Tank Canggih Israel Dikejar Bocah Palestina: Lalu Siapa yang Sebenarnya Kuat?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Perang Iran-Israel hanya 12 hari. Perang Hizbullah-Israel cuma dua bulan. Tapi Gaza? Sudah berbulan-bulan dibombardir, namun tak kunjung selesai. Kenapa?
Karena di Gaza, Israel tidak berhadapan dengan rudal canggih atau drone seribu unit. Tapi dengan jiwa tak gentar dan iman tak tergoyahkan. Di Gaza, bukan alat berat yang bicara—tapi keyakinan bahwa hidup mati ditentukan oleh Allah, bukan oleh tank Merkava buatan AS.
Ingat peristiwa yang terekam jelas di media penjajah sendiri:
Seorang pejuang Palestina berlari ke arah tank Israel dan meledakkannya dengan bom rakitan.
Tank yang katanya tak bisa dihancurkan, hancur berantakan.
Tujuh tentara di dalamnya mati.
Lalu di hari lain, seorang anak muda Palestina—hanya bersenjatakan senapan sederhana—mengejar tank Israel yang justru lari terbirit-birit.
Siapa sebenarnya yang harusnya takut?
Amerika Tak Butuh Gencatan Senjata, Mereka Butuh Israel Menang
Dalam perang Iran dan Hizbullah, ketika Israel mulai terdesak, Amerika langsung turun tangan. Pesawat, rudal, logistik dikirimkan. Dunia tahu siapa sebenarnya "sutradara" konflik ini.
Tapi kenapa di Gaza, gencatan senjata gagal terus?
Karena Amerika sedang menunggu dan mengulur waktu—mereka berharap Israel segera menang dan menghapus Gaza dari peta. Tapi yang terjadi sebaliknya: semakin lama perang, semakin hancur moral dan militer Israel.
Avi Ashkenazi, jurnalis senior Ma'ariv, terang-terangan mengatakan:
“Tentara Israel berada di ambang kehancuran. Ini perang tak masuk akal!”
Gaza: Bukan Sekadar Wilayah, Tapi Neraka Bagi Penjajah
Israel terus menggempur Gaza dengan jet tempur dan bom vakum. Tapi satu hal yang tidak bisa mereka bom adalah: semangat hidup orang-orang Gaza.
> Rumah mereka hancur. Anak mereka mati. Tapi tekad mereka justru bertambah kuat.
Satu anak syahid, sepuluh pemuda bangkit.
Satu masjid roboh, seribu suara takbir menggema.
Di Gaza, batu melawan tank, bom rakitan melawan pesawat F-35, doa melawan propaganda dunia.
Dan dunia menyaksikan, bagaimana sebuah bangsa kecil yang diblokade, dijajah, dan dikubur hidup-hidup justru mengguncang sendi-sendi moral penjajah.
Israel Akan Kalah, Tapi Dunia Harus Tahu Bagaimana Mereka Jatuh
Perang Gaza belum berakhir karena kebenaran sedang berjalan perlahan namun pasti.
Israel akan kalah—tapi bukan karena kehabisan bom. Mereka akan kalah karena kehabisan harga diri, semangat, dan legitimasi moral.
Mereka kalah karena takut pada bocah Gaza yang siap mati demi kebebasan.
Mereka kalah karena dunia akhirnya sadar: yang dijajah bukan teroris, tapi manusia yang membela tanahnya.
Dan sampai tubuh raksasa Zionis itu tenggelam dalam lumpur yang mereka gali sendiri, Gaza akan terus bertahan.
Bukan karena senjata,
Tapi karena Tuhan mereka tidak tidur.
0 komentar: