basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Hidup Itu Terpola, Bukan Acak: Belajar Menyelesaikan Masalah dari Sunatullah Oleh: Nasrulloh Baksolahar “Jika engkau hidup mengi...

Hidup Itu Terpola, Bukan Acak: Belajar Menyelesaikan Masalah dari Sunatullah


Oleh: Nasrulloh Baksolahar


“Jika engkau hidup mengikuti pola Allah, maka masalahmu akan ikut jalan keluar yang sudah ditentukan-Nya.”


1. Kacau Itu Ilusi, Tidak Ada dalam Sistem Tuhan

Pernahkah kita merasa hidup ini penuh kekacauan? Masalah datang bertubi-tubi, jalan keluar tampak buntu, dan segala rencana seperti berantakan? Bisa jadi, itu bukan karena hidup ini benar-benar kacau—tetapi karena kita berjalan melawan pola-pola keteraturan yang Allah tetapkan dalam semesta ini.

Semua ciptaan Allah bergerak dalam struktur yang jelas. Air mengalir dari tempat tinggi ke rendah. Matahari terbit di timur, terbenam di barat. Bahkan detak jantung dan embusan napas kita pun bergerak dalam ritme yang tetap. Maka, kekacauan hanya muncul saat manusia tidak hidup selaras dengan keteraturan itu.


2. Bencana Alam: Ketidakteraturan atau Ulah Manusia?

Mari kita ambil contoh ekstrem: bencana alam. Gempa bumi, banjir, kekeringan—semua tampak seperti gangguan besar dalam keseimbangan hidup. Tapi jika diselidiki, banyak bencana terjadi karena manusia merusak pola alam: menggunduli hutan, membuang limbah sembarangan, membangun di jalur patahan tanpa memperhatikan ilmu geologi.

Firman Allah SWT:

> “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum: 41)

Bencana adalah peringatan, bukan kekacauan acak. Ia bagian dari sistem sebab-akibat dalam pola kehidupan.


3. Pola Kehidupan Itu Bisa Dibaca dan Dipelajari

Setiap masalah punya pintu keluarnya. Setiap persoalan ada jalan penyelesaiannya. Namun syaratnya satu: pahami polanya. Dalam bahasa Al-Qur’an, pola itu disebut sunatullah—hukum Allah yang berlaku atas manusia dan kehidupan.

Contoh sederhana: siapa yang bekerja keras dan disiplin, biasanya akan berhasil. Siapa yang curang dan rakus, cepat atau lambat akan menuai akibatnya. Siapa yang berbuat baik, kebaikan akan kembali kepadanya.


4. Al-Qur’an dan Sunnah: Buku Panduan Membaca Pola

Bagaimana cara membaca dan memahami pola kehidupan ini? Rasulullah ï·º memberikan jawaban yang jelas:

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara; kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik dan Al-Hakim)

Al-Qur’an dan Sunnah bukan hanya kitab ibadah. Ia juga blueprint kehidupan—panduan membaca pola-pola keberhasilan dan kegagalan, kebangkitan dan kejatuhan, kebahagiaan dan kesengsaraan.


5. Dari Pola Umum ke Solusi Spesifik

Ini mirip logika deduktif. Kita mulai dari premis besar (hukum Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah), lalu menarik kesimpulan untuk menyelesaikan masalah spesifik.

Misalnya:

Premis: “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Maka kesimpulan: perubahan pribadi adalah kunci perubahan sosial.


Dengan memahami pola ini, seseorang tidak lagi panik menghadapi ujian hidup. Ia akan tahu bahwa setiap ujian pasti ada jalan keluar—selama ia mengikuti alur yang Allah tetapkan.


6. Hidup Jadi Lebih Cepat, Tepat, dan Tenang

Mereka yang memahami pola kehidupan akan:

Tidak gegabah saat masalah datang,

Tahu mana langkah yang tepat,

Tidak membuang energi untuk solusi yang keliru,

Dan mampu mengantisipasi sebelum masalah membesar.

Hidup menjadi lebih tepat arah, lebih cepat bergerak, dan lebih tenang dijalani.


Kembali ke Hukum Allah, Kembali ke Ketenangan

Dalam dunia yang serba cepat, kadang kita ingin solusi instan. Tapi yang lebih penting adalah menyelaraskan diri dengan pola Allah, bukan melawan-Nya. Karena siapa pun yang berjalan dalam pola-Nya, akan menemukan arah. Dan siapa pun yang melawannya, akan tersesat dalam kekacauan yang ia ciptakan sendiri.


> “Hidup bukan tentang mencari-cari jalan keluar, tapi menemukan dan mengikuti jalan yang telah Allah sediakan.”

Menyelesaikan Persoalan Dengan Tepat dan Cepat Oleh: Nasrulloh Baksolahar Semua yang terjadi itu terstruktur, berurutan, bertaha...

Menyelesaikan Persoalan Dengan Tepat dan Cepat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Semua yang terjadi itu terstruktur, berurutan, bertahap dan terpola. Kekacauan itu tidak pernah terjadi dalam kehidupan. Bila merasa ada kekacauan, penyebabnya karena tidak mengikuti pola-pola yang ada.

Bencana alam salah satu bentuk kekacauan, namun apakah bencana itu tidak ada penyebabnya? Penyebabnya, manusia tidak hidup dalam pola-pola keteraturan yang sudah ada di alam.

Yang memahami pola kehidupan, maka akan bisa mengantisipasi sebelum terjadi dan melanggengkan yang sudah ada. Juga optimal hasilnya dan keburukannya pun tidak terjadi. Bagaimana memahami pola kehidupan?

Belajarlah pada yang mendesain membuat pola kehidupan. Belajarlah pada Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak. Bagaimana caranya?

Rasulullah SAW bersabda bahwa  bila berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah maka tidak akan pernah tersesat dan terjerumus. Al-Qur’an dan Sunnah merupakan panduan memahami pola hukum kehidupan, juga berinteraksi yang benar terhadap pola-pola tersebut.

Dengan memahami pola kehidupan ini yang didesain oleh Allah SWT, maka manusia dapat menyelesaikan setiap persoalan hidup yang detail berdasarkan pola umum yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Prinsip ini seperti proses berfikir deduktif, yang mengambil kesimpulan dari premis umum yang sudah tervalidasi kebenarannya. Premis umum menjadi pondasi dalam menyelesaikan persoalan yang muncul.


Gencatan Senjata Iran-Israel: Apa Pengaruhnya Bagi Gaza? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Iran tidak berperang demi membela Palestina....

Gencatan Senjata Iran-Israel: Apa Pengaruhnya Bagi Gaza?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Iran tidak berperang demi membela Palestina. Iran berperang karena wilayahnya diserang langsung oleh Israel. Dalam kacamata hukum internasional, respons Iran adalah bentuk pembelaan diri yang sah. Ini bukan soal solidaritas, ini soal kedaulatan yang dilanggar.

Dalam konflik ini, Israel tampil dengan superioritas teknologinya—pesawat tempur canggih dan sistem pertahanan udara tercanggih di dunia. Sementara Iran, yang selama bertahun-tahun diblokade, tidak memiliki armada udara modern. Tapi Iran menjawab serangan itu dengan hujan rudal yang menembus hingga jantung Tel Aviv, menghancurkan instalasi militer, ekonomi, hingga infrastruktur energi.

Hasilnya? Israel terpojok. Donald Trump, sekutu kuat Israel, segera menyatakan gencatan senjata sepihak. Banyak analis militer menyebut bahwa Israel mengalami kekalahan besar, bahkan memalukan. Iran pun merayakan kemenangan itu dengan lantang.

Tapi apa dampaknya bagi Gaza?


Gaza dan Perlawanan yang Tak Bergantung Negara

Perlawanan Gaza bukan dimotori negara, tetapi oleh gerakan rakyat yang terorganisasi. Ini mengingatkan kita pada sejarah Nuruddin Zanky dan Shalahuddin Al-Ayyubi—mereka bukan pemimpin kerajaan besar saat memulai perjuangan, tapi mampu mengubah perlawanan menjadi kekuatan negara. Dari kekuatan akar rumput lahirlah Dinasti Zanky dan Ayyubi.

Seperti itulah semangat Gaza: tak bergantung pada kekuatan resmi negara, tapi bertahan dengan tekad dan pengorbanan.


Kekalahan Israel di Udara: Efek Domino untuk Gaza

Kekalahan pasukan udara Israel dari Iran adalah pukulan besar terhadap mitos dominasi militernya. Selama ini, Israel membanggakan superioritas udaranya, terutama saat pasukan daratnya terpukul oleh pejuang Gaza.

Kini, kebanggaan itu hancur.

Bagaimana bisa pasukan udara terbaik yang mereka agung-agungkan justru dikalahkan oleh negara yang diblokade?

Jika Iran yang dibatasi teknologinya bisa menembus pertahanan Israel, maka Gaza yang terkepung pun punya harapan besar. Harapan bahwa pertahanan Israel bukan tak tertembus. Bahwa tentara Israel bukan tak terkalahkan. Bahwa penjajah bisa digoyahkan, bahkan oleh mereka yang terjepit.


Moril Penjajah yang Terus Runtuh

Kekalahan udara Israel berdampak langsung ke pasukannya di Gaza. Selama ini, tentara darat Israel bisa mengandalkan "pasukan udara" sebagai penopang semangat. Kini, penopang itu runtuh.

Kalau pasukan elit mereka bisa dihancurkan, pasukan darat apa lagi yang bisa dibanggakan?

Data menunjukkan, tentara Israel terus berguguran di Gaza. Moral mereka anjlok. Sementara itu, para pejuang Gaza—yang terkurung dan diblokade—masih bertahan dengan keyakinan.


Gaza Mendapatkan Kabar Gembira

Gencatan senjata antara Iran dan Israel bukan akhir dari peperangan, tapi sebuah babak baru. Gaza mendapatkan kabar gembira: bahwa kemenangan itu mungkin, bahwa mitos kekuatan Israel telah retak, dan bahwa perlawanan bisa berhasil bahkan tanpa kekuatan negara.

Dalam 12 hari, Iran membuat Israel kewalahan di udara.
Dalam berbulan-bulan, Gaza membuat Israel kehabisan akal di darat.
Sejarah sedang menulis ulang siapa yang sebenarnya kuat dan siapa yang tinggal menunggu waktu.

Saat Langit Iran Menembus Dinding Mitologi Israel Oleh: Nasrulloh Baksolahar Israel selama ini dikenal dengan reputasi militerny...

Saat Langit Iran Menembus Dinding Mitologi Israel

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Israel selama ini dikenal dengan reputasi militernya: pasukan udara tercanggih, sistem pertahanan paling mutakhir, dan teknologi perang hasil dukungan tak terbatas dari Barat. Namun, semua mitos itu hancur dalam hitungan hari ketika Iran—negara yang diblokade puluhan tahun—melawan dan menghantam jantung pertahanan mereka.

Israel menyerang wilayah Iran. Iran membalas, bukan atas nama Palestina, tapi karena kedaulatannya diinjak-injak. Ini bukan sekadar konflik, ini pembalasan atas arogansi.

Di hadapan pesawat-pesawat siluman dan pertahanan udara buatan Amerika, Iran hanya bersenjatakan rudal dan keberanian. Tapi rudal-rudal itu menembus Tel Aviv. Menghancurkan infrastruktur militer dan ekonomi. Dunia terkejut: negara yang dikucilkan dunia justru membuat Israel tersungkur dalam perang udara tercepat dan paling memalukan.


Ketika Israel Meminta Gencatan, Iran Mengangkat Tangan Kemenangan

Gencatan senjata diumumkan sepihak oleh sekutu utama Israel. Dunia militer tahu: gencatan itu adalah pengakuan diam-diam atas kekalahan. Iran tak perlu menguasai wilayah, cukup membuat Israel menyadari bahwa mereka bukan dewa perang. Mereka rapuh, dan kini seluruh dunia tahu.


Gaza Tidak Butuh Pesawat, Cukup Keberanian

Apa hubungannya dengan Gaza? Segalanya. Selama ini, Israel membantai warga Gaza dari udara—karena pasukan darat mereka selalu terpukul. Mereka selalu menyombongkan "kami punya angkatan udara," untuk menutupi lumpuhnya pasukan darat mereka di jalur Gaza.

Kini, kebanggaan itu runtuh. Iran mempermalukan pasukan udara mereka. Gaza pun tahu: singa yang menakutkan itu ternyata hanya boneka besi yang mudah terbakar.


Sejarah Kembali Mengulang: Dari Rakyat Tertindas Lahir Dinasti Pejuang

Gaza bukan negara. Tapi begitu pula dulu Shalahuddin Al-Ayyubi dan Nuruddin Zanky. Mereka bukan sultan besar saat memulai perlawanan. Tapi mereka punya semangat, strategi, dan visi. Maka dari tangan mereka lahirlah kejayaan.

Kini Gaza berdiri di jalan yang sama. Dan kemenangan Iran menjadi bukti bahwa penjajah bisa dikalahkan bahkan dari keterbatasan.


Saat Prajurit Terbaik Tersungkur, Apa Lagi yang Bisa Diandalkan?

Pasukan Israel di Gaza kini kehilangan satu-satunya tumpuan moral: angkatan udara. Selama ini, saat pasukan darat mereka terbantai, mereka berkata, "tenang, udara masih milik kita."

Tapi bagaimana kalau langit pun tak lagi aman?

Saat angkatan udara—prajurit terpilih mereka—dikalahkan oleh negara yang diblokade, pasukan apa lagi yang masih bisa mereka banggakan?

Data menunjukkan, jumlah tentara Israel yang gugur di Gaza terus bertambah. Kini mereka dipukul dari darat oleh Gaza, dan dari langit oleh Iran.


Tembok Mitologi Itu Sudah Retak

Israel bukan dewa perang. Bukan mitos yang tak bisa disentuh. Ia hanya aktor militer yang dilindungi propaganda dan teknologi impor. Tapi ketika rudal Iran menghantam Tel Aviv, seluruh dunia tahu: kebohongan tentang keperkasaan Israel kini mulai runtuh.

Gaza tersenyum. Dunia Arab bergelora. Dan penjajah mulai ketakutan.

 Langit sudah berubah. Gaza melihat harapan. Dan Israel tak lagi bisa menipu dunia dengan tameng teknologinya.

Bani Israil: Selalu Salah Memanfaatkan Momentum Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bani Israil adalah kaum yang dianugerahi begitu banya...

Bani Israil: Selalu Salah Memanfaatkan Momentum

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Bani Israil adalah kaum yang dianugerahi begitu banyak keistimewaan: lahir dari keturunan para nabi, hidup di tengah mukjizat, dan mendapat bimbingan langsung dari para utusan Allah. Namun, berkali-kali pula mereka gagal membaca dan memanfaatkan momentum sejarah untuk kejayaan mereka sendiri.

Mereka memiliki Yusuf, seorang nabi yang disayangi oleh ayahnya dan kelak akan menjadi pejabat tinggi di Mesir. Namun alih-alih mendukungnya, mereka justru melemparkannya ke dalam sumur karena dengki. Mereka memiliki Musa, nabi yang membebaskan mereka dari penindasan Fir‘aun, tapi justru mereka durhaka, membangkang, bahkan menyembah anak sapi saat Musa naik ke bukit Sinai.

Saat perjalanan menuju Palestina, mereka dibekali Taurat—kitab suci sebagai pedoman untuk membangun peradaban mulia. Tapi mereka menolak isi Taurat, menolak memasuki tanah suci, dan lebih memilih menetap di padang pasir. Mereka menolak amanah ketika sejarah sedang membuka pintu kejayaan.

Di masa Nabi Daud dan Sulaiman, tidak tercatat peran besar Bani Israil dalam mendukung kepemimpinan dua raja besar ini. Yang terekam dalam Al-Qur’an hanyalah urusan hukum biasa—seperti kisah domba yang merusak kebun, atau sengketa bayi. Sementara itu, keagungan justru tampak dari hubungan Nabi Daud dengan gunung dan burung yang bertasbih, serta kekuatan Nabi Sulaiman dalam mengendalikan jin, setan, burung, dan angin. Bahkan saat singgasana Ratu Balqis dipindahkan, hanya satu sosok yang disebut berjasa, bukan kelompok mereka secara umum.

Momentum emas di bawah kekuasaan dua nabi besar itu tidak diwariskan. Pasca wafat Nabi Sulaiman, mereka malah terpecah dan lemah, hingga akhirnya dijajah oleh kerajaan-kerajaan besar seperti Assyur dan Babilonia. Mereka tidak belajar dari kecemerlangan kepemimpinan para nabi mereka.

Kemudian datang lagi para nabi dari kalangan mereka sendiri: Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yahya, dan Isa. Namun mereka tetap mengulangi kesalahan. Sebagian nabi dibunuh, lainnya didustakan.

Ketika mereka tersingkir dari tanah-tanah di Eropa, Palestina membuka diri untuk menerima mereka. Tapi alih-alih hidup berdampingan, mereka justru menjajah, merampas tanah, dan menggusur rakyat Palestina. Bahkan ketika dunia internasional memberi mereka sebagian wilayah melalui resolusi PBB, mereka terus memperluas penjajahan dan melancarkan genosida.

Kini, mereka menyerang negara-negara sekitar: Suriah, Lebanon, Yaman, dan Iran. Akibatnya, mereka justru terkepung dari segala penjuru.


Penutup

Sejak awal kemunculannya, Bani Israil dan keturunannya sering gagal membaca arah sejarah. Mereka berkali-kali diberi kesempatan untuk bangkit dan menjadi umat yang unggul, tapi hampir selalu salah langkah. Alih-alih menjadi bangsa pembawa rahmat, mereka justru menciptakan kehancuran—terutama bagi diri mereka sendiri.

Momentum adalah amanah sejarah. Ketika disia-siakan, ia berubah menjadi awal dari kejatuhan.

Bani Israil: Bangsa yang Membunuh Nabi-Nabinya Sendiri Oleh: Nasrulloh Baksolahar Mereka tidak kekurangan wahyu. Tidak kekuranga...

Bani Israil: Bangsa yang Membunuh Nabi-Nabinya Sendiri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Mereka tidak kekurangan wahyu. Tidak kekurangan mukjizat. Tidak kekurangan nabi. Tapi justru itulah masalahnya: mereka terbiasa menyambut cahaya dengan pedang.

Diberi Yusuf—mereka lempar ke sumur.
Dikirimi Musa—mereka sembah anak sapi.
Diberi Taurat—mereka bantah dan tawar-menawar.
Dikirimi Isa—mereka laporkan dan ingin salibkan.



Apa yang salah dengan bangsa ini?

Nabi-Nabi Datang dari Mereka, Tapi Mereka Menyembelihnya

Bani Israil adalah bangsa yang paling banyak dikirimi nabi. Tapi ironi sejarah mencatat: semakin banyak nabi datang, semakin banyak pula yang mereka dustakan dan bunuh.

“Mengapa kalian membunuh para nabi, padahal mereka datang dari kaum kalian sendiri?”

Dari puluhan nabi, berapa yang mereka taati? Hampir tak ada yang mereka jaga dan muliakan. Mereka ingin nabi yang tunduk pada selera politik dan hawa nafsu mereka.

Mereka bukan atheis. Mereka hanya alergi pada kebenaran yang tidak mereka kuasai.


Dari Saksi Sejarah Jadi Korban Kesombongan Sendiri

Ketika Yusuf menjadi orang kepercayaan Mesir, mereka membuangnya. Ketika Musa membebaskan mereka dari Fir‘aun, mereka menyembah patung. Ketika Sulaiman memimpin dengan keagungan langit dan bumi, mereka justru absen dari panggung sejarah.

Allah beri mereka tanah—mereka tolak.
Allah beri mereka kitab—mereka ubah.
Allah beri mereka kemenangan—mereka jadikan pijakan untuk penjajahan.

Apa yang bisa menyelamatkan bangsa yang selalu memusuhi momentum rahmat?


Dulu Menolak Palestina, Sekarang Menjajah Palestina

Tujuh ribu tahun lalu, mereka menolak masuk tanah suci karena takut. Hari ini, mereka masuk dan mengambil paksa tanah itu dengan senjata. Bani Israil bukan lagi bangsa yang dikejar Fir‘aun, tapi telah menjelma jadi Fir‘aun baru bagi rakyat Palestina.

Dulu menolak tanah karena takut,
Kini mengambil tanah dengan rakus.

Dulu mereka minoritas yang menolak perintah ilahi. Sekarang mayoritas yang menolak hak asasi. Dari dulu sampai kini, mereka selalu gagal membaca maksud langit.


Ketika Dunia Memberi Mereka Kesempatan, Mereka Pilih Kejahatan

PBB memberi mereka sebagian wilayah. Tapi mereka anggap itu bukan batas, melainkan langkah awal. Hari ini, mereka menyerang Lebanon, Iran, Suriah, Yaman. Mereka bukan sedang membela diri, mereka sedang membalas dendam pada sejarah yang mereka abaikan.

Dan kini, mereka dikepung dari segala arah. Bukan karena dunia membenci mereka, tapi karena mereka tak pernah berhenti mengkhianati kesempatan.


Bangsa Terpilih? Atau Bangsa yang Menolak Pilihan Ilahi?

Bani Israil sering menyebut diri mereka chosen people. Tapi mereka tidak menyadari: dalam kitab-kitab mereka sendiri, mereka selalu menolak pilihan Tuhan.

Diberi kitab—mereka langgar.
Diberi nabi—mereka bunuh.
Diberi tanah—mereka gusur penduduknya.

“Jika kalian benar umat pilihan, buktikan dengan ketaatan, bukan dengan kekerasan.”


Akhir Sebuah Arogansi

Sejak zaman Nabi hingga hari ini, Bani Israil selalu diberikan peluang untuk menjadi umat mulia. Tapi berkali-kali pula mereka menyia-nyiakannya. Mereka membunuh nabi, mengkhianati wahyu, dan kini menodai tanah suci dengan darah dan bom.

Bangsa yang membunuh nabi-nabinya sendiri, jangan heran jika akhirnya mereka tenggelam oleh doa-doa para korban.


Penutup

Allah tidak akan menyelamatkan bangsa yang selalu melawan cahaya-Nya.
Jika sejarah adalah cermin, maka Bani Israil hanya melihat bayangan dendam dan kebodohan yang tak pernah berubah bentuk.

Jangan Asal Lihat, Dengar, dan Baca! Akalmu Bisa Rusak Oleh: Nasrulloh Baksolahar Akalmu bukan tong sampah. Ia diciptakan Allah ...


Jangan Asal Lihat, Dengar, dan Baca! Akalmu Bisa Rusak

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Akalmu bukan tong sampah. Ia diciptakan Allah untuk berpikir, bukan untuk menampung sembarang informasi.

Tapi pertanyaannya: apa yang selama ini kamu beri makan pada akalmu? Apakah fakta, atau fitnah? Hikmah, atau hiburan kosong?

Akal tidak bekerja dalam ruang hampa. Ia perlu bahan baku—data, informasi, pengetahuan. Dan bahan baku itu masuk melalui mata, telinga, mulut, dan hati. Kalau yang masuk buruk, bagaimana mungkin hasilnya baik?

Bayangkan sebuah pabrik besar. Mesin-mesinnya modern, teknologinya canggih. Tapi jika bahan bakunya busuk, yang keluar pun tetap busuk. Bahkan seorang koki kelas dunia pun tak bisa menyulap sayuran busuk menjadi makanan lezat.

Begitu pula akal. Canggih atau tidaknya kemampuan berpikirmu, tetap akan ditentukan oleh apa yang kamu lihat, dengar, baca, dan rasakan setiap hari.

Ada pepatah lama yang sudah jarang dihayati:

> “Bila melihat, jangan asal melihat. Bila mendengar, jangan asal mendengar.”



Tapi hari ini, kita justru bangga jadi penonton tanpa filter. Kita izinkan mata menelan tayangan murahan. Kita biarkan telinga dijejali gosip dan ujaran kosong. Kita baca apapun yang viral, tanpa bertanya: “Apakah ini layak masuk ke dalam jiwaku?”

Hati-hati! Apa yang kamu izinkan masuk hari ini, akan membentuk siapa dirimu besok.

Ingat nasihat orang bijak:

> “Masa depanmu ditentukan oleh apa yang kau baca hari ini dan siapa temanmu hari ini.”



Akalmu sedang dibentuk. Setiap scroll di media sosial, setiap percakapan, setiap tontonan—semua itu sedang memahat pola pikir dan kepribadianmu.

Lalu kita bertanya, “Mengapa sulit khusyuk? Mengapa hati kotor? Mengapa hidup terasa hampa walau banyak ibadah?”
Jangan buru-buru menyalahkan takdir. Periksa dulu apa yang kamu makan, minum, lihat, dan pikirkan.

Kebersihan hati tidak dimulai dari banyaknya sujud, tetapi dari apa yang masuk ke perut dan pikiranmu.
Halal saja belum cukup, ia harus baik dan bersih (thayyib).

Makanan membentuk darah. Darah membentuk hati. Dan hati menentukan seluruh hidupmu.

Bukankah Nabi ï·º bersabda:

> “Dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh rusak. Itulah hati.”



Dan jangan lupa sabda beliau ï·º tentang seorang pengemis lusuh yang berdoa:

> “Bagaimana doanya akan dikabulkan, sementara makanan, minuman, dan pakaiannya berasal dari yang haram?”



Lihat baik-baik. Dengar baik-baik. Baca dengan cerdas.
Akalmu bukan tempat pembuangan.
Jiwamu terlalu berharga untuk dijejali racun informasi.

Mulailah dengan input yang benar, dan hasilnya akan mengikuti.
Karena dalam hidup ini, yang masuk akan menentukan yang keluar.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (356) Al-Qur’an (3) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (253) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (541) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (224) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (466) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (486) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (234) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (228) Sirah Sahabat (144) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (144) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)