Negara Kolonial yang Makan Bangkai Dirinya Sendiri
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Sebuah negara bisa bertahan dari serangan luar, tapi tidak akan selamat jika dirusak dari dalam. Begitulah nasib penjajah Israel hari ini: tampak kuat dari luar, tapi rapuh, keropos, dan berantakan di dalam. Negara ini ibarat tubuh besar yang digerogoti penyakit autoimun—setiap elemen saling memakan, saling mencurigai, dan siap meninggalkan kapal ketika mulai tenggelam.
Empat kelompok utama penyusun masyarakatnya justru menjadi penyebab utama keretakan itu. Masing-masing hidup dalam dunianya sendiri, dengan kepentingan sendiri, dan loyalitas yang—nyaris semuanya—bersyarat.
1. Yahudi Sekuler: Si Pembayar Pajak yang Frustrasi
Mereka adalah tulang punggung negara: membayar pajak, menyuplai tentara, dan membela sistem. Tapi kini, mereka mulai ragu:
Apakah ini negara milik mereka, atau milik kaum fanatik agama yang tak bekerja tapi berkuasa?
Ancaman demografis dari Haredim, krisis konstitusi, dan isolasi global membuat mereka ingin punya "jalan keluar"—dan banyak yang sudah menyiapkan paspor kedua.
---
2. Haredim: Menolak Negara, Tapi Hidup dari Negara
Haredim adalah paradoks terbesar Israel.
> Mereka menolak Zionisme, tapi hidup dari hasilnya.
Tak ikut militer, menolak modernitas, tapi menikmati anggaran negara, pendidikan gratis, dan infrastruktur. Mereka menentang demokrasi, tapi menentukan hasil pemilu lewat suara blok religius.
Sikap mereka jelas:
> Israel haram didirikan sebelum Mesias datang—tapi selama belum datang, kami terima subsidi dulu.
---
3. Arab Palestina: Warga Negara Kelas Dua yang Tak Pernah Dianggap
Dengan populasi 20%, warga Arab Israel secara hukum diakui, tapi secara praktik dimarginalkan. Tak punya pengaruh, tak dipercaya, dan selalu jadi sasaran kebijakan diskriminatif.
> Mereka adalah pemilik tanah yang dijadikan tamu dalam rumah sendiri.
---
4. Pemukim Radikal: Yahudi Fanatik yang Bahkan Menyerang Tentara Israel
Ini kelompok paling gila dalam struktur sosial Israel: Zionis religius radikal yang datang dari Amerika dan Eropa, tinggal di tanah rampasan, dan sering melawan tentara Israel sendiri.
> Mereka percaya tanah ini milik Tuhan, bukan negara. Jika hukum Israel menghalangi, hukum Tuhan-lah yang berlaku.
Mereka bukan sekutu IDF, mereka adalah virus tak terkendali yang siap menyeret Israel ke dalam perang saudara.
---
Paspor Ganda: Simbol Kesetiaan Palsu
Ketika Iran meluncurkan rudal, Israel menutup bandara. Tapi sebagian warganya tetap kabur lewat laut. Itulah Israel: negara dengan warga cadangan dan kesetiaan bersyarat. Paspor asing menjadi senjata terakhir:
> Jika negeri ini ambruk, kami sudah punya tempat pelarian.
---
Kesimpulan: Negara Tanpa Fondasi, Hidup dari Ketakutan
Israel tidak dibangun di atas kebersamaan, tapi di atas ketakutan bersama. Takut terhadap Arab. Takut terhadap Iran. Takut terhadap kehilangan eksistensi.
Tapi ketakutan bukan perekat sejati. Dan saat ketakutan itu berkurang, mereka akan saling menerkam.
> Inilah negara kolonial yang akan hancur bukan karena roket dari luar, tapi karena bom waktu dari dalam.
0 komentar: