Taurat: Batas Perubahan Hukuman terhadap Kaum Durhaka
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Apakah hukuman Allah SWT terhadap kaum yang durhaka bersifat tetap sepanjang zaman? Mengapa sebagian kaum terdahulu langsung diazab saat mendurhakai rasul mereka, sementara kaum lain, seperti Bani Israil yang berkali-kali membangkang bahkan membunuh nabi-nabi, justru tidak dihancurkan secara kolektif?
Demikian pula dengan Musyrikin Quraisy dan kaum Munafik pada masa Nabi Muhammad SAW. Mereka terus menentang dan menyakiti Rasulullah, tetapi Allah tidak menurunkan azab seperti kepada kaum Nabi Nuh, Hud, atau Luth. Mengapa?
Al-Qur’an memberikan petunjuk penting dalam Surat Al-Qashash ayat 43:
> "Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa setelah Kami membinasakan generasi-generasi terdahulu, sebagai cahaya, petunjuk, dan rahmat bagi manusia, agar mereka mengambil pelajaran."
Ayat ini menandai perubahan besar dalam pola hukuman Allah terhadap kaum yang mendurhakai rasul-Nya. Sebelum diturunkannya Taurat, azab Allah kerap datang secara langsung dan kolektif—meluluhlantakkan kaum yang ingkar melalui bencana besar dari langit atau bumi. Setelah Taurat diturunkan, Allah mulai menahan azab jenis ini.
Hal ini ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Abū Sa’īd al-Khudrī, dari Nabi SAW:
> “Sejak diturunkannya Taurat, Allah tidak lagi membinasakan suatu kaum dengan azab dari langit atau dari bumi, kecuali suatu kaum yang diubah menjadi kera; mereka adalah kaum dari Bani Israil setelah wafatnya Nabi Musa.”
(Riwayat al-Ḥākim)
Perubahan Pola Hukuman
Sebelum Taurat, kita mengenal kisah-kisah azab kolektif seperti:
1. Kaum Nuh yang ditenggelamkan,
2. Kaum Hud dan Shaleh yang dibinasakan angin dan gempa,
3. Kaum Luth yang dibalikkan negerinya,
4. Kaum Syuaib yang diterjang gempa dan awan panas.
Namun setelah Taurat, azab semacam itu tidak lagi terjadi kecuali satu pengecualian: kaum Bani Israil yang diubah menjadi kera, karena kesombongan dan pelanggaran terhadap hari Sabat.
Adapun Fir’aun dan bala tentaranya merupakan kaum terakhir yang diazab kolektif secara langsung karena mereka hidup sebelum Taurat diturunkan.
Kasus Khusus: Kaum Yunus dan Kaum Saba’
Kaum Yunus sebenarnya sudah hampir diazab. Namun ketika Nabi Yunus meninggalkan mereka, mereka justru bertaubat dan beriman, sehingga azab ditangguhkan.
Kaum Saba’, yang hidup jauh setelah Nabi Musa, tidak diazab secara langsung, tetapi mengalami bencana alam berupa kehancuran bendungan Ma’rib karena tidak bersyukur atas nikmat Allah.
Rahmat Allah dalam Perubahan Ini
Perubahan ini menandai luasnya rahmat Allah SWT. Bukan hanya kepada kaum yang beriman, tetapi juga kepada yang durhaka. Hukum Allah tidak hanya tegas, tetapi juga penuh kasih sayang dan memberi waktu untuk bertaubat.
Bagi yang taat, syariat Allah terus dipermudah dari satu zaman ke zaman berikutnya.
Bagi yang durhaka, hukuman-Nya makin ditangguhkan, memberi kesempatan untuk berubah dan kembali kepada-Nya.
Inilah bentuk kasih sayang Allah yang nyata dalam sejarah umat manusia: rahmat-Nya mendahului murka-Nya, dan ampunan-Nya terbuka bahkan bagi mereka yang telah jauh tersesat.
0 komentar: