Tanah Tanpa Langit?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Manusia diciptakan dari tanah. Namun, dapatkah tanah menghadirkan kehidupan jika tanpa bantuan langit? Awan, hujan, matahari, dan bulan semuanya berada di langit. Bagaimana jika tanah dibiarkan tanpa elemen-elemen langit tersebut?
Allah Swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an:
> “Yang menurunkan air dari langit dengan suatu ukuran, lalu dengan air itu Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).”
(QS Az-Zukhruf: 11)
> “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu. Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan yang dengannya kamu menggembalakan ternakmu.”
(QS An-Naḥl: 10)
Dari ayat-ayat tersebut, kita memahami bahwa air hujan adalah sumber utama kehidupan yang memungkinkan tanah menumbuhkan tanaman. Bahkan, air minum sebagai unsur pokok kehidupan pun berasal dari langit.
Lalu, apa peran tanah?
Tanah hanyalah penerima. Ia menampung dan mengolah apa yang diturunkan dari langit. Maka jika manusia diciptakan dari tanah, jiwanya pun memiliki sifat yang serupa—kandungan dan potensi jiwanya akan tetap kering dan tandus jika tidak disirami unsur-unsur dari langit.
Namun, apakah langit hanya berperan dalam kehidupan fisik seperti menurunkan hujan dan sinar matahari? Ternyata tidak. Untuk jiwa manusia pun, langit menurunkan “siraman” berupa wahyu. Firman Allah Swt.:
> “Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.”
(QS Al-Qadr: 4)
Tanpa bimbingan wahyu, jiwa manusia akan tetap kering, hampa, dan kehilangan arah. Ia bagaikan tanah yang menolak air dan cahaya—tidak menumbuhkan apa-apa, mati, dan gersang.
Menariknya, tanah tidak pernah meminta hujan atau sinar matahari, namun langit tetap menurunkannya karena kebutuhan yang melekat dalam kodrat tanah. Demikian pula dengan manusia: meskipun tidak meminta diturunkannya wahyu, Allah tetap mengirimkan rasul dan nabi sebagai pembawa cahaya dan petunjuk.
Tanah membutuhkan langit untuk hidup. Manusia pun demikian—jiwanya membutuhkan wahyu untuk tumbuh, berkembang, dan hidup secara utuh. Tanpa langit, tanah kehilangan daya hidupnya. Tanpa wahyu, manusia kehilangan arah hidupnya.
0 komentar: