Strategi Kejayaan Islam di Dinding Istana Al-Hambra
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
“Laa ghaaliba illallaah”
Tak ada kemenangan kecuali atas izin Allah.
Apa yang tersisa dari kejayaan Islam di tanah Eropa? Jika ingin tahu jawabannya, datanglah ke Spanyol, datanglah ke Granada, lalu berdirilah dengan diam di tengah-tengah keagungan Istana Al-Hambra. Perhatikan setiap dindingnya. Ukiran-ukiran itu bukan sekadar dekorasi. Ia adalah strategi. Ia adalah rahasia kejayaan peradaban Islam yang tak terkalahkan selama delapan abad di Andalusia—strategi yang membentuk dunia, menundukkan kekuasaan, dan menyatukan hati umat manusia.
Arsitektur Sebagai Dakwah: Ketika Batu Bicara Tentang Tauhid
Istana Al-Hambra dibangun oleh Muhammad bin Al-Ahmar, pendiri Dinasti Nasrid, pada tahun 1238 M. Terletak di atas bukit La Sabika, menghadap kota Granada dan dikelilingi Pegunungan Sierra Nevada, Al-Hambra menjadi lambang keindahan arsitektur Islam yang tak tertandingi.
Teknologinya mencengangkan: sistem irigasi bertingkat yang mengalirkan air dari sungai ke seluruh taman dan kolam, ventilasi udara alami, pencahayaan berbasis pantulan cahaya, serta ornamen geometris yang diukir tanpa gambar makhluk hidup, semua itu membentuk satu harmoni spiritual dan estetis. Tujuannya bukan semata sebagai istana raja, melainkan sebagai pusat pemerintahan, peradaban, dan perenungan diri.
Di setiap dindingnya, kalimat "Laa ghaaliba illallaah" terukir ratusan kali. Bukan sekadar hiasan, tapi pengingat: kemenangan bukan milik manusia. Kemenangan hanya datang jika manusia menundukkan egonya dan menyerah total kepada kehendak Allah.
Strategi Utsman bin Affan: Fondasi Maritim Pembebasan Andalusia
Banyak yang menyangka pembebasan Andalusia dimulai pada tahun 711 M oleh Thariq bin Ziyad. Namun, sejarah mencatat bahwa langkah strategis menuju Spanyol sudah dirintis lebih awal—di masa Khalifah Utsman bin Affan. Beliau membangun armada laut Islam pertama secara besar-besaran, menaklukkan Siprus dan mengirim ekspedisi ke Sisilia. Ini sesuai nubuwah Rasulullah ﷺ yang bersabda:
"Kamu akan menaklukkan pasukan yang naik kapal seperti raja di atas singgasana."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Strategi ini menunjukkan bahwa pembebasan Andalusia bukan tindakan reaktif, tapi bagian dari skenario besar peradaban Islam—mengarungi lautan, menembus benua, dan mengabarkan risalah.
Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair: Obsesinya Bukan Dunia, Tapi Poros Peradaban
Ketika Thariq bin Ziyad mendarat di Gibraltar, ia membakar kapal-kapalnya dan berkata:
"Musuh ada di depan kalian, laut di belakang kalian. Tak ada jalan pulang kecuali menang atau syahid!"
Ia bukan sekadar menaklukkan wilayah. Ia melaksanakan rencana besar: menghubungkan tiga pusat dunia—Yerusalem, Roma, dan Konstantinopel. Bersama Musa bin Nushair, ia membayangkan satu dunia yang terikat oleh keadilan Islam. Musa berkata:
“Aku tak akan berhenti sebelum panji Islam berkibar di Roma.”
Mengapa Roma dan Konstantinopel? Karena ini adalah poros geopolitik peradaban dunia. Pakar militer Islam, Dr. Azzam Tamimi menulis:
“Menguasai Andalusia berarti membuka jalan ke Roma. Dari Roma, Konstantinopel akan terkepung dari dua arah: timur dan barat.”
Ini bukan ambisi imperialisme. Ini strategi dakwah global.
Strategi Sosial: Menyatukan Tiga Agama di Satu Negeri
Andalusia bukan hanya negeri Muslim. Ia juga rumah bagi Yahudi dan Nasrani. Tapi tidak seperti di tempat lain di Eropa, di bawah pemerintahan Islam mereka hidup dalam kedamaian dan kehormatan.
Karen Armstrong, sejarawan agama, menyatakan:
“Selama masa keemasan Andalusia, Muslim, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dalam suasana toleransi dan saling menghargai yang belum pernah terjadi sebelumnya di Eropa.”
Granada, Cordoba, dan Toledo menjadi kota multi-agama yang damai. Ilmuwan Yahudi seperti Maimonides dan ilmuwan Nasrani banyak menimba ilmu dari ulama Muslim. Strategi Islam sederhana: hak setiap manusia dijaga, selama tidak melanggar keadilan dan kehormatan masyarakat.
Strategi Spiritualitas: Menghancurkan Ego, Menundukkan Nafsu
Apa inti dari semua strategi itu? Satu: ketundukan hati. Semua pencapaian militer, sosial, dan politik tak akan berarti jika manusia masih dikuasai kesombongan. Kejayaan Islam di Andalusia lahir dari penghancuran hawa nafsu, bukan pengumbaran kekuasaan.
Kalimat “Laa ghaaliba illallaah” yang tertulis di dinding Al-Hambra adalah seruan spiritual yang melampaui waktu. Dinasti Nasrid menuliskannya bukan saat mereka kuat saja, tapi bahkan hingga masa-masa menjelang keruntuhan. Mereka sadar, Islam bukan soal kemenangan jangka pendek, tapi soal prinsip abadi.
Ayat Al-Qur’an yang menginspirasi strategi ini:
“Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(QS. Ali ‘Imran: 126)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.”
(HR. Muslim)
Inilah strategi yang diwariskan kepada Sultan Muhammad Al-Fatih. Dalam wasiatnya sebelum wafat, ia berkata:
“Wahai anakku, jangan kau jadikan kekuasaan sebagai tujuan. Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman. Jangan dekati para penjilat, dekati ulama. Jangan takut pada pasukan musuh, takutlah jika Allah meninggalkanmu.”
Al-Hambra Hari Ini: Saksi Bisu, Tapi Masih Bernyawa
Kini, Andalusia menjadi bagian dari Spanyol. Masjid-masjid menjadi museum. Bahasa Arab nyaris lenyap. Tapi Al-Hambra masih berdiri. Dan setiap turis yang datang, setiap pengkaji yang menatap dindingnya, akan melihat: Islam pernah berjaya bukan karena senjata, tetapi karena strategi kehidupan yang luhur.
Profesor Titus Burckhardt, seorang orientalis Swiss, menulis dalam Art of Islam:
“Al-Hambra adalah manifestasi sempurna dari peradaban spiritual Islam: keindahan, kesederhanaan, dan keagungan yang ditundukkan di hadapan Tuhan.”
Seruan dari Dinding yang Tak Pernah Diam
Wahai kaum Muslimin…
Jika engkau ingin kejayaan, jangan tiru kemegahan luarannya. Tiru kedalaman maknanya.
Jika engkau ingin menang, bukan senjata yang kau butuhkan, tapi ketundukan kepada Allah.
Jika engkau ingin kejayaan, bukan harta yang harus dikumpulkan, tapi hawa nafsu yang harus dikalahkan.
Datanglah ke Spanyol. Datanglah ke Istana Al-Hambra. Bacalah tulisan di dindingnya. Terapkan strategi dari langit yang membuat Muslimin pernah berjaya.
“Laa Ghaaliba illallaah.”
Karena memang, tidak ada kemenangan… kecuali dari Allah.
0 komentar: