Rakyat Eropa Terus Menyuarakan Palestina
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Dukungan terhadap rakyat Palestina terus menggema dari berbagai penjuru Eropa. Sekelompok aktivis internasional, termasuk aktivis iklim terkemuka Greta Thunberg, tengah bersiap memulai pelayaran dari Italia selatan menuju Jalur Gaza. Tujuan mereka jelas: menembus blokade Israel sebagai bentuk perlawanan moral terhadap ketidakadilan.
Dalam pernyataannya, Thunberg menegaskan, "Kami melakukan ini karena, tidak peduli apa pun rintangan yang kami hadapi, kami harus terus mencoba. Saat kita berhenti mencoba, itulah saat kita kehilangan kemanusiaan kita. Dan seberbahaya apa pun misi ini, itu tidak sebanding dengan bahaya dari keheningan dunia terhadap genosida yang disiarkan langsung."
Di Inggris, lebih dari 300 tokoh publik—termasuk musisi, aktor, akademisi, hingga mantan hakim agung—menandatangani petisi terbuka yang menuding pemerintah Inggris turut bertanggung jawab atas kekerasan terhadap warga Gaza. Petisi yang diprakarsai oleh organisasi kemanusiaan Choose Love ini menyatakan bahwa Inggris “tidak dapat lagi memandang penderitaan Gaza sebagai bencana sambil tetap memasok senjata kepada Israel.”
Gelombang simpati juga terlihat dari dunia olahraga. Para pendukung klub sepak bola Paris Saint-Germain (PSG), misalnya, menunjukkan solidaritas mereka dalam final Liga Champions di Munich. Mereka turun ke jalan sambil meneriakkan, "Kami semua adalah anak-anak Gaza," sebagai seruan moral mendukung rakyat Palestina.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa dukungan rakyat Eropa terhadap Palestina begitu kuat dan konsisten? Apa yang melandasi sikap mereka?
Sahabat Nabi, Amr bin al-Ash—yang pernah lama berinteraksi dengan bangsa Eropa, baik sebelum maupun sesudah masuk Islam, dalam konteks diplomasi maupun peperangan—pernah mengungkapkan karakter dasar mereka sebagai berikut:
1. Mereka adalah orang-orang paling tabah dalam menghadapi cobaan.
2. Mereka cepat pulih dan bangkit dari musibah.
3. Mereka tidak tinggal diam ketika terdesak; mereka berani menyerang balik.
4. Mereka memiliki kepedulian besar terhadap anak yatim, kaum miskin, dan orang-orang lemah.
5. Mereka teguh dalam melawan tirani dan segala bentuk kezaliman.
Karakter-karakter inilah yang menjadikan sebagian rakyat Eropa berani bersuara lantang menentang ketidakadilan global. Boleh jadi, karena menyaksikan keteguhan dan perjuangan rakyat Palestina, mereka semakin dekat dengan nilai-nilai universal yang juga dijunjung tinggi dalam Islam: keadilan, keberanian, dan kepedulian terhadap sesama. Tak heran jika sebagian di antara mereka akhirnya memilih untuk memeluk Islam—agama yang tidak hanya mengajarkan ketundukan kepada Tuhan, tetapi juga keberpihakan kepada yang lemah.
0 komentar: