Kisah Sahabat yang Bersegera Melunasi Hutangnya
Ide Tulisan: Nasrulloh Baksolahar
Narasi: ChatGPT
Berikut adalah beberapa kisah sahabat Rasulullah ï·º yang segera melunasi utangnya, menunjukkan kesungguhan dan tanggung jawab mereka terhadap amanah keuangan:
1. Zubair bin Awwam radhiyallahu ‘anhu: Melunasi Utang Besar Secara Tuntas
Zubair bin Awwam adalah sahabat yang sangat berhati-hati terhadap utang. Sebelum wafat dalam Perang Jamal, ia berkata kepada putranya, Abdullah bin Zubair:
“Anakku, aku khawatir utangku akan membebani keluargaku. Aku ingin engkau melunasinya….”
Abdullah berkata, “Ayah, hartamu lebih dari cukup untuk melunasi utang.”
Zubair menjawab, “Jika kamu tidak mampu, mintalah pertolongan dari Tuhanku.”
Setelah wafat, ternyata utang Zubair mencapai dua juta dirham! Namun Abdullah bin Zubair dengan penuh amanah dan keyakinan berhasil melunasi seluruh utang ayahnya dengan harta warisan yang halal dan cermat dalam pengelolaannya.
Pelajaran: Zubair berwasiat tegas tentang utangnya, dan anaknya melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Ini menunjukkan kesadaran spiritual dan akhlak amanah dalam keluarga sahabat.
2. Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu: Rela Membayar Utang Orang Lain agar Diampuni Dosanya
Suatu ketika seorang laki-laki meninggal dan masih memiliki utang dua dinar. Rasulullah ï·º enggan menyalatinya dan bersabda:
“Salatkanlah saudaramu ini, karena dia masih memiliki utang.”
Lalu Abu Qatadah berkata, “Wahai Rasulullah, saya yang akan menanggung utangnya.”
Maka Rasulullah ï·º pun menyalatinya. Beberapa hari kemudian, Rasulullah ï·º bertanya:
“Apa yang kamu lakukan terhadap dua dinar itu, wahai Abu Qatadah?”
Ia menjawab, “Sudah saya lunasi.”
Rasulullah ï·º bersabda: “Sekarang barulah kulitnya dingin dari api neraka.”
(HR. Ahmad)
Pelajaran: Bahkan ketika tidak berutang secara pribadi, sahabat tetap menunjukkan kepedulian luar biasa terhadap beban utang sesama Muslim.
3. Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu: Melunasi Utang Sebelum Hijrah Bebas
Salman awalnya adalah budak milik seorang Yahudi di Madinah. Ia ingin bebas untuk ikut berjihad dan berhijrah. Maka ia membuat perjanjian mukatabah (tebusan diri) kepada tuannya.
Tebusannya sangat besar: 300 pohon kurma dan 40 uqiyah emas.
Rasulullah ï·º membantu menggalang bantuan dari para sahabat. Mereka menyumbang bibit pohon kurma dan emas, dan Nabi sendiri ikut menanamnya. Setelah selesai dan tumbuh semua pohon, Salman bebas dan melunasi seluruh utangnya.
Pelajaran: Ini menunjukkan semangat sahabat melunasi utang untuk menunaikan cita-cita mulia, dan bagaimana komunitas sahabat saling tolong-menolong dalam urusan utang secara kolektif.
4. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu: Prioritaskan Utang dalam Wasiat
Umar bin Khattab ketika ditusuk menjelang wafat, berkata kepada putranya Abdullah:
“Lihatlah berapa utangku, dan bayarlah dari harta keluargaku. Jika tidak cukup, mintalah bantuan dari Bani Adi. Jika masih tidak cukup, mintalah dari Quraisy, dan jangan sampai utangku tidak dibayar.”
Pelajaran: Bahkan saat menjelang ajal, Umar memikirkan utangnya dengan sangat serius. Ini menunjukkan sikap tanggung jawab yang luar biasa dari seorang pemimpin dan sahabat besar.
Kesimpulan:
Para sahabat Nabi ï·º memberikan teladan agung dalam menyegerakan pelunasan utang. Mereka:
Tidak menunda bila mampu
Membuat wasiat khusus untuk melunasi
Membantu orang lain melunasi
Melibatkan komunitas untuk membantu utang orang miskin
0 komentar: