Kala Bani Israil Mendominasi Pemberitaan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Surat Al-Fatihah ditutup dengan doa agar kita dijauhkan dari jalan kaum yang dimurkai dan orang-orang yang sesat. Ulama tafsir menyepakati bahwa yang dimaksud dengan “kaum yang dimurkai” adalah Bani Israil—kaum yang pernah mendapat nikmat besar dari Allah, namun berulang kali membangkang dan mengingkari kebenaran.
> “(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”
(QS. Al-Fātiḥah [1]:7)
Menariknya, dua surat berikutnya—Al-Baqarah dan Ali ‘Imran—banyak mengangkat kisah Bani Israil. Seakan-akan Al-Qur’an ingin mengajak kita menaruh perhatian serius terhadap jejak sejarah dan pola perilaku mereka. Namun pertanyaannya, apakah dominasi kisah Bani Israil hanya terbatas di dalam Al-Qur’an?
Jika kita cermati kondisi dunia saat ini, Zionis Yahudi, yang merupakan bagian dari etnis Yahudi, juga mendominasi pemberitaan global. Menariknya, tema-tema besar yang berkaitan dengan mereka tidak jauh berbeda dari narasi yang telah direkam Al-Qur’an berabad-abad silam.
Kita menyaksikan bagaimana pola itu berulang:
1. Dahulu, Bani Israil keluar dari Mesir dalam peristiwa eksodus bersama Nabi Musa.
Sekarang, arus pemukim ilegal Yahudi dari berbagai negara menuju Palestina menjadi isu besar, melanggar kesepakatan internasional seperti Perjanjian Oslo. Bahkan Menteri Keamanan Israel menyerukan pembangunan kembali permukiman ilegal di Gaza—tema yang kini mendominasi diplomasi dan protes global.
2. Dahulu, Palestina diyakini sebagai “tanah yang dijanjikan”.
Sekarang, gagasan tersebut menjadi ideologi inti gerakan Zionisme yang mendirikan negara dengan mengklaim wilayah Palestina sebagai warisan sejarah mereka.
3. Dahulu, Bani Israil terusir dari Tanah Suci oleh “hamba-hamba Allah yang kuat”, sebagaimana dalam QS. Al-Isra’: 4–6.
Sekarang, tema keruntuhan penjajah Israel kembali menjadi pembicaraan strategis, baik dalam wacana politik maupun tafsir akhir zaman.
4. Dahulu, mereka durhaka kepada nabi-nabi, menolak perintah Allah, bahkan membunuh para utusan-Nya.
Kini, bentuk kedurhakaan itu terlihat dalam pengingkaran terhadap hukum internasional dan pelanggaran prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
5. Dahulu, mereka terlibat dalam kezaliman kolektif, seperti dikisahkan dalam Surat Al-Buruj.
Sekarang, kita menyaksikan genosida yang nyata terhadap rakyat Gaza dan berbagai wilayah Palestina lainnya.
Apakah semua ini kebetulan semata? Tentu tidak. Inilah salah satu bentuk kemukjizatan Al-Qur’an—ia bukan hanya kitab petunjuk, tetapi juga peta sejarah dan cermin realitas zaman.
Apa yang dilakukan Bani Israil dahulu tidak berbeda jauh dari yang mereka lakukan sekarang. Pengkhianatan terhadap perjanjian, pembangkangan terhadap kebenaran, dan kedurhakaan terhadap amanat—semua itu terekam jelas dalam Al-Qur’an, dan kini terpantul kembali dalam realitas dunia. Sikap mereka tidak berubah, dan Al-Qur’an pun menyajikannya sebagai pelajaran abadi, bukan sekadar narasi masa silam.
Lalu, bagaimana kita seharusnya menyikapi dominasi Zionis Yahudi hari ini, baik dalam realitas politik maupun pemberitaan?
Jawabannya: sikapilah mereka sebagaimana para nabi menyikapi Bani Israil. Al-Qur’an tidak hanya mencatat perilaku mereka, tetapi juga menampilkan bagaimana para nabi bersikap—dengan ketegasan, keberanian, dan tetap berpegang pada wahyu.
Sebab, fragmen sejarah itu terus berulang. Dan selama kita hanya membaca kisah tanpa menghayatinya, kita akan terus menjadi penonton dari skenario yang dimainkan ulang di panggung dunia.
Pertanyaannya kini: kapan umat ini benar-benar bertindak sesuai arah petunjuk wahyu?
0 komentar: