi menuntut gencatan senjata, terutama setelah meningkatnya korban sipil di Gaza.

Protes dari keluarga sandera yang meminta negosiasi, bukan pemboman terus-menerus.

Aksi diam dan pembakaran bendera sebagai simbol ketidaksetujuan terhadap cara perang dijalankan.


Seberapa Sering:

Semakin meningkat seiring lamanya perang Gaza sejak Oktober 2023 hingga 2025.

Protes muncul setiap minggu, terutama di Tel Aviv dan Yerusalem.


Akar Masalah:

Kematian warga sipil dan tentara dalam jumlah besar.

Ketidakjelasan tujuan akhir perang.

Rasa bersalah sebagian warga atas penderitaan rakyat Palestina.


Dampaknya:

Membuka jurang antara kalangan militeris dan aktivis perdamaian.

Munculnya tekanan domestik untuk mengakhiri operasi militer.

Menurunnya legitimasi moral Israel di mata warganya sendiri dan dunia internasional.



---

Penutup: Negara yang Satu Tubuh Tapi Banyak Jiwa

Israel bukanlah entitas homogen, melainkan tubuh yang dipenuhi konflik antara organ-organ yang saling tarik-menarik. Yahudi sekuler yang dulu menjadi penggerak utama negara kini merasa terpinggirkan, bahkan diperalat. Di sisi lain, kelompok religius dan pemukim ekstremis justru mendominasi ruang kekuasaan.

> Ketika masyarakat negara penjajah saling curiga, saling membenci, dan tidak punya ikatan ideologis bersama, kehancuran bukan tinggal menunggu musuh datang—tapi tinggal menunggu waktu dari dalam.

Runtuh dengan Sendirinya: Analisis Struktur Masyarakat Penjajah Israel yang Rapuh Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kekuatan sebuah neg...

Runtuh dengan Sendirinya: Analisis Struktur Masyarakat Penjajah Israel yang Rapuh

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kekuatan sebuah negara dibangun dari kekokohan masyarakatnya. Sebaliknya, kehancuran muncul dari dalam: dari retakan sosial, konflik internal, dan rapuhnya ikatan kolektif. Al-Qur’an menunjukkan bagaimana Bani Israil runtuh bukan karena musuh luar semata, melainkan karena kerusakan internal mereka sendiri. Hukum ini tidak berubah; ia berlaku lintas zaman.

Bagaimana dengan Israel hari ini—negara kolonial yang berdiri di atas tanah pendudukan Palestina? Mari kita telaah struktur sosial masyarakatnya. Apakah mereka kokoh di dalam? Atau justru menyimpan bibit keruntuhan?



Empat Kelompok Utama dalam Masyarakat Israel

Struktur sosial Israel terdiri dari empat kelompok besar yang hidup berdampingan, namun tidak sepenuhnya bersatu. Hubungan masing-masing terhadap negara sangat beragam, bahkan kontradiktif.



1. Yahudi Sekuler dan Nasionalis (40–45%)

Kelompok ini, mayoritas berasal dari kalangan Ashkenazi (Eropa Timur), adalah pendiri dan pendukung utama proyek Zionisme sekuler. Mereka loyal terhadap negara, bangga terhadap militer (IDF), dan rela membayar pajak serta menyumbangkan anak-anaknya ke wajib militer.

Namun belakangan, mereka mulai pesimis terhadap masa depan Israel karena beberapa faktor:

Ancaman demografis dari komunitas Haredim yang berkembang cepat tapi tidak berkontribusi secara militer dan ekonomi.

Krisis legitimasi politik, terutama menyangkut Mahkamah Agung dan konflik eksekutif-yudikatif.

Perpecahan internal, polarisasi ideologis, dan isolasi diplomatik di mata dunia.



2. Yahudi Religius Ultra-Ortodoks (Haredim) (10–15%)

Kelompok ini memiliki ikatan ideologis yang lemah terhadap negara. Mereka tidak percaya pada Zionisme sekuler, dan bahkan sebagian besar menolak keberadaan negara Israel sebelum datangnya "Mesias".

Ciri khas mereka:

Tidak ikut wajib militer.

Hidup dari subsidi negara.

Sering melakukan demonstrasi menentang kebijakan pemerintah.


Secara ideologis mereka menolak, tapi secara praktis mereka bergantung pada negara. Inilah yang membuat posisi mereka ambivalen: menolak dengan mulut, menerima dengan tangan.



3. Warga Arab Palestina (±20%)

Secara hukum mereka adalah warga negara Israel, namun secara nyata mereka mengalami diskriminasi sistemik:

Terpinggirkan dalam sektor pendidikan, pekerjaan, dan kepemilikan tanah.

Representasi politik terbatas dan sering dicurigai tidak loyal.


Meski demikian, sebagian dari mereka tetap berjuang memperjuangkan hak-hak secara legal dan sipil, serta mencoba hidup berdampingan secara damai.



4. Pemukim Yahudi Radikal (6–7%)

Banyak dari mereka merupakan imigran dari AS dan Eropa yang tinggal di wilayah pendudukan Tepi Barat. Mereka sangat fanatik terhadap ideologi Zionisme religius dan lebih loyal kepada tafsir agama daripada kepada hukum negara Israel.

Dalam praktiknya:

Sering bertindak brutal terhadap warga Palestina.

Kerap menolak perintah IDF, bahkan menyerang tentara Israel jika dianggap menghambat misi mereka.

Menjadi sumber ketegangan antara hukum negara dan gerakan kolonialisme religius.



Antara Retak Sosial dan Kesetiaan yang Bersyarat

Di antara keempat kelompok tersebut, tidak ada ikatan ideologis yang benar-benar menyatukan. Mereka datang dari berbagai latar belakang budaya, tradisi, bahkan bahasa yang berbeda. Ikatan kebangsaan bukan dibentuk dari cinta tanah air, melainkan dari satu faktor tunggal: ketakutan terhadap ancaman eksternal.

Konflik antara kelompok pun makin terang:

Yahudi Sekuler merasa dibebani oleh Haredim yang tidak bekerja namun menikmati subsidi dan bebas dari wajib militer.

Haredim merasa berhak atas kekuasaan politik dan anggaran negara karena pertumbuhan demografi dan dominasi di parlemen.

Warga Arab terus dipinggirkan dan diawasi dengan penuh kecurigaan.

Pemukim ilegal bertindak seolah-olah mereka memiliki hukum sendiri, sering berbenturan dengan militer Israel.



Fenomena Kewarganegaraan Ganda: Simbol Loyalitas Sementara

Fakta penting yang menunjukkan kerapuhan internal Israel adalah fenomena kewarganegaraan ganda, terutama di kalangan Yahudi Sekuler dan pemukim ilegal:

Banyak dari mereka tetap memegang paspor asing (AS, Kanada, Prancis, dll.) sebagai “asuransi geopolitik”.

Jika Israel goyah akibat perang, kekacauan politik, atau isolasi global, mereka sudah menyiapkan jalan keluar.

Hal ini terbukti saat serangan rudal dari Iran membuat bandara Israel ditutup, namun banyak warga tetap melarikan diri melalui laut, meski telah dilarang pemerintah.

Dengan kata lain, kesetiaan terhadap negara bersifat kondisional. Jika negara aman, mereka tinggal. Jika terancam, mereka pergi.



Negara yang Tergantung pada Ketakutan

Selama ini, yang menyatukan mereka hanyalah rasa takut. Ketika tekanan eksternal menurun, retakan internal makin terlihat. Sejak gelombang perlawanan Al-Aqsha, ketegangan antar kelompok meningkat drastis. Semakin banyak yang meninggalkan Israel, baik secara fisik maupun ideologis.

Masyarakat yang berdiri di atas dominasi, ketimpangan, dan loyalitas semu—hanya menunggu waktu untuk runtuh dari dalam.

Penjajah Israel Menciptakan Monster: Pemukim Ilegal Yahudi Kini Berani Menyerang Tentara Sendiri Oleh: Nasrulloh Baksolahar Penj...


Penjajah Israel Menciptakan Monster: Pemukim Ilegal Yahudi Kini Berani Menyerang Tentara Sendiri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar



Penjajahan Bukan Lagi oleh Tentara, Tapi oleh Warga Bersenjata

Israel tidak lagi mengandalkan tentara resmi untuk menjajah Palestina. Mereka menggunakan warga sipil bersenjata—pemukim Yahudi ilegal—yang ditempatkan secara sistematis di tanah Palestina. Mereka bukan sekadar pendatang. Mereka adalah pasukan penjajah yang berpakaian sipil, tapi dilatih dan dipersenjatai negara.

Dengan kedok “kembali ke tanah nenek moyang”, para pemukim ini menyerang, mengintimidasi, membakar rumah dan ladang rakyat Palestina, bahkan membunuh anak-anak, lalu berlindung di balik IDF.



Negara Israel Mendistribusikan Senjata ke Pemukim Fanatik

Di bawah Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, Israel mendistribusikan ribuan senjata otomatis ke pemukim di Tepi Barat. Mereka dilatih secara resmi, dan disebut sebagai “Pasukan Sipil”.

Ini bukan pertahanan diri. Ini adalah proyek kolonial bersenjata yang dilegalkan oleh undang-undang.

Mereka punya misi tunggal: mengosongkan tanah Palestina dengan paksa dan teror, satu desa demi satu desa.



IDF: Tentara yang Diam, Bahkan Berpihak

Ketika pemukim menyerang warga Palestina, IDF justru melindungi mereka. Warga Palestina yang membela diri sering ditangkap, dipukuli, bahkan dibunuh. Para pemukim nyaris tak tersentuh hukum.

Israel menciptakan rezim dua hukum: satu untuk Yahudi penjajah, satu untuk rakyat Palestina yang dijajah.



Pemukim Yahudi Kini Menyerang IDF

Ironis dan brutal: ketika IDF mencoba membongkar pos pemukiman liar—yang ilegal menurut hukum Israel sendiri—para pemukim melawan. Bahkan menembak tentara Israel!

Insiden di Homesh dan Evyatar adalah buktinya:

1. Tentara dilempar batu dan molotov.
2. Kendaraan militer dirusak.
3. Prajurit IDF ditembak oleh pemukim fanatik.


Israel kini dipukul oleh monster yang mereka ciptakan sendiri: fanatisme bersenjata atas nama Zionisme.



Pejabat Israel Malah Membela Monster Ini

Alih-alih mengecam, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich justru membela pemukim. Ia menyalahkan tentara. Ia menyebut pemukim sebagai “patriot”, dan mendorong penguatan pemukiman ilegal lewat anggaran negara.

Ini bukan lagi ekstremisme individu. Ini ekstremisme yang dilembagakan.



Penjajahan yang Membusuk dari Dalam

Pemukim Yahudi ilegal kini bukan hanya mengusir warga Palestina, mereka juga mengancam negara Israel sendiri. Mereka melawan tentara, menolak hukum, dan membentuk negara dalam negara.

Israel tidak sedang memperkuat wilayahnya. Ia sedang menggali kuburnya sendiri.

Fanatisme tak mengenal loyalitas. Mereka hanya tunduk pada ideologi, bukan hukum. Dan kini, proyek penjajahan itu mulai memakan tuannya sendiri.

Evolusi Pemukim Ilegal Yahudi: Dari Alat Penjajahan hingga Memusuhi IDF Oleh: Nasrulloh Baksolahar Rakyat Palestina bukan hanya ...

Evolusi Pemukim Ilegal Yahudi: Dari Alat Penjajahan hingga Memusuhi IDF

Oleh: Nasrulloh Baksolahar



Rakyat Palestina bukan hanya menghadapi kekerasan dari militer Israel (IDF), tetapi juga dari pemukim ilegal Yahudi yang dikirim secara sistematis untuk merampas tanah, membakar rumah, dan mengusir warga dari kampung halaman mereka. Mereka bukan sekadar warga biasa—tetapi bagian dari strategi penjajahan terstruktur yang kini mulai berbalik arah, bahkan menyerang militer Israel sendiri. Bagaimana proses ini terjadi?



1. Penjajahan Gaya Baru: Pemukim sebagai Alat Pengusiran

Penjajahan modern tidak selalu hadir lewat tank dan senapan serbu. Di Palestina, wajah penjajahan justru tampil dengan pakaian sipil: pemukim Yahudi ilegal yang ditempatkan oleh pemerintah Israel di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Dengan dalih klaim historis dan agama, mereka hadir bukan untuk hidup berdampingan, tetapi untuk mengusir warga Palestina, menghancurkan ladang zaitun, membakar rumah-rumah, dan menciptakan ketakutan. Aksi-aksi mereka sering dilakukan di bawah perlindungan langsung atau diam-diam dari tentara Israel.

"Penjajahan kini berpakaian sipil, memegang senjata, dan mengaku warga biasa."



2. Pemukim Yahudi Dipersenjatai secara Resmi oleh Negara

Sejak 2023, Israel mempercepat distribusi senjata ke kalangan sipil Yahudi, terutama pemukim ilegal. Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, bahkan membentuk “Pasukan Sipil” dari kalangan pemukim, lengkap dengan pelatihan militer oleh IDF.

Fakta-fakta mencengangkan:

1. Ribuan senapan otomatis dibagikan ke pemukim.

2. Pelatihan militer diberikan secara resmi.

3. Pos-pos pemukim berubah menjadi barak-barak bersenjata.


Senjata-senjata ini bukan untuk membela diri dari kriminalitas, melainkan untuk mengintimidasi dan mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri.

“Pemukim kini bersenjata, dilegalkan negara, dan didiamkan dunia internasional.”



3. IDF: Pelindung Hukum yang Diam atau Berpihak

Secara resmi, IDF (Israel Defense Forces) bertugas menjaga ketertiban hukum. Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Dalam banyak serangan pemukim terhadap desa-desa Palestina, IDF tidak mencegah, bahkan sering melindungi pelaku dan menahan warga Palestina yang membela diri.

Realitas di lapangan:

1. Serangan pemukim hanya berujung penahanan singkat, tanpa dakwaan.

2. Korban Palestina justru dipenjara atau dibunuh.

3. Perintah evakuasi pemukiman liar sering tidak dijalankan karena tekanan politik.


IDF bukan lagi pelindung hukum, tetapi penonton pasif atau bahkan pelaku kedua dalam penjajahan.



4. Bentrokan Pemukim dan IDF: Ketika Monster Menyerang Penciptanya

Ironisnya, pemukim bersenjata kini juga menyerang IDF ketika kepentingannya terganggu. Ketika tentara Israel mencoba menertibkan atau membongkar pos pemukiman ilegal, bentrokan pun pecah.

Insiden serius:

1. Pemukim menyerang IDF saat pembongkaran pos liar.

2. Mereka melempar batu, molotov, bahkan menembaki tentara yang hendak mengamankan lokasi.


Israel kini menghadapi konsekuensi dari ideologi ekstrem yang mereka pelihara sendiri—pemukim yang merasa lebih berhak dari negara, dan kini menolak dikendalikan oleh hukum manapun.



5. Menteri Keuangan Membela Pemukim dan Menyalahkan IDF

Bezalel Smotrich, Menteri Keuangan Israel dan tokoh penting dalam ekspansi pemukiman, secara terbuka membela pemukim bersenjata, bahkan saat mereka bentrok dengan IDF.

Pernyataan kontroversialnya:

“IDF seharusnya mendukung, bukan melawan para patriot Yahudi.”

Menuduh tentara “terlalu lembek” pada warga Palestina dan “terlalu keras” pada pemukim.

Menolak pembongkaran pos liar meski dinyatakan ilegal secara hukum Israel sendiri.


Smotrich bahkan mendorong penambahan anggaran negara untuk memperkuat pemukiman Yahudi, menjadikannya proyek penjajahan yang disokong penuh oleh dana publik dan aparat resmi.



Penjajahan yang Kini Berbalik Menghantam Dirinya Sendiri

Kita sedang menyaksikan penjajahan yang tidak hanya brutal terhadap yang dijajah, tetapi juga berbalik menghantam institusi yang menciptakannya. Pemukim Yahudi bukan lagi hanya alat, melainkan aktor utama dalam konflik:

1. Mereka menyerang warga Palestina dengan impunitas.

2. Mereka dipersenjatai dan dilegalkan oleh negara.

3.Mereka melawan tentara sendiri demi ideologi.

4. Dan mereka dibela oleh elit politik, meski telah melanggar hukum.


Para pemukim Yahudi telah berevolusi dan akan terus berevolusi. Seperti kaum Bani Israil yang dibebaskan oleh Nabi Musa, lalu mendurhakai Nabi Musa sendiri. Kelak, mereka akan membangkang kepada penguasa penjajah Israel sendiri. Seperti penolakan kaum Haredim yang menolak untuk wajib militer.

Hasan bin Ali dalam Mengelola Harta dan Amanah Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar Narasi: ChatGPT 1. Mengelola Keuangan Keluarga:...

Hasan bin Ali dalam Mengelola Harta dan Amanah

Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar
Narasi: ChatGPT


1. Mengelola Keuangan Keluarga: Qana’ah dan Kedermawanan

Hasan bin Ali tumbuh dalam rumah yang penuh kesucian dan kesederhanaan. Ia mewarisi sifat dermawan dari kakeknya (Rasulullah ï·º) dan ayahnya (Ali bin Abi Thalib).

Diriwayatkan bahwa:

Hasan bin Ali pernah membagikan seluruh hartanya kepada fakir miskin sebanyak dua kali dalam hidupnya, dan pernah membagi hartanya menjadi dua, lalu memberikan separuhnya sebanyak tiga kali.

Namun, ia tetap memenuhi kebutuhan keluarga dengan tanggung jawab dan penuh kasih. Meski hidup sederhana, ia menjaga izzah (kehormatan) keluarga, tanpa meminta-minta dan tanpa membiarkan mereka kelaparan.

Prinsip utama Hasan: Harta adalah titipan, dan keluarga tidak boleh menjadi alasan untuk mencintai dunia secara berlebihan.



2. Mengelola Kas Negara: Menjaga Amanah Umat

Ketika menjabat sebagai khalifah, Hasan bin Ali hanya memerintah selama beberapa bulan sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah demi mencegah pertumpahan darah (peristiwa ini dikenal sebagai “Tahun Jamaah”).

Selama kepemimpinannya yang singkat, Hasan bin Ali dikenal tidak mengambil sepeser pun dari kas negara untuk kepentingan pribadi.

Ia memisahkan dengan tegas antara harta umat (baitul mal) dan harta pribadinya. Ia menolak menggunakan harta negara, kecuali untuk urusan umat dan kebutuhan mendesak.

Hasan bin Ali adalah teladan pemimpin yang memandang kekuasaan bukan hak, tapi amanah berat yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.



3. Mengelola Gaji sebagai Khalifah: Menolak Kemewahan

Ketika diangkat menjadi khalifah, Hasan menolak fasilitas mewah. Ia memilih tinggal di rumah biasa dan hidup dari usaha pribadi dan sedekah yang halal, tanpa membebani umat.

Diceritakan bahwa beliau lebih banyak mendermakan hartanya daripada menyimpannya. Bahkan jika diberi harta oleh seseorang, ia segera membaginya kepada yang lebih membutuhkan.

Suatu hari, ia ditanya, “Mengapa engkau banyak bersedekah?”
Ia menjawab: “Aku malu kepada Allah bila aku menerima nikmat-Nya, tapi aku enggan memberi kepada hamba-Nya.”



4. Melunasi Utang: Segera dan Diam-diam

Hasan bin Ali sangat menjaga kehormatan diri dan keluarga dalam soal utang. Ia tidak membiarkan utang menumpuk, dan jika berutang, maka ia akan berusaha melunasi secepat mungkin.

Salah satu teladan luar biasa adalah sikapnya terhadap utang orang lain.

Ia pernah mendengar seorang lelaki dari kalangan sahabat ayahnya terjerat utang. Ia lalu diam-diam menyuruh seseorang membayar seluruh utangnya tanpa memberitahukan sang lelaki.

Bagi Hasan bin Ali, utang bukan hanya soal ekonomi, tapi juga soal kemuliaan jiwa dan kepercayaan sosial.



5. Wasiat Soal Hutang saat Wafat: Tidak Mau Membawa Utang ke Alam Kubur

Menjelang wafatnya, Hasan bin Ali berwasiat kepada saudaranya, Husain, agar melunasi utang-utang pribadinya jika belum sempat terbayar.

"Wahai saudaraku Husain, bila aku wafat dan masih punya utang, maka lunasilah. Aku tidak ingin menghadap Allah dengan membawa hak manusia yang belum ditunaikan."



Wasiat ini menunjukkan betapa beratnya tanggung jawab soal utang dalam pandangan beliau, dan betapa tingginya kehati-hatian Hasan bin Ali terhadap hak-hak orang lain.



Penutup: Hasan bin Ali, Pewaris Akhlak Kenabian

Hasan bin Ali bukan hanya pemimpin yang bijak, tapi juga contoh nyata bagaimana seorang Muslim mulia memperlakukan uang:

Tidak bergantung padanya,

Tidak rakus terhadapnya,

Dan tidak membiarkan dirinya diperbudak oleh dunia.


“Dunia hanya tempat kita memberi, bukan tempat kita menggenggam.”
— Hasan bin Ali

Ali bin Abi Thalib: Kaya Hikmah, Bersih Harta Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar Narasi: ChatGPT  Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra...

Ali bin Abi Thalib: Kaya Hikmah, Bersih Harta

Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar
Narasi: ChatGPT 

Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. adalah pintu ilmu, menantu Rasulullah ï·º, dan khalifah keempat yang hidup dalam gejolak fitnah besar. Namun di tengah konflik politik, beliau tetap menjaga satu hal dengan sangat serius: harta.

Di tangannya, uang tidak berkuasa. Ia tidak menjadi hamba harta, justru menjadikan harta alat untuk menguatkan keadilan dan menjaga harga diri umat.

Inilah enam cara Sayyidina Ali mengelola uang dalam berbagai sisi kehidupannya.



1. Mengelola Uang di Keluarga: Sederhana dan Bersahaja

Ali hidup dengan Fatimah az-Zahra dalam kesederhanaan luar biasa. Mereka pernah hidup hanya dengan satu tikar kulit dan satu penggiling tangan dari batu.

Suatu hari, Fatimah mengeluh karena tangannya kasar akibat menggiling sendiri gandum. Ia minta pembantu. Tapi Ali berkata:

“Wahai Fatimah, maukah kau kuajari sesuatu yang lebih baik daripada pembantu?”

Lalu ia ajarkan tasbih, tahmid, dan takbir sebagai kekuatan spiritual menggantikan keluhan duniawi.

Ali memberi nafkah seadanya. Ketika uang cukup, mereka makan. Ketika tidak, mereka bersabar. Tapi kehormatan rumah tangga mereka tak pernah dijual demi dunia.



2. Mengelola Uang dalam Bisnis: Mandiri dan Produktif

Ali bukan pedagang besar seperti Abu Bakar atau Utsman, tapi ia bekerja keras sebagai buruh, petani, dan penggali sumur. Ia membuka banyak lahan di Madinah dan sekitarnya, menggali sumur dengan tangan sendiri.

Hasil dari pertanian dan airnya diwakafkan. Ia berkata:

“Bekerja dengan tangan sendiri adalah kemuliaan, dan berbagi dengan ikhlas adalah kebebasan.”

Ia menjadikan bisnis sebagai jalan kemandirian, bukan jalan menjadi kaya raya. Tidak bergantung, tidak meminta.



3. Mengelola Uang Soal Utang: Hati-hati dan Bertanggung Jawab

Ali sangat hati-hati dengan utang. Ia berkata:

“Utang adalah kehinaan di siang hari, dan kegelisahan di malam hari.”

Ia tidak suka berutang, dan tidak suka rakyatnya terlilit utang karena ketidakadilan. Bila seseorang berutang karena kebutuhan mendesak, ia bantu. Tapi bila karena malas, ia ingatkan.

Ia juga tidak meninggalkan utang saat wafat, dan mewasiatkan untuk melunasi semua hak orang sebelum jasadnya ditanam.



4. Mengelola Uang di Kas Negara: Sangat Tegas, Sangat Bersih

Saat menjabat khalifah, Ali ra. memimpin negara dalam kondisi yang kacau: fitnah, pemberontakan, dan perpecahan. Tapi ia tetap memisahkan mutlak antara harta negara dan kepentingan pribadi.

Ia berkata:

“Demi Allah, andai aku kelaparan dan kas negara ada madu dan gandum, aku tidak akan menyentuhnya tanpa hak.”

Ia membakar surat-surat permintaan dari kerabatnya yang meminta jatah. Ia menolak anak-anak Bani Hasyim yang meminta keistimewaan.

Pernah seseorang memberi madu sebagai hadiah, lalu Ali bertanya, “Apakah ini hadiah atau zakat?” Ketika dijawab “zakat,” ia menolak dan berkata:

“Zakat tidak halal bagi keluarga Nabi.”



5. Mengelola Uang Gaji Khalifah: Cukup untuk Hidup, Tak Lebih

Ali menerima gaji sebagai khalifah, tapi sangat minimal. Ia hanya mengambil kebutuhan pokok, dan bila berlebih ia kembalikan ke Baitul Mal.

Ia memakai pakaian biasa, makan roti kering dan garam, dan tidak pernah duduk di meja makanan mewah. Bila ada undangan jamuan yang mewah, ia lebih memilih absen.

Ia pernah berkata:

“Apakah pantas aku makan enak, sementara rakyatku lapar?”

Dalam suatu khutbah, ia menangis dan berkata:

 “Bisa jadi di pelosok negeri ini ada orang lapar yang tak aku ketahui. Bagaimana aku akan menjawabnya kelak di hadapan Allah?”



6. Wasiat Uang Saat Wafat: Semua untuk Allah, Jangan Tinggalkan Beban

Sebelum wafat akibat tusukan Ibnu Muljam, Ali menulis wasiat:

“Bertakwalah kepada Allah dalam urusan harta. Jangan kalian wariskan utang. Tunaikan hak orang sebelum kalian ditanya oleh Allah.”

Ia mewasiatkan tanah, sumur, dan kebun miliknya untuk dijadikan wakaf. Anak-anaknya tidak diwarisi tanah kekuasaan, tapi warisan kehormatan dan ilmu.

Ia wafat dalam keadaan sederhana. Tak ada kekayaan besar. Tak ada istana. Tapi jiwanya telah kaya sejak dulu: kaya dalam takut kepada Allah.



Penutup: Zuhud Bukan Menolak Uang, Tapi Menundukkan Hati dari Dunia

Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengajarkan bahwa zuhud bukan berarti anti-harta, melainkan menguasai harta, bukan dikuasai olehnya.

Ia menanam dengan tangan sendiri, tapi hasilnya untuk umat.
Ia menjabat khalifah, tapi tak ambil fasilitas.
Ia bisa kaya, tapi memilih mulia.

Kalau para pemimpin dan kepala keluarga meneladani Ali, negeri ini akan penuh amanah, dan harta akan menjadi jalan ke surga, bukan ke neraka.

Utsman bin Affan: Saudagar Dermawan, Khalifah Zuhud Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar Narasi: ChatGPT  Utsman bin Affan ra., kha...

Utsman bin Affan: Saudagar Dermawan, Khalifah Zuhud

Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar
Narasi: ChatGPT 

Utsman bin Affan ra., khalifah ketiga Islam, adalah sahabat Nabi ï·º yang diberi dua cahaya—menikahi dua putri Rasulullah secara bergantian. Ia adalah pemalu di depan manusia, tapi berani memberi besar-besaran di jalan Allah.

Ia kaya raya, tapi hatinya tak pernah terpaut pada harta. Uang baginya bukan simbol kekuasaan, tapi alat untuk menyelamatkan umat dan membeli ridha Allah.

Inilah cara Utsman bin Affan mengelola harta dalam berbagai peran hidupnya:



1. Mengelola Uang di Keluarga: Lembut, Adil, dan Penuh Tanggung Jawab

Utsman berasal dari keluarga Quraisy terpandang, dan ia salah satu saudagar sukses di Makkah. Namun kekayaan itu tidak membuatnya pelit atau arogan.

Ia dikenal sangat penyayang terhadap istri-istrinya, termasuk saat mendampingi Ruqayyah dan kemudian Ummu Kultsum (putri Rasulullah ï·º). Ia menafkahi mereka dengan layak, bahkan sering memberikan hadiah atau pakaian mewah sebagai bentuk cinta—tanpa berlebihan.

Tapi di balik kelembutan itu, Utsman tetap menjaga prinsip syariat: tidak boros, tidak riya, dan tidak melampaui batas kemampuan.



2. Mengelola Uang dalam Bisnis: Profesional, Jujur, dan Berkah

Utsman adalah pedagang yang sangat sukses. Ia berdagang kain, rempah, dan barang kebutuhan pokok hingga memiliki armada dagang sendiri.

Namun prinsipnya dalam berdagang sangat kuat:

Tidak pernah menipu timbangan

Tidak memonopoli

Tidak menimbun barang saat harga naik

Selalu membayar utang dagang tepat waktu

Tidak mengambil keuntungan dari musibah orang lain


Ia pernah berkata:

“Harta ini hanya amanah. Jika Allah mengambilnya kembali, aku rela. Jika Allah memintanya untuk agama-Nya, aku beri.”


Itulah sebabnya, walau hartanya banyak, Utsman tidak pernah tertawa keras di hadapan orang miskin.



3. Mengelola Uang Soal Utang: Jangan Biarkan Jadi Beban Akhirat

Utsman sangat berhati-hati dalam berutang. Ia tidak berutang untuk spekulasi bisnis, dan lebih memilih memperluas modal dari hasil keuntungan dagang.

Tapi bila orang lain berutang padanya, ia gampang memaafkan. Bahkan ia pernah membebaskan utang seorang sahabat yang tidak mampu bayar, dengan berkata:

“Aku berharap Allah membebaskanku dari utang di akhirat, sebagaimana aku membebaskanmu di dunia.”


Utsman mengajarkan bahwa harta bisa jadi penyelamat, jika digunakan untuk meringankan beban orang lain.



4. Mengelola Uang di Kas Negara: Pisahkan Harta Pribadi dan Publik

Ketika menjadi khalifah, Utsman tetap memisahkan jelas antara harta pribadinya yang melimpah dan kas negara yang harus dijaga.

Ia bahkan tidak mengambil gaji dari Baitul Mal di masa awal pemerintahannya. Ia hidup dari hasil usahanya sendiri. Jika menggunakan fasilitas negara, ia catat dan bayar.

Ia juga memperbaiki administrasi fiskal, mencatat aset negara, dan membentuk unit akuntansi. Ia adalah pemimpin yang menerapkan prinsip audit dan pelaporan kekayaan.

Namun karena ia memberi banyak subsidi dan bantuan, muncul tuduhan nepotisme dari sebagian pihak—yang kelak dimanfaatkan untuk menggulingkannya. Padahal, ia membagikan bantuan bukan karena hubungan darah, tapi karena tanggung jawab sosial.



5. Mengelola Uang Gaji Khalifah: Menolak Gaji, Hidup dari Usaha Sendiri

Ketika ditawari gaji sebagai khalifah, Utsman menolak. Ia berkata:

“Aku tidak butuh dari Baitul Mal. Allah telah mencukupiku dari hasil perniagaanku.”


Ia mencontoh Abu Bakar dan Umar, tapi bahkan lebih ketat dalam hal ini.

Ia hidup dari ladang kurma, kebun, dan bisnis kafilah dagangnya yang masih terus berjalan, meski ia memimpin negara besar.

Ia hanya memakai gaji negara jika benar-benar darurat, dan selalu mencatat setiap pengeluaran negara yang ia gunakan.



6. Wasiat Uang Saat Wafat: Kembali kepada Umat, Beli Surga dengan Sedekah

Saat wafat dalam keadaan dizalimi oleh para pemberontak, Utsman tidak meninggalkan utang, tidak meninggalkan kekayaan yang belum dibagi, dan tidak menguasai harta umat.

Ia justru meninggalkan jejak sedekah besar:

Sumur Raumah yang ia beli dan hibahkan untuk rakyat Madinah

Biaya besar untuk perang Tabuk (menyumbang 1.000 unta lengkap dengan peralatannya)

Rumah dan lahan yang ia wakafkan untuk masjid Nabawi

Harta pribadinya yang ia wasiatkan sebagian untuk anak yatim dan fakir miskin


“Jika surga bisa dibeli dengan harta, aku akan membelinya berkali-kali,” demikian prinsip hidupnya.

Ia mati dalam keadaan puasa, membaca Al-Qur'an, dan darahnya menodai mushaf saat ia dibunuh. Dunia mencelakainya, tapi ia sudah membeli akhirat dengan seluruh hartanya.



Penutup: Kaya Tak Harus Rakus

Utsman bin Affan membuktikan bahwa menjadi kaya itu tidak haram, asal:

Jujur dalam mencari

Bersih dalam menggunakan

Banyak dalam memberi

Kecil dalam mengambil

Besar dalam hisab

 Ia adalah simbol kedermawanan tak bersyarat, pemilik harta yang tidak dikuasai dunia, dan pemimpin yang wafat dengan kehormatan dan Al-Qur’an di dadanya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (356) Al-Qur’an (3) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (253) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (541) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (224) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (470) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (486) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (234) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (228) Sirah Sahabat (148) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (144) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)