Saat Langit Iran Menembus Dinding Mitologi Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Israel selama ini dikenal dengan reputasi militernya: pasukan udara tercanggih, sistem pertahanan paling mutakhir, dan teknologi perang hasil dukungan tak terbatas dari Barat. Namun, semua mitos itu hancur dalam hitungan hari ketika Iran—negara yang diblokade puluhan tahun—melawan dan menghantam jantung pertahanan mereka.
Israel menyerang wilayah Iran. Iran membalas, bukan atas nama Palestina, tapi karena kedaulatannya diinjak-injak. Ini bukan sekadar konflik, ini pembalasan atas arogansi.
Di hadapan pesawat-pesawat siluman dan pertahanan udara buatan Amerika, Iran hanya bersenjatakan rudal dan keberanian. Tapi rudal-rudal itu menembus Tel Aviv. Menghancurkan infrastruktur militer dan ekonomi. Dunia terkejut: negara yang dikucilkan dunia justru membuat Israel tersungkur dalam perang udara tercepat dan paling memalukan.
Ketika Israel Meminta Gencatan, Iran Mengangkat Tangan Kemenangan
Gencatan senjata diumumkan sepihak oleh sekutu utama Israel. Dunia militer tahu: gencatan itu adalah pengakuan diam-diam atas kekalahan. Iran tak perlu menguasai wilayah, cukup membuat Israel menyadari bahwa mereka bukan dewa perang. Mereka rapuh, dan kini seluruh dunia tahu.
Gaza Tidak Butuh Pesawat, Cukup Keberanian
Apa hubungannya dengan Gaza? Segalanya. Selama ini, Israel membantai warga Gaza dari udara—karena pasukan darat mereka selalu terpukul. Mereka selalu menyombongkan "kami punya angkatan udara," untuk menutupi lumpuhnya pasukan darat mereka di jalur Gaza.
Kini, kebanggaan itu runtuh. Iran mempermalukan pasukan udara mereka. Gaza pun tahu: singa yang menakutkan itu ternyata hanya boneka besi yang mudah terbakar.
Sejarah Kembali Mengulang: Dari Rakyat Tertindas Lahir Dinasti Pejuang
Gaza bukan negara. Tapi begitu pula dulu Shalahuddin Al-Ayyubi dan Nuruddin Zanky. Mereka bukan sultan besar saat memulai perlawanan. Tapi mereka punya semangat, strategi, dan visi. Maka dari tangan mereka lahirlah kejayaan.
Kini Gaza berdiri di jalan yang sama. Dan kemenangan Iran menjadi bukti bahwa penjajah bisa dikalahkan bahkan dari keterbatasan.
Saat Prajurit Terbaik Tersungkur, Apa Lagi yang Bisa Diandalkan?
Pasukan Israel di Gaza kini kehilangan satu-satunya tumpuan moral: angkatan udara. Selama ini, saat pasukan darat mereka terbantai, mereka berkata, "tenang, udara masih milik kita."
Tapi bagaimana kalau langit pun tak lagi aman?
Saat angkatan udara—prajurit terpilih mereka—dikalahkan oleh negara yang diblokade, pasukan apa lagi yang masih bisa mereka banggakan?
Data menunjukkan, jumlah tentara Israel yang gugur di Gaza terus bertambah. Kini mereka dipukul dari darat oleh Gaza, dan dari langit oleh Iran.
Tembok Mitologi Itu Sudah Retak
Israel bukan dewa perang. Bukan mitos yang tak bisa disentuh. Ia hanya aktor militer yang dilindungi propaganda dan teknologi impor. Tapi ketika rudal Iran menghantam Tel Aviv, seluruh dunia tahu: kebohongan tentang keperkasaan Israel kini mulai runtuh.
Gaza tersenyum. Dunia Arab bergelora. Dan penjajah mulai ketakutan.
Langit sudah berubah. Gaza melihat harapan. Dan Israel tak lagi bisa menipu dunia dengan tameng teknologinya.
0 komentar: