Mengapa Perang Gaza Tak Kunjung Berakhir?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Perang antara Iran dan Israel hanya berlangsung 12 hari—dari 13 hingga 25 Juni 2025. Perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon pun relatif singkat, dimulai pada 1 Oktober 2024 dan berakhir dengan gencatan senjata pada 27 November 2024. Tetapi sangat berbeda halnya dengan Gaza: perang di sana berlangsung terus tanpa ujung, walau berbagai upaya gencatan senjata terus digelar. Mengapa perang Gaza justru menjadi yang paling lama dan tak kunjung selesai?
Dalam perang melawan Iran, kita menyaksikan pertempuran antara dua kekuatan yang relatif seimbang secara militer: rudal melawan pesawat tempur. Dalam perang melawan Hizbullah, pasukan darat Israel menghadapi infrastruktur perlawanan yang solid, lengkap dengan rudal dan drone. Kedua pihak memiliki kekuatan tempur yang setara dalam aspek-aspek teknis.
Namun Gaza berbeda. Perang di sana sangat tidak berimbang. Pasukan penjajah Israel memiliki persenjataan tercanggih di dunia, sedangkan pejuang Palestina bersenjata sederhana dan terbatas. Tetapi justru karena ketimpangan inilah, wajah asli konflik Gaza terlihat jelas: ini bukan sekadar perang antar militer, melainkan ujian sejarah antara penjajahan dan perlawanan, antara imperialisme dan keberanian rakyat.
Dalam perang melawan Iran dan Hizbullah, Israel sempat terdesak. Dunia menyaksikan bagaimana Amerika Serikat langsung turun tangan untuk menyelamatkan sekutunya. Kedok perlindungan buta AS terhadap Israel pun semakin terbuka. Tetapi di Gaza, meskipun pasukan Israel menggempur habis-habisan, mereka belum juga mencapai kemenangan. Amerika pun memilih menunggu dan mengulur waktu, berharap perang segera dimenangkan oleh Israel—yang sampai hari ini belum terjadi.
Di tengah ketimpangan ini, Allah SWT menampakkan kebenaran firman-Nya. Karakter pengecut yang mendarah daging di dalam jiwa Yahudi ditampakkan di medan perang. Benteng pertahanan mereka tak menyelamatkan. Rumah-rumah yang mereka bangun hancur oleh tangan mereka sendiri.
Bagaimana mungkin satu orang pejuang Palestina bisa membunuh tujuh tentara Israel yang berlindung dalam tank tercanggih di dunia? Tapi ini benar-benar terjadi. Kita telah berkali-kali menyaksikan video seorang pejuang Palestina keluar dari persembunyiannya, mendekati tank, lalu meledakkannya dengan bom. Bahkan, ada adegan di mana seorang pejuang dengan senapan biasa mengejar tank Israel yang lari terbirit-birit.
Fenomena ini memalukan bagi militer Israel, dan menjadi bahan kritik tajam di media penjajah. Beberapa komentator berdalih bahwa tank-tank tersebut tidak memenuhi standar militer karena tidak dilengkapi kamera 360 derajat. Namun, yang terlihat nyata justru keberanian pejuang Palestina dibanding ketakutan tentara penjajah.
Avi Ashkenazi, koresponden militer surat kabar Ma'ariv, mengakui bahwa tentara Israel kini berada di ambang kehancuran di Gaza. Ia menyebut bahwa kelanjutan perang ini tidak masuk akal lagi dan menyerukan untuk segera mengakhirinya sebelum Israel menanggung kerugian yang lebih besar.
Meski demikian, Israel tetap akan terus membumihanguskan Gaza. Tak ada yang benar-benar mampu menghentikannya—tidak PBB, tidak AS, tidak negara Arab sekalipun. Namun Allah SWT sedang bekerja membongkar kebusukan mereka dari dalam. Ketika sendi-sendi kekuatan itu runtuh, tubuh raksasa penjajah itu akan terseret ke dalam lumpur kehancuran yang mereka gali sendiri.
Inilah sebabnya mengapa perang Gaza tak pernah benar-benar berakhir.
Karena Gaza bukan sekadar wilayah—ia adalah medan ujian sejarah dan iman.
0 komentar: